STATISTIK DIREKTORAT JENDERAL BPDASPS TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: SK. 328/Menhut-II/2009 TENTANG

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 21 /PRT/M/2010 TANGGAL : 31 Desember 2010 BALAI PEMETAAN TEMATIK DAN PRASARANA DASAR

WILAYAH SUNGAI (WS) NO WILAYAH SUNGAI (WS) PROVINSI KETERANGAN 1. Meureudu Baro (I- IV/A/1) Nanggroe Aceh Darussalam

2017, No Pengolahan Air Limbah Usaha Skala Kecil Bidang Sanitasi dan Perlindungan Daerah Hulu Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi; Mengingat : 1.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 26/PRT/M/2006 TENTANG

PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 48/PRT/1990 TENTANG PENGELOLAAN ATAS AIR DAN ATAU SUMBER AIR PADA WILAYAH SUNGAI MENTERI PEKERJAAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Disampaikan Oleh : Ir. Muhajir, MS Kepal Balai Pengelolaan DASHL Jeneberang Saddang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 13/PRT/M/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI WILAYAH SUNGAI MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 13 /PRT/M/2006. TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI WILAYAH SUNGAI. MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

LAPORAN KENAIKAN PANGKAT PERIODE OKTOBER 2016 PER SEPTEMBER 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kewenangan Pengguna Anggaran/Barang. Kepala Unit Pelaksana Teknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BALAI PEMETAAN DAN INFORMASI INFRASTRUKTUR

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

DEPARTEMEN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL

RENCANA STRATEGIS

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.9/Menhut-II/2011P. /Menhut-II/2009 TENTANG

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

KEBUTUHAN BENIH (VOLUME) PER WILAYAH PER JENIS DALAM KEGIATAN REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN. Oleh : Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

ISLAM NOMOR : P.7/PDASHL-SET/2015 NOMOR : DJ:II/555 TAHUN 2015 TENTANG

Daftar Peta Wilayah Sungai : Lampiran II sampai dengan Lampiran V

DUKUNGAN KEGIATAN LITBANG BAGI PROGRAM PDASHL TAHUN 2016

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2012 TENTANG

JABATAN a.tmt JABATAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG NOMOR : P.8/PDASHL-SET/2015 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung Tahun

PERATURAN BERSAMA ANTARA DIREKTUR JENDERAL PENGENDALIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN HUTAN LINDUNG DAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN DASAR

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN STATISTIK TAHUN 2015

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

KATA PENGANTAR. Harapan kami semoga buku Statistik Pembangunan ini dapat bermanfaat. Bogor, Maret 2009 KEPALA BALAI

BALAI BESAR WILAYAH SUNGAI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

STATISTIK PEMBANGUNAN BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI (BPDAS) AKE MALAMO

MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI KEHUTANAN DAN MENTERI PEKERJAAN UMUM,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 39/Menhut-II/2010 TENTANG POLA UMUM, KRITERIA, DAN STANDAR REHABILITASI DAN REKLAMASI HUTAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

Peraturan Menteri PU Nomor L4 PRT M }OL3. Peraturan Menteri PU Nomor OT PRT M 2OL! Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang tinggi. Apabila dimanfaatkan secara bijaksana akan

GUBERNUR SULAWESI SELATAN,

41. Direktur Pemolaan Dan Informasi Konservasi Alam 42. Direktur Kawasan Konservasi 43. Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati 44.

JABATAN LOWONG PENERIMAAN CPNS DEPARTEMEN KEHUTANAN FORMASI TAHUN 2008

NAMA JABATAN PROVINSI. DKI Jakarta

SASARAN DAN INDIKATOR PROGRAM DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN DAS DAN HUTAN LINDUNG TAHUN

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

Badan Air dan Peran Serta Kita. Silvita Jarsil Anwar Sekretariat Direktorat Jenderal Cipta Karya

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.17/MENHUT-II/2013 TENTANG

B U K U: REKALKULASI PENUTUPAN LAHAN INDONESIA TAHUN 2005

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

DIREKTORAT BINA REHABILITASI HUTAN DAN LAHAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL KEMENTERIAN KEHUTANAN

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2017 NOMOR : SP DIPA /2017

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2002 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 / HUK / 2012 TENTANG

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA MELALUI SWAKELOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. saling terkait. Peristiwa banjir, erosi dan sedimentasi adalah sebagian indikator

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

PEJABAT KEMENTERIAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Disampaikan Pada Acara :

Pengelolaan Data Lahan Sawah, Alat dan Mesin Pertanian, dan Jaringan Irigasi

V. PRODUKSI HASIL HUTAN

LAPORAN KENAIKAN PANGKAT PERIODE APRIL Verifi kasi. Pangkat sblm. Pangkat rencana. III/b III/c Lolos

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.46/Menhut-II/2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi nasional tekanan terhadap sumber daya hutan semakin

KATA PENGANTAR. Demikian, semoga buku stasistik ini bermanfaat. Mamuju, Januari 2009 KEPALA BALAI, Ir.Abdul Rachman, MBA NIP.

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA

JABATAN a.tmt JABATAN

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

Lampiran 3d. Rencana Strategis Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

Transkripsi:

STATISTIK DIREKTORAT JENDERAL BPDASPS TAHUN 2014 KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BPDASPS

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BPDASPS

Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial

Direktorat Bina Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Daerah Aliran Sungai

Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan

Direktorat Bina Perhutanan Sosial

Penanaman Satu Miliar Pohon

Rekapitulasi Kegiatan Pengembangan Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi (PPMPBK)

KATA PENGANTAR Puji syukur diucapkan ke-hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-nya, sehingga buku Statistik Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Tahun 2014 ini dapat diselesaikan pada waktunya. Penyusunan buku Statistik Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial Tahun 2014 ini dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan data dan informasi tentang upaya-upaya pembangunan di bidang Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial dalam kurun waktu lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Buku ini disusun berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.6/Menhut-II/2008 tanggal 18 Maret 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Statistik Kehutanan, sedangkan data dan informasi dikumpulkan dari unit eselon II dan Unit Pelaksana Teknis lingkup Direktorat Jenderal BPDASPS. Kami sampaikan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada segenap pihak atas bantuan dan kerjasamanya dalam penyusunan buku ini. Semoga buku ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait dengan upaya pembangunan bidang Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial. Jakarta, Mei 2015 Direktur Jenderal, Dr. Hilman Nugroho NIP. 19590615 198603 1 004 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010 10-201 2014 i

