BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, agar individu dapat memuaskan kebutuhannya sendiri walaupun

Naskah Akademik Struktur Organisasi TNI Masa Depan Tim Penyusun:

GAYA KEPEMIMPINAN SITUASIONAL KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DI SMA NEGERI I KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ETIKA PERANG. Oleh Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan yang kuat diperlukan agar organisasi dapat mencapai

MSDM Handout 10. Seminar Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I. Pendahuluan. Teknologi di Indonesia kini semakin maju, serta kondisi perekonomiannya

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi senantiasa memanfaatkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan yang ada

UMIYATI A

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan seefektif mungkin. suatu tujuan perusahaan. Pengertian kepemimpinan adalah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. kinerja karyawan semakin baik. Salah satu tindakan yang penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi organisasi atau perusahaan itu sendiri. Sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karyawan dalam sebuah perusahaan sangat dibutuhkan untuk mencapai prestasi

BAB I PENGANTAR. samapta dalam rangka proses regenerasi kepemimpinan di tubuh TNI AD.

1

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pekerjaannya. Manusia sebagai tenaga kerja haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERTEMUAN 13 dan 14: KEPEMIMPINAN. DIKTAT KULIAH: TEORI ORGANISASI UMUM 1 Dosen: Ati Harmoni 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat mengambil keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetisi lingkungan bisnis terkini tengah membutuhkan sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menerangkan bahwa gaya kepemimpinan sangat penting. dalam perusahan dimana perkembangan suatu perusahan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk berupaya menjadi yang terbaik dan terdepan. Salah satunya adalah PT

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pelayan masyarakat yang dapat memberikan pelayanan yang terbaik sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB II KAJIAN TEORITIS. memengaruhi tersebut. Berdasarkan pengertian diatas dan dikaitkan dengan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan sangat diharapkan dalam menciptakan rasa keadilan bagi

BAB I PENDAHULUAN. pelaksana pekerjaan. Organisasi merupakan suatu kumpulan orang-orang yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah nasional yang sedang dihadapi oleh bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita ketahui bahwa pada saat ini persaingan antar perusahaan

BABI PENDAHULUAN. alat canggih dapat menyelesaikan masalah, tanpa. adanya pengelolaan sumber daya manusia yang baik maka tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini peranan sumber daya manusia berkembang semakin

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja karyawan merupakan hasil dari kegiatan yang dilaksanakan. Kinerja timbul

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh dan perubahan yang besar dalam dunia pendidikan. Begitu pula

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Emotional Intelligence, yang setara dengan kecerdasan intelektual (IQ). Studistudi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektivitas dan keberhasilan organisasi (Yulk, 2005: 4). Kepemimpinan didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam organisasi tersebut memiliki sumber daya manusia yang menunjukkan komitmen yang

ETIKA BISNIS DILIHAT DARI SUDUT PANDANG KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan gaya kepemimpinan..., Eka Prasetiawati, FISIP 1 UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu usaha yang dikelola ataupun dijalankan

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Komitmen organisasional menjadi hal penting pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan kinerja karyawan menurun. Penurunan kinerja karyawan akan

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB I PENDAHULUAN. Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) pada tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman diabad 21 ini memperlihatkan perubahan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikarenakan keberadaan pemimpin yang sangat penting bagi keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi organiasi dalam mengelola,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB II PEMBINAAN KARIR PEGAWAI NEGERI SIPIL DI INDONESIA. A. Pengertian Pembinaan dan Konsep Pembinaan

I. PENDAHULUAN. Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah memberikan. pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan terintegrasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses kelangsungan siklus hidup perusahaan. Hal ini karena seorang

BAB 1 PENDAHULUAN. muka bumi, manusia juga merupakan makhluk yang penuh dengan rencana,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang paling strategis karena diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan prosedur yang telah ditetapkan yaitu pimpinan dapat memberikan. melakukan kinerja didalam suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sebab tanpa memiliki Sumber Daya Manusia yang berkualitas, mustahil

