PENINGKATAN KUALITAS KARYA ILMIAH BAGI PENGEMBANGAN PROFESI GURU. Oleh: Amanita Novi Yushita, SE.

dokumen-dokumen yang mirip
Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: KOMPETENSI PROFESI TENAGA PENDIDIK MELALUI KARYA ILMIAH DEMI MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG BERKUALITAS

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT (PPM) DOSEN

11/1/2011 TUPOKSI GURU: KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sesuai tanggung jawabnya bahwa guru adalah tenaga pendidik

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

KARYA TULIS ILMIAH 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal berikut: 1. Penyebab Sebagian Besar

BAB I PENDAHULUAN. hanya diperoleh dari guru yang profesional dan sekolah berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

MENJADI SEORANG GURU PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dosen diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan. pembelajaran yang digunakan sebagai perangkat dasar kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan

Karya Tulis Ilmiah (Penelitian Tindakan Kelas) 1

KARYA TULIS ILMIAH DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

ARAH PEMIKIRAN FILOSOFI, DAN URGENSI KARYA TULIS ILMIAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN. (Sutaryat Trisnamansyah, Prof., Dr.,M.A.)

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan efektif apabila satuan

Pedagogik Kepribadian Profesional Sosial

Keterkaitan antara Karya Tulis Ilmiah PENGEMBANGAN PROFESI GURU

BAB V PENUTUP. guru-guru bersertifikasi di SMK Negeri 2 Sragen. seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya, karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Guru merupakan ujung tombak pendidikan. Sebagai pendidik, guru

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME

PROBLEM KENAIKAN PANGKAT GURU Oleh : Istamaji, S.I.Kom (Analis Kepegawaian Pertama Kantor Kementerian Agama Kab. Way Kanan)

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional seperti yang tertulis pada Undang-undang nomor 20

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Perencanaan pengembangan kinerja dosen di IAIN Sulthan Thaha

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU *) Oleh: Dr. S. Eko Putro Widoyoko, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi (Iptek). Persepsi masyarakat ini kiranya telah mampu memobilisasi

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara menjadi lebih baik. Untuk mencapai pendidikan yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

PEDOMAN PENILAIAN PROFIL KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN BULELENG

LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (P2M)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2010

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PENULISAN KARYA ILMIAH

MENJADI GURU UTAMA DENGAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Oleh : Dra. Nuraeni T, M.H BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. banyak digunakan untuk menunjang kebutuhan-kebutuhan perusahaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat penting. Seperti ditemukan dalam berbagai studi baik di. nasional Universitas Pendidikan Indonesia, 2012:10).

KEMAMPUAN MENULIS SISWA MENGGUNAKANPENDEKATAN PEMBELAJARAN TERPADU MATA PELAJARANBAHASA INDONESIA PADA MIS ASSALAM MARTAPURA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tugas dan Kompetensi Guru. 1. Pengertian Guru. Menurut UU No.14 tahun 2005 pasal 1 ayat 1, guru adalah pendidik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas. Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas sekolah sering berhadapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dianataranya dengan meningkatkan anggaran pendidikan, meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME WIDYAISWARA PASCA PERMENPAN NOMOR 14 TAHUN Penulis : Adang Karyana S

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

PEMBINAAN KARIER DOSEN PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM. Oleh : BIRO KEPEGAWAIAN

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

PELATIHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BAGI GURU TAMAN KANAK-KANAK KABUPATEN KEDIRI

Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru SMP Negeri 7 Kota Sukabumi Melalui Pendampingan Penyusunan Karya Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIAH HASIL PENELITIAN DAN GAGASAN ILMIAH. Oleh: Supartinah, M.Hum.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENYUSUNAN MODEL PTK *) (UNTUK MEMENUHI 12 POINT KENAIKAN PANGKAT KE IV-B)

PENELITIAN TINDAKAN KELAS KARYA TULIS ILMIAH TERDEKAT BAGI GURU. Eka Zuliana Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UMK

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 41 SERI E

PENULISAN KARYA ILMIAH SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN PROFESI GURU. Oleh Kastam Syamsi

BAB II KAJIAN TEORI. kali gaji pokok pada tingkat, masa kerja dan kualifikasi yang sama. Sertifikasi