PENDAHULUAN Direktorat Jenderal Bina Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Perhutanan Sosial (Ditjen BPDASPS) merupakan bagian dari Kementerian Kehutanan yang melaksanakan tugas untuk merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang pengelolaan daerah aliran sungai dan perhutanan sosial sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan. Dengan mempertimbangkan Misi Kementerian Kehutanan dalam Renstra 2010-2014 yaitu Hutan Lestari Untuk Kesejahteraan Masyarakat Yang Berkeadilan, serta 8 (delapan) kebijakan prioritas Kementerian Kehutanan, terdapat 2 (dua) kebijakan prioritas Kementerian Kehutanan yang terkait langsung dengan pembangunan bidang pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial, yaitu: 1. Rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung Daerah Aliran Sungai. 2. Pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan. Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2010-2014, terdapat 1 (satu) program yang terkait dengan pembangunan kehutanan di bidang Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial, yaitu Program Peningkatan Fungsi dan Daya Dukung DAS Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. Indikator Utama (IKU) Program tersebut adalah : 1. Tanaman rehabilitasi hutan dan lahan kritis termasuk hutan mangrove, pantai, gambut dan rawa pada DAS Prioritas seluas 2,5 juta ha. 2. Terbangunnya Hutan Kemasyarakatan (HKm)/Hutan Desa (HD) seluas 2,5 juta ha. 3. Terbangunnya Hutan Rakyat Kemitraan seluas 250.000 ha. 4. Terbangunnya sumber benih baru seluas 6.000 ha dan pengelolaan areal sumber benih yang telah ada seluas 4.500 ha. 5. Rencana pengelolaan DAS terpadu pada 108 unit DAS prioritas. Untuk mencapai IKU Program tersebut telah dilaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 1. Perencanaan dan Evaluasi Pengelolaan DAS Daerah aliran sungai merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan ekosistem sungai dan anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau laut secara alami (PP Nomor 37 tahun 2012). Lahan kritis adalah lahan yang berada di dalam dan di luar kawasan hutan yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai media pengatur tata air dan unsur produktivitas lahan sehingga menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem DAS. Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 vi

Penetapan lahan kritis mengacu pada lahan yang telah rusak karena kehilangan penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau berkurang Luas Lahan Kritis Hasil Inventarisasi fungsinya sebagai penahan air, Tahun 2006 sd Tahun 2013 pengendali erosi, sikluss hara, pengatur iklim mikro dan retensi 40,000 karbon. Kekritisan lahan 30,000 diklasifikasikan ke dalam kategori 20,000 sangat kritis, kritis, agak kritis, 10,000 potensial kritis dan tidak kritis. - Direktorat Jenderal BPDASPS memprioritaskan penanganan 2006 2011 2013 lahan kritis pada lahan dengan Tahun Inventarisasi kriteria kritis dan sangat kritis. Berdasarkan kriteria tersebut, Gambar 1. Grafik Luas Lahan Kritis Hasil Inventarisasi Tahun 2006 luas lahan kritis dan sangat kritis dan 2013 di Indonesia pada tahun 2014 tanpa DKI Jakarta seluas ± 24.303.294 Ha, yang terdiri dari : - Kritis : 19.564..911 Ha - Sangat Kritis : 4.738.384 Ha Luas lahan kritis dan sangat kritis per provinsi di Indonesia berdasarkan hasil inventarisasi tahun 2006, tahun 2011 dan tahun 2013 ditampilkan dalam tabel I.1. Dari data lahan kritis yang ada dan sesuai dengan kebijakan prioritas Kementerian Kehutanan yang terkait dengan pembangunan bidang Pengelolaan DAS dan Perhutanan Sosial maka disusunlah DAS Prioritas yaitu DAS yang berdasarkan kondisi lahan, hidrologi, sosek, investasi dan kebijaksanaan pembangunan wilayah tersebut perlu diberikan prioritas dalam penanganannya. Rencana Pengelolaan DAS merupakan konsep pembangunan yang mengakomodasikan berbagai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dijabarkan secaraa menyeluruh Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Tahun dan terpadu dalam suatu rencana 2009 sd 2014 berjangka pendek, menengah maupun panjang yang memuat 40 perumusan masalah spesifik di 30 dalam DAS, sasaran dan tujuan 20 pengelolaan, arahan kegiatan dan 10 pemanfaatan, peningkatan dan - pelestarian sumberdaya alam air, 2009 2010 20111 2012 2013 2014 tanah dan vegetasi, Tahun Penyusunan pengembangan sumberdaya manusia, arahan model pengelolaan DAS, serta sistem Gambar 2. Grafik Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Tahun 2009 sd 2014 monitoring dan evaluasi kegiatan pengelolaan DAS. Jumlah (Unit) Luas (Dalam Ribuan) Statistik Ditjen BPDASPS Tahunn 2010-2014 vii

Rencana Pengelolaan DAS Terpadu (RPDAS-T) merupakan rencana multipihak yang disusun dengan pendekatan partisipatif dalam pengelolaan sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dengan segala aktifitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumber daya alam bagi manusia secara berkelanjutan. Sejak Tahun 2009 sampai tahun 2014 telah disusun Rencana Pengelolaan DAS Terpadu (RPDAST) sebanyak 108 DAS, tahun 2014 telah disusun RPDAST sebanyak 3 DAS sebagaimana disajikan pada tabel I.2. 2. Rehabilitasi Hutan dan Lahan Luas Area (Ha) Perkembangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2010-2014 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 0 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Gambar 3. Grafik Perkembangann Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2010-2014 Rehabilitasi Hutan dan Lahan diselenggarakan melalui kegiatan : Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkann fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Realisasi kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan kurun waktu tahun 2010 2014 seluas 2.316.609 ha sedangkan tahun 2014 tercapai seluas 486.858 ha. Rincian kegiatan RHL per provinsi dan BPDAS disajikan dalam tabel II terlampir. 2.1 Rehabilitasi Hutan (Reboisasi) Kegiatan rehabilitasi hutan (Reboisasi) yang dilaksanakan tahun Perkembangan Kegiatan 2010 2014 lebih diprioritaskan pada Rehabilitasi Hutan (Reboisasi) Tahun 2010-2014 lahan dengan kriteria sangat kritis dan kritis. 150 Reboisasi adalah upaya penanaman 100 jenis pohon hutan pada kawasan 50 hutan rusak yang berupa lahan 0 kosong, alang-alangg atau semak 2010 2011 20122 2013 2014 belukar untuk mengembalikan fungsi Tahun Kegiatan hutan. Kegiatan reboisasi diprioritaskan pada kawasan Gambar 4. Grafik Perkembangan Kegiatan Rehabilitasi konservasi dan hutan lindung. Hutan (Reboisasi) Tahun 2010-2014 Reboisasi di dalam kawasan hutan lindung ditujukan untuk memulihkan fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan Luas / Ha (Dalam ribuan) Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 viii

