FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

PELAYANAN SARANA PENDIDIKAN DI KAWASAN PERBATASAN SEMARANG-DEMAK TUGAS AKHIR

STUDI TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS KOTA DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

STUDI KARAKTERISTIK HOUSING CAREER GOLONGAN MASYARAKAT BERPENDAPATAN MENENGAH-RENDAH DI KOTA SEMARANG

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN PEMBIAYAAN SAMPAH DALAM MENDUKUNG PENGELOLAAN SAMPAH DI PASAR JOHAR KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: Andrik F. C. A.

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

EVALUASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERUMAHAN MELALUI PENDEKATAN URBAN REDEVELOPMENT DI KAWASAN KEMAYORAN DKI JAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN KECENDERUNGAN RUANG PUBLIK SIMPANG LIMA KOTA SEMARANG BERKEMBANG SEBAGAI KAWASAN REKREASI BELANJA TUGAS AKHIR

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mewujudkan ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, pemerintah daerah

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

KAJIAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

EVALUASI KESESUAIAN FAKTOR FAKTOR PENDUKUNG LOKASI DAN FUNGSI PUSAT KOTA PADA KOTA PINGGIRAN METROPOLITAN ( STUDI KASUS : KOTA MRANGGEN) TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KESESUAIAN LAHAN UNTUK PERMUKIMAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

PERANAN ANGKUTAN PLAT HITAM DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PEREKONOMIAN DI KECAMATAN BATUWARNO KABUPATEN WONOGIRI TUGAS AKHIR

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

KAJIAN KAPASITAS KABUPATEN SEMARANG DALAM MELAKUKAN PINJAMAN (STUDI KASUS : PEMDA DAN PDAM KABUPATEN SEMARANG) TUGAS AKHIR

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

Sub Sektor : Air Limbah

POLA PERGERAKAN KOMUTER BERDASARKAN PELAYANAN SARANA ANGKUTAN UMUM DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK URBAN SPRAWL DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

ANALISIS KONDISI DAN PENYEBAB DISPARITAS PEMANFAATAN RUANG KOTA PEKANBARU YANG TERPISAH OLEH SUNGAI SIAK TUGAS AKHIR

ARAHAN PEMANFAATAN KEMBALI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH (Studi Kasus: TPA Putri Cempo, Kota Surakarta) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TERMINAL PULO GEBANG DENGAN FASILITAS PENDUKUNG SHOPPING MALL, JAKARTA TIMUR PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HIGH-TECH

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BERSIH BAGI MASYARAKAT DI PERUMNAS PUCANGGADING TUGAS AKHIR

EKSISTENSI ANGKUTAN PLAT HITAM PADA KORIDOR PASAR JATINGALEH GEREJA RANDUSARI TUGAS AKHIR

STUDI PENINGKATAN PELAYANAN OPERASIONAL PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DI KOTA BANDA ACEH TUGAS AKHIR

PERUMAHAN RAKYAT, KAWASAN PERMUKIMAN DAN LINGKUNGAN HIDUP. Bagian Kesatu Kedudukan

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

KETERSEDIAAN RUANG TERBUKA PUBLIK DENGAN AKTIVITAS REKREASI MASYARAKAT PENGHUNI PERUMNAS BANYUMANIK TUGAS AKHIR. Oleh : FAJAR MULATO L2D

Lampiran 2: Hasil analisis SWOT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS KARAKTERISTIK PARKIR KHUSUS TERHADAP INTENSITAS PARKIR DI KAWASAN SIMPANG LIMA TUGAS AKHIR

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Permukiman Sehat Yang Bersih Dari Sampah

EVALUASI PELETAKAN TERMINAL BANYUMANIK DAN TERMINAL PENGGARON DALAM MENDUKUNG SISTEM AKTIVITAS SEKITAR TUGAS AKHIR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN UPAYA PENINGKATANNYA DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI MENDUT KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

KONDISI PELAYANAN FASILITAS SOSIAL KECAMATAN BANYUMANIK-SEMARANG BERDASARKAN PERSEPSI PENDUDUK TUGAS AKHIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BAB VI PENUTUP VI.1. Temuan Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan

BAB I. PENDAHULUAN A.

KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR

PENGARUH KEBERADAAN PERUMAHAN TERHADAP PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KECAMATAN CILEDUG TUGAS AKHIR. Oleh : Lisa Masitoh L2D

PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA RUMAH SUSUN PEKUNDEN KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mengalami pertumbuhan pesat. Yogyakarta sebagai Ibukota Provinsi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Perubahan disebabkan oleh berkembangnya berbagai kegiatan

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA,

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB I PENDAHULUAN I.1.

WALIKOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Kabupaten/Kota

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

MODEL BANGKITAN PERJALANAN DARI PERUMAHAN: STUDI KASUS PERUMAHAN PUCANG GADING, MRANGGEN, DEMAK

KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG INTERNAL KOTA DELANGGU SEBAGAI KOTA KECIL DI KORIDOR SURAKARTA - YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

KKPP Perumahan & PENERAPAN TEKNOLOGI UNTUK REHABILITASI PERMUKIMAN PASKA-BENCANA DENGAN PENDEKATAN BERTUMPU MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. maupun sanitasi. Infrastruktur memiliki keterkaitan yang sangat kuat dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

RUMAH SUSUN PEKERJA PABRIK DI KAWASAN INDUSTRI PRINGAPUS

WALIKOTA BANDAR LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG NOMOR 08 TAHUN 2015 TENTANG

- 2 - untuk masyarakat secara luas.

MODEL DINAMIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN BERDASARKAN PERKEMBANGAN GUNA LAHAN (STUDI KASUS KOTA SEMARANG) TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

termotivasi untuk bekerja lebih baik lagi dengan kunjungan Bapak dan Ibu ini. Kabupaten Sleman yang merupakan salah satu kabupaten di DIY, yang

Transkripsi:

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN (Studi Kasus: Pengelolaan Persampahan di Perumnas Pucang Gading, Perbatasan Kota Semarang-Kabupaten Demak) TUGAS AKHIR Oleh: L. VENARIO AGIASTO L2D 002 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2007