BAB VI PENUTUP. prosentase sebesar 58,1%. Sisanya sebesar 41,9% dipengaruhi oleh. pengaruh antara kompetensi guru tersertifikasi melalui portofolio

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

KARYA TULIS ILMIAH. Dalam KEGIATAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menyadari akan hal tersebut, pemerintah sangat serius menangani. hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Jurnal Praksis dan Dedikasi Sosial

PELATIHAN PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU SMPN 3 NGUNUT

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU MELALUI PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KOMPETENSI PED AGOGIK D AN KUALITAS MENGAJAR GURU SEKOLAH D ASAR D ITINJAU D ARI LATAR BELAKANG PEND ID IKAN GURU LULUSAN PGSD D AN NON-PGSD

BAB I PENDAHULUAN. Gaya mengajar adalah cara atau metode yang dipakai oleh guru ketika sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan. Sejak dikeluarkannya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

ABDUL JAMIL, S.KOM., MM TATA TULIS KARYA ILMIAH TAHUN AKADEMIK 2016/

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan akhir manusia dalam menempuh pendidikan biasanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan profesional secara maksimal. Hal ini disebabkan karena guru

Transkripsi:

PENINGKATAN KUALITAS KARYA ILMIAH BAGI PENGEMBANGAN PROFESI GURU Oleh: Amanita Novi Yushita, SE. amanitanovi@uny.ac.id A. PENDAHULUAN Sesuai dengan ketentuan umum UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Profesional dituntut untuk memiliki kemampuan dalam berbagai aspek. Tidak hanya memiliki kompetensi dalam pembelajaran, tetapi dalam hal penulisan karya ilmiah menjadi keharusan. Pola Pembinaan Profesionalisme Guru melalui Penulisan Karya Ilmiah harus ditingkatkan secara simultan dan berkesinambungan. Bagi sebagian guru, karya ilmiah merupakan hal yang dianggap pekerjaan yang sulit. Akibatnya karya ilmiah menjadi hambatan dalam berbagai hal. Padahal kemampuan menulis karya ilmiah menjadi keharusan bagi seorang guru profesional. Baik dalam peningkatan karier maupun peningkatan pengetahuan dan intelektualitas yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam proses pembelajarannya. Kemampuan penulisan karya ilmiah yang dimiliki oleh seorang guru tidak datang dengan sendirinya, melainkan dengan pelatihan dan kerja keras untuk menguasainya. Bukan hal tidak mungkin seorang guru dapat menulis karya ilmiah, baik penelitian tindakan kelas maupun penelitian lainnya yang berbasis pada keilmuan guru tersebut. Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia masih mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Hasil studi UNDP mengenai IPM (Indeks Pembangunan Indonesia) yang meliputi bidang kesehatan, pendidikan, dan pendapatan per kapita, menunjukkan peringkat Indonesia terus mengalami penurunan. Mewujudkan pendidikan bermutu memang tidak semudah membalik telapak tangan karena hal itu ditentukan oleh sejumlah komponen dan salah satunya menyangkut komponen guru. Harus diakui bahwa yang paling penting dalam membangun pendidikan bermutu harus dimulai dari membangun guru. Guru merupakan inti dari pendidikan itu sendiri. Dengan kurikulum serta sarana dan prasarana yang baik, tidak mungkin bisa diwujudkan pendidikan yang bermutu tanpa ditunjang oleh guru yang bermutu. Oleh karena itu,

