BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Konflik. tindakan pihak lain. Apabila dua orang individu masing-masing berpegang pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stress tidak

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Latin, yaitu stringere, yang memiliki arti keluar dari kesukaan (draw tight).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang baik maka seorang guru terutama guru TK dapat memenuhi dan

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan hidup sesorang pada dasarnya tergantung pada kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB 2 LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

BAB II LANDASAN TEORI

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

Kecerdasan Emosi Pada Pemain Biola Remaja Putra. Disusun Oleh : NPM : Jurusan : Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

EMOSI DAN SUASANA HATI

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tahun Dalam kaitannya ini menerangkan jenis-jenis kualitas emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1.1 Pengertian Pengambilan Keputusan. Kegiatan ini memegang peranan penting terutama bila manajer

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini membahas masalah yang berhubungan dengan penelitian

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: Sam Poole ID: HC Tanggal: 23 Februari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

15 Prinsip dasar Kecerdasan Emosional : Modal Dasar Perawat Profesional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Makna kecerdasan emosional oleh psikolog Peter Salovey dan John Mayer

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. gelar tinggi belum tentu sukses berkiprah di dunia pekerjaan. Seringkali mereka

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Narotama Surabaya 2017

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

C A R E E R H O G A N D E V E L O P TIPS- TIPS PENGEMBANGAN UNTUK MANAJEMEN KARIR. Laporan untuk: John Doe ID: HC Tanggal: 29 Juli 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. dari saat masih anak-anak yang mendapat pendidikan dari orang tuanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : )

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB V PEMBAHASAN. Pada bab ini diuraikan tentang: a) pengaruh kreativitas mengajar guru SKI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Liduina Asih Primandari, S.Si.,M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

dapat dalam bentuk berlari, bertanya, melompat, menangis, memukul, bahkan mendorong. Untuk itu seorang guru Taman Kanak-kanak harus memiliki kepekaan

BAB I PENDAHULUAN. ( diselenggarakan pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

BAB-3 PEMAHAMAN DIRI (SELF AWARENESS) 3-1 KECAKAPAN ANTAR PERSONAL Copyright 2012 By. Ir. Arthur Daniel Limantara, MT, MM.

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Setiap perusahaan akan melakukan berbagai upaya dalam. sumber daya, seperti modal, material dan mesin.

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karyawan

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

I. PENDAHULUAN. masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.

1. Periode 18/ 19 tahun 20/ 21 tahun yaitu mahasiswa semester I s/ d semester IV. Pada periode ini tampak karakteristik sebagai berikut : Stabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan pertengahan masa kanak-kanak bagi remaja itu sendiri maupun

PRIJANTO: TANGAN KEDUA YANG SETIA DAN BISA DIANDALKAN. Oleh: Niniek L. Karim, Bagus Takwin, Dicky Pelupessy, Nurlyta Hafiyah

Perkebunan produktif di lereng pegunungan

EMOTIONAL INTELLIGENCE MENGENALI DAN MENGELOLA EMOSI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN Hogan Assessment Systems Inc.

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis. makna dan filosofisnya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecerdasan emosional terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan emosional. Kecerdasan

WALIKOTA TASIKMALAYA

MODUL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH ( PROBLEM-BASED INSTRUCTION) DILIHAT DARI GAYA BELAJAR DAN KECERDASAN EMOSIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecerdasan Emosional pada Remaja Akhir. 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Pada remaja Akhir

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berkaitan dengan kecerdasan ganda (multipe intelligences). Gardner, menyatakan bahwa IQ tidak

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Coping Stress. mengurangi distres. Menurut J.P.Chaplin (Badru, 2010) yaitu tingkah laku

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat dan zaman. Oleh karena itu sumber daya manusia harus selalu

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini persaingan dalam dunia bisnis sangat ketat, oleh sebab

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

PERUBAHAN DALAM TAHAPAN HARGA DIRI Harga diri itu adalah sangat tinggi selama masa awal kanak-kanak kanak. Kemudian jatuh pada tahun pertama dari seko