ABSTRAKSI Perkembangan Kota Semarang yang cukup pesat menimbulkan perkembangan penduduk serta perkembangan aktivitas perkotaan yang pesat pula. Dengan perkembangan yang pesat ini, tentunya akan menyebabkan permintaan akan lahan yang tinggi untuk memenuhi aktivitas penduduknya, khususnya untuk aktivitas permukiman. Di Semarang, permintaan lahan untuk aktivitas permukiman meningkat dengan cepat. Salah satu tujuan perkembangan permukiman di pinggiran kota adalah kawasan perbatasan. Salah satu daerah perbatasan yang menjadi tujuan perkembangan permukiman adalah Kecamatan Mranggen Kabupaten Demak, yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang. Fenomena ini ditandai dengan munculnya komples perumahan di sekitar jalur Semarang-Mranggen, salah satunya adalah Perumnas Pucang Gading. Perkembangan suatu daerah sebagai kawasan permukiman tentu akan diikuti oleh permintaan penyediaan akan sarana prasarana yang mendukung aktivitas permukiman. Hal ini juga terjadi di Perumnas Pucang Gading, di mana permintaan akan sarana dan prasarana permukiman sangat tinggi. Salah satu pengelolaan sarana dan prasarana yang diminta oleh masyarakat adalah pengelolaan persampahan. Masyarakat meminta pemerintah untuk menyediakan pengelolaan persampahan, karena mereka menganggap pengelolaan persampahan merupakan tanggung jawab pemerintah. Di Perumnas Pucang Gading, pengelolaan persampahan menjadi isu yang melibatkan kedua pemerintahan yang berbatasan, yakni pemerintah Kabupaten Demak dan pemerintah Kota Semarang. Isu tersebut dapat menjadi sinyal positif dari kedua pemerintahan, yakni timbulnya kerja sama untuk mengelola persampahan di kawasan perbatasan, ataupun sinyal negatif yaitu timbulnya konflik dan saling lempar tanggung jawab antara kedua pemerintahan yang berbatasan. Perkembangan kawasan perbatasan dalam hal ini Perumnas Pucang Gading ternyata membawa dampak bagi hubungan antara pemerintah Kabupaten Demak dan pemerintah Kota Semarang, oleh karena itu maka dirasakan perlu dilakukan penelitian mengenai fenomena yang terjadi di kawasan perbatasan serta pengelolaan persampahan di kawasan perbatasan. Fenomena ini dilihat dari pengaruh keruangan dari Perumnas Pucang Gading sendiri sebagai wilayah perbatasan, serta fenomena pengelolaan sampah di Perumnas Pucang Gading. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan penelitian kualitatif dengan pengumpulan data melalui teknik wawancara, telaah dokumen dan pengamatan lapangan. Data yang didapat dianalisis dengan metode analisis kualitatif deskriptif dan komparatif serta kajian fenomenologi sehingga menghasilkan temuan studi maupun kesimpulan dari penelitian ini. Hasil akhir yang dicapai dari penelitian ini adalah perkembangan interaksi yang terjadi di Perumnas Pucang Gading sebagai kawasan perbatasan ternyata lebih dipengaruhi oleh perkembangann Kota Semarang karena faktor lokasi dan aksesbilitas, serta aktivitas ekonomi dan sosial penduduk perumnas Pucang Gading juga dipengaruhi oleh Kota Semarang dari pada Kabupaten Demak. Kemudian dalam pengelolaan persampahan, terjadi fenomena yang menarik yakni timbulnya kerja sama yang dilakukan oleh kedua pemerintahan serta pembagian tugas dalam pengelolaan sampah di Perumnas Pucang Gading. Di sisi lain, juga timbul peran aktif dari sektor swasta serta swadaya dari masyarakat sendiri dalam pengelolaan persampahan. Berdasarkan hasil studi, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terjadi ekstensifikasi wilayah dari Kota Semarang ke wilayah Kabupaten Demak di Kecamatan Mranggen, yang terjadi dalam perubahan tata guna lahan di kawasan perbatasan. Kemudian dari fenomena yang muncul dalam pengelolaan persampahan di Perumnas Pucang Gading, menunjukkan bahwa pelayanan prasarana di suatu daerah perbatasan sebenarnya tidak dipengaruhi oleh batas wilayah, namun pemerintahan mana yang sanggup menyediakan, maka dia bisa menyediakan pelayanan tersebut untuk masyarakat. Sehingga rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah peninjauan kembali terhadap kawasan perbatasan serta perlu pengembangan kerja sama antara pemerintah yang berbatasan, agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat bisa lebih optimal. Kata kunci: kawasan perbatasan, pengelolaan, sampah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberlangsungan kehidupan suatu kota tidak dapat dipisahkan dari tingkat perkembangan masyarakatnya dan proses interaksi antar komponen perkotaan yang terjadi. Kota akan berkembang seiring pertumbuhan penduduk, perkembangan infrastruktur, perkembangan tata guna lahan dan faktor-faktor pendukung lainnya. Perkembangan suatu kota tidak hanya menimbulkan dampak positif saja bagi kehidupan masyarakat kota, namun dampak negatif yang terjadi juga tidak dapat dihindari, karena juga ikut mempengaruhi kualitas hidup masyarakat di kota tersebut. Semakin berkembang suatu kota, akan diiringi dengan peningkatan jumlah penduduk dan akan memberikan peningkatan permintaan akan ketersediaan lahan sebagai kawasan tempat tinggal atau perumahan, kawasan tempat bekerja, dan kawasan rekreasi menjadi permasalahan yang mendasar di perkotaan. Terbatasnya ketersediaan lahan yang ada di pusat-pusat kota telah berpengaruh terhadap nilai dan harga lahan, yaitu meningkatnya harga dan nilai lahan secara signifikan dari tahun ke tahun. Adanya fenomena peningkatan jumlah penduduk, keterbatasan lahan dan tingginya harga lahan di kawasan pusat kota telah berimplikasi terhadap pola perkembangan kota, yaitu dengan berkembangnya kawasan-kawasan di pinggiran kota, yang notabene mempunyai harga lahan lebih murah dibandingkan pusat kota. Untuk mengatasi berbagai kendala sosial dan ekonomi di kawasan pusat kota, sebagian penduduk lebih memilih untuk berdomisili di kawasan pinggiran (sub-urban) yang memiliki harga lahan yang relatif terjangkau dengan tingkat kenyamanan yang relatif tinggi pula. Kondisi ini umumnya terjadi di kota-kota besar negara berkembang seperti di Indonesia. Tinggginya permintaan akan lahan yang murah menyebabkan terjadinya perkembangan kawasan pinggiran kota yang cukup pesat, yang ditandai dengan peruntukan lahan untuk permukiman. Salah satu daerah pinggiran kota yang menjadi tempat tujuan bagi perkembangan kawasan perkotaan adalah daerah perbatasan. Daerah perbatasan sebenarnya merupakan daerah muka suatu kota, karena secara langsung pasti berbatasan dengan daerah kota atau desa yang lain yang merupakan daerah tetangganya. Dan akan menimbulkan kesan pertama terhadap orang yang memasuki kota tersebut. Daerah perbatasan diminati karena masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan dapat menikmati fasilitas yang diberikan oleh kota tersebut ataupun daerah tetangganya. Perbatasan daerah sebenarnya memiliki peranan yang sangat penting dalam penentuan wilayah penegakkan peraturan daerah, pembangunan dan pengembangan kawasan. Dengan perbatasan yang jelas, pemerintah daerah dapat mengetahui secara jelas sejauh mana mereka dapat 1