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi, perusahaan dituntut untuk efisien dan efektif dalam setiap

I. PENDAHULUAN. Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah memberikan. pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan terintegrasi, untuk

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

BAB I PENDAHULUAN. bidang kekuasaan kehakiman di empat lingkungan peradilan, yaitu Peradilan

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH KAB. BONE BOLANGO

BAB I PENDAHULUAN. upaya para pelaku yang terdapat dalam setiap instansi. Pada sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. maupun swasta memegang peranan yang sangat dominan. Berhasil atau. sangat tergantung pada kemampuan sumber daya manusianya dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terhadap Kinerja Pegawai pada kantor Departemen Agama Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbenah diri untuk bisa menangkap peluang dan menyesuaikan diri dari

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan (Ali, 2010). Sedangkan menurut Ivancevich, Konopaske, dan

BAB I PENDAHULUAN. hendak dicapai, dalam mencapai tujuan itu, akan sangat dibutuhkan faktor- faktor produksi

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sampai pada hari ini masyarakat Indonesia belum terlepas dari krisis

BAB I PENGANTAR. Republik Indonesia. Suasana keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. yang bersangkutan. Kondisi organisasi yang sedang dipimpin akan

MODUL KELIMA KEPEMIMPINAN. Di Susun Oleh: Erna Multahada, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah kesatuan sosial yang dikoordinasikan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai anggota organisasi dalam melakukan proses pekerjaan akan sangat dipengaruhi oleh kepribadian yang berbeda-beda, misalnya sifat, sikap, nilai-nilai, keinginan dan minat dan itu akan berpengaruh pada gaya kepemimpinanaya juga pada kinerja. Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang diterapkan pemimpin dengan melalui orang lain, yaitu pola perilaku yang diperlihatkan pimpinan pada saat mempengaruhi orang lain, seperti dipersepsikan orang lain. Gaya bukanlah soal bagaimana pendapat pemimpin tentang perilaku mareka sendiri dalam memimpin, tetapi bagaimana persepsi orang lain, terutama bawahannya, tentang perilaku pemimpinnya (Hersey dan Blanchard,1992). Melalui gaya kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin, ia akan mentranfer beberapa nilai seperti penekanan kelompok, dukungan dari orangorang/karyawan, toleransi terhadap resiko, kriteria pengupahan dan sebagainya. Pada sisi lain, pegawai akan membentuk suatu persepsi subyektif mengenai dasar dasar nilai yang ada dalam organisasi sesuai dengan nilai-nilai yang ingin disampaikan pimpinan melalui gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan dalam oraganisasi militer masih diyakini sebagai model kepemimpinan terbaik di dunia. Hal ini menyebabkan banyak kepemimpinan sipil atau non militer yang belajar keilmuan di militer hingga pemimpin-pemimpin besar di negeri ini bahkan di dunia berlatar belakang militer. Keberadaan satuan organisasi senantiasa dilengkapi sasaran dan prasarana, serta unsur manusia baik dalam peranannya sebagai obyek maupun subyek kehidupan organisasi tersebut dalam mencapai tujuannya. TNI AD pada dasarnya merupakan organisasi yang Padat Manusia karena cukup dominan dalam