memelihara kesuburan tanah. Sedangkan reboisasi di dalam kawasan hutan konservasi ditujukan untuk pembinaan habitat dan peningkatan keanekaragaman hayati. Realisasi kegiatan rehabilitasi hutan (reboisasi) kurun waktu tahun 2010 2014 adalah seluas 434.286 ha dan kegiatan rehabilitasi hutan (reboisasi) tahun 2014 tercapai seluas 26.162 ha. Rincian capaian kegiatan per provinsi dan per BPDAS disajikan dalam tabel II.1 terlampir. 2.2 Rehabilitasi Lahan Kegiatan rehabilitasi lahan tahun 2010-2014 dilaksanakan melalui kegiatan penanaman pohon/penghijauan pada lahan sangat kritis dan kritis di luar kawasan hutan. Realisasi kegiatan penghijauan kurun waktu tahun 2010 2014 adalah seluas 1..882.325 ha, dan realisasi tahun 2014 seluas 460.696 ha. Rincian capaian kegiatan per provinsi dan per BPDAS disajikan dalam tabel II.2. Rehabilitasi Lahan/Penghijauan dilaksanakan melalui kegiatan kegiatan sebagai berikut : 1. Hutan Kota Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohonbaik pada tanah pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Perkembangan kegiatan rehabilitasi lahan melalui pembuatan hutan kota dapat dilihat padaa tabel II.2.a. Kegiatan hutan kota tahun 2014 tercapai seluas 484 ha. 2. Hutan Rakyat Hutan Rakyat adalah hutan yang tumbuh di atas tanah yang dibebani hak milik atau hak lainnya dengan luas minimum 0,25 ha. Pembangunan hutan rakyat diarahkan untuk mengembalikan produktivitas lahan kritis, konservasi lahan, perlindungan hutan dan pengentasan kemiskinan melalui upaya pemberdayaan masyarakat. Perkembangan Kegiatan Rehabilitasi Lahan Tahun 2010-2014 Luas/Ha (Dalam Ribuan) Perkembangan rehabilitasi lahan melalui kegiatan hutan rakyat Gambar 5. Grafik Perkembangan Kegiatan Rehabilitasi Lahan Tahun 2010-2014 tahun 2010 2014 adalah seluas 1.877.202ha, sedangkan tahun 2014 adalah seluas 460.212 Ha, Rincian capaian kegiatan per provinsi dan per BPDAS disajikan dalam tabel II.2.b. 300 250 200 150 100 50 0 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 ix

2.3 Rehabilitasi Mangrove, Rawa dan Gambut Hutan Mangrove adalah komunitas vegetasi pantai tropis yang khas, tumbuh dan berkembang padaa daerah pasang surut, terutama di laguna, muara sungai dan pantai yang terlindung dengan substrat lumpur atau lumpur berpasir. Kegiatan penanamann hutan mangrove/pantai yang dilaksanakan di seluruh Indonesia pada tahun 2010 sd 2014 seluas 31.673 ha, sebagaimana dapat dilihat pada tabel II.3.. Perkembangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove /Pantai Tahun 2010-2014 Luas/Ha (Dalam ribuan) 15 10 5 0 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Gambar 6. Grafik Perkembangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove/Pantai Tahun 2010-2014 2.4 Teknik Konservasi Tanah Terhadap lahan kritis perlu dilakukan upaya rehabilitasi dan terhadap lahan potensial kritis yang kondisinya masih baik perlu dilakukan upaya pencegahan kerusakan agar lahan dapat berfungsi optimal sebagai media pengatur tata air dan produksi. Untuk mencapai keadaan yang diinginkan seperti di atas dilakukan melalui upaya konservasi tanah. Teknologi konservasi tanah diterapkan melalui bangunan konservasi tanah yang dalam pelaksanaannya diarahkan dengan menerapkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diterima masyarakat, menggunakan bahan baku alami, terdapat di lokasi serta tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Bangunan Teknik Konservasi Tanah dimaksud adalah : a. Bangunan Dam Pengendali Dam Pengendali adalah bendungan kecil yang dapat menampung air (tidak lolos air), dengann konstruksi urugan tanah, urugan tanah dengan lapisan kedap air atau konstruksi beton (tipe busur) untuk mengendalikan erosi dan banjir dan dibuat pada alur jurang/sungai kecil, dengan tinggi maksimum 8 m. Manfaat dari Dam Pengendali antara lain dapat mengendalikan endapan aliran air yang ada di permukaan tanah yang berasal dari daerah tangkapan air di bagian hulunya, dan berfungsi sebagai sumber air bagi masyarakat dan irigasi. Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 x

Jumlah Unit 80 60 40 20 0 Bangunan Dam Pengendali Tahun 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Gambar 7. Grafik Kegiatan Pembuatan Bangunan Dam Pengendali Tahun 2010-2014 Pembangunann Dam Pengendali sebanyak tahun 75 2014 unit, sedangkan realisasi pembangunann Tahun 2010 s.d tahun 2014 telah dilaksanakan sebanyak 281 unit. Data pembangunan Dam Pengendali pertahun lebih lengkapnya ditampilkan dalam tabel II.4.a. b. Dam Penahan Dam Penahann adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi bronjong batu atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur jurang dengan tinggi maksimum 4 m, yang bermanfaat mengendalikan untuk endapan Jumlah Unit 800 600 400 200 0 Bangunan Dam Penahan Tahun 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan dan aliran air permukaan Gambar 8. Grafik Kegiatan Pembuatan Bangunan Dam dari daerah tangkapan air di Penahan Tahun 2010-2014 bagian hulu dan meningkatnya permukaan air tanah di bagian hilirnya. Pembangunan Dam Penahan selama periode 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d tahun 2014 telah dilaksanakan sebanyak 2.310 Unit, sedangkan tahun 2014 terbangun 474 unit. Data pembangunan Dam Penahan pertahun lebih lengkapnya ditampilkan dalam tabel II.4.b. c. Bangunan Pengendali Jurang (Gully Plug) Bangunan pengendali jurang adalah bendungan kecil yang lolos air yang dibuat pada parit-parit melintang alur parit dengan konstruksi bronjong batu, kayu atau bambu. Pembangunan bangunan pengendali jurang tahun 2014 sebanyak 211 unit. Selama periode 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d tahun 2014 telah dilaksanakan sebanyak 631 unit, sesuai rincian yang disajikan pada tabel II.4.b. Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 xi

