DENDENG IKAN LEUBIEM (Canthidermis maculatus) DENGAN VARIASI METODE PEMBUATAN, JENIS GULA, DAN METODE PENGERINGAN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

PENDAHULUAN. segar mudah busuk atau rusak karena perubahan komiawi dan kontaminasi

PEMBUATAN TIMPHAN INSTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PENGERINGAN VAKUM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

BAB III METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi

Menerapkan Teknik Pengolahan Menggunakan Media Penghantar Panas. KD 1. Melakukan Proses Pengolahan Abon Ikan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Karakteristik Dendeng Ayam Broiler Pada Berbagai Suhu dan Lama Pengeringan

PENGARUH PENAMBAHAN GULA DAN AMONIUM SULFAT TERHADAP KUALITAS NATA DE SOYA

PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG GILING AYAM PETELUR AFKIR BAGIAN DADA SKRIPSI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar Air dan Aktivitas Air

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH SUHU DAN LAMA PENGOVENAN TERHADAP KARAKTERISTIK CUMI-CUMI (Loligo sp) KERTAS

Food Science and Culinary Education Journal

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

Jusniati, Et al. / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 4 (2017) 365. Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang

I PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka

III. BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Daging ayam juga merupakan bahan pangan kaya akan gizi yang sangat. diperlukan manusia. Daging ayam dalam bentuk segar relatif

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

EVALUASI SENSORI KONSUMEN PADA DODOL RUMPUT LAUT (Eucheuma cottoni) DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG KANJI DAN TEPUNG KETAN.

Bahan Baku daging ikan 500 g. tepung tapioka 50 g. merica halus 1/2 sendok teh. bawang merah 7,5 g. bawang putih 1,5 g. jahe 0,5 g.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis pelitian ini adalah jenis penelitian eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

I. PENDAHULUAN. dalam negeri maupun ekspor. Hewan ini sangat digemari, terutama di negaranegara

METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian Penelitian Pendahuluan

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sifat dendeng kelinci yang dibungkus daun

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

CONTOH TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN PADA KELOMPOK BAHAN PANGAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. tapioka menjadi adonan yang kemudian dibentuk menjadi bola-bola seukuran bola

PENGARUH PENGGUNAAN BEBERAPA JENIS DAN KONSENTRASI GULA TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK DENDENG GILING AYAM PETELUR AFKIR BAGIAN PAHA

Pengeringan Untuk Pengawetan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Pembuatan Bumbu Dari Bawang Putih (Allium sativum) Dan Daun Jeruk Purut (Cytrus hystrix) Menggunakan Pengering Tipe Rak

Pemotongan Daging Ikan Toman (Channa micropeltes) dalam Pembuatan Ikan Kering

DENDENG PENGASAPAN Dendeng adalah irisan daging yang dikeringkan dan ditambah bumbu. Pembuatan dendeng untuk memperoleh cita rasa khas adalah mengguna

PENGARUH PERBANDINGAN GULA PUTIH DENGAN GULA MERAH DAN PENAMBAHAN SANTAN TERHADAP MUTU ABON JAMUR TIRAM

PENGARUH PERBANDINGAN GULA MERAH DENGAN SUKROSA DAN PERBANDINGAN TEPUNG JAGUNG, UBI JALAR DENGAN KACANG HIJAU TERHADAP KARAKTERISTIK JENANG

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

C. Prosedur Penelitian 1. Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan yield nata de cassava yang optimal.

ANALISIS KOMPOSISI KIMIA PADA PEMBUATAN MAKANAN TRADISIONAL EMPEK-EMPEK PALEMBANG BERBAHAN BAKU DAGING, KULIT DAN TULANG IKAN GABUS

Kata kunci: Sorbet, terong belanda, buah bit, carboxy methyl cellulose, antioksidan.