2 pengerahan sumber daya manusia. Oleh sebab itu keberhasilan organisasi/satuan dalam mengemban tugas sangat tergantung kepada kualitas manusianya dibanding dengan alat peralatan dan sarana yang dimiliki. Dalam rangka pembinaan satuan maka peranan pimpinan yang bertanggung jawab mengerahkan unsur manusia adalah sangat penting. Kepemimpinan merupakan suatu ilmu yang dapat dipelajari dan dapat dimiliki oleh setiap orang yang pandai memahami prinsip dasar, azas dan sifat-sifat kepemimpinan. Namun juga merupakan suatu seni (art) yang peranannya harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta objek yang dipimpinnya. Pembina kepemimpinan senantiasa merupakan bagian yang penting dalam sistim pembinaan TNI AD, upaya yang ditempuh senantiasa dilaksanakan melalui 2 cara yakni : 1) Memahami teori, prinsip dasar dan teknik kepemimpinan serta aspek tingkah laku manusia. 2) Menerapkan dalam kegiatan nyata sesuai lingkup tugas si pemimpin. Kedua cara tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi walaupun belum tentu semua prinsip dasar tersebut dapat diterapkan dalam setiap situasi yang berkembang. Kepemimpinan TNI pada dasarnya merupakan kristalisasi dua peran TNI (Dwi Fungsi TNI), disamping penerapan kepemimpinan dan komunikasi sosial TNI (KKS TNI). Untuk menyeleraskan antara nilai-nilai individu dan nilai-nilai perusahaan dibutuhkan suatu proses yang disebut sosialisasi. Proses sosialisasi akan sempurna jika pegawai baru merasa senang pada pekerjaan dan organisasinya. Pendatang baru merasa diterima oleh rekan kerjanya sebagai orang yang dipercayai dan memiliki nilai-nilai, menimbulkan rasa percaya diri bahwa dia mampu mengerjakan pekerjaan secara sukses memahami sistem yang ada, tidak hanya yang berkaitan dengan tugas-tugasnya saja, tetapi juga dengan peraturan yang ada.

3 Gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan sangat mempengaruhi kondisi kerja, dimana akan berhubungan dengan bagaimana karyawan menerima suatu gaya kepemimpinan, senang atau tidak, suka atau tidak. Di satu sisi gaya kepemimpinan tertentu dapat menyebabkan peningkatan kinerja disisi lain dapat menyebabkan penurunan kinerja. Dalam usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja karyawan menurut Rustandi (1987), sangat diperlukan seorang pemimpin yang menggunakan gaya kepemimpinan situasional, yaitu pemimpin yang selain mempunyai kemampuan pribadi, juga mampu membaca keadaan bawahannya serta lingkungan kerjanya. Dalam hal ini kematangan bawahan berkaitan langsung dengan gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan, agar pemimpin memperoleh ketaatan atau pengaruh yang memadai. Untuk itu pemimpin harus mampu menciptakan suasana kerja yang mendukung para bawahan untuk selalu berprestasi. Robbins (2003) menjelaskan beberapa isu mutakhir berkaitan dengan pembahasan mengenai teori kepemimpinan, antara lain sebagai berikut : a. Kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosional. Penelitian-penelitian mutakhir mengenai kepemimpinan menunjukkan bahwa para pemimpin memerlukan kapasitas kecerdasan intelektual dan pengetahuan sebagai kemampuan ambang / prasyarat. Artinya dibutuhkan, tetapi belum merupakan persyaratan yang cukup untuk mengefektifkan kepemimpinan. Untuk menjadi pemimpin berkinerja bintang memerlukan dimensi kecerdasan emosional. (Robbins, 2003). Tokoh yang populer mengkaji konsep ini adalah Daniel Goleman yang mengkaji kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosional, yang disebut primal leadership (Goleman dkk, 2004). Lebih lanjut dijelaskan oleh bahwa tugas emosi pemimpin bersifat primal (yang utama), artinya tugas emosi merupakan tindakan yang orisinil sekaligus paling penting dari kepemimpinan. Setiap pemimpin mempunyai kapasitas untuk mempengaruhi emosi pengikut. Jika emosi pengikut diarahkan kepada emosi positif, misalnya