Bangunan Pengendali Jurang Tahun 2010-2014 Bangunan Sumur Resapan Tahun 2010-2014 Jumlah Unit 300 200 100 0 2010 2011 20122 2013 2014 Jumlah Unit 2000 1000 0 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Tahun Kegiatan Gambar 9. Grafik Kegiatan Pembuatan Bangunan Pengendali Jurang Tahun 2010-2014 Gambar 10. Grafik Kegiatan Pembuatan Bangunan Sumur Resapan Tahun 2010-2014 d. Bangunan Sumur Resapan Sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh dari atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Pembangunan Sumur Resapan tahun 2014 sebanyak 1.120 unit. Selama periode 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d tahun 2014 telah dilaksanakan pembangunan sumur resapan sebanyak 6.510 unit, data selengkapnya ditampilkan dalam tabel II.4.c. e. Bangunan Embung Air Embung air adalah bangunan penampung air berbentuk kolam yang berfungsi untuk menampung air hujan/air limpasan atau air rembesan pada lahan tadah hujan yang berguna sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau. Pembangunan embung air tahun 2014 terealisir sebanyak 124 unit. Selama periode 5 tahun terakhir sejak tahun 2010 s.d tahun 2014 telah dilaksanakan pembangunan embung air sebanyak 629 unit, sebagaimana disajikan dalam tabel II.4.d. Bangunan Embung Air Tahun 2010-2014 Jumlah Unit 200 150 100 50 0 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Gambar 11. Grafik Kegiatan Pembuatan Bangunan Embung Air Tahun 2010-2014 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 xii

3. Perbenihan Tanaman Hutan Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1995, perbenihan tanaman adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pengadaan, pengelolaan dan peredaran benih tanaman. 3.1 Pembibitan Definisi bibit dalam peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.17/Menhut- generatif II/2012 adalah tumbuhan muda hasil pengembangbiakan secara atau vegetatif. Kegiatan penyediaan bibit dalam rangka RHL disajikan pada tabel III.1. 3.2 Kebun Bibit Rakyat (KBR) Kebun Bibit Rakyat (KBR) adalah kebun bibit yang dikelola oleh kelompok masyarakat yang beranggotakan baik laki-laki maupun perempuan, melalui pembuatan bibit berbagai jenis tanaman hutan dan atau tanaman serbaguna (MPTs) yang pembiayaannya dapat bersumber dari dana 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 pemerintah atau non pemerintah. (Peraturan Menteri Kehutanan RI Nomor : P.17/Menhut-II/2012). Jumlah Unit Perkembangan Kegiatan KBR Tahun 2010-2014 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Gambar 12. Grafik Kegiatan KBR Tahun 2010-2014 Jumlah Kebun Bibit Rakyat per BPDAS tahun 2010 sebanyak 4.076 unit, sedangkan realisasi KBR tahun 2010-2014 sebanyak 42.466 unit. Sebagaimana rincian yang disajikan pada tabel III.2. 3.3 Persemaian Permanen Persemaian Permanen adalah persemaian yang dibangun pada lokasi yang tetap dan dilengkapi dengan sarana, prasarana produksi bibit yang lengkap dan modern. Persemaian permanen umumnya digunakan dalam jangka panjang, dengan kapasitas produksi bibit cukup besar dan lokasi yang cukup luas. Lokasi pembangunan Persemaian Permanen tahun 2011 sd tahun 2014 sebagaimana tabel III.3. Sedangkan realisasii pembuatan bibit dari Persemaian Permanen tahun 2014 adalah 27.875.000 batang, dan progres produksi bibit Persemaian Permanen dari tahun 2010 sd 2014 adalah sebanyak 1.073.942.770 batang. Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 xiii

3.4 Seed for people Program seed for people didasari oleh Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 973/Menhut-V/ /2001 tanggal 29 Juni 2001, tentang seed for people. Program ini bertujuan untuk : 1) Meningkatkan kualitas dan hasil tanaman hutan rakyat, 2) Sarana meningkatkan kesejahteraan masyarakat, 3) Mempercepat proses rehabilitasi lahan, 4) Penguatann kelembagaan masyarakat dalam membangun hutan. Progress pembangunan seed for people tahun 2010 sd 2014 adalah sebanyak 100 unit, sedangkan untuk tahun 2014 telah terbangun sebanyak 31 unit seed for people. 4. Perhutanan Sosial Perhutanan Sosial adalah usaha berbasis hutan dan lahan dengan hasil kayu dan bukan kayu, yang pengelolaannya diutamakan untuk pengembangan ekonomi rakyat dengan memperhatikan aspek sosial, budaya dan penyelamatan lingkungan. Kegiatan Perhutanan Sosial antara lain : 1. Hutan Desa Hutan Desa adalah hutan negara yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa serta belum dibebani izin/hak. Areal Kerja Hutan Desa adalah satu kesatuan hamparan kawasan hutan yang dapat dikelola oleh lembaga desa secara lestari. Penyelenggaraan Hutan Desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempatt secara berkelanjutan sebagaimana tersebut dalam Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.49/Menhut-II/2010. Luas penetapan Areal Kerja Hutan Desa tahun 2014 seluass 262.130 ha, sedangkan progres penetapan Areal Kerja Hutan Desa tahun 2010 sd 2014 seluas 526.031 ha. Data luas dan lokasi Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Tahun 2010 sampai tahun 2014 disajikan dalam tabel IV.1. Rekapitulasi Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Tahun 2010-2014 Luas Penetapan Areal Kerja HD Tahun 2010-2014 (Dalam ribuan) 300 200 100-2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Gambar 13. Grafik Rekapitulasi Penetapan Areal Kerja Hutan Desa Tahun 2010-2014 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 xiv

