Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam UU No.20 Tahun tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ibu adalah sosok yang penuh pengertian, mengerti akan apa-apa yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga itu adalah yang terdiri dari orang tua (suami-istri) dan anak. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. (Abdulhak, 2007 : 52). Kualitas pendidikan anak usia dini inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesuksesan yang dicapai seseorang tidak hanya berdasarkan kecerdasan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya, dan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

BAB VI KESIMPULAN. Dari hasil analisis struktural terhadap unsur intrinsik novel Madogiwa no

BAB I PENDAHULUAN. hingga perguruan tiggi termasuk di dalamnya studi akademis dan umum, program

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia 0-6 tahun disebut juga sebagi usia kritis dalam rentang perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENGENAL MODEL PENGASUHAN DAN PEMBINAAN ORANGTUA TERHADAP ANAK

PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tahap remaja melibatkan suatu proses yang menjangkau suatu

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanah dari Allah SWT, Setiap orang tua menginginkan anakanaknya

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan psikologisnya sehingga menjadi seorang yang unik. Anak mengalami suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna dan

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB IV ANALISIS PERANAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PENYESUAIAN SOSIAL ANAK DI DESA WONOSARI KECAMATAN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. empiris yang mendasari perubahan kurikulum adalah fakta di lapangan. menunjukkan bahwa tingkat daya saing manusia Indonesia kurang

BAB II KAJIAN TEORITIS

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian adapun pembahasan secara lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Ibu memiliki lebih banyak peranan dan kesempatan dalam. mengembangkan anak-anaknya, karena lebih banyak waktu yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tantangan pembangunan dimasa yang akan datang. Pembentukan sumber daya. yang saling berhubungan dalam pembentukan kualitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

11 MENGURAI KONSEP DASAR MANUSIA SEBAGAI INDIVIDU MELALUI RELASI SOSIAL YANG DIBANGUNNYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ketidakmandirian dan ketergantungan disiplin pada kontrol luar

BE SMART PARENTS PARENTING 911 #01

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Seorang individu akan selalu berusaha

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA DINI. Rita Eka Izzaty

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. pertama-tama dari orang tua (keluarga) dan anggota keluarga lainnya. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak terus bekerja, dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas dan diharapkan akan menjadi pelaku dalam pembangunan suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan salah satu tempat bertumbuh dan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No.20

BAB I PENDAHULUAN. adalah kekerasan yang terjadi pada anak. Menurut data yang di dapat dari

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial di samping sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB IV ANALISIS TENTANG PELAKSANAAN METODE KETELADANAN DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANAK DI RA NURUSSIBYAN RANDUGARUT TUGU SEMARANG

PENYESUAIAN DIRI DAN POLA ASUH ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

ABSTRAK USAHA USAHA PENANGGULANGAN IJIME DI KALANGAN SISWA DI JEPANG. atau bahkan kekerasan yang dilakukan oleh para para pelajar.

Dasar-dasar Metode Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menyadari akan penting nya mencerdaskan rakyat nya, Cita cita mulia itu pun

Dalam keluarga, semua orangtua berusaha untuk mendidik anak-anaknya. agar dapat menjadi individu yang baik, bertanggungjawab, dan dapat hidup secara

Transkripsi:

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu yang cukup lama sebelum bisa berdiri sendiri. Pada manusia memerlukan sedikitnya beberapa tahun sebelum ia bisa mandiri. Uniknya, lamanya waktu manusia harus tergantung pada orang lain inilah yang membuat punya kesempatan paling banyak untuk mempersiapkan dirinya dalam perkembangannya sehingga pada akhirnya taraf perkembangan manusia adalah tertinggi (Sarlito W. Sarwono. 2009. Hal. 66). Dan manusia adalah makhluk sempurna dibanding dengan hewan maupun tumbuhan. Mencerdaskan kehidupan bangsa (manusia) adalah tujuan dari pendidikan. Telah dimaklumi bersama, bahwa seluruh pendidikan manusia dapat berlangsung dalam Tri Pusat Pendidikan, yaitu di rumah atau dalam keluarga, di sekolah atau lembaga pendidikan formal dan di masyarakat atau pendidikan non formal (A. H. Kahar Utsman. 2009. Hal. 15). Sehingga tri pusat pendidikan sebagai tempat generasi penerus menimba ilmu pengetahuan diharapkan tidak hanya membekali dengan kemampuan kognisi, tapi perlu juga kemampuan afeksi, konasi dan psikomotor. Sesuai dengan tujuan pendidikan yang mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor, maka pencapaian tujuan pada: (1) Aspek kognitif dengan mengacu pada peningkatan kemampuan intelektual (pengetahuan) dan kecerdasan berpikir, (2) Aspek afektif sangat diperlukan metode yang dapat langsung ditiru (di imitasi/di modelling) oleh peserta didik, dan (3) Aspek psikomotor juga diperlukan metode yang tepat agar ketrampilan motorik peserta didik dapat terlatih (dalam Suhartoyo. 2007. hal 1). Hal tersebut membuktikan bahwa peran pendidikan sangat penting dalam membentuk sikap dan kepribadian manusia, baik di lembaga pendidikan yang merupakan tanggung jawab pendidik (sebagai lembaga formal), meskipun yang penting dan terutama pendidikan di rumah yang dilakukan oleh orang tua (sebagai lembaga in formal) juga pembelajaran di masyarakat secara umum (sebagai lembaga non formal). Gilbert Highest menyatakan bahwa kebiasaan yang dimiliki anak-anak sebagain besar terbentuk oleh pendidikan keluarga. Sejak dari bangun tidur hingga ke saat tidur kembali,

