HASIL DAN PEMBAHASAN. kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya.

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

ADSORPSI DAN DESORPSI KROMIUM(VI) PADA ZEOLIT ALAM ASAL LAMPUNG TERMODIFIKASI HEKSADESILTRIMETILAMONIUM BROMIDA DERY SUPRAYOGI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Adsorpsi Zat Warna

4 Hasil dan Pembahasan

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan uji kapasitas adsorben kitosan-bentonit terhadap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

Kata kunci: surfaktan HDTMA, zeolit terdealuminasi, adsorpsi fenol

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

TINJAUAN PUSTAKA Kadmium (Cd) Stuktur Kimia Zeolit

adsorpsi dan katalisator. Zeolit memiliki bentuk kristal yang sangat teratur dengan rongga yang saling berhubungan ke segala arah yang menyebabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN y = x R 2 = Absorban

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia semakin berkembang. Seiring dengan perkembangan industri yang telah memberikan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara Keseluruhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Panjang Gelombang Maksimum (λ maks) Larutan Direct Red Teknis

BAB III METODE PENELITIAN

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan adalah kromium (Cr). Krom adalah kontaminan yang banyak ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Modifikasi Ca-Bentonit menjadi kitosan-bentonit bertujuan untuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

LAMPIRAN 1 Pola Difraksi Sinar-X Pasir Vulkanik Merapi Sebelum Aktivasi

BABrV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Aktivasi Terhadap Kapasitas Adsorpsi Zeolit pada Ion Kromium (VI)

MODIFIKASI ZEOLIT MELALUI INTERAKSI DENGAN Fe(OH) 3 UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TUKAR ANION. Syafii, F; Sugiarti, S; Charlena.

HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Contoh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Zeolit

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methylene Blue

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

Hasil dan Pembahasan. konsentrasi awal optimum. abu dasar -Co optimum=50 mg/l - qe= 4,11 mg/g - q%= 82%

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti industri kertas, tekstil, penyamakan kulit dan industri lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan melalui atom O (Barrer, 1982). Klasifikasi zeolit dapat didasarkan

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... ii. Halaman Pengesahan... iii. Halaman Pernyataan... iv. Prakata... v. Daftar Isi... vii. Daftar Tabel...

Lampiran 1 Pembuatan Larutan Methyl Violet = 5

BAB I PENDAHULUAN. Banyak sekali logam-logam berat yang dilepaskan ke lingkungan sebagai

LAMPIRAN I. LANGKAH KERJA PENELITIAN ADSORPSI Cu (II)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN A DATA PERCOBAAN

Disusun Oleh : Shellyta Ratnafuri M BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Kerangka penelitian secara umum dijelaskan dalam diagram pada Gambar 3.

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CU/ZEOLIT DENGAN METODE PRESIPITASI

OPTIMISASI ADSORPSI ION Pb(II) MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM TERMODIFIKASI DITIZON ZURIDA AGUSTININGTYAS

ADSORPSI ION LOGAM PB 2+ PADA LIMBAH ACCU ZUUR PT MUHTOMAS MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI ASAM SULFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

I. PENDAHULUAN. akumulatif dalam sistem biologis (Quek dkk., 1998). Menurut Sutrisno dkk. (1996), konsentrasi Cu 2,5 3,0 ppm dalam badan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 Hasil dan Pembahasan

II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A. PEMANFAATAN SERBUK GERGAJI KAYU SENGON SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM Pb 2+

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

et al., 2005). Menurut Wan Ngah et al (2005), sambung silang menggunakan glutaraldehida, epiklorohidrin, etilen glikol diglisidil eter, atau agen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Ide Penelitian. Studi Literatur. Persiapan Alat dan Bahan Penelitian. Pelaksanaan Penelitian.