2. Hutan Kemasyarakatan Hutan Kemasyarakatan berdasakan Permenhut No. 37 Tahun 2007 tanggal 7 September 2007 jo No. 13 Tahun 2010 adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Pemberdayaan masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat sumber dayaa hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Luas penetapan areal kerja Hutan Kemasyarakatan tahun 2014 seluas 314.272 ha, sedangkan progres penetapan Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan tahun 2010 sd 2014 seluas 729.153 ha. Data luas dan lokasi penetapan areal kerja hutan kemasyarakatan disajikan dalam tabel IV.2. Rekapitulasi Penatapan Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan Tahun 2010-2014 Luas Penetapan Areal Kerja HKm Tahun 2010-2014/Ha (Dalam Ribuan) 400 300 200 100-2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Gambar 14. Grafik Rekapitulasi Penetapan Areal Kerja Hutan Kemasyarakatan Tahun 2010-2014 3. Hutan Rakyat Kemitraan Hutan Rakyat Kemitraan adalah pembangunan hutan rakyat oleh masyarakat dengan menjalin ikatan kerjasama saling menguntungkan dengan pengusaha industri perkayuan. Realisasi Hutan Rakyat Kemitraan tahun 2014 adalah seluas 102.603 ha dan progres tahun 2010 sd 2014 seluas 315.746 ha. Rekapitulasi kegiatan hutan rakyat kemitraan tahun 2010-2014 disajikan dalam tabel IV.3. 4. Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Hasil Hutan adalah benda-benda hayati, non hayati dan turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan. (Permenhut No. P.35/Menhut-II/2007). Hasil Hutan Bukan Kayu yang dikembangkan, antara lain : Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 xv

1. Perlebahan Perlebahan adalah kegiatan pemanfaatan lebah dan produk-produknya serta vegetasi penunjangnya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dengan memperhatikan aspek kelestariannya. Kegiatan ini memberikan manfaat langsung seperti menciptakan lapangan usaha baru, meningkatkan pendapatan dan dapat membantu meningkatkan gizi masyarakat. Selain itu secara tidak langsung dapat membantu proses penyerbukan beberapa jenis pohon tertentu. Hasil kegiatan perlebahan yang dilaksanakan di seluruh Indonesia adalah berupa madu disajikan pada tabel IV.4.a. 2. Persuteraan Alam Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 50/Kpts-II/1997 tanggal 20 Januari 1997, yang dimaksud dengan persuteraan alam adalah bagian kegiatan perhutanan sosial dengan hasil kokon atau benang sutera yang terdiri dari kegiatan penanaman murbei, pembibitan ulat sutera dan pengolahan kokon. Usaha tani persuteraan alam bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, penyediaan bahan baku industri persuteraan alam dan peningkatan mutu lingkungan. Pelaksanaan usahatani persuteraan alam dilakukan melalui unit-unit usaha. Satu unit usahatani merupakan unit pengelolaan usahatani persuteraan alam dengan luas kebun murbei minimal 50 ha atau setara dengan jumlah tanaman murbei sebanyak 500.000 batang. Usahatani persuteraan alam dapat dikembangkan pada lahan hak milik atau lahan yang dibebani hak-hak lainnya di luar kawasan hutan yang memenuhi persyaratan untuk kegiatan usahatani persuteraan alam. Hasil-hasil kegiatan persuteraan alam tahun 2014 adalah sebagaimana ditampilkan pada tabel IV.4.b. 3. Rotan Pelaksanaan pengembangan rotan saat ini telah diserahkan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dimana tugas pemerintah adalah mengatur, membina, mendorong, membantu memonitor dan mengendalikan, yang diwujudkan dalam pengembangan infrastruktur, baik fisik maupun sosial (kelembagaan masyarakat) sebagai landasan keberlangsungan investasi publik/masyarakat. Realisasi pembangunan budidaya tanaman rotan tahun 2010-2014 ditampilkan pada tabel IV.4.c. 4. Bambu Bambu adalah tumbuhan jenis rumput-runputan yang berbentuk pohon dan digolongkan dalam keluarga Gramineae, tumbuh berumpun yang terdiri dari beberapa batang (buluh). Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 xvi

Dengan kemajuan pembangunan dan teknologi dari tanamann bambu dapat dihasilkan produk-produk bambu yang bervariasi, jumlahnya banyak, proses produksi lebih cepat dan mempunyai pasar lebih luas. Untuk menyediakan bahan baku bambu yang sesuai dengan tingkat kebutuhan maka diperlukan pengetahuan jenis-jenis bambu, penyebaran dan kegunannya. Luas area pembangunan budidaya tanaman bambu tahun 2010 2014 disajikan pada tabel IV.4.d. 5. Kesekretariatan Rekapitulasi Sebaran PNS dan CPNS lingkup Ditjen BPDASPS tahun 2010 sd Rekapitulasi Sebaran PNS dan CPNSLingkup Ditjen BPDASPS 2014 disajikan dalam tabel V. Tahun 2010-2014 Dalam menyelenggarakann tugas pokok dan fungsinya, Direktoratt Jenderal Bina 4,000 Pengelolaan Daerah Aliran Sungai 2,000 didukung oleh 50 (lima puluh) unit - kerja: - Pusat, yaitu : Sekretariat Direktorat 2010 2011 20122 2013 2013 Tahun Kegiatan Jenderal BPDASPS, Direktorat Perencanaan dan Evaluasi Gambar 15. Grafik Rekapitulasi Sebaran PNS dan CPNS Lingkup Ditjen BPDASPS Pengelolaan DAS, Direktorat Bina Tahun 2010-2014 Rehabilitasi Hutan dan Lahan, Direktorat Bina Perhutanan Sosial, Direktorat Bina Perbenihan Tanaman Hutan. - Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah, yaitu : 36 (tiga puluh enam) Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, 6 (enam) Balai Perbenihan Tanaman Hutan, 2 (dua) Balai Pengelolaann Hutan Mangrove dan 1 (satu) Balai Persuteraan Alam. Sampai dengan Desember Tahun 2014, Direktorat Jenderal Bina PDASPS didukung oleh 2.349 orang pegawai, dengan sebaran 262 pada Ditjen BPDASPS Pusat dan 2.087 orang tersebar pada 45 (empat puluh lima) Unit Pelaksanaa Teknis (UPT) Ditjen BPDASPS. Direktorat Jenderal BPDASPS juga didukung oleh sarana prasarana berupa tanah, gedung dan kendaraan sebagaimana ditampilkan dalam tabel V..5. dan produk hukum untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsinya, ditampilkan dalam tabel V.6. Untuk meningkatkan Kinerja, Direktorat Jenderal BPDASPS juga melaksanakan kerjasama dengan berbagai lembaga/negara luar seperti, GEF, UNDP, JICA, ITTO, JIFPRO dan negara Korea. Kerjasama Luar negeri tersebut ditampilkan dalam tabel V.7. Jumlah Pegawai Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 xvii