Keywords : Fish Protein Concentrate, Pangasius hypophthalmus, Hump Banana Nugget, Consumer Acceptance and Chemical Composition

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian uji organoleptik dilaksanakan di kampus Universitas Negeri Gorontalo,

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

PENGARUH PERLAKUAN VARIASI JENIS GULA TERHADAP TINGKAT KESUKAAN DODOL PEPAYA (Carica vasconcellea)

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN :

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

METODOLOGI Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Tahapan Penelitian Tahap Awal

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

KARAKTERISTIK BAKSO IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DENGAN PENAMBAHAN JANTUNG PISANG KEPOK (Musa paradisiaca) TERHADAP PENERIMAAN KONSUMEN

PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU ROSELLA KERING (Hibiscus sabdariffa) Rita Hayati, Nurhayati, dan Nova Annisa

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

Pengaruh Konsentrasi Larutan Gula dan Suhu Pengeringan Terhadap Mutu Manisan Kering Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lamb)

I. PENDAHULUAN. Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu hasil pertanian yang

PENGARUH PENGGUNAAN GUMPALAN PROTEIN SUSU (CURD) TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KANDUNGAN GIZI STICK CURD

III. BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

METODE. Materi. Rancangan

Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan selama bulan Mei hingga Agustus 2015 dan

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

A STUDY ON CONSUMER ACCEPTANCE OF TILAPIA ABON (Oreochromis niloticus) WITH THE ADDITION WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) Abstract

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

ABON IKAN 1. PENDAHULUAN

BAB III METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian B. Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk daging yang dihasilkan dari kelinci ada dua macam yaitu fryer dan roaster. Kelinci

SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE

EVALUASI MUTU BAKSO JANTUNG PISANG DAN IKAN PATIN SEBAGAI MAKANAN KAYA SERAT

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Analisis Rendemen Cookies Ubi Jalar Ungu. 1. Penentuan Nilai Rendemen (Muchtadi dan Sugiyono, 1992) :

Oleh : Marinda Sari 1, Warji 2, Dwi Dian Novita 3, Tamrin 4

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 sampai bulan Mei 2011 bertempat

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian melalui eksperimen di bidang Ilmu Teknologi Pangan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

Evaluasi Kualitas Produk Dadih Dalam Bentuk Bubuk Yang Dikeringkan Dengan Sinar Matahari Dan Oven

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

III. BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5. Rataan Nilai Warna (L, a, b dan HUE) Dendeng Sapi dengan Metode Perlakuan Curing yang Berbeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