anak-anak menerima pengaruh dan pendidikan dari keluarganya, baik dalam bentuk pemeliharaan ataupun pembentukan kebiasaan terhadap masa depan perkembangan seorang anak. Menurut W. H. Clark, para psikolog umumnya berpendapat bahwa bayi yang baru lahir keadaannya lebih mendekati binatang ketimbang keadaan manusia. Sehingga bayi memerlukan persyaratan tertentu pengawasan serta pemeliharaan yang terus menerus sebagai latihan dasar dalam pembentukan kebiasaan dan sikap agar bayi memiliki kemungkinan untuk berkembang secara wajar dalam kehidupan di masa dating (Jalaluddin. 2012. Hal. 293). Karena anak-anak di dalam keluarga ada kesempatan untuk meniru dan latihan untuk menjalin relasi (baik dengan diri sendiri maupun dengan orang lain). Karena manusia pertama-tama sekali tergantung pada orang lain, maka penting sekali peranan orang terhadap perkembangan kepribadian anak. Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian orang tua kebanyakan menjadi pemurung tidak bersemangat dan daya tangkapnya kurang baik sehingga perkembangan kecerdasannya pun terbelakang (Sarlito W. Sarwono. 2009. Hal. 67). Sehingg pendidikan keluarga memiliki peran yang sangat penting karena di lima tahun kehidupan awal (sebagai golden age) manusia mengenal pertama kali tentang apapun tentang kehidupan. Di dalam rumah atau keluarga, anak-anak berinteraksi dengan orang tua (atau pengganti orang tua) dan segenap anggota keluarga. Anak-anak memperoleh pendidikan keluarga berupa: pembentukan pembiasaan-pembiasaan cara makan, tidur, bangun pagi, gosok gigi, mandi, berelasi komunikasi dan sebagainya. Pendidkan keluarga akan banyak membantu dalam meletakkan dasar pembentukan kepribadian anak. Misalnya sikap religius, disiplin, lembut/kasar, rapi/rajin, penghemat/boros dan sebagainya. Sehingga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang senada seirama dengan kebiasaan di dalam keluarga (A. H. Kahar Utsman. 2009. Hal. 15). Karena keluarga memiliki fungsi-fungsi primer, yaitu: sebuah sistem sosial untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya, suatu lingkungan yang cocok untuk reproduksi dan pengasuhan, dan suatu media interaksi dengan komunitas yang lebih luas menuju perwujudan kesejahteraan sosial secara umum (Kathryn Geldard dan David Geldard. 2011. Hal. 79). Sehingga keluargalah yang mempunyai tugas awal untuk mendidik dan mempersiapkan individu untuk hidup di sekolah maupun di masyarakat secara adaptif. Etzioni (1993) menyatakan bahwa kehidupan keluarga yang kuat menciptakan masyarakat yang kuat. Sebagai konsekuensinya anak-anak dapat belajar di sekolah dengan lebih baik, sangat jarang berurusan dengan polisi, lebih bertanggung jawab terhadap hukum, dan jarang mengalami kekerasan, setiap indivdu dalam komunitas keluarga yang lebih luas memberikan manfaat satu sama lain (Kathryn Geldard dan David Geldard. 2011. Hal. 81).