6. Penanaman Satu Miliar Pohon Maksud dilaksanakannya Gerakan Penanaman Satu Miliar Pohon adalah : 1. Salah satu sarana edukasi, peningkatan kepedulian, kemampuan dan kemandirian seluruh komponen bangsa akan pentingnya menanam dan memelihara pohon. 2. Mengajak seluruh komponen bangsa untuk melakukan penanaman dan pemeliharaan pohon secara berkelanjutan untuk mitigasi perubahan iklim dan merehabilitasi hutan dan lahan. Gerakan penanaman satu miliar pohon ini bertujuan untuk menambah tutupan lahan dan hutan guna mencegah longsor dan banjir di musim hujan, menyerap karbon dioksida akibat dari perubahan iklim dan penyediaan bahan baku industri pengolahan kayu, pangann dan energi terbarukan..perkembangan Gerakan Penanaman Satu Miliar Pohon Tahun 2010 2014 sebagaimana gambar 14 di atas. Perkembangan Gerakan Penanaman 1 Miliar pohon Tahun 2010-2014 Jumlah Batang 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000 0 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Kegiatan Gambar 16. Grafik Perkembangan Gerakan Penanaman 1 Miliar Pohon Tahun 2010-2014 7. Pengembangan Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi (PPMPBK) Kegiatan PPMPBK pada dasarnya merupakan kegiatan usaha tani konservasi berupa penanaman wanatani (agroforestry) yang dapat dilengkapi dengan pembuatan/pemeliharaan bangunan konservasi tanah dan air serta aneka usaha kehutanan berupa pengembnagan HHBK dan bantuan komoditi peternakan/perikanan. Kegioatan wanatani antaraa lain penanaman pohon berkayu yang dipadukan dengan : hijauan pakan ternak (silvopasture), pemeliharaan tambak (silvofishery), tanaman obat-obatan (silvofarmaka) dan tanaman bawah tegakan/tanaman pertanian. Pembuatan/pemeliharaan bangunan konservasi tanah dan air antara lain teras bangku/kredit/guluidan, saluran pembuangan air dan terjunan air, sumur resapan dan pengendali jurang (gully plug). Pengembangan komoditi HHBK berupa HHBK unggulan antara lain lebah madu, sutera alam, bambu, rotan, nyamplung dan gaharu. Rekapitulasi Pengembangan Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi (PPMPBK) Tahun 2010-2014 disajikan pada tabel VII. Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 xviii

Tabel I.1. LUAS DAN PENYEBARAN LAHAN KRITIS TAHUN 2006, TAHUN 2011 DAN TAHUN 2013 Luas Lahan Kritis Hasil Inventarisasi Tahun 2006 Tahun 2011 Tahun 2013 No. Provinsi Tingkat Kekritisan Lahan JUMLAH Tingkat Kekritisan Lahan JUMLAH Tingkat Kekritisan Lahan JUMLAH Kritis Sangat Kritis (Ha) Kritis Sangat Kritis (Ha) Kritis Sangat Kritis (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 Aceh 395,680 67,343 463,023 623,665 121,290 744,954 474,664 150,694 625,358 2 Sumatera Utara 1,526,959 434,767 1,961,726 854,610 280,731 1,135,341 580,944 478,523 1,059,467 3 Sumatera Barat 239,433 169,598 409,031 419,524 90,453 509,977 485,907 144,788 630,695 4 R i a u 2,306,659 108,356 2,415,015 739,935 100,723 840,658 1,737,809 151,813 1,889,622 5 Jambi 614,117 4,774 618,891 341,685 1,078,917 1,420,602 515,192 264,582 779,774 6 Sumatera Selatan 2,085,364 739,485 2,824,849 3,668,355 217,707 3,886,062 299,172 13,692 312,864 7 Bengkulu 545,219 163,730 708,949 531,470 111,117 642,587 586,026 135,648 721,674 8 Lampung 339,055 186,408 525,463 512,168 77,061 589,229 238,322 84,602 322,924 9 Kepulauan Riau - - - 24,519 230,230 254,749 224,031 114,177 338,208 10 Bangka Belitung 261,615 314,843 576,458 88,212 26,624 114,836 155,388 60,720 216,108 11 DKI Jakarta - - - - - - - - - 12 Jawa Barat 140,895 19,487 160,382 415,806 68,139 483,944 302,014 40,952 342,966 13 Jawa Tengah 233,300 28,226 261,526 149,976 9,877 159,853 105,633 5,210 110,843 14 D.I. Yogyakarta 43,549 1,110 44,659 33,088 471 33,559 25,272 845 26,117 15 Jawa Timur 533,841 247,115 780,956 506,336 102,577 608,913 485,042 736,877 1,221,919 16 Banten 51,982 90,427 142,409 56,753 10,750 67,503 33,239 3,716 36,955 17 B a l i 51,639 4,281 55,920 45,112 2,940 48,052 43,087 2,910 45,997 18 Nusa Tenggara Barat 236,899 68,833 305,732 68,611 23,248 91,859 154,358 23,219 177,577 19 Nusa Tenggara Timur 2,234,587 985,224 3,219,811 1,006,526 35,162 1,041,688 942,976 17,878 960,854 20 Kalimantan Barat 1,840,181 16,124 1,856,305 2,844,134 325,357 3,169,491 752,711 106,864 859,575 21 Kalimantan Tengah 1,939,144 1,267,743 3,206,887 3,498,036 1,138,854 4,636,890 4,785,299 359,405 5,144,704 22 Kalimantan Selatan 511,821 54,771 566,592 708,130 78,781 786,911 508,941 132,645 641,586 23 Kalimantan Timur 1,015,616 38,074 1,053,690 314,464 4,372 318,836 847,590 63,230 910,820 24 Kalimantan Utara - - - - - - 245,215 29,125 274,340 25 Sulawesi Utara 229,226 28,040 257,266 242,354 33,702 276,056 189,816 79,395 269,211 26 Sulawesi Tengah 113,179 103,308 216,487 293,638 24,131 317,769 347,955 104,277 452,232 27 Sulawesi Selatan 223,806 325,312 549,118 810,504 109,948 920,452 388,509 144,152 532,661 28 Sulawesi Barat 21,514 5,624 27,138 105,546 8,414 113,960 263,404 55,749 319,153 29 Sulawesi Tenggara 919,467 365,134 1,284,601 617,519 267,944 885,463 631,628 313,477 945,105 30 Gorontalo 202,790 62,988 265,778 184,652 72,524 257,176 319,393 247,244 566,637 31 Maluku 488,315 123,904 612,219 490,521 271,803 762,324 471,015 257,761 728,776 32 Maluku Utara 259,360 291,390 550,750 447,669 163,438 611,106 322,948 97,153 420,101 33 Papua 2,659,384 311,016 2,970,400 971,464 105,235 1,076,699 1,973,165 266,064 2,239,229 34 Papua Barat 1,041,638 263,132 1,304,770 410,601 76,742 487,343 128,244 50,997 179,241 JUMLAH 23,306,233 6,890,568 30,196,802 22,025,581 5,269,260 27,294,842 19,564,911 4,738,384 24,303,294 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 1

Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 2

Tabel I.2. REALISASI PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN DAS TERPADU (RPDAST) TAHUN 2009-2014 No Wilayah Kerja Provinsi DAS Prioritas Luas (Ha) Disusun Tahun 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 BPDAS Krueng Aceh Nanggroe Aceh Darussalam Peusangan 255,780.28-1 - - - - 2 BPDAS Krueng Aceh Nanggroe Aceh Darussalam Krueng Aceh 197,852.34 - - 1 - - - 3 BPDAS Krueng Aceh Nanggroe Aceh Darussalam Jambu Aye 462,062.43 - - 1 - - - 4 BPDAS Krueng Aceh Nanggroe Aceh Darussalam Peureulak Tamiang 699,510.11 - - - 1 - - 5 BPDAS Wampu Sei Ular Sumatera Utara Wampu 415,617.46 - - 1 - - - 6 BPDAS Wampu Sei Ular Sumatera Utara Padang 110,339.69-1 - - - - 7 BPDAS Wampu Sei Ular Sumatera Utara Sei Ular 130,929.01 1 - - - - - 8 BPDAS Wampu Sei Ular Sumatera Utara Besitang 96,494.12 - - - 1 - - 9 BPDAS Wampu Sei Ular Sumatera Utara Lepan 57,407.74 - - - 1 - - 10 BPDAS Wampu Sei Ular Sumatera Utara Deli 34,501.79 - - - 1 - - 11 BPDAS Asahan Barumun Sumatera Utara Asahan Toba 737,185.03-1 - - - - 12 BPDAS Asahan Barumun Sumatera Utara Batang Gadis 483,528.97-1 - - - - 13 BPDAS Asahan Barumun Sumatera Utara Mujoi (Nias) 77,947.22 - - 1 - - - 14 BPDAS Agam Kuantan Sumatera Barat Pasaman 166,110.00 - - - - 1-15 BPDAS Agam Kuantan Sumatera Barat Antokan 73.00 - - 1 - - - 16 BPDAS Agam Kuantan Sumatera Barat Tarusan 52,982.91 - - - 1 - - 17 BPDAS Agam Kuantan Sumatera Barat Harau 17,467.52 - - 1 - - - 18 BPDAS Agam Kuantan Sumatera Barat Gasan Gadang 8,866.51 - - - 1 - - 19 BPDAS Indragiri Rokan Riau Siak 1,117,408.04 - - 1 - - - 20 BPDAS Indragiri Rokan Riau, Sumatera Barat Kampar 2,558,076.36 - - 1 - - - 21 BPDAS Indragiri Rokan Riau, Sumatera Utara, Sumatera Barat Rokan 2,009,768.05 - - - 1 - - 22 BPDAS Indragiri Rokan Riau, Sumatera Barat Indragiri 2,267,249.81 - - - - 1-23 BPDAS Batanghari Jambi, Sumatera Barat Batanghari 4,470,839.54 1 - - - - - 24 BPDAS Musi Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu Musi 7,759,888.66 - - 1 - - - 25 BPDAS Ketahun Bengkulu, Sumatera Selatan Manna Padang Guci 124,873.30 - - - v 1-26 BPDAS Ketahun Bengkulu Ketahun 239,109.43 1 - - - - - 27 BPDAS Ketahun Bengkulu Bengkulu 57,936.78 - - 1 - - - 28 BPDAS Way Seputih Sekampung Lampung Sekampung 482,316.03 1 - - - - - 29 BPDAS Way Seputih Sekampung Lampung Tulang Bawang 979,818.78 1 - - - - - 30 BPDAS Kepulauan Riau Kepulauan Riau Duriangkang 10,419.40 - - 1 - - - 31 BPDAS Kepulauan Riau Kepulauan Riau Sei Jang 7,910.83 - - - 1 - - 32 BPDAS Baturusa Cerucuk Bangka Belitung Mancang 85,592.74 - - 1 - - - Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 2

