PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK SISTEM NIOSOM SPAN 20 KOLESTEROL DALAM BASIS GEL HPMC 4000

dokumen-dokumen yang mirip
PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK SISTEM NIOSOM SPAN 20 KOLESTEROL DALAM BASIS GEL HPMC 4000

PELEPASAN NA-DIKLOFENAK SISTEM NIOSOM SPAN 20-KOLESTEROL DALAM BASIS GEL HPMC

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

KARAKTERISTIK SEDIAAN DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SISTEM NIOSOM DENGAN BASIS GEL CARBOMER 940

KARAKTERISTIK SEDIAAN DAN PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SISTEM NIOSOM DENGAN BASIS GEL CARBOMER 940

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI NAILUL GHAYAH

KARAKTERISASI SEDIAAN, PELEPASAN DAN UJI PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM GEL HPMC 4000

PENGARUH KONSENTRASI ADEPS LANAE DALAM DASAR SALEP COLD CREAM TERHADAP PELEPASAN ASAM SALISILAT

KARAKTERISASI SEDIAAN DAN UJI PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM BASIS GEL HPC-M

KARAKTERISASI SEDIAAN DAN UJI PELEPASAN NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MIKROEMULSI DALAM BASIS GEL HPC-M

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

UJI PELEPASAN FLUKONAZOL DARI SEDIAAN SUPOSITORIA DENGAN BASIS HIDROFILIK, BASIS LIPOFILIK, DAN BASIS AMFIFILIK SECARA INVITRO

PENGARUH ASAM OLEAT TERHADAP LAJU DIFUSI GEL PIROKSIKAM BASIS AQUPEC 505 HV IN VITRO

Tahapan-tahapan disintegrasi, disolusi, dan difusi obat.

BAB III BAHAN, ALAT, DAN CARA KERJA. Aminofilin (Jilin, China), teofilin (Jilin, China), isopropil miristat (Cognis

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Natrium diklofenak merupakan suatu anti radang non steroid yang digunakan pada

MIKROENKAPSULASI METFORMIN HIDROKLORIDA DENGAN PENYALUT ETILSELLULOSA MENGGUNAKAN METODA PENGUAPAN PELARUT ABSTRACT

48 Jurnal Farmasi dan Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol.1 No.2, Desember 2014 Ghayah N., et.al.

PELEPASAN DAN PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK SISTEM NIOSOM SPAN 60 DALAM BASIS GEL HPMC 4000

PENGARUH BENTUK SEDIAAN KRIM, GEL, DAN SALEP TERHADAP PENETRASI AMINOFILIN SEBAGAI ANTISELULIT SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN SEL DIFUSI FRANZ

BAB 5 SIMPULAN 5.2. Alur Penelitian Selanjutnya

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Bahan-bahan yang digunakan adalah verapamil HCl (Recordati, Italia),

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:

FORMULASI GEL SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.)

BAB I PENDAHULUAN. kecil daripada jaringan kulit lainnya. Dengan demikian, sifat barrier stratum korneum

Korelasi Kadar Propilenglikol Dalam Basis Dan Pelepasan Dietilammonium Diklofenak Dari Basis Gel Carbopol ETD 2020

PENGEMBANGAN SEDIAAN LEPAS LAMBAT SISTEM MATRIKS BERBASIS ETILSELULOSA HIDROKSIPROPIL METILSELULOSA DENGAN TEKNIK DISPERSI SOLIDA

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI BASIS HPMC 4000 TERHADAP STABILITAS FISIK GEL MIKROEMULSI NATRIUM DIKLOFENAK

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

DAFTAR PUSTAKA. Draelos, Z. D., 2000, Dermatologic Aspects of Cosmetic: Therapeutic Moisturizers, Dermatol. Clin., 18(4):

PENGARUH PROPILEN GLIKOL TERHADAP LAJU DIFUSI KRIM NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN BASIS HIDROFOBIK SECARA INVITRO

DAFTAR PUSTAKA. Ansel, H. C Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: UI Press. p

PENGGUNAAN EUDRAGIT L 100 DALAM FORMULASI MIKROKAPSUL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN TEKNIK EMULSIFIKASI PENGUAPAN PELARUT TESIS RAHMADEVI

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) TEKNOLOGI SEDIAAN FARMASI [ 5(1) ]

EFEK PENINGKAT PENETRASI DIMETILSULFOKSIDA TERHADAP LAJU DIFUSI PADA SEDIAAN GEL KLINDAMISIN HIDROKLORIDA SECARA IN VITRO

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB III METODE PENELITIAN. ketoprofen (Kalbe Farma), gelatin (Brataco chemical), laktosa (Brataco