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengambilan Keputusan 1. Pengertian Pengambilan Keputusan Didalam kehidupan pengambilan keputusan merupakan hal yang penting karena pengambilan keputusan akan berpengaruh terhadap kehidupan sekarang maupun yang akan datang. Pengambilan keputusan memiliki berbagai pengertian, berikut ini merupakan berbagai pengertian pengambilan keputusan menurut para ahli. Pengambilan keputusan menurut Driver dan Harren (dalam Gati,2010) diartikan sebagai cara unik yang dilakukan oleh sesorang untuk menafsirkan dan menjawab tugas untuk mengambil keputusan penting didalam kehidupannya. Menurut Stoner (dalam Hasan, 2002) mengatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah. Selain itu Salusu (2004) berpendapat bahwa pengambilan keputusan adalah suatu proses memilih alternatif cara bertindak dengan metode yang sesuai dengan situasi. Curtis R. Finch dan Robert L.McGough (dalam Djatmiko, 2005) juga berpendapat bahwa pengambilan keputusan merupakan pemilihan tindakan dari sejumlah alternative yang ada. Selain itu menurut Santrock (2008) pengambilan keputusan adalah sebuah pemikiran di mana individu mengevaluasi berbagai pilihan dan memutuskan pilihan dari sekian banyak pilihan. 8

9 Dari beberapa definisi diatas peneliti menarik kesimpulan bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu cara khusus yang dilakukan oleh individu untuk memilih, mengevaluasi berbagai pilihan dari banyak pilihan yang untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya. 2. Tujuan Pengambilan Keputusan Tujuan pengambilan keputusan menurut Hasan (2002) dapat dibedakan menjadi dua tujuan yaitu sebagai berikut: a. Tujuan bersifat tunggal Bersifat tunggal berarti keputusan yang diputuskan hanya berkaitan dengan satu masalah. Ketika sekali diputuskan, maka tidak berkaitan dengan masalah lain. b. Tujuan bersifat ganda Bersifat ganda berarti keputusan yang diputuskan untuk memecahkan berbagai masalah, baik yang bersifat kontradiktif maupun tidak kontradiktif. Menurut Manullang (dalam Andyni,2014) tujuan pengambilan keputusan untuk menghadapi berbagai tantangan atau permasalahan yang dihadapi, dimana menghasilkan kesenangan atau kepuasan dimasa depan. Berdasarkan tujuan-tujuan yang disampaikan oleh para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan dari pengambilan keputusan adalah untuk menghadapi berbagai permasalahan yang ada, baik itu bersifat tunggal maupun ganda, dimana hasil akhir dari pengambilan

10 keputusan ini, dimasa depan diharapkan akan menghasilkan kepuasan dan kesenangan. 3. Fungsi Pengambilan Keputusan Hasan (2002) berpendapat bahwa pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah dimana memiliki fungsi antara lain sebagai berikut: a. Pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia. Pengambilan keputusan dilakukan dengan sadar dan terarah, dapat diputuskan secara individual atau kelompok, serta dapat juga dilakukan oleh institusional maupun organisasional. b. Sesuatu yang bersifat futuristik Pengambilan keputusan ini berkaitan dengan masa depa. Efek dari pengambilan keputusan ini akan berpengaruh terhadap masa depan dan akan berlangsung cukup lama. 4. Jenis-Jenis Keputusan Herbert Simon membedakan dua tipe keputusan yaitu sebagai berikut (Ivancevich, 2006): a. Keputusan terprogram Keputusan ini sifat nya berulang, rutin, dan memiliki prosedur penangan yang baku. Bila situasi tertentu terjadi, maka prosedur rutin akan dibuat untuk mengatasi situasi tersebut.

11 b. Keputusan tidak terprogram Keputusan ini tidak memiliki prosedur yang pasti dalam menangani masalah. Bila suatu kejadian yang terjadi merupakan benar-benar baru, belum pernah ditemukan situasi dan struktur yang sama sebelumya, bersifat unik, kompleks dan sangat penting. 5. Aspek-aspek Pengambilan Keputusan Harren, Kass, Tinsley dan Morelland (dalam Soesilo,2014) berpendapat bahwa terdapat 4 aspek pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut: a. Bertanggung jawab Sejauh mana individu dapat bertanggung jawab terhadap masa depannya. Dimana memiliki arti bahwa, ketika individu mengambil suatu keputusan, di masa yang akan datang individu akan mengalami tindakan baru. Oleh karena itu individu harus bertanggung jawab, memikirkan dan menyesuaikan terhadap keputusan yang dibuat sesuai dengan keadaan atau situaasi dan melaksanakan keputusan yang telah dipilih. b. Mengenali diri sendiri Sejuah mana individu mampu menyadari diri nya sendiri dan mengetahui kemampuan yang dimiliki. Menyadari dirinya sendiri berarti ia mengenali bagaimana pikiran dan perasaan ketika mereka dihadapi oleh suatu masalah. Apakah individu memiliki keyakinan dan kemampuan sesuai terkait dengan masalah yang sedang dihadapi atau

