ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras panda. Organogenesis and Development of Corydoras panda in Early Stage

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

BAB III BAHAN DAN METODE

IKAN LOU HAN (Cichlasoma sp)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh :

III. BAHAN DAN METODE

EFISIENSI PEMANFAATAN KUNING TELUR EMBRIO DAN LARVA IKAN MAANVIS (Pterophyllum scalare) PADA SUHU INKUBASI YANG BERBEDA

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

II. TINJAUAN PUSTAKA

3 METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

II. BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

RINGKASAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai

RINGKASAN. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari sampai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

Ima Yudha Perwira, S.Pi, MP, M.Sc (Aquatic)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

II. BAHAN DAN METODE 2. 1 Rancangan penelitian 2.2 Persiapan wadah 2.3 Penyediaan larva ikan patin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

III. METODE PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

genus Barbodes, sedangkan ikan lalawak sungai dan kolam termasuk ke dalam species Barbodes ballaroides. Susunan kromosom ikan lalawak jengkol berbeda

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan nila merah Oreochromis sp.

BAB III METODE PENELITIAN

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

II. BAHAN DAN METODE

Bab VI. Biologi larva. Slembrouck J. (a), W. Pamungkas (b), J. Subagja (c), Wartono H. (c) dan M. Legendre (d)

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu


APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

3. METODE PENELITIAN

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Oleh: Tinggal Hermawan BALAI PERIKANAN BUDIDAYA LAUT AMBON DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN RI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

II. BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Hias Air Tawar di Indonesia 1. Angelfish ( Pterophyllum Scalare 2. Blackghost ( Apteronotus Albifrons

METODOLOGI PENELITIAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

BAB III BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) kelas benih sebar

4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Pengamatan tingkah laku ikan selama proses pemingsanan

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

PENETASAN ARTEMIA Laporan Praktikum Pakan Alami Program Studi Budidaya Perairan, Program Sarjana, Universitas Haluoleo ARDANA KURNIAJI (I1A )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

HASIL DAN PEMBAHASAN

MODUL: PEMELIHARAAN INDUK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

II. BAHAN DAN METODE. Keterangan : Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah

BAB III METODE PENELITIAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Bernhard Grzimek (1973) dalam Yovita H.I dan Mahmud Amin

TUGAS KARYA ILMIAH TENTANG PELUANG BISNIS DAN BUDIDAYA IKAN PATIN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

SIKLUS REPRODUKSI TAHUNAN IKAN RINGAN, TIGER FISH (Datnioides quadrifasciatus) DI LINGKUNGAN BUDIDAYA AKUARIUM DAN BAK

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a b c

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

II. METODOLOGI 2.1 Metode Penelitian Karakterisasi Sifat Biokimia dan Fisiologi A. hydrophila Uji Postulat Koch

Transkripsi:

Jurnal Akuakultur Indonesia, 4(2): 67 66 (2005) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 67 ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras panda Organogenesis and Development of Corydoras panda in Early Stage D. Tri Sulistyowati, Sarah dan H. Arfah Program studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga, Bogor 16680 ABSTRACT One of attractive ornamental fish species that is from Amazon, South America, is genus Corydoras. This fish has simple body ornament but unique that has black line in its eye and black spot at caudal. The color of C. panda eggs at just after fertilization tends to dark brown and to be transparence after embryo formed. Corydoras larvae possess big yolk egg without oil globule. Larva presents at the bottom of aquarium and position of yolk is beneath of larvae. Egg hatched about 51 hours after fertilization and organogenesis process taken 46 hours. Pro-larvae stage finish after 5-day-old that is marked by no yolk remained. Keywords: organogenesis, embryo, larva, Corydoras panda ABSTRAK Salah satu ikan hias yang berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan adalah Corydoras. Ikan ini memiliki corak tubuh yang sederhana namun unik terdapat garis hitam pada mata dan spot hitam pada pangkal ekor yaitu spesies Corydoras panda. Warna telur ikan Corydoras panda pada awal fertilisasi cenderung coklat gelap dan menjadi semakin terang setelah terbentuknya embrio. Larva Corydoras memiliki ukuran kuning telur besar tetapi tidak memiliki butir minyak. Larva berada di dasar akuarium dengan posisi kuning telur berada di bawahnya. Telur ikan Corydoras panda akan menetas 51 jam pasca pembuahan dengan proses organogenesis selama 46 jam. Masa pre-larva berakhir setelah larva berumur 5 hari yang ditandai dengan habisnya kuning telur. Kata kunci: Organogenesis, embrio, larva, Corydoras panda PENDAHULUAN Ikan hias memiliki bentuk dan warna yang menarik. Harganya sangat bervariasi tergantung pada tingkat kesulitan dalam budidaya, corak, warna dan bentuk atau ketersediaanya di alam (habitat aslinya). Salah satu ikan hias yang menarik adalah yang berasal dari perairan Amazon, Amerika Selatan yaitu dari genus Corydoras. Ikan ini memiliki ukuran maksimum 7 cm dan memiliki corak tubuh yang sederhana namun unik. Spesies yang paling menarik dari genus Corydoras adalah spesies yang terdapat garis hitam pada mata dan spot hitam pada pangkal ekor yaitu spesies Corydoras panda. Induk C. panda jarang diperjualbelikan karena belum banyak yang bisa menghasilkan calon induk dalam jumlah banyak. Ikan ini tergolong jenis ikan dengan harga jual yang cenderung stabil dan benihnya yang berukuran 1-2 cm sudah laku terjual. Penelitian tentang embriogenesis pada beberapa jenis ikan hias telah dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan awal hidupnya. Untuk meningkatan produksi dan pengembangan teknik budidaya ikan hias C. panda dibutuhkan informasi tentang perkembangan awal ikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses organogenesis ikan C. panda selama inkubasi telur, masa kritis telur dan larva pada perkembangan awal hidupnya. BAHAN & METODE Pemeliharaan dan pemijahan induk Calon induk jantan dan betina yang berukuran sekitar 4 cm dipelihara secara terpisah pada akuarium ukuran 60 40 30 cm dan diberi pakan berupa cacing sutera, sebanyak 2 kali/hari sampai induk matang gonad. Induk yang telah matang gonad terlihat dari bentuk morfologinya, yaitu lubang genital berwarna putih dan perut yang terlihat membesar. Selama pemeliharaan dilakukan penyiponan setiap hari untuk

68 membuang kotoran yang mengendap pada dasar akuarium. Ciri induk yang siap untuk dipijahkan ditandai dengan perut induk betina yang sudah tampak semakin besar akibat perkembangan telurnya. Pemijahan Corydoras panda dilakukan secara masal dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1:2 sampai 1:4. Induk yang siap bertelur dipindahkan ke akuarium yang sudah diberi kakaban sebagai substrat telur. Ikan tersebut memijah pada pagi hari sekitar pukul 06.30-07.30. Selanjutnya kakaban yang telah berisi telur dipindahkan kedalam wadah penetasan. Proses pemijahan terjadi secara berulang-ulang sehingga pengangkatan kakaban juga dilakukan secara berulangulang dengan selang satu hari selama satu minggu. Penanganan telur, pengamatan telur dan organogenesis Telur yang telah dibuahi dipindahkan ke dalam akuarium penetasan telur yang telah dilengkapi dengan sistem aerasi berikut kakabannya. Sebelumnya telah dimasukkan methylene blue ke dalam wadah penetasan tersebut untuk mencegah infeksi jamur terhadap telur. Pengamatan embriogenesis dilakukan menggunakan mikroskop terhadap sampel telur yang diambil dari kakaban yang diletakkan pada cawan petri. Pengamatan dilakukan pada fase organogenesis sampai telur menetas dan fase larva sampai umur 7 hari dengan mengambil gambarnya serta dilakukan pencatatan waktu yang dibutuhkan selama proses tersebut. Parameter kuantitatif yang diukur meliputi diameter telur, panjang larva, volume kuning telur, derajat pembuahan, derajat penetasan, derajat kelangsungan hidup embrio dan larva serta laju pertumbuhan. HASIL & PEMBAHASAN Perkembangan awal (organogenesis) Perkembangan awal organogenesis terjadi pada jam ke-5 setelah fertilisasi (Gambar 1): terbentuknya kepala, mata, notochord dan somit yang terlihat masih transparan (1). Pada jam ke-11 lebih 58 menit mulai terlihat jantung dengan warna merah dan berdetak yang kemudian diikuti oleh terbentuknya badan (2), ekor dan pigmen hitam pada bagian punggung serta terbentuknya tengkorak kepala pada jam ke- 28 lebih 9 menit (3). Cangkang telur pecah pada jam ke-43 lebih 2 menit (4), sungut dan ekor tampak mulai keluar pada jam ke-45 lebih 2 menit (5). Setelah memasuki jam ke- 49 lebih 12 menit, cangkang terlihat sangat lunak dan rongga perivitelin tidak nampak lagi (6). Pada jam ke-51 lebih 2 menit, ekor keluar dengan sempurna, namun kepala dan badan masih berada dalam cangkang (7). Jantung Kepala (2) Dorsal (pigmentasi) Bentuk tubuh semakin jelas (3) Cangkang robek (4) (1) Ekor Cangkang lunak (5) Ekor Sungut (7) (6) Gambar 1. Fase organogenesis ikan Corydoras sp. sampai menetas.