4 antusiasme, menstimulasi potensi terbaik setiap pengikut, kinerja akan meningkat, disebut sebagai resonance. Sebaliknya jika diarahkan pada emosi negatif, seperti kebencian dan kecemasan, kinerja akan menurun, disebut dissonance. Pengaruh ini lebih dari sekedar memastikan bahwa tugas telah dikerjakan dengan baik atau tidak, tetapi para pengikut juga merasakan suasana emosi yang mendukung. b. Kepemimpinan Tim Kepemimpinan semakin mendapat tempat dalam konteks tim, dalam arti peran pemimpin dalam memfasilitasi anggota tim menjadi penting. Peran pemimpin tim dapat dikategorikan menjadi empat (Robbins, 2003). Pertama, para pemimpin tim berperan sebagai penghubung bagi para konstituen eksternal. Kedua, berperan sebagai problem solver, maksudnya ketika tim menghadapi masalah dan meminta bantuan, pemimpin memfasilitasi pertemuan untuk mengatasi masalah. Ketiga, berperan sebagai pengelola konflik untuk meminimalkan aspek yang merusak dari konflik intra-tim, memfasilitasi menemukan sumber konflik, pihak yang terlibat konflik, alternatif resolusi, serta melihat keuntungan dan kerugian masing-masing pihak yang berkonflik. Keempat, pemimpin berperan sebagai pelatih/mentor yang menjelaskan harapan dan peran, mendidik, menawarkan dukungan, membina suasana positif, serta bersedia kapan saja ketika dibutuhkan anggota tim. c. Kepemimpinan Moral Para ahli etika dan peneliti kepemimpinan akhir-akhir ini mulai mempertimbangkan implikasi etis dalam kepemimpinan. Hal ini dilatarbelakangi selain oleh minat umum yang semakin berkembang ke arah etika di bidang manajemen, juga oleh temuan para ahli biografi bahwa banyak pemimpin di masa lalu seperti Martin Luther King, Jr., John F Kennedy, Franklin D. Roosevelt di Amerika Serikat menjadi menderita karena masalah etika. Demikian pula kasus impeachment yang dialami oleh mantan Presiden Bill Clinton atas kasus tuduhan sumpah palsu dan masalah etika lainnya (Robbins, 2003). Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam kepemimpinan transformasional, aspek karisma dimaksudkan untuk

5 pertimbangan etis, yaitu menggunakan karisma secara konstruktif untuk melayani orang lain, bukan untuk melayani diri sendiri. d. Kepemimpinan Lintas Budaya Pemimpin efektif tidak menggunakan gaya tertentu secara terus menerus di mana pun memimpin, tapi menyesuaikan pada situasi. Budaya suatu bangsa termasuk salah satu faktor situasi yang penting. Suatu tipe kepemimpinan bisa dijalankan secara efektif di suatu daerah di Amerika, tapi belum tentu efektif bila diterapkan di Asia. Budaya suatu bangsa mempengaruhi gaya kepemimpinan melalui budaya para karyawan sebagai pengikut, sehingga pemimpin tidak bisa memilih gaya sesuka hati sendiri (Robbins, 2003). Kebanyakan teori kepemimpinan yang telah dijelaskan dikembangkan di Amerika Serikat, menggunakan responden orang Amerika Serikat, sehingga tidak bisa dipungkiri terdapat bias Amerika. Dengan demikian kajian kepemimpinan dengan mempertimbangkan budaya dan kearifan lokal menjadi penting dilakukan. Andi Widjanjanto, mengatakan ada dua pemikiran utama yang dapat dijadikan pertimbangan tentang pengembangan organisasi militer di suatu negara. Rancangan untuk mengembangkan organisasi militer harus memperhatikan kontribusi kedua aliran pemikiran tersebut. Pemikiran pertama menempatkan negara sebagai aktor utama dalam menjalankan fungsi pertahanan negara. Hak tersebut didelegasikan oleh negara kepada kepada actor militer profesional (TNI). TNI menjalankan fungsi pertahanan negara ini dengan cara memonopoli setiap upaya untuk mengembangkan dan menggunakan kekuatan bersenjata. (http://www.propatria.or.id/download/positions%20paper/organisasi_militer_ind onesia_ideal.pdf) Fungsi pertahanan ini dijalankan TNI dengan mengembangkan suatu struktur organisasi militer yang memungkinan TNI untuk mengaplikasikan strategi penangkalan, pertahanan, dan misi perdamaian. Pemikiran kedua tidak hanya mementingkan implementasi konsep supremasi sipil namun juga implementasi doktrin ius ad bellum (just war) dalam