12 tidak. Sehingga kelak ketika berhadapan dengan situasi dan tindakan baru yang berkaitan dengan keputusan yang mereka pilih, individu tidak menyesalinya. c. Pertimbangan Sejauh mana individu mampu untuk melakukan atau membuat suatu pertimbangan terhadap masalah yang ada. Berarti ketika individu dihadapkan oleh masalah, maka individu tersebut harus memikirkan apa saja alternatif-alternatif yang ada, mencari informasi yang berkaitan dengan pilihan keputusan, memikirkan secara matang kelebihan dan kelamahan sebelum memutuskan pilihan. d. Pengenalan situasi yang ada Sejauh mana individu mampu mengenali keadaan sekitarnya. Individu harus mampu mengetahui bagaimana perkembangan karir dan keadaan yang ada disekitarnya serta ruang lingkup pekerjaannya. 6. Gaya Pengambilan Keputusan Gaya pengambilan keputusan menurut Harren, Kass, Tinsley dan Morelland (dalam Kuntadi, 2004) dibedakan dalam dua gaya pengambilan keputusan, yaitu gaya rasional dan gaya intuitif. Gaya pengambilan keputusan menurut Purwanto (2009) didasarkan pada cara individu untuk mengolah dan merespon informasi, melakukan evaluasi dalam situasi pengambilan keputusan dan tingkat individu untuk menggunakan startegi pengambilan keputusan yang bsersifat emosional. Gaya pengambilan

13 keputusan menurut harren, dkk (dalam Kuntadi,2004) akan dijelasakan sebagai berikut: a. Gaya rasional Keputusan nya berkaitan dengan daya guna dan penalaran rasional. Keputusan ini bersifat objektif, serta masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Individu harus memiliki kemampuan untuk mengenali konsekuensi pada keputusan sebelumnya terhadap keputusan akhir. Ciri-ciri individu yang menggunakan gaya pengambilan keputusan ini cenderung menitik beratkan pada penalaran rasional, dimana pengambilan keputusan yang dibuat memiliki perencanaan yang matang, perhitungan yang cermat, prediksi yang masuk akal dan realistis. Pengambilan keputusan gaya rasional mencakup hal-hal berikut: a.) Kejelasan masalah Masalah yang dihadapi dalam pengambilan keputusan harus memiliki informasi yang lengkap yang berhubungan dengan situasi sesuai dengan masalah yang dihadapi. b.) Pilihan-pilihan diketahui Pilihan-pilihan dalam pengambilan keputusan harus diketahui, yang berarti mampu mengidentifikasi kriteria yang sesuai dan dapat menyusun semua alternatif yang ada. c.) Pilihan yang jelas Dalam pengambilan keputusan, pilihan-pilihan yang tersedia harus jelas dimana memiliki arti bahwa kriteria dan alternatif yang telah

14 disusun sebelum nya dapat diurutkan sesuai kepentingan. Sehingga dapat terlihat jelas peringkat keputusan sesuai kepentingan. d.) Pilihan yang konstan Pilihan yang konstan berarti dalam pengambilan keputusan, kriteria keputusan bersifat konstan dan beban yang ditugaskan stabil sepanjang waktu. e.) Pelunasan maksimum Alternatif yang telah diketahui serta disusun sebelum nya yang paling tinggi dan penting dipilih. b. Gaya intuitif Keputusannya didasarkan pada instuisi atau perasaan, berfokus pada perasaan, kesadaran emosional diri, dan fantasi, bersifat subjektif dan terkadang impulsif. Pengambilan keputusan gaya intuitif merupakan proses tak sadar yang tercipta berdasarkan pengalaman terdahulu yang akhirnya diseleksi sesuai dengan pengalam tersebut. Pengambilan keputusan gaya inicenderung dilakukan dengan cepat atau waktu yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif lebih pendek, ciricirinya melibatkan sedikit pemikiran logis dimana lebih dominan menggunakan instusi atau perasaan. 7. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Dalam Pengambilan Keputusan Gitosudarmo (2008) mengatakan dalam mengambil keputusan individu dipengaruhi oleh 3 faktor utama yaitu sebagai berikut: a. Nilai individu pengambil keputusan