2 menjalankan kewajiban dan kewenangannya, termasuk dalam konteks pengelolaan pemanfaatan sumber daya, pengembangan investasi pembangunan dan pengaturan kehidupan penduduknya. Tanpa adanya perbatasan yang jelas, kewajiban dan kewenangan yang dilakukan oleh satu pemerintah daerah dapat masuk ke wilayah pemerintahan daerah tetangganya. Jika pemerintah daerah tetangga tidak dapat menerima kondisi tersebut, maka konflik-konflik pembangunan antar daerah dapat muncul dan berkembang. Konflik antar daerah dapat menyebabkan terganggunya hubungan antar daerah, yang pada kelanjutannya menyebabkan terganggunya keberlangsungan pembangunan di daerah-daerah yang saling berbatasan tersebut. Pada akhirnya, konflik ini dapat menyebabkan penduduk tidak dapat menjalankan kegiatan sosial dan ekonomi mereka dengan lancar. Kawasan perbatasan mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan kawasan lainnya di wilayah perkotaan. Bila kawasan fungsional kota sangat dipengaruhi oleh kegiatankegiatan yang dominan di kawasan tersebut, kawasan perbatasan sangat dipengaruhi oleh garis batas administratif yang terdapat di dalamnya. Karakteristik yang paling menonjol dari adanya garis batas wilayah di kawasan perbatasan antar daerah adalah bahwa di kawasan tersebut terdapat pertemuan pengaruh kewenangan yang berasal dari dua daerah atau lebih. Karakteristik yang jelas dapat dilihat dari perkembangan kawasan khususnya dalam bidang infrastruktur yang cenderung lebih lambat dibandingkan dengan kawasan fungsional lainnya. Satusatunya perkembangan yang cukup pesat mungkin hanya perkembangan di bidang perumahan. Hal ini disebabkan pemerintah setempat kurang memperhatikan kawasan tersebut, karena pemerintah daerah masih merasa bahwa kawasan perbatasan merupakan kawasan sangat rentan terhadap ancaman dari daerah tetangganya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi pemerintah menganggap kawasan perbatasan merupakan daerah yang rentan, dia antaranya adalah karena keengganan pemerintah daerah menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengelolaan kawasan kepada daerah tetangganya, atau sebaliknya, karena keengganan untuk menunjukkan potensi yang terdapat di kawasan perbatasan yang menyebabkan kecurigaan dapat dimanfaatkan oleh daerah tetangganya. Di samping itu, faktor lokasi juga menyebabkan tidak diperhatikannya kawasan perbatasan. lokasi kawasan perbatasan yang pada umumnya berada di daerah pinggiran, yang jauh dari pusatpusat pertumbuhan kota atau kabupaten menyebabkan lepas dari perhatian pemerintah daerah yang biasanya pusat pemerintahannya berada di pusat kota. Akibat kurangnya perhatian dari pemerintah, pertumbuhan investasi pembangunan bagi kawasan perbatasan menjadi lebih sedikit. Hal ini menyebabkan pertumbuhan kawasan tersebut lebih rendah dari kawasan lainnya. Karena menjadi tempat bertemunya dua atau lebih daerah, maka kawasan perbatasan sebenarnya memiliki potensi bagi pengembangan kerja sama antar daerah. Pengembangan kerja sama antar daerah di kawasan perbatasan dapat terjadi bila di kawasan tersebut terdapat potensi