dalam membangun pendidikan yang berkualitas dan kompetitif, keberadaan guru profesional memiliki peran yang sangat strategis sehingga setiap guru harus secara terus-menerus meningkatkan profesionalismenya. Upaya strategis yang sudah dan sedang dilakukan pemerintah adalah sertifikasi guru, yaitu proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru atau dosen. Sertifikat pendidik adalah bukti formal pengakuan yang diberikan kepada guru dan dosen sebagai jabatan profesional. Untuk mewujudkan profesionalisme guru maka setiap guru harus melaksanakan Pengembangan keperofesian berkelanjutan (PKB) atau Continuous Professional Development (CPD), yang diarahkan untuk memenuhi standar kecukupan minimal yang dipersyaratkan. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru adalah kemampuan dalam penulisan ilmiah, lebih khusus lagi terkait Peniliatan Tindakan Kelas (PTK) atau classroom action research (CAR). Permasalahannya adalah kurangnya guru melaksanakan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitas pengajarannya. Beberapa permasalahan terkait antara lain : 1) Minat guru untuk melakukan penelitian sangat rendah. Proses pembelajaran yang dilakukan guru sekian lama hampir tidak tersentuh penelitian. Guru terjebak dalam proses rutinitas pelaksanaan pembelajaran dan melalaikan komponen lain dalam siklus pembelajaran itu sendiri. Guru seharusnya melakukan penelitian (tindakan kelas) untuk mengukur efektifitas pembelajaran, dan melakukan upaya perbaikan dengan berbasis data temuan. 2). Adanya keharusan melakukan pengembangan profesi dalam bentuk penulisan karya ilmiah, baik itu dalam bentuk penilitian tindakan kelas (PTK), maupun karya tulis ilmiah bidang pendidikan yang lainnya menyebabkan banyak guru yang berhenti kepangkatannya pada golongan IV/a. Hal-hal tersebut diatas tidak terlipas dari kondisi di lapangan antara lain: a). Kegiatan atau program pelatihan yang diselenggarakan pemerintah maupun yang dilakukan secara swadana guru selama ini yang menyangkut penulisan ilmiah bagi guru masih sangat kurang. b). Pelatihan-pelatihan KTI bagi guru yang dilaksanakan sejauh ini masih dominan pada tataran teori atau konsep, belum banyak yang praktis. c). Hasil-hasil pelatihan umumnya belum berdampak langsung terhadap kemampuan dan produktifitas guru dalam menulis. d).pelatihan yang dilakukan belum sampai pada dihasilkannya tulisan ilmiah. Ada beberapa penyebab hal ini, antara lain kurangnya waktu yang tersedia dalam pelatihan, metode pelatihan, faktor guru/ peserta pelatihan, dan lain lain. e). Tidak adanya tindak lanjut setelah dilakukannya pelatihan

sehingga pengetahuan, konsep yang diperoleh, yang ditransfer oleh narasumber/ instruktur mengendap dan tumpul karena tidak diimplementasikan. B. Pengembangan Profesi Guru Setiap guru wajib melakukan berbagai kegiatan dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Lingkup kegiatan guru tersebut meliputi : (1) mengikuti pendidikan, (2) menangani proses pembelajaran, (3) melakukan kegiatan pengembangan profesi dan (4) melakukan kegiatan penunjang. Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar guru lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, kegiatan tersebut bertujuan untuk memperbanyak guru yang profesional, bukan untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/golongan. Selanjutnya sebagai penghargaan kepada guru yang mampu meningkatkan mutu profesionalnya, diberikan penghargaan, di antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya. Pengembangan profesi seperti yang dimaksud dalam petunjuk teknis jabatan fungsional guru dan angka kreditnya adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan keterampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan. Mengembangan profesi tenaga pendidik bukan sesuatu yang mudah, hal ini disebabkan banyak faktor yang dapat mempengaruhinya, untuk itu pencermatan lingkungan dimana pengembangan itu dilakukan menjadi penting, terutama bila faktor tersebut dapat menghalangi upaya pengembangan tenaga pendidik. Dalam hubungan ini, faktor birokrasi, khususnya birokrasi pendidikan sering kurang/tidak mendukung bagi terciptanya suasana yang kondusif untuk pengembangan profesi tenaga pendidik. Sebenarnya, jika mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pendidikan, birokrasi harus memberikan ruang dan mendukung proses pengembangan profesi tenaga pendidik, namun sistem birokrasi kita yang cenderung minta dilayani telah cukup berakar, sehingga peran ideal sebagaimana dituntun oleh peraturan perundang-undangan masih jauh dari terwujud. Dengan mengingat hal tersebut, maka diperlukan strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan profesi tenaga pendidik, situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik untuk dapat mengembangkan diri sendiri kearah