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

Penetrasi Natrium Askorbil Fosfat dalam Sistem Niosom Span 40 secara In Vitro

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Bahan Baku Ibuprofen

PENGARUH PENGGUNAAN AMILUM JAGUNG PREGELATINASI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET VITAMIN E

FORMULASI SEDIAAN TABLET PARASETAMOL DENGAN PATI BUAH SUKUN (Artocarpus communis) SEBAGAI PENGISI

RONAL SIMANJUNTAK DIFUSI VITAMIN C DARI SEDIAAN GEL DAN KRIM PADA BERBAGAI ph PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Timbangan analitik EB-330 (Shimadzu, Jepang), spektrofotometer UV

DIFUSI NATRIUM DIKLOFENAK DALAM GEL METHOCEL 400 PADA BERBAGAI ph ABSTRAK ABSTRACT

NASKAH PUBLIKASI PENGGUNAAN SPAN 40 SEBAGAI PENYUSUN NIOSOM NATRIUM ASKORBIL FOSFAT DALAM SEDIAAN GEL TERHADAP PENETRASINYA SECARA IN VITRO

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

KETOPROFEN ETHOSOME PERCUTANEOUS PENETRATION TESTING IN IN-VITRO WITH VARIATIONS IN FORM BASE GEL PREPARATIONS

MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAS 3411)

MATA KULIAH TEKNOLOGI DAN FORMULASI SEDIAAN CAIR-SEMIPADAT (FAA 3421)

RIFDA AMALIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 SIMPULAN 5.2. Alur Penelitian Selanjutnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

PREFORMULASI SEDIAAN FUROSEMIDA MUDAH LARUT

Formulasi Sediaan Emulgel Meloksikam Menggunakan Basis Pluronic Lecithin Organogel

Pengaruh Natrium CMC, HPMC K100M, dan Etil Selulosa terhadap Karakteristik Tablet Nifedipin dengan Sistem Penghantaran Mukoadhesif

OPTIMASI KARBOKSIMETILSELULOSA NATRIUM SEBAGAI MATRIKS DAN TWEEN 60 SEBAGAI ENHANCER

PENGARUH PENAMBAHAN ALPHA HYDROXY ACID TERHADAP LAJU PENETRASI IN VITRO KAFEIN SEBAGAI GEL ANTISELULIT

BAB 5 SIMPULAN 5.1. Simpulan 5.2. Alur Penelitian Selanjutnya

EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENGARUH UKURAN GRANUL DAN KADAR SOLUTIO GELATIN SEBAGAI BAHAN PENGIKAT TERHADAP MIGRASI VITAMIN B6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh konsentrasi PEG 4000 terhadap laju disolusi ketoprofen dalam sistem dispersi padat ketoprofen-peg 4000

PENINGKATAN LAJU DISOLUSI TABLET PIROKSIKAM MENGGUNAKAN POLISORBAT 80

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

BAB I PENDAHULUAN. persyaratan kualitas obat yang ditentukan oleh keamanan, keefektifan dan kestabilan

FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN PATCH TRANSDERMAL NATRIUM DIKLOFENAK DENGAN SISTEM MATRIK KOMBINASI MENGGUNAKAN POLIMER ETIL SELULOSE DAN PVP K 30

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat banyak keuntungan dari penyampaian obat melalui kulit, seperti

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Pemeriksaan Bahan Baku Pemeriksaan bahan baku ibuprofen, HPMC, dilakukan menurut Farmakope Indonesia IV dan USP XXIV.

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL NAL UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS FARMASI

FORMULASI TABLET LEPAS LAMBAT NATRIUM DIKLOFENAK MENGGUNAKAN MATRIKS PATI BERAS KETAN PRAGELATINASI DARI KAMPAR

tanpa tenaga ahli, lebih mudah dibawa, tanpa takut pecah (Lecithia et al, 2007). Sediaan transdermal lebih baik digunakan untuk terapi penyakit

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2013, Volume 5, Nomor 2 UJI KESERAGAMAN VOLUME SUSPENSI AMOKSISILIN YANG DIREKONSTITUSI APOTEK DI KOTA JAMBI.

STUDI EFEK MINYAK WIJEN, MINYAK ALMOND, DAN MINYAK ZAITUN TERHADAP PENETRASI INDOMETASIN MELALUI KULIT KELINCI SECARA IN VITRO DARI BASIS GEL ALGINAT

NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN PENETRASI NATRIUM ASKORBIL FOSFAT MENGGUNAKAN SISTEM NIOSOM SPAN 80 DALAM SEDIAAN GEL SECARA IN VITRO

OPTIMASI BAHAN POLIMER PEMBENTUK MATRIKS TABLET SUSTAINED RELEASE Na. DIKLOFENAK. Audia Triani Olii, Aztriana

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

PENGARUH NATRIUM LAURIL SULFAT SEBAGAI SURFAKTAN PADA DISOLUSI KETOPROFEN DALAM SEDIAAN REKTAL GEL DENGAN GELLING AGENT HPMC