DENDENG IKAN LEUBIEM (Canthidermis maculatus) DENGAN VARIASI METODE PEMBUATAN, JENIS GULA, DAN METODE PENGERINGAN LEUBIEM FISH (Canthidermis maculatus) JERKY WITH VARIATION OF PRODUCTION METHODS, TYPE OF SUGAR, AND DRYING METHODS Nida El Husna 1*), Asmawati 1) dan Gunawan Suwarjana 1) 1) Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh - 23111, Indonesia *) email: nidaelhusna@yahoo.com ABSTRACT Leubiem fish (Canthidermis maculatus) is one of marine species in Aceh. As a perishable food product, this fish is needed to be processed becoming jerky products to prevent the damage. Jerky is a semi-moist food which is usually made from meat or fish, slab, wide and dried with additional of sugar, salt, spices and others. This study aims to determine the effect of jerk s making methods (sliced and milled), types of sugars (white sugar and brown sugar), and drying methods (cabinet and sun drying) on the quality of the fish jerky. This study was conducted using a randomized block design (RBD) factorial with three replications. Analysis of the products includes of yields, moisture content, protein content, insoluble acid ash content, and organoleptic test. The results showed that the milled jerky had a higher yield and higher organoleptic texture score than sliced jerky. However, sliced jerky had a lower moisture content and higher protein content than milled jerky. The best quality of leubiem fish jerky was obtained in milled jerky, using white sugar, and sun drying method with the characteristics: yield 51.81%, moisture content 8.20%, protein content 53.94%, insoluble acid ash content 0.36%, and organoleptic tests scores: color 3.28 (neutral), flavor 3.35 (neutral), taste 3.33 (neutral), and texture 3.15 (neutral). Keywords: Leubim fish (Canthidermis maculatus), sliced and milled jerky, sugar, drying method PENDAHULUAN Potensi perikanan di Indonesia cukup tinggi termasuk di Provinsi Aceh. Jumlah produksi perikanan laut di Provinsi Aceh pada tahun 2013 mencapai 9.438 ton (BPS, 2013). Salah satu jenis ikan yang belum banyak dimanfaatkan adalah ikan leubiem (Canthidermis maculatus). Ikan leubiem seperti halnya ikan lainnya merupakan bahan pangan yang mudah rusak, disebabkan oleh tingginya kadar air dan proteinnya. Salah-satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan ikan yaitu mengolah ikan menjadi dendeng. Ikan leubiem dapat diolah menjadi produk dendeng dikarenakan tekstur ikan leubiem memiliki serat seperti halnya tekstur daging ayam. Dendeng merupakan bahan makanan semi basah yang biasanya terbuat dari daging atau ikan, berbentuk tipis dan lebar, dibumbui dan dikeringkan. Dendeng dapat dimakan tanpa rehidrasi dan tidak memberikan rasa kering pada produk. Dendeng ikan adalah jenis makanan awetan yang dibuat dengan cara pengeringan dengan menambah garam, gula, dan bahan lain untuk memperoleh rasa yang diinginkan (Esti dan Sediadi, 2000). Metode pembuatan dendeng dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu metode sayat (dendeng sayat) dan metode giling (dendeng giling). Salah satu bahan tambahan yang digunakan dalam pembuatan dendeng adalah gula. Gula berfungsi sebagai pemberi cita rasa dan bahan pengawet. Jenis gula yang digunakan adalah gula pasir dan gula merah. Perbedaan jenis gula yang digunakan diduga akan mempengaruhi penampakan dendeng. Proses pengeringan yang maksimal dan sesuai akan sangat mempengaruhi kualitas dendeng yang dihasilkan. Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam bahan pangan sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kerusakan bahan pangan dan memperpanjang daya simpannya. Proses pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pengeringan alami dan pengeringan buatan. Pengeringan alami biasanya dilakukan dengan bantuan sinar matahari, sedangkan pengeringan buatan dilakukan dengan menggunakan alat, seperti pengering kabinet. Penggunaan metode pengeringan yang berbeda akan mempengaruhi mutu akhir dendeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode pembuatan dendeng (sayat dan giling), jenis gula (gula pasir dan gula merah), dan metode pengeringan (pengering kabinet dan sinar matahari) terhadap mutu dendeng ikan leubiem yang dihasilkan. Pengolahan ikan leubiem menjadi dendeng Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. (6) No.3, 2014 25