3 yang hanya dapat dikembangkan oleh daerah-daerah yang memiliki pengaruh di kawasan perbatasan tersebut. Sebagai contoh apabila salah satu daerah memiliki suatu potensi sumber daya, misalnya sumber air bersih, maka daerah yang lain dapat memanfaatkannya dengan memberikan retribusi sebagai konsekuensinya yang besarnya ditentukan secara bersama oleh kedua pemerintah daerah. Hal ini juga untuk pengelolaan sarana dan prasarana yang lain seperti halnya sarana persampahan. Pengelolaan sampah sebenarnya merupakan pengelolaan yang dihindari oleh pemerintah daerah, karena tidak dapat menghasilkan keuntungan. Apalagi hal ini bila terjadi di daerah perbatasan. Pemerintah kedua daerah yang berbatasan sepertinya saling melemparkan tanggung jawab pengelolaan sampah. Sebenarnya melalui kerja sama yang baik, sinergi antara kedua pemerintah akan menjadi pendorong pertumbuhan tidak hanya di kawasan perbatasan saja, tetapi juga berpengaruh terhadap kawasan lain di kedua daerah tersebut. Hal seperti ini terdapat di beberapa daerah di Kota Semarang yang berada di kawasan perbatasan seperti halnya terjadi di Perumnas Pucang Gading Kecamatan Mranggen, yang merupakan wilayah perbatasan antara Kota Semarang dengan Kabupaten Demak. Di kawasan ini, kegiatan sosial ekonomi masyarakatnya bertempat di daerah perbatasan. Fenomena ini juga menyebabkan penyediaan sarana prasarana serta pengelolaannya untuk melayani masyarakat, seperti pengelolaan sampah juga melintasi perbatasan, yang berarti melibatkan yakni pemerintah Kota Semarang dengan pemerintah Kabupaten Demak. Secara administratif Perumnas Pucang Gading termasuk dalam wilayah Kabupaten Demak, sehingga kebutuhan akan sarana prasarana di Perumnas Pucang Gading seharusnya menjadi tanggung jawab Pemkab Demak. Kenyataannya di bidang persampahan, baru pada tahun 2004 Pemerintah Demak mengusahakan pelayanannya. Sebelum itu masyarakat Pucang Gading berswadaya dalam pengangkutan sampah dari rumah tangga ke TPA. Pelayanan pengelolaan sampah yang diberikan tentu saja sangat terlambat mengingat keberadaan Perumnas Pucang Gading sudah cukup lama. Dengan luas wilayah yang cukup besar, Kabupaten Demak yang belum mempunyai susunan pemerintahan yang cukup lengkap ternyata belum memiliki instansi tersendiri yang mengurusi persampahan. Hal ini membuat Dinas Kimtaru dan Kimpraswil Demak merasa kewalahan mengurusi sampah di seluruh wilayah Kabupaten Demak. Padahal Kimtaru tidak hanya mengurusi sampah saja, masih banyak kepentingan-kepentingan yang lainnya. Pengelolaan sampah dipegang oleh Dinas Kimpraswil Kabupaten Demak, namun dalam operasional di lapangan Dinas Kimpraswil Kabupaten Demak mencoba bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota Semarang karena keterbatasan alat yang ada. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap pengelolaan secara teknis di lapangan serta menimbulkan fenomena yang lain dibandingkan dengan wilayah yang lain yang urusan pengelolaan sampah dikelola oleh satu pemerintahan saja. Dinas Kebersihan Kota Semarang membantu pengelolaan karena pemerintah Kota Semarang menginginkan timbal balik