METODA AKTIVASI ZEOLIT ALAM DAN APLIKASINYA SEBAGAI MEDIA AMOBILISASI ENZIM α-amilase. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh WENI ASTUTI

Lampiran 1. Pembuatan Larutan Methyl Red

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penulis sangat menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan tesis ini, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA CH 2 O H O

Kapasitas Adsorpsi Tanah Diatomeae (Diatomaceous earth) terhadap Ion Kromium (VI)

Indonesian Journal of Chemical Science

Indonesian Journal of Chemical Science

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

BAB III METODE PENELITIAN

Perlakuan awal kaolin dan limbah padat tapioka. Pembuatan adsorben campuran kaolinlimbah KMK pada NDS dan HDTMA-Br

Cation Exchange Capacity of Zeolite X from Bagasse Ash against Magnesium(II)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN POTENSI BATU PADAS LADGESTONE SEBAGAI ADSORBEN ION LOGAM BERAT Cr(III) DALAM AIR MELALUI AKTIVASI ASAM DAN BASA

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

MODIFIKASI ZEOLIT ALAM SEBAGAI KATALIS MELALUI PENGEMBANAN LOGAM TEMBAGA

BAB 1 PENDAHULUAN. supaya dapat dimanfaatkan oleh semua makhluk hidup. Namun akhir-akhir ini. (Ferri) dan ion Fe 2+ (Ferro) dengan jumlah yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

Adsorpsi Pb (II) oleh Lempung Alam Desa Talanai (Das Kampar): modifikasi NaOH ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi sinamaldehida dari minyak kayu manis. Minyak kayu manis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Warna Bau ph Kuning bening Merah kecoklatan Coklat kehitaman Coklat bening

Aktivasi Batu Padas dengan Asam dan Pemanfaatannya sebagai Penyerap Limbah Deterjen

HUBUNGAN ANTARA SIFAT KEASAMAN, LUAS PERMUKAAN SPESIFIK, VOLUME PORI DAN RERATA JEJARI PORI KATALIS TERHADAP AKTIVITASNYA PADA REAKSI HIDROGENASI CIS

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Transkripsi:

8 kedua, dan 14 jam untuk Erlenmeyer ketiga. Setelah itu larutan disaring kembali, dan filtrat dianalisis kadar kromium(vi)-nya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan salah satu sifat kimia terpenting zeolit dalam hubungannya sebagai bahan adsorpsi. KTK dapat digunakan sebagai parameter kualitas zeolit. KTK merupakan ukuran jumlah kation yang dapat dipertukarkan. Kation-kation yang dapat dipertukarkan dari zeolit adalah kation yang tidak terikat secara kuat di dalam kerangka tetrahedral zeolit sehingga dengan mudah akan dipertukarkan melalui penggantian oleh H + pada pencucian asam. Pengubahan menjadi bentuk H-zeolit hanya merupakan proses pertukaran ion tanpa mengubah kerangka silika-alumina zeolit. Pencucian oleh asam selain menukarkan kation juga menghilangkan kation pengotor yang menutupi rongga zeolit seperti oksidaoksida logam termasuk silika dan alumina bebas. Kemampuan pertukaran zeolit merupakan fungsi dari tingkat substitusi Al terhadap Si pada struktur bangun zeolit. Hal ini dikarenakan semakin tinggi tingkat substitusi Al terhadap Si maka muatan negatif yang dihasilkan pada kerangka zeolit semakin banyak. Semakin banyak muatan negatif maka + semakin banyak pula jumlah kation NH 4 yang diperlukan untuk menetralkannya. Oleh karena itu, nilai kapasitas tukar kation akan meningkat. Hal ini dapat dilihat nilai KTK zeolit teraktivasi lebih besar nilainya dibandingkan dengan zeolit awal sebelum diaktivasi (Tabel 3). Hasil ini mendukung simpulan Haryati (2007) bahwa aktivasi oleh asam dapat meningkatkan KTK. Tabel 3 Data kapasitas tukar kation KTK (mek/ Sampel 100g) Zeolit awal 56.36 Zeolit teraktivasi 61.62 50 % KTK 57.14 Zeolit- 100 % KTK 57.67 HDTMABr 200 % KTK 58.89 Nilai KTK zeolit teraktivasi berada dibawah nilai KTK kriteria zeolit dengan kualitas tinggi (80-200 mek/100g). Hal ini dimungkinkan terjadinya dealuminasi sebagian Al pada kerangka klinoptilolit akibat pengasaman, sehingga tingkat substitusi Al terhadap Si turun dan rasio Si/Al mengalami peningkatan. Dengan demikian, muatan negatif zeolit menjadi lebih sedikit dan banyaknya kation yang dapat dipertukarkan menjadi berkurang. Hasil pengujian nilai KTK zeolit termodifikasi pada berbagai komposisi HDTAMBr dengan dosis 50%, 100%, dan 200% nilai KTK berturut-turut sebesar 57.14; 57.67; dan 58.89 mek/100g. Semakin besar dosis HDTMABr yang digunakan untuk memodifikasi zeolit, hanya menurunkan sedikit nilai KTK setelah aktivasi. Hal ini dikarenakan, ukuran molekul HDTMABr lebih besar daripada ukuran pori dari permukaan zeolit. Sehingga pertukaran kation HDTMABr dengan kation yang terdapat pada zeolit hanya sebatas dengan kation pada permukaan luar dari zeolit. Karena besarnya ukuran molekul HDTMABr dibandingkan ukuran pori zeolit, sehingga kation yang berada dalam kerangka zeolit tidak dapat dipertukarkan (Nizam 2007). Selain itu, dosis HDTMABr yang ditambahkan ke dalam zeolit berpengaruh pada mutu hasil pelapisan HDTMABr pada permukaan zeolit. Dosis HDTMABr yang tinggi dapat menyebabkan jumlah HDTMABr yang ditambahkan jumlahnya berlebihan yang menyebabkan terjadi lapisan ganda (bilayer) pada permukaan zeolit yang dapat menutup seluruh pemukaan luar zeolit, karena permukaan luar zeolit lebih kecil daripada molekul HDTMABr. Menurut Huasini (2003) hal ini justru tidak dikehendaki, karena permukaan zeolit yang terbentuk tidak mampu mengadsorpsi anion. Perlakuan dosis HDTMABr yang ditambahkan pada zeolit dalam tahap penelitian selanjutnya adalah dosis HDTMABr yang dapat menurunkan nilai KTK paling besar dari nilai KTK zeolit setelah diaktivasi. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dosis HDTMABr yang ditambahkan pada zeolit sebesar 50% nilai KTK. Hal ini dikarenakan zeolit termodifikasi HDTMABr yang memiliki nilai KTK kecil berarti zeolit tersebut memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi anion lebih besar daripada kation. Karena ion kromium(vi) dalam penelitian ini dalam bentuk anion.