diharapkan dapat menghasilkan produk makanan yang bergizi tinggi dan menambah daya tarik konsumen untuk mengkonsumsi olahan dari ikan. METODOLOGI A. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas bahan untuk pembuatan dendeng dan bahan kimia untuk analisis. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan dendeng adalah ikan leubiem, garam, gula pasir, gula merah, bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, asam jawa, dan ketumbar. Sedangkan bahanbahan kimia yang digunakan untuk analisis adalah K 2 SO 4, HgO, H 2 SO 4, aquadest, NaOH, Na 2 S 2 O 3, H 3 BO 3, indikator metil merah, dan HCl. B. Metode Penelitian ini dilakukan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial. Faktor yang diteliti yaitu metode pembuatan dendeng (A) yang terdiri atas 2 taraf yaitu A 1 = sayat, A 2 = giling; jenis gula (B) yang terdiri atas 2 taraf yaitu B 1 = gula pasir, B 2 = gula merah, dan metode pengeringan (C) yang terdiri atas 2 taraf yaitu C 1 = pengeringan dengan pengering kabinet, C 2 = pengeringan dengan sinar matahari. Setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali ulangan yang dianggap sebagai kelompok, sehingga diperoleh 24 satuan percobaan. C. Prosedur Penelitian Ikan leubiem dibersihkan/disiangi dengan membuang bagian tubuh ikan yang tidak diperlukan lalu dicuci bersih. Pada pembuatan dendeng sayat, ikan disayat mengikuti bentuk ikan, dengan ketebalan 3-5 mm, direndam dalam larutan garam 2 % (20 gram dilarutkan dalam 1 liter air) selama 15 menit lalu ditiriskan. Bumbu yang digunakan terdiri dari 5 % garam, jahe 1 %, 20 % gula, 3 % lengkuas, 4 % asam jawa, 10 % ketumbar, 10 % bawang putih dan 5 % bawang merah. Bumbu-bumbu yang telah dihaluskan ditambah air sebanyak 500 ml, lalu dididihkan selama 30 menit atau sampai kental dan didinginkan, selanjutnya daging ikan yang telah disayat dimasukkan dalam larutan bumbu dibiarkan ± 12 jam. Pada pembuatan dendeng giling, daging ikan leubiem digiling dengan menggunakan meat chopper, dan ditambahkan bumbu-bumbu yang telah melalui perlakuan yang sama seperti pada dendeng sayat. Pencetakan daging dilakukan dengan ketebalan 3-5 mm dengan menggunakan loyang yang telah dilapisi plastik. Ikan dikeringkan dengan menggunakan pengering kabinet (C 1 ) pada suhu 70 C selama 15 jam dan sinar matahari (C 2 ) selama 2-3 hari. Pada saat pengeringan, dilakukan penambahan ketumbar yang ditumbuk kasar di kedua belah permukaan ikan. Setelah dikeringkan, dendeng disobek-sobek menjadi ukuran yang lebih kecil. Untuk uji organoleptik, dendeng mentah digoreng dengan menggunakan minyak panas selama beberapa detik. D. Analisis Dendeng Ikan Leubiem Analisis dendeng yang dilakukan meliputi rendemen, kadar air (Apriyantono dkk., 1989), kadar protein (Apriyantono dkk., 1989), kadar abu tak larut dalam asam (BSN, 1992), dan uji organoleptik meliputi adalah warna, aroma, rasa, dan tekstur (Soekarto, 1990). E. Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA = Analysis of Variance). Bila perlakuan menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap parameter yang diuji maka akan diteruskan dengan uji lanjutan, yaitu Beda Nyata Terkecil (BNT). HASIL DAN PEMBAHASAN Dendeng ikan leubiem yang dihasilkan berwarna coklat. Hal ini diduga karena terjadinya reaksi browning atau reaksi maillard pada saat penggorengan. Menurut Mauron (1981), reaksi maillard adalah reaksi pencoklatan non enzimatis yang terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dengan gugus amin bebas dari asam amino atau protein. Dari aspek nutrisi, reaksi maillard menyebabkan kehilangan asam amino sehingga menurunkan nilai gizi. Reaksi maillard menghasilkan senyawa berwarna coklat yang disebut melanoidin. Selain itu reaksi maillard juga merupakan sumber aroma dan flavour. Adanya protein yang berasal dari ikan leubim dan gula sebagai bahan tambahan pada pembuatan dendeng disertai dengan kondisi suhu tinggi yang terjadi pada saat penggorengan dendeng, memungkinkan terjadinya reaksi maillard pada permukaan dendeng. Menurut Johnson (1993), reaksi maillard mudah terjadi dengan adanya asam amino, gula, suhu, aktivitas air, ph dan waktu. A. Rendemen Rendemen adalah persentase bahan yang dihasilkan terhadap bahan baku awal (ikan leubiem) yang digunakan. Data hasil pengamatan, rendemen dendeng yang dihasilkan berkisar antara 27,38%- 26 Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. (6) No.3, 2014