PENGARUH KANDUNGAN PATI SINGKONG TERPREGELATINASI TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK TABLET LEPAS TERKONTROL TEOFILIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Palu, Sulawesi Tengah, Indonesia. Tanaman ini termasuk jenis tumbuhan dari

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Effect of Formulation on the Ethanol Extract of Cassia Alata Linn Leaves on Its Efficacy against Candida Albicans

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

Keywords : Proniosome, ibuprofen, Span 60, drug entrapment

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

FORMULASI TABLET LIKUISOLID IBUPROFEN MENGGUNAKAN PROPILEN GLIKOL SEBAGAI PELARUT NON VOLATILE DAN PVP K-30 SEBAGAI POLIMER

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE

PERBANDINGAN DISOLUSI ASAM MEFENAMAT DALAM SISTEM DISPERSI PADAT DENGAN PEG 6000 DAN PVP

Transkripsi:

Penetrasi Natrium Diklofenak Niosom 20 PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012 PENETRASI NATRIUM DIKLOFENAK SISTEM NIOSOM SPAN 20 KOLESTEROL DALAM BASIS GEL HPMC 4000 Maulidina Hapsari 1, Tutiek Purwanti 1*, Noorma Rosita 1 1 Departemen Farmasetika, Fakultas Farmasi, Universitas Airlangga Jl. Dharmawangsa Dalam Selatan, Surabaya 60286 *Corresponding author: tutiek_purwanti@yahoo.com ABSTRACT The present study was designed to determine characteristic and penetration of diclofenac sodium in niosomal system which had been prepared in hidroxypropylmethyl cellulosa (HPMC) 4000 gel. The compositions of niosomal system was diclofenac sodium, Span 20, and cholesterol 1:6:6. There were two formulas: Formula I was diclofenac sodium in HPMC 4000 gel without niosomal system and formula II was diclofenac sodium in niosomal system that was prepared in HPMC 4000 gel. The result showed that niosomal system had effect on color and odor. Data analysis showed that ph of formula I was 6,30±0,04 and formula II was 6,94±0,03. Spread diameter of zero load for formula I was 6,17±0,06 and formula II was 7,60±0,20. The penetration rate of diclofenac sodium from formula I was 1,4036±0,0696 μg/cm 2 /min and formula II was 1,1180±0,1111 μg/cm 2 /min. Membrane permeability for formula I was 1,3387.10-4 ±0,0677.10-4 cm/min and formula II was 1,0847.10-4 ±0,1069.10-4 cm/min. The results were analyzed statistically using independent sample t-test with degree of freedom 4 and degree of confident 95%. Research result revealed that the penetration rate and membrane permeability of diclofenac sodium in HPMC 4000 gel with niosomal system were slower than diclofenac sodium without niosomal system. Keywords: niosome, diclofenac sodium, Span 20, cholesterol, penetration ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan karakteristik dan penetrasi sediaan natrium diklofenak dalam sistem niosom Span 20 dan kolesterol dengan perbandingan molar 1:6:6 dengan basis gel hidroksipropilmetil selulosa (HPMC) 4000. Untuk itu dibuat dua formula, yaitu formula sediaan natrium diklofenak dalam gel seperti halnya sediaan yang ada di pasaran (formula I) dan formula sediaan natrium diklofenak dengan sistem niosom dalam basis gel (formula II). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem niosom memberikan pengaruh terhadap bau dan warna sediaan. Dari hasil penelitian diperoleh harga ph formula I 6,30±0,04 dan formula II 6,94±0,03 serta harga diameter penyebaran untuk formula I adalah 6,17±0,06 cm dan formula II adalah 7,60±0,20 cm. Laju penetrasi natrium diklofenak pada formula I adalah 1,4036±0,0696 μg/cm 2 /min dan formula II adalah 1,1180±0,1111 μg/cm 2 /min. Permeabilitas membran dari formula I adalah 1,3387.10-4 ±0,0677.10-4 cm/min dan formula II adalah 1,0847.10-4 ±0,1069.10-4 cm/min. Hasil penelitian diuji statistik menggunakan independent sample t-test dengan derajat bebas 4 dan derajat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju penetrasi dan permeabilitas membran dari sediaan natrium diklofenak dalam basis gel 44