9 Kondisi Optimum Adsorpsi Zeolit Tanpa Modifikasi Penentuan kondisi optimum adsorpsi zeolit tanpa modifikasi (ZTM) dilakukan dengan mengukur 3 parameter, yaitu waktu adsorpsi, konsentrasi awal, dan ph larutan kromium(vi). Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi optimum adsorpsi modifikasi diperoleh pada waktu adsorpsi 20 jam, konsentrasi awal larutan kromium(vi) 350 ppm pada ph 3.5 (Tabel 4). Tabel 4 Kondisi optimum adsorpsi zeolit tanpa modifikasi Kondisi Q Parameter Optimum (mg/g) Waktu Konsentrasi 20 jam 350 ppm ph 3.5 0.74 Pada kondisi optimum diperoleh nilai kapasitas adsorpsi (Q) sebesar 0.74 mg/g. Artinya, setiap 1 g zeolit mengadsorpsi 0.74 mg kromium(vi). Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Waktu optimum adsorpsi yang diperoleh adalah 20 jam. Waktu optimum merupakan waktu terjadi keadaan kesetimbangan antara laju adsorpsi dan desorpsi (Alias et al. 2008). Setelah melewati 20 jam, kapasitas adsorpsi mengalami penurunan (Lampiran 5). Hal ini menunjukkan pada waktu pengocokkan 20 jam, kontak antara zeolit sebagai adsorben dan larutan kromium(vi) sebagai adsorbat telah mengalami kesetimbangan. Akibatnya permukaan zeolit seluruhnya mengadsorpsi ion kromium(vi). Apabila dilanjutkan, kemungkinan akan terjadi proses desorpsi adsorbat yang telah teradsorpsi. Adsorpsi kromium(vi) oleh zeolit dipengaruhi oleh ph larutan kromium(vi). Kapasitas adsorpsi kromium(vi) pada zeolit tanpa modifikasi optimum berlangsung pada ph larutan kromium(vi) sebesar 3.5. Menurut Alias et al. (2008) bentuk ion kromium (VI) pada kisaran ph 2-6 adalah ion HCrO 4 - dan dikromat (Cr 2 O 7 2- ). Oleh karena itu, anion kromium(vi) yang paling dominan terdapat di dalam larutan pada ph 3.5 dan diadsorpsi zeolit tanpa modifikasi adalah ion HCrO 4 -. Secara umum kapasitas adsorpsi mengalami peningkatan dengan turunnya ph dan mengalami penurunan dengan naiknya ph. Peningkatan dan penurunan kapasitas adsorpsi tersebut 0.01-0.03 mg/g (Lampiran 4). Peningkatan kapasitas adsorpsi kromium(vi) pada suasana asam ini diduga karena pada larutan terjadi kesetimbangan kromat-dikromat, pada ph rendah terdapat kromium(vi) dalam bentuk ion dikromat (Cr 2 O 7 2- ) yang lebih mudah masuk dan teradsorpsi pada zeolit dibandingkan dengan bentuk ion kromat (CrO 4 2- ). Hal ini disebabkan bentuk molekul dikromat yang lebih sesuai dengan rongga zeolit (Alias et al. 2008). Penurunan kapasitas adsorpsi dengan kenaikan ph hal ini kemungkinan karena terjadi penurunan gaya elektrostatis dari interaksi antara adsorben dan adsorbat (Wang XS et al. 2008). Zeolit merupakan mineral silikat yang termasuk ke dalam group tektosilikat dengan pola susunan tetrahedron-sio 4 dan AlO 4 membentuk pola tenunan, dengan energi ikatan total sebesar 155.500 kg kal/mol (Paton 1978). Pada zeolit terjadi penggantian isomorfis 1 sampai 2 atom Si oleh Al sehingga menjadi bermuatan negatif 1-2. Muatan negatif ini merupakan muatan tetap (permanent charge) sehingga tidak terpengaruh oleh perubahan ph lingkungannya ( Ismangil & Hanudin 2005). Oleh karena itu, pengaruh ph larutan kromium(vi) tidak akan memengaruhi muatan negatif kerangka satuan tetrahedron- SiO 4 dan AlO 4 stuktur zeolit. Group mineral tektosilikat mempunyai nilai ph abrasi 7-9. Nilai ph abrasi merupakan indikasi ketahanan ikatan antarsatuan dan antarkerangka satuan tetrahedron-sio 4 dan AlO 4. Mineral tektosilikat mempunyai nilai ph abrasi 7-9, artinya ikatan O-Si-O dan O-Al-O dalam rantai tetrahedron akan terdegradasi dalam larutan yang bernilai ph 7-9 (Birkeland 1974). Nilai ph larutan kromium(vi) optimum pada zeolit tanpa modifikasi (3.5) berada di bawah nilai ph abrasi (7-9). Oleh karena itu, pengaruh ph larutan kromium(vi) tidak akan menyebabkan terdegradasinya kerangka satuan tetrahedron-sio 4 dan AlO 4 stuktur zeolit. Pengaruh konsentrasi pada kapasitas adsorpsi menunjukkan semakin tinggi konsentrasi awal larutan kalium dikromat, semakin meningkatkan nilai kapasitas adsorpsinya (Lampiran 4). Verma et al. (2006) menyatakan bahwa kapasitas adsorpsi akan terus mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya konsentrasi adsorbat. Kenaikan konsentrasi menyebabkan peningkatan jumlah ion kromium(vi) yang terikat pada permukaan zeolit sehingga