15 Keyakinan dasar yang tertanam sejak kecil melalui proses pembelajaran dari lingkungan keluarga maupun masyarakat, berpengaruh terhadap pengambilan keputusan ketika individu dihadapkan oleh suatu permasalahan. b. Kepribadian Terdapat dua variabel utama yang berpengaruh terhadap keputusan yaitu ideologi versus kekuasaan dan emosional versus objektivitas. Ideologi versus kekuasaan memiliki arti bahwa beberapa individu mendasarkan keputusannya dipengaruhi oleh filosofi atau prinsip tertentu, sementara orang lain mendasarkan keputusan pada sesuatu yang secara politis meningkatkan kekuasaan secara pribadi. Sedangkan emosional versus objektivitas memiliki arti bahwa beberapa individu mendasarkan keputusan nya pada emosional yang dapat mempengaruhi cara permasalahan dianalisis, informasi yang objektif diabaikan dan keputusan hanya didasarkan pada perasaan saja. Sementara itu beberapa pengambil keputusan yang lain lebih objektif, dengan cara menghindari kekeliruan persepsi yang berkaitan dengan permasalahan dan informasi. c. Kecenderungan terhadap pengambilan resiko Dalam pengambilan keputusan terdapat dua tipe, yaitu yang menyukai resiko dan yang tidak menyukai resiko. Dimana orang yang menyukai resiko cenderung memilih alternatif yang memberikan hasil yang besar meskipun resiko yang diambil juga besar. Sedangkan orang yang

16 tidak menyukai resiko cenderung memilih alternatif yang resiko kegagalan nya rendah meskipun hasilnya rendah. 8. Proses Pengambilan Keputusan Daft (dalam Djatmiko, 2005) mengungkap bahwa terdapat delapan proses pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut: a. Memantau lingkungan keputusan Hal ini berkaitan dengan pencarian informasi internal maupun eksternal yang mungkin terjadi b. Mendefinisikan masalah Hal ini berkaitan dengan mencari tahu tentang dasar masalah yaitu mengenai apa, siapa, dimana, bagaimana suatu masalah yang dihadapi c. Mengspesifikan sasaran keputusan Hal ini berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam suatu keputusan d. Mengembangkan alternatif pemecahan masalah Hal ini berkaitan dengan mempertimbangkan pengalaman dan menampung masukan-masukan yang ada e. Mengevaluasi alternatif pemecahan masalah Hal ini berkaitan dengan memprediksi kemungkinan keberhasilan f. Memilih alternatif terbaik Berkiatan dengan memantapkan pilihan untuk memilih alternatif terbaik. g. Mengimplementasikan pilihan terbaik

17 Mengimplementasikan pilihan terbaik berkaitan dengan melaksanakan keputusan yang telah dipilih, meyakinkan bahwa keputusan dilaksanakan. B. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual. Berikut ini merupakan pengertian kecerdasan emosional menurut para ahli. Salovey dan Mayer (dalam Aldosiry, Alkhadher, AlAqraa, dan Anderson 2016) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk memahami emosi dan perasaan dalam diri sendiri serta orang lain dimana pemahaman ini digunakan sebagai suatu cara untuk mengarahkan tindakan. Selain itu, Goleman (2016) menjelaskan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan individu yang dapat membantu untuk mengenali dan mengelola emosi diri dan mengidentifikasi emosi orang lain serta membangun hubungan baik dengan mereka. Selain itu Stein dan Book (2006) menyatakan bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan non-kognitif yang mempengaruhi kecakapan seseorang dalam mengatasi runtutan dan tekanan lingkungan nya. Dari beberapa definisi tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan non-kognitif yang dimiliki individu yang dapat membantu individu untuk mengendalikan