HPMC 4000 dengan sistem niosom lebih rendah dibanding sediaan gel natrium diklofenak tanpa sistem niosom. PENDAHULUAN Natrium diklofenak merupakan obat golongan nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) yang banyak digunakan dalam masyarakat sebagai salah satu terapi rheumatoid arthritis, osteoarthritis, ankilosa spondilitis, dan pirai (Sweetman, 2009). Pada penggunaan peroral, natrium diklofenak menyebabkan efek samping antara lain nyeri gastrointestinal, pendarahan gastrointestinal, dan ulserai gastrik. Selain itu, pada penggunaan peroral, natrium diklofenak mengalami first-pass metabolism, sehingga hanya 50% dari obat yang mencapai sirkulasi sistemik dalam bentuk unchanged (Brunton, 2008). Bentuk sediaan topikal dipilih untuk menghindari hal tersebut. Beberapa macam basis sediaan topikal yang ada antara lain salep, krim, gel, dan pasta. Dibuat sediaan gel karena aseptabilitas yang baik, yaitu mudah dioleskan, tidak lengket, mudah dibersihkan, dan memberikan sensasi dingin (Allen, 1997). Dalam pembuatan gel diperlukan basis gel yang bersifat inert aman, dan tidak berinteraksi dengan komponen lain dalam formula (Zatz & Kushla, 1996). Pada penelitian ini dipilih basis gel HPMC. Natrium diklofenak merupakan obat lipofil dengan koefisien partisi 13,4 (O neil et al., 2001) dan memiliki kelarutan dalam air yang terbatas. Lapisan terluar kulit (stratum corneum) memiliki kandungan lipid yang tinggi, sehingga natrium diklofenak yang bersifat lipofil sulit berpenetrasi. Selain itu gel bersifat hidrofil sehingga natrium diklofenak tidak terdistribusi secara merata dalam basis. Untuk mengatasi hal tersebut, natrium diklofenak dibuat dalam sistem vesikel 45

niosom dengan perbandingan natrium diklofenak, span 20, dan kolesterol 1:6:6. Dengan dibuat sistem niosom maka bahan obat akan diselimuti surfaktan non-ionik sehingga lebih mudah menembus membrane lipid bilayer, ukuran partikel kecil sehingga jumlah bahan aktif yang kontak dengan stratum corneum besar, dan adanya efek depo karena bahan obat terjebak dalam sistem niosom. Dengan memformulasi natrium diklofenak dalam sediaan gel dengan sistem niosom ini diharapkan akan diperoleh sediaan topikal natrium diklofenak yang lebih efektif, yaitu memiliki mula kerja yang cepat dan masa kerja panjang. dan aquadest dari PT Jasarendra Jawisesa. Niosom yang digunakan tersusun dari natrium diklofenak, Span 20, dan kolesterol dengan perbandingan molar 1:6:6 yang berbentuk sferis, memiliki ukuran 116,6nm 3,754µm dan efisiensi penjebakan sebesar (43,33 ± 1,21)%. Untuk pembuatan media disolusi digunakan NaCl (E.Merck), Na 2 HPO 4.2H 2 O (E.Merck), KH 2 PO 4 (E.Merck) dengan derajat kemurnian pro analisis. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini bila tidak disebutkan lain mempunyai derajat kemurnian Pharmaceutical Grade. Alat-alat yang digunakan dalam METODE PENELITIAN penelitian ini antara lain : neraca Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah natrium diklofenak (Yung Zip Chemical analitik CHYO JP-160, alat uji disolusi Erweka Dissolution Tester Type DT- 820 dengan pengaduk bentuk Paddle, Ind-Taiwan), hidroksipropilmetil Double Beam Spectrophotometer selulosa (HPMC) 4000 (PT Shin-Etsu Chemical), propilenglikol (BASF SE), UV1800 Shimadzu, ph meter Schott Glass Mainz tipe CG 842 membrane 47

Penetrasi Natrium Diklofenak Niosom 20 PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012 filter Whatman 0,4µm no. katalog diaduk sampai homogen. Ditambahkan 7140104, lempeng kaca berskala, alatalat gelas, jangka sorong ATS, sel difusi, dan membran kulit tikus wistar jantan bagian abdomen. Pembuatan Sediaan Dibuat dua formula sediaan. Komposisi dari formula I dapat dan formula II pada tabel 1. Metode pembuatan sediaan sebagai berikut: (1) Formula I Natrium diklofenak yang telah ditimbang ditambah propilenglikol dan diaduk hingga larut. Ditambahkan sebagian basis gel dan diaduk sampai homogen. Kemudian ditambahkan basis gel sampai 20 gram dan diaduk sampai homogen (2) Formula II Sebagian basis gel ditambah propilenglikol dan diaduk sampai homogen. Kemudian ditambahkan natrium diklofenak dalam niosom yang telah ditimbang sedikit demi sedikit dan basis gel sampai 20 gram dan diaduk sampai homogen. Tabel 1. Formula sediaan gel natrium diklofenak Bahan Fungsi Keterangan: Formula I : gel natrium diklofenak 1% tanpa sistem Niosom Formula II : gel natrium diklofenak 1% dengan sistem Niosom *jumlah niosom yang mengandung natrium diklofenak setara dengan 0,2 g natrium diklofenak. Karakterisasi Sediaan Jumlah bahan dalam formula (g) Formula I Karakterisasi sediaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan organoleptis, pengukuran ph dan pengukuran diameter penyebaran pada beban nol. Pemeriksaan organoleptis sediaan gel natrium diklofenak dilakukan secara Formula II Na Bahan Diklofenak aktif 0,2 - Na Bahan Diklofenak aktif dalam niosom - 16,9576* Propilenglikol Humektan 1 1 Basis gel HPMC 4000 (3%) Basis ad 20 ad 20 48