Gambar 1. Pengaruh metode pembuatan terhadap rendemen dendeng ikan leubim. 65,51% dengan rata-rata keseluruhan 43,36%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa hanya perlakuan metode pembuatan dendeng yang berpengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap rendemen dendeng ikan leubiem yang dihasilkan. Hasil uji lanjut BNT pengaruh dari perlakuan metode pembuatan (BNT 0.01 ) terhadap dendeng ikan leubim dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa rendemen dendeng ikan leubim dengan metode penggilingan lebih tinggi dan berbeda nyata dengan rendemen dendeng ikan leubim dengan metode sayat. Hal ini diduga disebabkan karena pada pembuatan dendeng giling, bahan-bahan lainnya berupa bumbu seluruhnya berada dalam olahan dendeng ikan sehingga ikut menambah jumlah berat dari dendeng yang dihasilkan. Sedangkan pada metode pembuatan dendeng sayat, daging ikan direndam dalam larutan bumbu yang telah disaring sehingga bumbu tidak seluruhnya masuk ke dalam olahan dendeng ikan. Larutan bumbu hanya sebagai bahan pencelup ikan (untuk menambah cita rasa) sebelum ikan dikeringkan. B. Kadar Air Kadar air dalam suatu bahan menentukan daya awet bahan makanan. Kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang sehingga akan menyebabkan terjadinya perubahan pada bahan makanan tersebut (Winarno, 1993). Oleh karena itu kandungan air pada bahan pangan harus dikurangi sedapat mungkin agar kerusakan akibat mikroorganisme dapat dihindari. Hal ini akan memperpanjang daya simpan (awet) selama penyimpanan. Data hasil pengamatan, kadar air dendeng yang dihasilkan berkisar antara 5,60% - 13,40% dengan ratarata 8,80%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa metode pembuatan dendeng dan jenis gula berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap kadar air Gambar 2. Pengaruh metode pembuatan dendeng terhadap kadar air dendeng ikan leubim dendeng ikan yang dihasilkan, sedangkan metode pengeringan dan semua kombinasi interaksi perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar air dendeng. Hasil uji lanjut pengaruh metode pembuatan dendeng dan pengaruh jenis gula (BNT 0.05 ) dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3. Dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa kadar air dendeng giling lebih tinggi daripada dendeng sayat. Hal ini disebabkan pada pembuatan dendeng giling, jumlah air yang terdapat di dalam dendeng sebelum dikeringkan lebih banyak daripada dendeng sayat, sehingga pengeringan dengan menggunakan waktu dan suhu yang sama akan menghasilkan kandungan air yang berbeda di antara keduanya. Pada pembuatan dendeng giling, dendeng ikan dicampur dengan larutan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan, sedangkan pada dendeng sayat, daging ikan hanya direndam pada larutan bumbu, kemudian ditiriskan, lalu dikeringkan, sehingga larutan bumbu tidak ikut serta ke dalam dendeng sayat, kecuali sebagian larutan bumbu yang meresap ke dalam daging ikan. Kadar air dendeng dengan penambahan gula merah lebih tinggi dari pada dendeng dengan penambahan gula pasir (Gambar 3). Hal ini disebabkan Gambar 3. Pengaruh jenis gula terhadap kadar air dendeng ikan leubim. Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. (6) No.3, 2014 27