Ketika keluarga memberikan seluruh anggotanya untuk belajar atau saling membelajarkan. Karena anak-anak sangat membutuhkan bantuan dan peran serta orang dewasa dalam memberikan pendidikan. Kategori anak-anak yaitu: dibawah usia 5 tahun, usia 5-7 tahun, usia 7 tahun keatas (sebelum usia remaja). Anak-anak memiliki dunia yang berbeda dari orang dewasa dan berada pada tingkat perkembangan yang berbeda. Anak belum menguasai sikap seperti orang dewasa dalam bahasa komunikasi, aturan-aturan wawancara orang dewasa belum sepenuhnya bisa berlaku dalam cara anak-anak berelasi. Anak-anak suka berkomunikasi melalui permainan dan kegiatan-kegiatan kreatif dan juga melalui cerita (Kathryn Geldard dan David Geldard. 2011. Hal. 216). Seorang anak mendapat sebuah sepeda dari ayahnya. Anak mencoba sepedanya dan mengadakan reaksi-reaksi atau rangsang-rangsang yang ditimbulkan oleh sepeda itu. Lama kelamaan reaksinya makin teratur dan pada suatu saat anak dapat menguasai sepeda. Hal tersebut merupakan proses belajar. Sehingga definisi belajar adalah suatu proses dimana suatu perilaku ditimbulkan, diubah atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi yang terjadi. Proses belajar tidak hanya meliputi perilaku motorik (naik sepeda, berenang, mengemudi mobil, menari), tetapi juga berpikir (pelajaran sekolah tertentu seperti matematika dan sejarah) dan emosi (belajar sopan santun, belajar bergaul dan lain-lain). Sesuai dengan hukum Gestalt bahwa manusia berpikir secara menyeluruh, maka proses belajar yang terutama melibatkan proses berpikir, harus dimulai dengan mempelajari materi secara keseluruhan baru ke detail atau bagian-bagiannya (Sarlito W. Sarwono. 2009. Hal. 107). Sayangnya, anak-anak sering mengalami ketidakberdayaan dalam keluarga saat latihan dalam proses belajar mengenal sesuatu. Di saat anak-anak mengembangkan perilaku yang tidak bermanfaat sebagai respon terhadap tekanan dalam keluarga malah menjadi kambing hitam, dilabeli cacat atau dianggap sakit oleh keluarga lainnya. Anak-anak sering tidak mempunyai keterampilan yang memungkinkan membicarakan tentang memuaskan problem-problem emosionalnya melalui wawancara dengan orang tua atau anggota keluarganya. Untuk membantu anak-anak memecahkan problem-problem relasinya baik di luar maupun di dalam keluarga, sehingga membangun relasi yang bisa dipercaya dengan anak. Langkah pertama yang harus ditempuh ialah membuat perjanjian dengan kedua orang tua dihadapan sang anak tentang proses penanganan problem. Sebagai konsekuensinya, anak memahami bahwa kedua orang tuanya setuju mengajak anak-anak terlibat menyelesaikan masalah dan memberi izin pada anak-anak untuk berbicara secara bebas tentang kekhawatiran-kekhawatirannya (Kathryn Geldard dan

David Geldard. 2011. Hal. 204). Karena salah satu factor utama yang mempengaruhi perkembangan social anak adalah keutuhan keluarga. Keutuhan keluarga terutama ditekankan kepada strukturnya, yaitu keluarga yang masih lengkap (ayah-ibu-anak). Disamping keutuhan keluarga diperlukan pula ialah keutuhan relasi hubungan antar anggota keluarga (cara-cara dan sikap-sikap dalam pergaulannya) yang memegang peranan penting dalam perkembangan social anak-anak. Jadi, misalnya orang tua yang selalu bersikap otoriter, yaitu memaksakan kehendaknya kepada anak-anak akan berkembang menjadi manusia pasif, tidak berinisiatif, kurang percaya diri sendiri, bersifat ragu-ragu, rasa takut dan sebagainya. Akan tetapi, jika orang tua dalam keluarga bertindak demokratis maka akan berakibat terhadap perkembangan anak, yaitu: menjadi anak yang penuh dengan inisiatif, giat dan rajin, tidak takut, tidak ragu-ragu terhadap tujuan hidupnya, selalu optimis, mempunyai rasa tanggung jawab dan percaya pada diri sendiri (A. H. Kahar Utsman. 2009. Hal. 81). Sehingga, perlakuan orang tua akan menentukan kemampuan relasi pada anak-anak. Pengaruh orang tua dan lingkungan masa anak-anak tidak berhenti tetapi berlangsung terus, kadang-kadang sampai seumur hidup, khususnya pengaruh yang berupa pengalamanpengalaman yang menegangkan, menakutkan, mengguncangkan, membahayakan dan lainlain. Menurut penganut Psikoanalisis, pengaruh pengalaman masa anak-anak kadang-kadang tidak dirasakan atau tidak disadari oleh orang yang bersangkutan, karena semua disimpan di dalam alam bawah sadarnya, tetapi dapat timbul dalam bentuk perilaku-perilaku yang aneh dan tidak dimengerti oleh pelakunya sendiri. Pada usia dua atau tiga tahun, seorang anak mulai melihat kemampuan-kemampuan tertentu pada dirinya. Sikap terhadap orang tua mulai berubah, yaitu mulai membantah. Kemudian pada usia lima atau enam tahun, pada saat anak mulai mengenal lingkungan lebih luas (sekolah, anak-anak tetangga, dan lain-lain). Pendapat orang tuanya sekarang bukanlah satu-satunya pendapat yang harus di turuti karena mulai mendengar pendapat orang lain. Kadang-kadang muncul perilaku mengamuk, menangis, menjerit, merusak, menyerang dan menyakiti diri sendiri, yang dilakukan apabila ada kehendak-kehendak yang tidak terpenuhi (Sarlito W. Sarwono. 2009. Hal. 107). Sehingga orang tua harus memahami kebutuhan anakanak agara terjalin keharmonisan berelasi juga menjadi teladan dalam kemampuan menjalin relasi. Membantu kemampuan relasi anak-anak dengan pendidikan dalam keluarga agar sang anak mempunyai relasi pribadi secara individual dengan seseorang yang terlibat secara langsung semua anggota keluarga lainnya. Hal ini membantu memungkinkan sang anak