18 implus emosional dalam mengarahkan tindakan dan dapat membina hubungan baik dengan orang lain. 2. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Goleman (2016) memperluas kemampuan kecerdasan emosi yang dicetuskan oleh Salovey menjadi lima wilayah utama yaitu sebagai berikut: a. Mengenali Emosi Diri Individu memiliki kesadaran diri, yang berarti mampu mengenali perasaan atau suasasan hati yang sesungguhnya dirasakan ketika perasaan itu terjadi. Individu yang memiliki keyakinan akan perasaan nya adalah pemimpin yang handal untuk kehidupannya sendiri, karena ia peka terhadap perasaan yang dirasakannya, dengan begitu individu dapat mengelola dirinya dalam pengambilan keputusan-keputusan masalah pribadi, mulai dari masalah memutuskan untuk menikah bahkan sampai memutuskan untuk memilih pekerjaan. Apakah ia bertahan pada pekerjaan yang aman-aman saja atau pindah ke pekerjaan yang beresiko namun lebih menarik. Individu yang memiliki kesadaran diri bersikap mandiri, yakin akan batas-batasan yang mereka bangun, memiliki kesehatan jiwa yang bagus dan cenderung berpendapat positif dalam kehidupannya. Individu yang memiliki kesadaran diri tidak tenggelam dalam permasalahan, mereka mempunyai kendali atas kehidupan emosional mereka.

19 b. Mengelola Emosi Individu mampu untuk menguasi perasaan yang ia rasakan agar dapat terungkap dengan tepat. Keterampilan tersebut bergantung pada kesadaran diri. Dimana individu memiliki kemampuan untuk menghibur diri nya sendiri yang berarti ia dapat mengendalikan emosinya. Sehingga individu dapat bangkit ketika sesuatu hal yang tidak menyenangkan terjadi didalam kehidupannya. Ketika suasana hati sedang kurang baik. Individu berupaya untuk mengendalikan dirinya agar terlepas dari suasana hati yang kurang baik tersebut, dengan cara mengekspresikan emosi nya dengan tepat. Berbeda dengan individu yang tidak memiliki kemampuan tersebut, maka mereka cenderung akan terus menerus terlarut dengan perasaan murung, sehingga individu tidak dapat bangkit ketika sesuatu hal yang tidak menyenangkan terjadi. c. Memotivasi Diri Sendiri Memotivasi diri sendiri berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat menguasi diri sendiri, dan mengendalikan dorongan hati sesuai dengan keadaan. Sehingga ia mampu menata emosinya untuk mencapai suatu tujuan dan untuk berkreasi. Individu yang mampun memotivasi diri sendiri akan optimis dalam kehidupannya dan menikmati pekerjaan. Seseorang dapat berhasil bila ia mampu menunda kepuasaan sementara dan mengendalikan dorongan hati mereka. Mereka akan cenderung lebih produktif dan efektif dalam segala sesuatu yang dikerjakannya.

20 d. Mengenali Emosi Orang Lain Mengenali emosi orang lain berarti memiliki kemampuan empati, dimana individu dapat memamhami bagaimana perasaan orang lain. Hal ini juga berkaitan dan dibangun berdasarkan kesadaran diri. Perasaan orang lain jarang diungkapkan dengan kata-kata melainkan dengan isyarat. Individu yang memiliki keterampilan empati, ia dapat menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yaitu membaca pesan non-verbal seperti nada bicara, gerak-gerik dan sebagainya yang ditunjukan oleh orang lain dan menafsirkan apa saja yang dibutuhkan dan dikehendaki oranglain, peka terhadap orang lain dan juga rela berkorban untuk orang lain. Bila individu dapat terbuka terhadap emosi diri nya sendiri maka ia akan lebih terampil untuk mengetahui bagaimana perasaan orang lain. e. Membina Hubungan Membina hubungan berkaitan dengan keterampilan mengelola emosi orang lain. Membina hubungan dengan orang lain akan membuat seseorang menunjang popularitas, kepemimpinan, dan keberhasilan antarpribadi. Individu yang memiliki keterampilan membina hubungan dengan orang lain mereka cenderung mudah bekerjasama dengan orang lain, juga bersedia untuk memecahkan masalah orang lain.