10 kapasitas adsorpsinya juga meningkat. Konsentrasi awal larutan kromium(vi) yang diperoleh adalah 350 ppm. Nilai ini belum dapat dikatakan sebagai nilai optimum, melainkan nilai terbaik yang diperoleh melalui percobaan karena mungkin saja apabila konsentrasi dinaikkan maka kapasitas adsorpsi akan semakin meningkat (Lampiran 5). Kondisi Optimum Adsorpsi Zeolit Modifikasi Penentuan kondisi optimum adsorpsi zeolit modifikasi menggunakan parameter yang sama dengan zeolit tanpa Berdasarkan penelitian, kondisi optimum adsorpsi kromium(vi) oleh zeolit modifikasi (ZM) diperoleh pada waktu adsorpsi 23 jam, konsentrasi awal larutan kromium(vi) 350 ppm pada ph 5 (Tabel 5). Tabel 5 Kondisi optimum adsorpsi zeolit Kondisi Q Parameter Optimum (mg/g) Waktu Konsentrasi 23 jam 350 ppm ph 5 1.40 Pada kondisi optimum tersebut diperoleh kapasitas adsorpsi (Q) sebesar 1.40 mg/g. Artinya, setiap 1 g zeolit mengadsorpsi 1.40 mg kromium(vi). Sama halnya dengan zeolit tanpa modifikasi, nilai ini bukanlah nilai kapasitas adsorpsi maksimum, akan tetapi pada kondisi tersebut memiliki nilai yang paling tinggi. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7. Waktu optimum adsorpsi yang diperoleh adalah 23 jam. Grafik hubungan antara kapasitas adsorpsi dan waktu adsorpsi dapat dilihat pada Lampiran 8. Setelah melewati 23 jam, proses adsorpsi kromium(vi) mengalami penurunan yang cukup tajam. Waktu adsorpsi yang diperlukan oleh zeolit modifikasi agar terjadi kesetimbangan antara adsorben dan adsorbat, lebih lama dibandingkan dengan zeolit tanpa Hal ini disebabkan permukaan zeolit telah tersalut oleh HDTMABr sehingga ketersediaan tapak aktif untuk mengikat ion kromium(vi) meningkat. Dengan demikian, tapak aktif dalam jumlah besar membutuhkan waktu kesetimbangan yang lebih lama agar terjadinya interaksi antara tapak aktif pada zeolit modifikasi dan ion kromium(vi). Penurunan kapasitas adsorpsi setelah mencapai nilai optimum dimungkinkan oleh pelepasan ikatan antara tapak aktif pada zeolit modifikasi dengan ion kromium(vi) akibat semakin lamanya waktu kontak antara adsorben dan adsorbat. Hal ini memperkuat laporan Suardana (2008) menyatakan bahwa waktu kontak antara adsorben dan adsorbat yang melebihi waktu optimum dapat menyebabkan desorpsi. Berdasarkan Lampiran 8 terlihat bahwa kenaikan konsentrasi berbanding lurus dengan kenaikan kapasitas adsorpsi. Hal ini karena semakin tinggi konsentrasi, jumlah ion kromium(vi) yang terikat dengan adsorben semakin banyak sehingga nilai kapasitas adsorpsi semakin meningkat. Konsentrasi awal larutan kromium(vi) optimum yang diperoleh adalah 350 ppm. Nilai ini belum dapat dikatakan sebagai kondisi optimum, melainkan nilai terbaik yang diperoleh melalui percobaan karena mungkin saja jika konsentrasi dinaikkan lagi maka kapasitas adsorpsi masih akan terus mengalami peningkatan. Kondisi ph optimum yang diperoleh sebesar 5. Hal ini mengindikasikan bentuk ion kromium(vi) pada larutan kromium(vi) ph 5 dan teradsorpsi pada zeolit modifikasi berada dalam dikromat (Cr 2 O 7 2- ) (Alias et al. 2008). Kondisi ph optimum tersebut berada di bawah nilai ph abrasi 7-9 ( Ismangil & Hanudin 2005) sehingga tidak akan menyebabkan terdegradasinya kerangka satuan tetrahedron-sio 4 dan AlO 4 stuktur zeolit. Perbandingan Kapasitas Adsorpsi Kromium(VI) Perbandingan antara kapasitas adsorpsi kromium (VI) dari zeolit tanpa modifikasi (ZTM) dan zeolit modifikasi (ZM) dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Perbandingan kapasitas adsorpsi modifikasi dan zeolit