69 Pada awal pengamatan organogenesis, kuning telur terlihat jelas, sedangkan organ lain masih terlihat transparan dan sesekali embrio melakukan gerakan berputar-putar dan frekuensi putarannya semakin banyak setelah pigmen pada bagian punggung semakin menghitam. Pada saat cangkang telur pecah, pergerakan embrio semakin aktif dan embrio berusaha mengeluarkan bagian ekornya sampai keluar secara sempurna namun kepala dan badannya masih berada didalam telur. Proses inkubasi telur C. panda berlangsung selama 51 jam. Warna telur pada awal fertilisasi cenderung coklat agak gelap dan menjadi semakin terang setelah terbentuknya embrio sehingga pengamatan pada fase awal embriogenesis mengalami kesulitan. Telur C. panda memiliki diameter rata-rata 2 0,03 mm dan tidak berbeda jauh dibandingkan dengan ukuran telur ikan redfin shark yang berdiameter 1,965 0,015 mm (Sedjati, 2002). Perbedaan parameter telur menurut Effendie (1978) dapat disebabkan oleh perbedaan tekanan osmosis dan protein yang ada dipermukaan telur. Telur C. panda bersifat adhesif dilihat dari sifatnya yang menempel pada substrat yang berupa tali rafia setelah ditinjau menurut Waynarovich dan Horvart (1980). Masa krisis telur pada penelitian ini dapat dilihat dari tingkat kelangsungan hidup telur pada fase tertentu, seperti pada saat awal fertilisasi, terbentuknya embrio dan menetas (Gambar 2). Setelah fertilisasi (1) sampai terbentuknya embrio, kelangsungan hidup embrio hanya mencapai 9,75%. Setelah terbentuknya embrio sampai menetas (2, 3), kelangsungan hidup telur mencapai 100% (Tabel 1). Hal tersebut menandakan bahwa embrio dapat berkembang dengan baik pada lingkungan yang baru sehingga setiap telur yang terbentuk embrio dapat menetas seluruhnya. Penetasan telur C. panda berlangsung setelah 51 jam dengan suhu penetasan ±26 C. Secara alami (di perairan Amazon), telur ikan tersebut menetas setelah 5,5 hari dengan suhu 24,5 C. Perbedaan waktu penetasan telur tersebut akibat perbedaan suhu media penetasan, demikian pula pendapat Braum (1978) yang menyatakan bahwa suhu menentukan ciri morfologis, laju penetasan dan tingkah laku ikan sewaktu menetas. Perkembangan organ larva C. panda (Tabel 2) disebutkan secara rinci tentang perubahan organ yang terjadi. Larva mulai diberikan pakan dari luar berupa Artemia pada umur 3 hari dan kuning telur habis ketika larva berumur 5 hari. Larva umur 5 hari merupakan fase akhir pro-larva dan awal dari fase post-larva. Setelah larva berumur 6 hari, pakan yang diberikan berupa cacing halus. Larva ikan C. panda memiliki panjang total sebesar 6,13 mm dan relatif lebih besar dibandingkan dengan larva ikan redfin shark yang hanya mecapai 1,965 mm (Sedjati, 2002). Akan tetapi laju pertumbuhan mutlak larva ikan C. panda sampai umur 7 hari hanya mencapai 2,12 mm dengan pertumbuhan harian rata-rata sebesar 0,3 mm. Dengan demikian pertumbuhan panjang ikan C. panda tergolong lambat, dimana ukuran panjang induk hanya mencapai ±4 cm. (2) (1) (3) Gambar 2. Masa kritis telur ikan Corydoras sp.