karena masing-masing jenis gula memiliki kandungan air yang berbeda. Gula merah mengandung air sebanyak 3,5 % sedangkan gula pasir hanya mengandung air sebanyak 1 % (Buckle, et al., 1987). Hal ini menyebabkan dendeng ikan yang ditambahkan dengan gula merah akan memiliki kadar air lebih tinggi daripada dendeng ikan yang ditambah gula pasir. Selain itu, perbedaan kadar air diduga juga disebabkan oleh kandungan protein yang berbeda di dalam gula pasir dan gula merah. Gula pasir terdiri atas 99,8 % sukrosa dan 0,2 % terdiri dari senyawa lainnya, sedangkan gula merah terdiri dari 92 % sukrosa dan 8 % senyawa lain seperti protein (Buckle et al., 1987). Adanya kandungan protein atau senyawa lain yang lebih tinggi pada gula merah memungkinkan dendeng yang menggunakan gula merah dapat mengikat air lebih banyak, sehingga kadar airnya lebih tinggi. Kadar air dendeng ikan leubiem yang dihasilkan telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu tidak lebih dari 12 %. C. Kadar Protein Kadar protein dari dendeng ikan leubiem yang dihasilkan berkisar antara 27,15% - 57,32% dengan rata -rata 44,21%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan metode pembuatan dendeng berpengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap kadar protein dari dendeng ikan leubiem yang dihasilkan, sedangkan jenis gula, metode pengeringan dan kombinasi interaksi lainnya berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar protein dendeng ikan leubiem yang dihasilkan. Hasil uji lanjut pengaruh dari perlakuan metode pembuatan dendeng (BNT 0.01 ) dapat dilihat pada Gambar 4. Metode pembuatan dendeng sayat menghasilkan dendeng dengan kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein pada pembuatan dendeng giling (Gambar 4). Hal ini disebabkan oleh banyaknya kandungan bahan lain (seluruh bumbu yang digunakan) terikut bersama dengan dendeng giling dibandingkan dengan dendeng sayat akibat dari perbedaan cara pengolahannya yang terlihat dari perbedaan rendemen dendeng yang dihasilkan (Gambar 1). Selain itu kadar air dendeng giling juga lebih besar dibandingkan dengan dendeng sayat (Gambar 2). Perbedaan rendemen dan kadar air tersebut menyebabkan jumlah protein yang terukur per 100 gram bahan pada dendeng sayat akan menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan dendeng giling. Gambar 4. Pengaruh metode pembuatan dendeng terhadap kadar protein dendeng ikan leubim. D. Kadar Abu Tak Larut dalam Asam Kadar abu tak larut asam adalah zat yang tertinggal bila suatu sampel bahan makanan dibakar sempurna di dalam suatu tungku pengabuan, kemudian dilarutkan dalam asam (HCl) dan sebagian zat tidak dapat larut dalam asam. Penentuan kadar abu tak larut asam berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan, kemurnian serta kebersihan bahan tersebut. Kadar abu dendeng ikan leubiem yang dihasilkan berkisar antara 0,21% - 0,37% dengan rata-rata keseluruhan 0,29%. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan metode pembuatan dendeng, jenis gula, metode pengeringan serta interaksi antara perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap kadar abu tak larut dalam asam pada dendeng ikan leubiem. Abu dapat berasal dari bahan baku (daging ikan) maupun bahan tambahan seperti gula. Namun kadar abu yang terdapat pada daging ikan leubiem dan kedua jenis gula relatif kecil sehingga menghasilkan perbedaan kadar abu dendeng yang kecil pula. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa kadar abu tak larut dalam asam pada dendeng ikan leubiem telah memenuhi syarat mutu dendeng berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yaitu kadar abu tak larut asam maksimal 1 %. Abu tak larut asam erat kaitannya dengan kadar abu bahan awal, kebersihan proses dan akhirnya akan menentukan mutu dendeng. Semakin sedikit kadar abu tak larut dalam asam pada dendeng maka akan semakin baik mutu dendeng. E. Nilai Organoleptik Menurut Soekarto (1990), untuk dapat mengetahui kesukaan konsumen terhadap suatu produk dilakukan uji kesukaan (uji hedonik) yang meliputi warna, rasa, dan aroma dengan menggunakan indra 28 Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. (6) No.3, 2014