21 3. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kecerdasan Emosional Menurut Goleman (2016) Kecerdasan emosional seseorang dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang akan dijelaskan sebagai berikut: a. Faktor internal Faktor internal kecerdasan emosional manusia dipengaruhi oleh otak emosional. Diantaranya terdiri dari amigdala, neokorteks, sistem limbik, lobus prefrontal dan lain sebagai nya yang berkaitan dengan otak emosional. b. Faktor eksternal Faktor eksternal kecerdasan emosional manusia dipengaruhi oleh halhal yang berada diluar individu seperti lingkungan, perkembangan zaman, maupun kebudayaan. 4. Ciri-ciri Orang yang Memiliki Kecerdasan Emosi Martin (2005) memberikan lima gambaran mengenai individu yang memiliki kecerdasan emosi rendah yaitu sebagai berikut: a. Cenderung egois, terlalu berorientasi pada kepuasdan diri sendiri tanpa mempeudulikan orang lain b. Suka mengintrupsi dan berdebat setiap saat c. Cenderung memiliki tabungan emosi yang negatif pada diri orang lain d. Menghadapi masalah hanya dengan pikiran, tanpa peduli perasaan e. Sering merasa tidak aman dan sukar menerima kesalahan diri, serta sulit meminta maaf secara tulus

22 Goleman (dalam Andyni,2014) memberikan gambaran mengenai individu yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi berdasarkan karakteristik gender pria dan wanita a. Pria yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi akan matang secara sosial, mudah bergaul dan jenaka, tidak mudah takut atau gelisah, mampu menghadapi masalah, bertanggung jawab dan mempunyai pandangan moral, simpatik dan hangat dalam hubungan dengan orang lain, nyaman dengan diri sendiri dan orang lain serta dengan dunia pergaulan lingkungannya. b. Wanita yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi cenderung bersikap tegas dan mengungkapkan perasaan nya secara langsung, memandang dirinya sendiri secara positif, mudah bergaul dan ramah, mampu menyesuaikan diri dengan beban dan stress, mudah menerima orang-orang baru, nyaman dengan diri nya sendiri, ceria, spontan dan terbuka. C. Dinamika Antar Variabel (Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dan Pengambilan Keputusan) Salah satu faktor yang diduga berhubungan dalam pengambilan keputusan adalah kecerdasan emosional. Hal ini didukung penelitian yang dilakukan oleh Mohd, Salleh, & Mustapha, (2010), dimana dari ke empat dimensi yang diajukan pada penelitian, dimensi yang beperan dalam mempengaruhi pilihan karir responden adalah intelektual dan emosional.

23 Penelitian terlebih dahulu yang dilakukan oleh Risdiyanto (2007) tentang hubungan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan yang efektif ditempat kerja, menunjukan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan yang efektif ditempat kerja. Kemudian Julianti (2013), melakukan penelitian tentang kontribusi kecerdasan emosional terhadap pengambilan keputusan menjadi tenaga kerja indonesia (TKI) di luar negeri yang menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan. Selain itu Andiny (2014) juga meneliti tentang hubungan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan memilih jurusan di perguruan tinggi pada mahasiswa baru, dimana menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan, jadi tinggi rendahnya kecerdasan emosi dapat menentukan tinggi rendahnya pengambilan keputusan. Dimana penelitian lain yang dilakukan oleh Perwitasari (2015) tentang hubungan antara kecerdasan emosional dan pengambilan keputusan pada penerbang TNI AU juga memperkuat, dimana menunjukan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan emosi dan pengambilan keputusan. Hasil-hasil dari penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa pada proses pengambilan keputusan memiliki penggabungan antara pemikiran dan kegiatan yang didalamnya melibatkan kecerdasan emosional. Goleman (2016) mengatakan bahwa kunci menuju pengambilan keputusan pribadi yang lebih sehat adalah menyesuaikan diri dengan perasaan

24 perasaan kita, karena logika saja tidak cukup ketika mempertimbangkan keputusan terutama yang berkaitan dengan penentuan nasib selanjutnya. Orang-orang yang memiliki dan memenuhi aspek-aspek kecerdasan emosi dapat mengambil keputusan dengan baik. Maka ditarik kesimpulan bahwa orang yang memiliki kecerdasan emosi dapat membuat keputusan yang baik. D. Kerangka Berpikir Gambar 1 Kerangka Pemikiran Kecerdasan Emosional 1. Mengenali emosi diri 2. Mengelola emosi 3. Memotivasi diri sendiri 4. Mengenali emosi orang lain 5. Membina Hubungan Pengambilan Keputusan 1. Bertanggung jawab 2. Mengenali diri sendiri 3. Pertimbangan 4. Pengenalan situasi yang ada E. Hipotesis Penelitian Berdasarkan deskripsi kajian pustaka dan dinamika konklusi rasional dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut, ada hubungan antara kecerdasan emosional dengan pengambilan keputusan untuk bekerja sebagai driver Go-Jek di wilayah Tangerang Selatan.