memiliki kepercayaan dalam berelasi dan merasa lebih percaya diri dan berbicara secara bebas tentang problem-problem yang dialaminya. Saat membantu melibatkan diri dengan seorang anak harus mampu mengikuti sifat anak-anak agar dapat berhubungan dengan tepat. Menurut Geldard dan Geldard dipandang penting untuk mempunyai suatu derajat emosi tanpa prasangka saat menangani anak-anak. Karena saat memberikan suatu tingkat keterbukaan, kehangatan dan persahabatan dan menunjukkan perhatian kepada anak dan apa yang dikatakan dan dikerjakannya yang membuat sang anak aman untuk berbicara tentang problem-problem yang menyusahkan (Kathryn Geldard dan David Geldard. 2011. Hal. 209). Anak dalam perkembangan kepribadiannya selalu membutuhkan seorang tokoh identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan seorang lain. Pada anak, biasanya tokoh yang ingin disamai biasanya adalah ayah atau ibunya. Dalam proses identifikasi ini, anak mengambil alih (biasanya dengan tidak disadari oleh anak itu sendiri) perilaku, kebiasaan, sikap, norma, dan nilai dari tokoh identifikasi. Dan anak-anak yang dari keluarga terpecah belah atau anak-anak jalanan tidak mempunyai tokoh identifikasi tertentu sehingga perkembangan kepribadiannya mudah terpengaruh dan terjerumus ke dalam kenakalan atau kejahatan. Untuk menghindari hal tersebut, sebaiknya anak-anak seperti itu diberi tokoh identifikasi pengganti (nenek, paman, pengasuh). Walau tidak sepenuhnya dapat mengganti peran orang tua, tokoh pengganti ini setidaknya dapat memenuhi sebagian kebutuhan identifikasi anak sehingga ketika beranjak remaja/dewasa dapat tumbuh sebagai orang yang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya (Sarlito W. Sarwono. 2009. Hal. 70). Sehingga sulit untuk mengabaikan peran keluarga dalam pendidikan. Karena anak-anak sejak masa bayi hingga usia sekolah memiliki lingkungan tunggal yaitu keluarga. Tri pusat pendidikan menempatkan bahwa pendidikan pertama dan terutama ada pada keluarga, karena menjadi pengalaman awal bagi manusia dan sebagai tempat membentuk peletakan dasar kepribadian anak untuk mengenal diri sendiri, keluarga dan kemampuan untuk menjalin relasi. Bagaimana seorang mengenali kebutuhan fisik dan psikisnya, sehingga akan muncul penghargaan terhadap diri sendiri yang akan memudahkan menghargai dan menghormati orang lain. Sehingga pendidikan keluarga yang tepat akan menjadikan anak yang mampu berelasi dengan lingkungan yang lebih luas, yaitu: sekolah dan masyarakat. Daftar Pustaka A. H. Kahar Utsman. 2009. Sosiologi Pendidikan (Buku Daros). STAIN Kudus. Jalaluddin. 2012. Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi. Jakarta. RajaGrafindo Persada.

Kathryn Geldard dan David Geldard. 2011. Konseling Keluarga: Membangun Relasi untuk Saling Memandirikan Antaranggota Keluarga. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Sarlito W. Sarwono. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta. RajaGrafindo Persada. Suhartoyo. 2007. Pengaruh Sikap Guru terhadap Akhlak Siswa. Laporan Praktikum Penelitian Pendidikan Islam.