70 Larva Corydoras memiliki ukuran kuning telur besar tetapi tidak memiliki butir minyak sehingga larva berada di dasar akuarium dengan posisi kuning telur berada di bawah. Bentuk larva ikan tersebut sangat khas dengan gerak ikan yang lincah pada awal penetasan tetapi lebih sering berdiam di sudut akuarium. Corydoras panda memiliki sirip pektoral yang besar dan membulat terlihat seperti sayap kupu-kupu atau capung. Bentuk sirip dorsal, kaudal, ventral dan anal terlihat menyatu sehingga posisi usus terletak pada siripnya. Tulang pada bagian sirip dorsal terbentuk semakin jelas, sedangkan posisi mata belum terlihat jelas karena pigmen warna belum terbentuk, namun sudah mulai tampak ada dua lingkaran pada matanya. Bentuk tengkorak terlihat jelas perubahannya, detak jantung juga terlihat jelas sehingga peredaran darah terlihat jelas baik pada badan maupun siripnya. Pada saat pengamatan, larva hanya dapat diamati pada bagian dorsal, sehingga tidak terlihat bukaan mulutnya. Pemberian pakan dilakukan setelah bentuk usus terlihat semakin jelas dan lubang usus sudah terbuka. Larva C. panda mulai diberi pakan berupa Artemia setelah berumur 3 hari. Ikan C. panda yang menetas memiliki sepasang sungut dan menjadi 2 pasang pada hari ke-2 dan terjadi perubahan bentuk dan panjang dengan bertambahnya hari. Bentuk usus larva umur 1 hari berupa tabung lurus yang tipis. Peredaran darah terlihat jelas pada seluruh tubuh, detak jantung terlihat jelas pada ruang khusus karena pigmen hitam pada kulit belum pekat sehingga bentuk tengkorak, notochord serta peredaran darah terlihat jelas (Gambar 3). Perkembangan kuning telur embrional Volume kuning telur embrio mengalami peningkatan pada hari pertama yaitu 1,13 mm 3 menjadi 1,62 mm 3 pada hari ke-3 (Gambar 4). Volume kuning telur larva pada hari pertama sebesar 1,62 mm 3 dan sedikit meningkat pada hari ke-2 menjadi 2,28 dan terus menurun sampai kuning telur habis pada hari ke-5. Volume kuning telur berkurang drastis setelah larva berumur 4 hari yang diduga akibat keperluan larva akan energi dari kuning telur lebih banyak untuk pergerakan, pertumbuhan dan penyempurnaan organ tubuh, hal tersebut juga dinyatakan oleh Waynarovich dan Hovart (1980). Sedangkan volume telur ikan tersebut berkisar antara 3,03 mm 3 dan 4,48 mm 3. Fase post-larva berlangsung setelah kuning telur habis dan mulai berenang aktif (Gambar 5), yaitu setelah berumur 5 hari. Pada umur 5 hari, kuning telur telah habis, bentuk mata sudah terlihat jelas karena pigmen warna hitamnya sehingga dengan kasat mata terlihat garis samar pada mata. Pada hari ke-7, larva mulai diberi pakan berupa cacing sutra kecil yang diperoleh dengan cara penyaringan. Panjang total larva dari hari ke-1 sampai hari ke-7 mengalami peningkatan dari 6,13 mm pada hari ke-1 menjadi 8,25 pada hari ke-7 (Gambar 6). Laju pertumbuhan mutlak larva Corydoras panda sebesar 2,12 mm dengan rata-rata pertumbuhan harian sebsar 0,3 mm. Kelangsungan hidup larva selama 7 hari pemeliharaan tercatat cukup tinggi dengan persentase sebesar 83,33%. Tabel 1. Keberhasilan perkembangan awal hidup ikan Corydoras panda\ Parameter Nilai (%) Derajat Pembuahan (FR) 77,85 Kelangsungan hidup embrio 9,75 Derajat penetasan 9,75