visual meliputi warna, bau, dan bentuk. Pengukuran ph masing-masing sediaan dilakukan dengan menggunakan ph meter. Dilakukan replikasi sebanyak tiga kali. Diameter penyebaran pada beban nol dilakukan dengan cara ditimbang 1 gram sediaan, diletakkan pada kaca berskala tepat pada bagian tengah kaca kemudian tutup dengan kaca lain (tanpa skala), diameter penyebaran dan waktu penyebaran dicatat. Uji Penetrasi in Vitro Media difusi yang digunakan adalah dapar fosfat salin ph 7,4 ± 0,05 sebanyak 500 ml. Membran difusi yang digunakan dalam pengujian laju penetrasi natrium diklofenak dalam sediaan gel ini adalah membran kulit bagian abdomen dari tikus Wistar jantan yang berumur 8-9 minggu dengan berat 80-97 gram. Alat yang digunakan untuk uji penetrasi pada penelitian ini adalah alat uji disolusi ERWEKA DT-820 dengan sel difusi. Sel difusi memiliki tempat penampung gel mempunyai garis tengah ± 3 cm dengan ketebalan ± 0,4 cm. Suhu percobaan diatur pada 37 ± 0,5 C dengan kecepatan Paddle 100 rpm. Jumlah sediaan dalam sel difusi ± 3 gram. Pada menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 diambil cuplikan sebanyak 5 ml. Kemudian setiap cuplikan diganti larutan dapar fosfat salin dengan ph 7,4 ± 0,05 dengan jumlah dan suhu yang sama. Cuplikan tersebut kemudian diamati absorbannya dengan Spektrofotometer UV-Vis pada tiga panjang gelombang analitik natrium diklofenak. Konsentrasi natrium diklofenak dalam cuplikan dihitung dengan menggunakan persamaan regresi kurva baku natrium diklofenak dalam dapar fosfat salin ph 7,4 ± 0,05. Kemudian ditentukan parameter penetrasi yang meliputi profil penetrasi, 49

Penetrasi Natrium Diklofenak Niosom 20 PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012 laju penetrasi, dan penentuan permeabilitas membran. HASIL DAN PEMBAHASAN Sediaan yang dihasilkan homogen dengan %KV kurang dari 6% dan pengukuran ph (tabel 2) secara statistik menggunakan independent sample T- test dengan derajat bebas 4 dan derajat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa ph antar sediaan berbeda bermakna. %recovery (102,35-117,62)% untuk Diperoleh hasil rata-rata ph sediaan formula I dan (97,76-112,76)% untuk formula II. Hasil organoleptis untuk formula I berupa sediaan semisolid kental, jernih dan berbau gel, sedangkan formula II berupa sediaan semisolid agak encer berwarna putih tulang dengan bau khas Span 20. Warna putih tulang pada formula II berasal dari komponen pembentuk suspensi niosom. Dilakukan pengukuran ph untuk mengetahui berapa ph sediaan karena formula II (6,94±0,03) lebih basa dibandingkan dengan formula I (6,30±0,04). Hal ini dimungkinkan karena pada formula II mengandung larutan dapar fosfat salin ph 7,4 ± 0,05 cukup besar sebagai salah satu bahan pada pembuatan niosom. Akan tetapi ph sediaan formula II relatif masih aman untuk kulit. Tabel 2. Hasil pengukuran ph sediaan gel natrium diklofenak formula I dan formula II ph dapat mempengaruhi ketersediaan obat dalam bentuk molekuler. Obat dalam bentuk molekuler dapat berpenetrasi dengan mudah. Selain itu diharapkan ph sediaan tidak terlalu jauh Sediaan Formula I Formula II Suhu Rata-Rata ± ph SD 6,33 23,5 6,26 24,0 6,30 ± 0,04 6,31 23,8 6,91 24,1 6,96 23,7 6,94 ± 0,03 6,96 24,3 dari ph kulit ph 4,0 6,8 (Barry, 2002), agar tidak mengiritasi kulit. Pada Pengukuran diameter penyebaran pada beban nol yang bertujuan untuk melihat 50