11 Kapasitas adsorpsi kromium(vi) oleh ZM lebih tinggi dibandingkan dengan ZTM berturut-turut sebesar 1.40 dan 0.74 mg/g. Hal ini menunjukkan bahwa pada zeolit yang dimodifikasi telah terjadi penempelan HDTMABr pada permukaan zeolit dan membentuk bilayer. Lapisan bilayer tersebut menyebabkan zeolit yang awalnya bermuatan negatif menjadi bermuatan positif (Li 1997) sehingga adsorpsi zeolit terhadap kromium(vi) semakin meningkat. Hasil ini membuktikan bahwa penempelan HDTMABr pada zeolit dapat meningkatkan daya adsorpsinya terhadap anion dibandingkan zeolit tanpa Isoterm Adsorpsi Pola isoterm adsorpsi ZTM dan ZM diuji dengan pola isoterm adsorpsi Freundlich dan Langmuir. Uji pola isoterm adsorpsi Freundlich dilakukan dengan membuat kurva hubungan log (x/m) terhadap log c. Sementara pengujian pola isoterm adsorpsi Langmuir dilakukan dengan dengan cara membuat kurva hubungan c/(x/m) terhadap c. Pola adsorpsi ditentukan dengan cara membandingkan linearitas kurva yang ditunjukkan oleh harga R 2. Harga R 2 yang dapat diterima adalah 0.95 atau 95% (Suardana 2008). Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 9 dan 10 yang berasal dari pengolahan data pada Lampiran 9, adsorpsi kromium(vi) oleh zeolit tanpa modifikasi menunjukkan pola isoterm Freundlich dengan linearitas sebesar 97.30% (Gambar 9) sedangkan isoterm Langmuir memiliki linearitas sebesar 93.40% (Gambar 10). Gambar 10 Isoterm Langmuir adsorpsi Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses adsorpsi kromium(vi) oleh ZTM mengikuti tipe isoterm Freundlich, karena linearitas untuk tipe isoterm ini lebih besar. Pada isoterm Freundlich hanya melibatkan gaya Van der Waals sehingga ikatan antara adsorbat dengan adsorben bersifat lemah. Hal ini memungkinkan adsorbat leluasa bergerak hingga akhirnya berlangsung proses adsorpsi banyak lapisan. Isoterm adsorpsi kromium(vi) oleh ZM menunjukkan hasil yang sama dengan ZTM. Gambar 11 dan Gambar 12 yang berasal dari pengolahan data pada Lampiran 10 menunjukkan bahwa isoterm Freundlich memiliki linearitas sebesar 95.14%. Nilai ini jauh melampaui isoterm Langmuir yang hanya memiliki linearitas sebesar 29.89%. Hal ini menunjukkan bahwa adsorpsi kromium(vi) oleh zeolit modifikasi mengikuti tipe isoterm Freundlich. Gambar 9 Isoterm Freundlich adsorpsi Gambar 11 Isoterm Freundlich adsorpsi kromium(vi) oleh zeolit