profesionilisme pendidik. Dalam hal ini, terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi pengembangan profesi pendidik, yaitu : 1. Strategi perubahan paradigma. Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi agar menjadi mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang berorientasi pelayanan, bukan dilayani. 2. Strategi debirokratisasi. Strategi ini dimaksudkan untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapat menghambat pada pengembangan diri pendidik C. Penulisan Karya Ilmiah Akhadiah, dkk. (1988:2) mengatakan bahwa kegiatan menulis itu merupakan suatu proses. Artinya kegiatan menulis itu dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu tahap prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap revisi. Tahap prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau persiapan yang pada dasarnya meliputi menentukan topik atau masalah tulisan, mengumpulkan bahan tulisan, dan menyusun kerangka karangan. Tahap penulisan pada intinya berupa pengembangan kerangka karangan menjadi karangan yang utuh dengan membahas setiap ide pokok yang ada pada kerangka karangan. Selanjutnya, revisi tidak hanya dilakukan terhadap aspek isi dan sistematika tulisan, tetapi juga gramatika dan ejaan. Revisi tidak hanya dilakukan oleh penulis/siswa terhadap tulisannya sendiri, tetapi juga dapat dilakukan oleh guru dan siswa yang lain. Dari kedua pendapat di atas, dapatlah disimpulkan bahwa sebagai sebuah proses, menulis terdiri atas beberapa langkah/tahap. Pada garis besarnya tahapan-tahapan itu meliputi tahap persiapan atau tahap prapenulisan, tahap penulisan draf awal, tahap revisi, dan tahap penulisan draf akhir. Dalam kaitannya dengan kegiatan menulis artikel ilmiah tentu tahapan-tahapan tersebut juga dapat dilalui oleh guru. Pada tahap persiapan atau tahap prapenulisan, guru berusaha memburu topik tulisan yang layak untuk diangkat sebagai karya ilmiah. Berdasarkan topik itu, guru mencoba menyusun kerangka karangan Pada tahap penulisan draf awal, guru berusaha mengembangkan kerangka karangan yang telah disusunnya menjdi sebuah artikel. Pada tahap revisi, guru melakukan perbaikan terhadap karangannya baik dari segi isi, sistematika, maupun dari segi bahasa. Pada tahap penulisan draf akhir, guru menyusun kembali karangannya berdasarkan revisi tadi. Karya tulis Ilmiah adalah laporan tertulis tentang hasil kegiatan ilmiah. Tulisan ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, atau penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa

dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya (keilmiahannya). Dengan demikian, suatu tulisan disebut karya tulis ilmiah bila memenuhi persyaratan: (1) isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah, (2) langkah pengerjaannya dijiwai atau menggunakan metode ilmiah, dan (3) sosok tampilannya sesuai dan memenuhi syarat sebagai suatu sosok keilmuan. Sudjana (1987:4) mengatakan bahwa setiap karya ilmiah harus mengandung kebenaran ilmiah, yakni kebenaran yang tidak hanya didasarkan atas rasio, tetapi juga dapat dibuktikan secara empiris. Rasionalisme dan empirisme inilah yang menjadi tumpuan berpikir manusia. Rasionalisme mengandalkan kemampuan otak atau rasio atau penalaran, sedangkan empirisme mengandalkan bukti-bukti atau fakta nyata. Menggabungkan kedua cara di atas, yakni berpikir rasional dan berpikir empiris, disebut berpikir ilmiah. Operasionalisasi berpikir ilmiah disebut penelitian ilmiah, sedangkan hasil penerapan metode ilmiah disebut karya ilmiah. Dengan demikian tidak semua karya tulis boleh disebut sebagai karya ilmiah. Sebuah karya tulis baru dapat digolongkan sebagai sebuah karya ilmiah jika telah memenuhi sejumlah persyaratan baik dari segi isi, pengerjaan, dan sosoknya. Dari segi isi, karya ilmiah hendaknya mengandung kebenaran ilmiah, yaitu kebenaran yang tidak hanya berdasar pada rasio, tetapi juga dapat dibuktikan secara empiris. Dari segi pengerjaannya, karya ilmiah hendaknya disusun berdasarkan metode ilmiah. Dari segi sosoknya, karya ilmiah hendaknya disusun sesuai dengan sistematika karya ilmiah yang ada. Ada beberapa jenis karya ilmiah seperti laporan penelitian (skripsi, tesis, dan disertasi), artikel, dan makalah. DAFTAR PUSTAKA Irawan, Aguk, MN. 2008. Cara Asyik Menjadi Penulis Beken. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran Keraf, Gorys. 1996. Terampil Berbahasa Indonesia I. Jakarta:Balai Pustaka Koster, Wayan. 2006. Memperjuangkan Nasib Guru dan Dosen. Jakarta Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.