perbedaan konsistensi antara formula I diklofenak yang dapat berpenetrasi dan formula II. Hasil pengukuran diameter penyebaran pada beban nol (tabel 3) secara statistik menggunakan independent sample T-test dengan derajat bebas 4 dan derajat kepercayaan 95% menunjukkan bahwa diameter menembus lapisan kulit. Hasil penentuan profil penetrasi dan fluks penetrasi dapat dilihat pada gambar 1, tabel 5. Secara statistik menggunakan independent sample T-test fluks penetrasi kedua formula berbeda penyebaran pada beban nol antar bermakna. Rata-rata fluks penetrasi sediaan berbeda bermakna, di mana formula II yaitu 1,1180 ± 0,1111 diameter penyebaran pada beban nol (µg/cm 2 /menit) dengan %KV 9,94 lebih formula II (7,60 ± 0,20) cm lebih besar dibandingkan dengan formula I (6,17 ± 0,06) cm. Hasil tersebut sesuai dengan hasil organoleptis, di mana konsistensi formula II lebih encer dibanding formula I. Hal ini dimungkinkan karena pada formula II terdapat niosom yang memiliki konsistensi yang agak cair dalam jumlah yang jauh lebih banyak dari jumlah basis gelnya. Tahapan akhir yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji penetrasi natrium diklofenak yang bertujuan untuk mengetahui jumlah natrium kecil dari pada rata-rata fluks penetrasi formula I yaitu 1,3873 ± 0,0705 (µg/cm 2 /menit) dengan %KV 5,08. Tabel 3. Hasil pengukuran diameter penyebaran pada beban nol sediaan gel natrium diklofenak formula I dan formula II Formula Replikasi I II Penyebaran Beban Nol (cm) Ratarata ± SD 1 2 3 6,10 6,20 6,20 6,17 ± 0,06 1 7,60 7,60 2 7,40 ± 3 7,80 0,20 Beberapa faktor yang mempengaruhi penetrasi adalah sifat fisika kimia obat, sifat pembawa obat, dan fisiologis kulit % KV 0,94 2,63 51

Penetrasi Natrium Diklofenak Niosom 20 PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012 (Banker & Chalmers, 1982; Ansel, 1985). Faktor fisika kimia obat antara lain konsentrasi bahan obat dan ukuran partikel. dibandingkan pada formula I. Dalam penelitian ini profil penetrasi niosom belum terlihat. Kemungkinan dalam rentang waktu 6 jam uji penetrasi, masih natrium diklofenak yang di luar sistem niosom yang berpenetrasi dan sistem niosom pada formula II yang diharapkan memberikan waktu penetrasi natrium diklofenak yang diperpanjang karena pelepasan perlahan belum nampak. Oleh sebab itu, dibutuhkan waktu uji penetrasi yang Gambar 1. Kurva hubungan antara rata-rata jumlah kumulatif natrium diklofenak yang berpenetrasi ± SD (µg/cm 2 ) vs waktu (menit). Semakin besar konsentrasi bahan aktif dalam pembawa, semakin cepat penetrasinya karena semakin besar gradien konsentrasi yang mendorong terjadinya proses difusi pasif dalam penetrasi (Banker & Chalmers, 1982). Pada formula II, natrium diklofenak terjebak dalam sistem niosom, sehingga jumlah natrium diklofenak yang bebas lebih panjang. Secara teori, niosom dapat meningkatkan penetrasi obat melalui kulit (Madhav et al., 2011). Ukuran partikel niosom yang kecil, menyebabkan kontak antara bahan obat dan membran lebih besar sehingga penetrasi lebih cepat dan surfaktan nonionik dapat meningkatkan permeabilitas membran terhadap obat. Sementara itu adanya sistem niosom sebagai depo berada dalam pembawa lebih sedikit 52

juga dapat mempengaruhi penetrasi obat. Tabel 5. Persamaan Regresi dan Harga Fluks Penetrasi (µg/cm 2 /menit) Natrium Diklofenak dari Sediaan Formula I dan II Formula Replikasi Persamaan Regresi dari Kurva Penetrasi Na-diklofenak 1 y = 1,4544x + I 23,8824; r = 0,9986 2 y = 1,3139x + 22,2950; r = 0,9979 3 y = 1,3936x + 48,4316; r = 0,9949 Rata-rata ± SD %KV II 1 y = 1,1091x 15,4727; r = 0,9869 2 y = 1,0116x + 33,3067; r = 0,9980 3 y = 1,2333x 9,5541; r = 0,9989 Rata-rata ± SD %KV Fluks (µg/cm 2 / menit) 1,4544 1,3139 1,3936 1,3873 ± 0,0705 5,08 1,1091 1,0116 1,2333 1,1180 ± 0,1111 9,94 Tabel 6. Harga permeabilitas membran (cm/menit) formula I dan formula II Formula Replikasi I II Permeabilitas Membran (cm/menit) 1 1,3892.10-4 2 1,2522.10-4 3 1,3281.10-4 Rata-rata SD %KV 1,3232.10-4 0,0686.10-4 5,19 1 1,0763.10-4 2 0,9821.10-4 3 1,1955.10-4 Rata-rata SD %KV 1,0847.10-4 0,1069.10-4 9,86 Sehingga dalam penelitian ini, hal tersebut tidak berdampak signifikan pada penetrasi karena pengaruh penjebakan natrium diklofenak dalam niosom lebih besar. Jebakan obat dalam sistem niosom dapat berfungsi sebagai depo obat yang melepaskan obat perlahan-lahan (Madhav et al., 2011), Terjebaknya natrium diklofenak dalam niosom menyebabkan natrium diklofenak tidak hanya berdifusi ke membran, namun juga berdifusi keluar dari sistem niosom sendiri. Selain itu, adanya surfaktan dan polimer pada formula II memungkinkan terjadinya interaksi sehingga terbentuk agregat yang dapat memperlambat pelepasan obat. Oleh karena itu, laju penetrasi formula II yang menggunakan sistem niosom lebih lambat dibandingkan laju penetrasi formula I. Faktor lain yang dapat mempengaruhi penetrasi adalah konsistensi sediaan yang terlihat dari pengukuran diameter 53