12 Gambar 12 Isoterm Langmuir adsorpsi kromium(vi) oleh zeolit Desorpsi Desorpsi merupakan proses pelepasan kembali ion/molekul yang telah berikatan dengan gugus aktif pada adsorben. Hasil desorpsi dengan menggunakan akuades, HCl 1 M, dan Na 2 EDTA 0.05 M pada zeolit tanpa modifikasi dan zeolit modifikasi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil desorpsi ion kromium (VI) dari adsorben Adsorben Jumlah Cr (VI) terdesorpsi (%) Akuades HCl 1 M Na 2EDTA 0.05 M ZTM 30.56 31.28 0.01 ZM 0.33 0.06 0.01 Hasil desorpsi dengan menggunakan akuades, HCl 1M, dan Na 2 EDTA 0.05 M, jumlah ion logam kromium(vi) yang terdesorpsi pada ZTM berturut-turut sebesar 30.56, 31.28, dan 0.01%. Sedangkan jumlah ion logam kromium(vi) yang terdesorpsi pada ZM berturut-turut sebesar 0.33, 0.06, dan 0.01%. Data lengkap pada Lampiran 11-12. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa proses desorpsi kromium(vi) dari zeolit tanpa modifikasi cenderung lebih besar daripada zeolit Hal ini menunjukkan bahwa kromium(vi) teradsorpsi lebih kuat di dalam ZM dibandingkan dalam ZTM. Jumlah ion kromium(vi) cukup banyak terdesorpsi pada ZTM dan ZM adalah dengan menggunakan akuades. Karena dengan waktu pengocokan selama 0.5 jam menggunakan akuades dapat mendesorpsi ion logam kromium (VI) yang terikat pada ZTM dan ZM cukup besar. Meskipun jumlah ion kromium(vi) pada ZTM paling banyak terdesorpsi menggunakan HCl, pelarut ini tidak dipilih sebagai pelarut pendesorpsi. Hal ini dikarenakan bahaya dari cemaran palarut HCl yang apabila terionisasi melepaskan ion Cl - sebagai agen pengoksidasi yang dapat menyebabkan racun dibandingkan dengan akuades yang bersifat ramah lingkungan. Ion kromium(vi) yang terdesorpsi cukup banyak pada ZTM dan ZM dengan pelarut akuades. Hal ini mengindikasikan bahwa interaksi yang mendominasi pada proses adsorpsi ion kromium (VI) pada zeolit tanpa modifikasi dan zeolit modifikasi adalah ikatan Van der Waals. Sehingga dapat diasumsikan mekanisme adsorpsi yang terjadi berlangsung secara fisika (fisisorpsi) (Atkins 1999).. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kapasitas adsorpsi kromium(vi) oleh zeolit termodifikasi lebih tinggi dibandingkan zeolit tanpa modifikasi berturut-turut sebesar 1.40 dan 0.74 mg/g. Kondisi optimum adsorpsi zeolit tanpa modifikasi pada kromium(vi) diperoleh pada waktu adsorpsi 20 jam dan konsentrasi awal larutan kromium(vi) 350 ppm pada ph 3.5. Sementara kondisi optimum zeolit modifikasi pada kromium(vi) diperoleh pada waktu 23 jam dan konsentrasi awal larutan kromium(vi) 350 ppm pada ph 5. Tipe isoterm yang dianut oleh zeolit tanpa modifikasi dan zeolit modifikasi adalah tipe isoterm Freundlich. Jumlah ion logam kromium(vi) yang terdesorpsi pada zeolit tanpa modifikasi maupun zeolit modifikasi paling banyak terdesorpsi dengan menggunakan akuades berturut-turut sebesar 30.56 dan 0.33 %. Oleh karena itu, diasumsikan mekanisme interaksi yang dominan terjadi pada zeolit tanpa modifikasi dan zeolit modifikasi adalah ikatan Van der Waals. Saran Tahapan selanjutnya perlu dilakukan perluasan kisaran variasi faktor yang digunakan sebagai faktor kondisi optimum karena beberapa kondisi optimum teramati pada ujung-ujung variasi faktor. Penurunan dosis HDTMABr yang digunakan untuk memodifikasi zeolit agar dapat menurunkan nilai KTK zeolit lebih besar. Pencirian lebih lanjut zeolit alam teraktivasi dan zeolit modifikasi, yaitu dengan spektroskopi infra merah (FTIR) untuk mengetahui pengaruh