71 Tabel 2 Perkembangan organ dan tingkah laku larva Corydoras panda selama 7 hari Umur (hari ke-) 1 2 3 4 5 6 7 Perkembangan organ Sungut satu pasang; sirip pektoral berbentuk bulat dan besar; sirip dorsal, kaudal, anal dan ventral menyatu Sungut dua pasang; tutup insang terlihat jelas dan bergerak; tulang sirip pektoral dan kaudal terlihat jelas; sirip dorsal, kaudal, anal dan ventral bertambah lebar; peredaran darahnya dapat terlihat jelas; usus tampak seperti tabung lurus dan transparan Pigmen mata semakin hitam; usus bertambah panjang dan sudah terbuka; bentuk kepala semakin lebar; jantung terlihat jelas dan seperti berada pada rongga khusus; mulai diberi pakan Artemia Bentuk usus mulai tak beraturan; sungut mulai timbul gerigi-gerigi kecil; tulang sirip kaudal semakin jelas; segmen tulang belakang sudah terlihat jelas Kuning telur sudah tak terlihat; rongga tubuh sudah terlihat; warna mata sudah hitam pekat; sungut lebih panjang Terdapat bintik hitam pada bagian perut; sirip pektoral semakin banyak terdapat tulang sirip; usus semakin memadat Sudah diberi cacing sutera yang halus; tulang sirip kaudal semakin kokoh; pigmen warna semakin jelas Tingkah laku larva Bergerak aktif dan cenderung berada didasar akuarium Berkumpul di sudut akuarium; berenang aktif; peka terhadap kejutan dari luar Aktif menangkap pakan; mulai menyebar pada tempat-tempat pemberian pakan Tidak berkumpul disudut akuarium; sudah mulai menyebar pada dasar akuarium Berenang sangat aktif dan cepat Berenang sangat aktif dan cepat Berenang sangat aktif dan cepat (1) (2) (3) (4) Gambar 3. Perkembangan larva ikan Corydoras panda umur 1-4 hari

Volume kuning telur (mm 3 ) 72 2,5 2 1,5 1 0,5 0 1 2 3 / 1 2 3 4 5 umur (hari) Fase embrio Fase larva Gambar 4. Perubahan volume kuning telur embrio dan larva ikan Corydoras panda (1) (2) (3) Gambar 5. Perkembangan larva ikan Corydoras panda umur pasca kuning telur habis

Panjang total (mm ) 73 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 umur (hari) Gambar 6. Pertambahan panjang total larva Corydoras panda (umur 1-7 hari) Tabel 3. Kualitas air pada wadah pemijahan dan penetasan ikan Corydoras panda Parameter Satuan Wadah pemijahan Wadah penetasan Suhu C 25 28 25 28 Oksigen terlarut ppm > 4,5 6,36 ph - 7,59 6,62 Alkalinitas ppm 44,62 28 Nitrit ppm 0,954 - Amoniak ppm - 0,055 Kualitas air Suhu air pada wadah pemijahan dan penetasan ikan Corydoras panda cenderung sama selama penelitian yaitu berkisar antara 25-28 C. Kandungan oksigen terlarut yang tersedia pada kedua wadah cukup tinggi sehingga dapat menunjang kehidupan dan pertumbuhannya. Nilai ph yang tidak jauh berbeda yaitu berada pada kisaran netral, tidak dianggap berpengaruh terhadap pemijahan dan pemeliharaan ikan tersebut. Perbedaan yang tinggi antara wadah pemijahan dan penetasan terjadi pada parameter alkalinitas. Alkalinitas perairan dipengaruhi oleh kemampuan perairan dalam mengikat asam (ion H + ). KESIMPULAN Masa inkubasi telur ikan Corydoras panda berlangsung selama sekitar 51 jam setelah pembuahan dengan proses organogenesis selama 46 jam. Derajat penetasan telur pada penelitian ini mencapai 9,75%. Masa pro-larva ikan Corydoras panda berakhir setelah larva berumur 5 hari yang ditandai dengan habisnya kuning telur. Laju pertumbuhan mutlak larva yang dipelihara selama 7 hari mencapai 2,12 mm. DAFTAR PUSTAKA Braum, E. 1978. Ecological Aspect of The Survival of Fish Eggs, Embrio and Larvae. In: S. D. Gerking (Ed.). Ecology of Freshwater Fish Production. Blackwell

74 Scientific Publications. Oxford. p: 102-131. Effendi, M. I. 1978. Biologi Perikanan Bagian I: Study Natural History. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hal: 53-72. Sedjati, I. F. 2002. Embriogenesis dan Perkembangan Larva Ikan Redfin Shark (Labeo erythropterus C. V.). Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Waynorovich, E. and Hovart, L. 1980. The Artificial Propagation of Warm Water Finfish A Manual for Extensions. FAO. Fish. Tech. Pop.