Penetrasi Natrium Diklofenak Niosom 20 PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012 penyebaran pada beban nol dan ph sediaan. Konsistensi sediaan yang kental dapat menurunkan pelepasan bahan aktif karena pengaruhnya terhadap difusi bahan aktif di dalam sediaan. ph sediaan dapat mempengaruhi kelarutan obat dalam sediaan, di mana peningkatan ph dapat meningkatkan kelarutan natrium diklofenak sehingga jumlah natrium diklofenak yang siap lepas meningkat (Lund, 1994). Formula II memiliki viskositas yang lebih encer dan ph yang lebih basa dibanding formula I, sehingga pelepasan formula II seharusnya lebih cepat dibanding formula I, begitu pula dengan penetrasinya. Namun dalam penelitian ini pengaruh konsistensi dan ph sediaan kurang signifikan. Laju penetrasi formula II lebih rendah dibandingkan formula I dapat disebabkan karena ph sediaan formula II lebih besar dari pada pka natrium diklofenak (pka=4), sehingga dengan ph sediaan tersebut dimungkinkan natrium diklofenak yang terlarut dalam bentuk terion. Selain dapat disebabkan karena adanya penjebakan natrium diklofenak dalam sistem niosom, lebih rendahnya laju penetrasi formula II dibanding formula I juga dapat disebabkan karena adanya kristal-kristal pada sediaan yang diduga adalah natrium diklofenak. Kristalkristal tersebut juga terlihat pada pemeriksaan morfologi niosom. Karena efisiensi penjebakan niosom yang kecil, masih banyak natrium diklofenak yang berada di luar sistem. Jumlah media yang ada dalam sediaan formula II tidak mencukupi untuk melarutkan natrium diklofenak tersebut, sehingga pada proses rotavapor natrium diklofenak yang tidak terjebak sistem niosom mengalami rekristalisasi. Terbentuknya kristal menyebabkan jumlah natrium diklofenak yang terlarut dan siap berpenetrasi sangat sedikit, hal ini 54

menjadi salah satu penyebab laju penetrasi dari formula II lebih lambat dibandingkan dengan laju penetrasi formula I. Oleh karena itu, perlu dipisahkan antara natrium diklofenak yang terjebak dalam sistem niosom dengan yang tidak terjebak untuk melihat profil penetrasi dari sistem niosom itu sendiri. Fisiologis kulit yang mempengaruhi penetrasi pada kulit yaitu umur tikus, berat tikus, dan kondisi kesehatan kulit. Dalam penelitian ini faktor-faktor tersebut sebisa mungkin terkontrol dengan pemeliharaan tikus selama 2 minggu sebelum uji penetrasi, namun variasi berat dan usia tidak bisa dihindari. Berat dan usia tikus mempengaruhi ketebalan kulit, permeabilitas kulit, besarnya pori-pori, dan jumlah folikel rambut pada kulit tikus. Variasi tersebut menyebabkan variasi yang besar pada harga fluks penetrasi, sehingga harga %KV yang diperoleh untuk formula II cukup besar (9,94%). Oleh karena itu untuk mengurangi besarnya variasi fluks penetrasi dibutuhkan kontrol variasi yang lebih ketat. Dari data fluks yang telah diperoleh, dilakukan perhitungan permeabilitas membran. Permeabilitas membran menunjukkan kemudahan kulit untuk ditembus oleh bahan tertentu. Secara statistik menggunakan independent sample T-test permeabilitas membran kedua formula berbeda bermakna. Hasil perhitungan permeabilitas (tabel 6) pada formula II (1,0847.10-4 ± 0,1069.10-4 cm/menit) lebih kecil daripada formula I (1,3387.10-4 ± 0,0677.10-4 cm/menit). Hal tersebut dapat disebabkan karena pada formula II natrium diklofenak berada di dalam sistem niosom dan tidak kontak langsung dengan propilenglikol, sedangkan pada formula I natrium diklofenak dilarutkan langsung dengan propilenglikol yang 55