manusia karena penilaiannya didasarkan pada rangsangan sensorik pada organ indra. Uji hedonik merupakan salah satu uji organoleptik yang diterapkan untuk mengetahui respon dari konsumen yang terlatih atau lebih dikenal dengan penerimaan panelis terhadap suatu produk. Pada uji ini, panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan. Melalui uji kesukaan dapat diketahui apakah suatu komoditi yang diuji melalui indra sensorik tertentu seperti indra penglihatan (uji warna), penciuman (uji aroma) dan pengecap (uji rasa) dapat diterima atau tidak oleh konsumen. Penilaian organoleptik yang dilakukan terhadap dendeng ikan leubim yaitu uji kesukaan terhadap warna, aroma, rasa, dan tekstur. Panelis yang memberikan penilaian organoleptik terhadap dendeng ikan leubim ini sebanyak 20 orang. 1. Warna Warna memegang peranan penting pada komoditas pangan. Warna merupakan faktor yang paling menarik perhatian konsumen dan paling cepat memberi kesan disukai atau tidak disukai. Nilai organoleptik warna terhadap dendeng ikan leubiem berkisar antara 2,77 3,28 (penerimaan panelis berkisar antara tidak suka sampai biasa). Rata-rata nilai organoleptik warna dendeng ikan leubim adalah 2,98 (biasa). Hasil analisis ragam nilai organoleptik warna dendeng ikan leubim menunjukkan bahwa perlakuan metode pembuatan dendeng, jenis gula, dan metode pengeringan serta interaksi antara perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai organoleptik warna dendeng ikan leubiem. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna dendeng ikan leubiem dari semua variasi perlakuan tidak jauh berbeda yaitu hampir seluruh panelis menyatakan bahwa warna dendeng ikan leubiem mendekati biasa. Warna dendeng yang tidak terlalu hitam (coklat kehitaman) disebabkan karena daging ikan leubiem berwarna putih dan hanya berwarna agak merah pada sebagian kecil daging ikan yaitu sekitar perut. Kebanyakan panelis dendeng lebih menyukai warna hitam seperti warna dendeng daging yang dijual di pasar pada umumnya. 2. Aroma Nilai organoleptik aroma terhadap dendeng ikan leubiem berkisar antara 2,82 3,35 (penerimaan panelis berkisar antara tidak suka sampai biasa). Ratarata nilai organoleptik aroma dendeng ikan leubiem adalah 3,10 (biasa). Hasil analisis ragam nilai organoleptik aroma dendeng ikan leubiem menunjukkan bahwa perlakuan metode pembuatan dendeng, jenis gula, metode pengeringan serta interaksi antara perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai organoleptik aroma dendeng ikan leubiem. Hal ini diduga karena aroma dendeng ikan leubim yang dihasilkan hampir sama pada tiap perlakuan yaitu aroma bumbu-bumbu terutama aroma ketumbar. Selain itu juga disebabkan oleh bahan baku awal (daging ikan) yang tidak memiliki aroma khas ikan (tidak amis) sehingga aroma ikan segar tidak menonjol. 3. Rasa Nilai organoleptik rasa terhadap dendeng ikan leubiem berkisar antara 2,87 3,33 (penerimaan panelis berkisar antara tidak suka sampai biasa). Ratarata nilai organoleptik rasa dendeng ikan leubiem adalah 3,08 (biasa). Hasil analisis ragam nilai organoleptik rasa dendeng ikan leubiem menunjukkan bahwa metode pembuatan dendeng, jenis gula, metode pengeringan serta interaksi antara perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap nilai organoleptik rasa dendeng ikan leubiem. Hal ini disebabkan karena penilaian panelis terhadap uji rasa tidak jauh berbeda untuk tiap perlakuan karena secara keseluruhan dominan rasa dendeng ikan leubiem memiliki rasa khas ikan. 4. Tekstur Tekstur merupakan sekelompok sifat fisik yang ditimbulkan oleh elemen struktural bahan pangan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan tekstur tertentu pada permukaan. Tekstur menjadi salah satu pilihan konsumen untuk memilih suatu produk pangan. Nilai organoleptik tekstur dendeng ikan leubiem berkisar antara 2,65 3,18 (penilaian antara tidak suka hingga biasa) dengan rata-rata nilai organoleptik tekstur dendeng ikan leubiem adalah 2,92 (biasa). Hasil analisis ragam nilai organoleptik tekstur dendeng ikan leubiem menunjukkan bahwa hanya perlakuan metode pembuatan dendeng berpengaruh nyata (P 0,05) terhadap tekstur dendeng ikan leubiem yang dihasilkan, sedangkan jenis gula, metode pengeringan dan interaksi kombinasi perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0,05) terhadap tekstur dari dendeng ikan leubiem yang dihasilkan. Tekstur dendeng giling lebih disukai dan berbeda nyata dengan tekstur dendeng sayat (Gambar Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. (6) No.3, 2014 29