6 pelaksanaan strategi pertahanan negara. Konsep supremasi sipil mengharuskan setiap negara demokratis untuk menciptakan suatu sistem ketata-negaraan yang tidak memungkinkan aktor militer untuk mengambil suatu inisiatif tindakan represif tanpa persetujuan institusi sipil. Doktrin ius ad bellum mengharuskan aktor negara untuk selalu menerapkan enam prinsip dasar dalam menerapkan strategi pertahanan, yaitu: (1) penggunaan kekuatan bersenjata sebagai alternatif terakhir (last resort); (2) pilihan penggunaan kekuatan bersenjata dilakukan oleh otoritas sipil yang demokratis; (3) penggunaan kekuatan bersenjata dilakukan hanya sematamata untuk kepentingan pertahanan negara; (4) penggunaan kekuatan bersenjata ditujukan untuk memulihkan kembali kondisi damai; (5) implementasi prinsip diskriminasi dalam penggunaan kekuatan bersenjata; dan (6) implementasi prinsip proporsionalitas dalam penggunaan kekuatan bersenjata. Dalam aktivitas pengelolaan sumber daya manusia inilah membutuhkan suatu gaya kepemimpinan terbaik yang tepat mengatur aktifitas kegiatan militer yang efektif dan efisien. Maka dari itu penulis ingin meneliti tentang suatu gaya kepemimpinan paling popular pada saat ini yaitu kepemimpinan transformasional apakah tepat untuk memimpin sutau organisasi militer. Penulis memberi judul Model Kepemimpinan pada Organisasi Militer Perspektif Transformasional (Studi pada Tentara Nasional Indonesia: Resimen Induk Komando Daerah Militer V/ Brawijaya, Jawa Timur). 1.2. Rumusan Masalah Bagi organisasi militer, kepemimpinan adalah hal utama yang diperlukan, karena bagi setiap prajurit militer telah melalui seleksi untuk mendapatkan kualifikasi yang diperlukan untuk senantiasa siap sedia menjalankan perintah atasan, sehingga jiwa dan sikap kepemimpinan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri secara personal sangat diperlukan baik kehidupan seharihari atau pada saat tempur. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas, maka beberapa masalah pokok yang perlu mendapat kajian secara mendalam adalah :

7 1. Bagaimana model kepemimpinan pada organisasi militer? 2. Bagaimana model kepemimpinan pada organisasi militer perspektif transformasional? 1.3. Tujuan Penelitian Berangkat dari rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui model kepemimpinan pada organisasi militer. 2. Untuk mengetahui model kepemimpinan pada organisasi militer perspektif transformasional. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti, adalah: a. Untuk memperluas wawasan, pengetahuan dan pengalaman peneliti untuk berfikir secara kritis dan sistematis dalam menghadapi permasalahan yang terjadi. b. Penerapan dari ilmu yang telah diperoleh peneliti selama perkuliahan. 2. Bagi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, adalah: a. Hasil ini diharapkan dapat menambah keilmuwan dan sebagai bahan masukan bagi fakultas untuk mengevaluasi sejauh mana konsep dan madel kepemimpinan yang diberikan mampu memenuhi tuntutan perkembangan pada saat ini. b. Hasil ini diharapkan dapat dijadikan tambahan literatur untuk perkembangan peneliti ke depan. 3. Bagi Tempat Penelitian, adalah: a. Hasil ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi untuk terus mempertahankan keberhasilan konsep kepemimpinan yang sudah diterapkan agar mampu memenuhi tuntutan perkembangan saat ini. b. Peran pemimpin dalam gaya kepemimpinan transformasional mampu diterapkan sebagai model kepemimpinan alternatif untuk suatu organisasi militer yang lebih efektif dan efisien.