Penetrasi Natrium Diklofenak Niosom 20 PharmaScientia, Vol.1, No.2, Desember 2012 bertindak sebagai kosolven dan memiliki efek sebagai enhancer pada kulit. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sediaan gel natrium diklofenak dengan sistem niosom komposisi molar natrium diklofenak, Span 20 dan kolesterol 1:6:6 (EP 43,33%) dalam basis HPMC 4000 memiliki warna putih tulang, bau khas, konsistensi lebih encer dan ph yang lebih basa dibandingkan dengan sediaan gel natrium diklofenak tanpa sistem niosom, seta memiliki laju penetrasi dan permeabilitas membran (1,1180 ± 0,1111 µg/cm 2 /menit dan 1,0847.10-4 ± 0,1069.10-4 cm/menit) lebih rendah dibandingkan dengan laju penetrasi dan permeabilitas membran sediaan gel natrium diklofenak tanpa sistem niosom (1,3873 ± 0,0705 µg/cm 2 /menit dan 1,3387.10-4 ± 0,0677.10-4 cm/menit). UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang telah memberikan bantuan dana melalui Project Grant dan segala fasilitas terkait penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Allen, L.V., (1997) The Art, Science, and Technology of Pharmaceutical Compounding, Washington DC : American Pharmaceutical Association, pp. 201 210. Ansel. H.C., (1989) Introduction to Pharmaceutical Dosage Forms, 4 th edition, Philadelphia: Lea and Febiger, pp. 187 189. Banker, G.S. & Chalmers, R.K., (1982) Pharmaceutics and Pharmacy Practice. Philadelphia: J.B. Lippincott Company, pp. 283-292. Barry, B.W., (2002) Topical Preparation. In : Aulton, M.E., Pharmaceutics: The Science of Dosage Form Design. New York: Churchill Livingstone, pp. 499-528. Biju, S.S., Talegaonkar, S., Mishra, P.R., Khar, R.K., (2006) Vesicular System: An Overview. India Journal Pharmaceutical Science., vol.68, issue: 2, pp. 141-153. Bronaugh, R.L., & Maibach, H.I., (2005) Percutaneous Absorption: Drugs Cosmetic Mechanism Metodology. Boca Raton: Taylor and Francis Group. Brunton, L.L., Chabner, B.A., & Knollmann, B.C., (2008) 56

Goodman and Gilman's the Pharmacological Basis of Therapeutics, 11 th Ed., United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (1995) Farmakope Indonesia, edisi IV, Jakarta, hal.48, 463, 683. Idson, B. & Lazarus, J., (1994). Semipadat. In : L. Lachman, H.A. Lieberman, & J.L. Kanig (Eds). Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi ke-3, Jakarta: UI-Press, pp. 1091 1105. Lund, W., (Ed). (1994) The Pharmaceutical Codex, 12 th edition, London : The Pharmaceutical Press, pp. 134-135. Martin, A., Swarbrick, J., & Commarata, A., (1993) Farmasi Fisik : Dasar-Dasar Kimia Fisik dalam Ilmu Farmasetik (Terjemahan Yoshita), edisi ke- 3, jilid ke-2, Jakarta : UI-Press, hal. 845 847. Madhav, NVS, & Saini, A., (2011) Niosomes: A Novel Drug Delivery System, International Journal of Research in Pharmacy and Chemistry, pp. 498-511. O neil, M.J., Smith, A., Heckelmen, P.E., & Budavari, S., (2001) The Merck Index : An Encyclopedia of Chemicals, Dru, and Biological, 13 th edition, Merck & Co., p.3106. Patel, R., Patel K.P., (2010) Advances in Novel Parenteral Drug Delivery System. Asian Journal Pharmaceutics, vol.4, pp.193-199. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., & Weller, P.J., (2009) Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6 th edition. Washington : American Pharmaceutical Association. Shahiwala, A., Misra, A., (2002) Studies in Topical Application of Niosomally Entrapped Nimesulide, Journal of Pharmaceutical Science, vol. 5, No. 3, pp. 220-225. Sweetman, S.C., (2009) Martindale: The Complete Drug Reference, 36 th ed., London: The Pharmaceutical Press. The Department of Health, (2002) British Pharmacopoeia, Vol.2, London : The Stationery Office. Zatz, J.L. & Kushla, G.P., (1996) Gels. In : H.A. Lieberman. Pharmaceutical Dossage Forms Disperse System, Vol. 2, New York : Marcel Dekker, Inc., pp. 400 415. 57