DAFTAR PUSTAKA Apriyantono, E. dan Liviawaty, E. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Kanisius, Yogyakarta. BPS [Badan Pusat Statistik]. 2013. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Keterangan: nilai tekstur 1. sangat tidak suka, 2. tidak suka, 3 netral, 4. Suka, 5 sangat suka) Gambar 5. Pengaruh metode pembuatan dendeng terhadap nilai organoleptik tekstur dendeng ikan leubim 5). Hal ini diduga disebabkan oleh tekstur dendeng sayat lebih keras dan lebih liat dibandingkan dengan dendeng giling. Pengecilan ukuran pada ketebalan tertentu yaitu ± 5 mm pada dendeng sayat menghasilkan dendeng yang lebih tebal dan sukar untuk dikunyah (seratnya keras) sehingga kurang disukai. Sedangkan pada dendeng giling, pengecilan ukuran dilakukan dengan menggunakan meat chopper sampai daging ikan tidak menggumpal dan hancur sehingga menghasilkan dendeng yang tidak liat (seratnya putusputus) sehingga lebih disukai oleh panelis. KESIMPULAN Metode pembuatan dendeng berpengaruh sangat nyata terhadap rendemen dan kadar protein, serta berpengaruh nyata terhadap kadar air dan nilai organoleptik tekstur. Jenis gula berpengaruh nyata terhadap kadar air dan kadar protein. Sedangkan interaksi antara jenis gula dan metode pengeringan berpengaruh tidak nyata terhadap semua parameter mutu dendeng ikan. Dendeng giling memiliki rendemen lebih besar dan tekstur dendengnya lebih disukai dibandingkan dengan dendeng sayat. Sedangkan dendeng sayat memiliki kadar air lebih rendah dan kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan dendeng giling. Dendeng ikan leubiem kualitas terbaik untuk seluruh kombinasi perlakuan diperoleh pada perlakuan dendeng giling, gula pasir, dan metode pengeringan sinar matahari dengan karakteristik : rendemen 51,81 %, kadar air 8,20 %, kadar protein 53,94 %, dan kadar abu tak larut asam 0,36 %, nilai organoleptik warna 3,28 (biasa), nilai organoleptik aroma 3,35 (biasa), nilai organoleptik rasa 3,33 (biasa) dan nilai organoleptik tekstur 3,15 (biasa). BSN [Badan Standardisasi Nasional]. 1992. Standarisasi Mutu Dendeng Sapi SNI 01-2908 -1992. Badan Standardisasi Nasional. Jakarta. Buckle, K.A. Edward, R.A. Fleet, G.H. Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan. UI-Press, Jakarta. Esti. Sediadi, A. 2000. Dendeng Ikan. Kantor Deputi Menristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu dan Teknologi, Jakarta. http://www.warintek. ristek.go.id. Johnson, I. 1993. Chemical and Nutritional Changes in Extrution Cooking. Ensiclopedia of Nutrition Science, Food Technology and Nutrition. Macrae, R. Robinson, R.K. Sadler, M.J. (Eds). London, Academic PressLtd. Mauron, J. 1981. The Maillard Reaction in Food. A Review Prog. Fd. Nurt. Sci. 5. 5-35. Winarno, F.G. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soekarto, S.T. 1990. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta. 30 Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Vol. (6) No.3, 2014