Disusun Tahun No Wilayah Kerja Provinsi DAS Prioritas Luas (Ha) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 33 BPDAS Baturusa Cerucuk Bangka Belitung Ajang Mabat 67,993.76 - - 1 - - - 34 BPDAS Citarum Ciliwung Jawa Barat Citarum 689,998.47 1 - - - - - 35 BPDAS Citarum Ciliwung Jawa Barat, Banten Cisadane 139,204.73-1 - - - - 36 BPDAS Citarum Ciliwung Jawa Barat, D K I Jakarta Ciliwung 38,664.20 1 - - - - - 37 BPDAS Citarum Ciliwung Jawa Barat Cisadea 35,240.12 - - 1 - - - 38 BPDAS Cimanuk Citanduy Jawa Barat Cimanuk 363,489.63-1 - - - - 39 BPDAS Cimanuk Citanduy Jawa Barat, Jawa Tengah Citanduy (segara anakan) 463,585.43-1 - - - - 40 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Serang 400,891.11 - - - 1 - - 41 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Juwana 130,069.92 - - 1 - - - 42 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Tuntang 130,100.17 1 - - - - - 43 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Pemali 126,972.02 - - 1 - - - 44 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Garang (Babon) 21,329.19 - - - 1 - - 45 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Bodri 65,081.97 - - - - - 1 46 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Cacaban 22,396.84 - - - - 1-47 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Comal 81,855.76 - - - - 1-48 BPDAS Pemali Jratun Jawa tengah Babakan 12,542.07 - - - - - 1 49 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Gangsa 19,840.73 - - - - - 1 50 BPDAS Pemali Jratun Jawa Tengah Kupang 18,207.11 - - - - 1-51 BPDAS Serayu Opak Progo Jawa tengah Serayu 365,661.13-1 - - - - 52 BPDAS Serayu Opak Progo Jawa Tengah Progo 246,119.02-1 - - - - 53 BPDAS Serayu Opak Progo Jawa Tengah Luk Ulo 64,356.87 - - 1 - - - 54 BPDAS Serayu Opak Progo D I Yogyakarta, Jawa tengah Bogowonto 59,725.67 - - 1 - - - 55 BPDAS Serayu Opak Progo D I Yogyakarta, Jawa tengah Serang 23,940.31 - - - 1 - - 56 BPDAS Serayu Opak Progo Jawa Tengah Wawar Medono 75,322.44 - - - 1 - - 57 BPDAS Serayu Opak Progo D I Yogyakarta, Jawa tengah Bribin 2,743.89 - - - - 1-58 BPDAS Solo Jawa Tengah, D I Yogyakarta, Jawa Timur Solo 1,594,716.07-1 - - - - 59 BPDAS Brantas Jawa Timur Brantas 1,189,776.12-1 - - - - 60 BPDAS Sampean Jawa Timur Sampean 124,413.65-1 - - - - 61 BPDAS Sampean Jawa Timur Bedadung 128,000.18-1 - - - - 62 BPDAS Sampean Jawa Timur Deluang 18,860.62-1 - - - - 63 BPDAS Unda Anyar Bali Tukad Unda 23,166.92 1 - - - - - 64 BPDAS Unda Anyar Bali Blingkang Anyar 11,837.46 1 - - - - - 65 BPDAS Dodokan Moyosari Nusa Tenggara Barat Palung 12,712.14 - - 1 - - - 66 BPDAS Dodokan Moyosari Nusa Tenggara Barat Moyo 79,036.95 - - - 1 - - Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 3

Disusun Tahun No Wilayah Kerja Provinsi DAS Prioritas Luas (Ha) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 67 BPDAS Dodokan Moyosari Nusa Tenggara Barat Mangkung 56,253.04 1 - - - - - 68 BPDAS Benain Noelmina Nusa Tenggara Timur Benain 348,489.81-1 - - - - 69 BPDAS Benain Noelmina Nusa Tenggara Timur Noelmina (Benueke) 197,254.07 - - 1 - - - 70 BPDAS Kapuas Kalimantan Barat Kapuas 10,063,599.82 - - 1 - - - 71 BPDAS Kapuas Kalimantan Barat Sambas 744,406.35-1 - - - - 72 BPDAS Kahayan Kalimantan Tengah Kapuas (Barito) 1,633,794.30-1 - - - - 73 BPDAS Kahayan Kalimantan Tengah Mentaya 1,468,064,083.00-1 - - - - 74 BPDAS Kahayan Kalimantan Tengah Kahayan 1,539,305.65-1 - - - - 75 BPDAS Barito Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah Barito 6,234,743.45 - - 1 - - - 76 BPDAS Barito Kalimantan Selatan Batu Licin 142,783.37 - - - 1 - - 77 BPDAS Mahakam Berau Kalimantan Timur Mahakam 7,816,327.35-1 - - - - 78 BPDAS Tondano Sulawesi Utara Dumoga 204,602.21 1 - - - - - 79 BPDAS Tondano Sulawesi Utara Tondano 53,965.50 1 - - - - - 80 BPDAS Tondano Sulawesi Utara Sangihe 55,162.79-1 - - - - 81 BPDAS Bone Bolango Gorontalo, Sulawesi Utara Limboto Bone Blango 274,699.75 - v v - 1-82 BPDAS Bone Bolango Gorontalo Paguyaman 239,967.26 - - - 1 - - 83 BPDAS Palu Poso Sulawesi Tengah Palu 307,022.67-1 - - - - 84 BPDAS Palu Poso Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan Poso 266,385.76 - - 1 - - - 85 BPDAS Lariang Mamasa Sulawesi Barat Budong Budong 212,447.37 - - - 1 - - 86 BPDAS Lariang Mamasa Sulawesi Barat Mapili 178,995.14 - - - 1 - - 87 BPDAS Lariang Mamasa Sulawesi Barat Mandar 63,662.41 - - - - 1-88 BPDAS Saddang Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat Saddang 661,932.35-1 - - - - 89 BPDAS Saddang Sulawesi Selatan Rongkong 172,795.10 - - 1 - - - 90 BPDAS Saddang Sulawesi Selatan Latuppa 3,143.49 - - - 1 - - 91 BPDAS Jeneberang Walanae Sulawesi Selatan Bila Walanae ( Cenranae) 731,581.59-1 - - - - 92 BPDAS Jeneberang Walanae Sulawesi Selatan Jeneberang 78,883.90-1 - - - - 93 BPDAS Sampara Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah Lasolo 597,228.43 - - 1 - - - 94 BPDAS Sampara Sulawesi Tenggara Konaweha 697,947.51-1 - - - - 95 BPDAS Sampara Sulawesi Tenggara Laea Wanggu 75,407.65 - - 1 - - - 96 BPDAS Wae Hapu Batu Merah Maluku Wae Apu 219,528.09 - - 1 - - - 97 BPDAS Wae Hapu Batu Merah Maluku Wae Manumbai 27,746.29 - - - 1 - - 98 BPDAS Wae Hapu Batu Merah Maluku Wae Hatu Merah 8,758.83 - - - 1 - - 99 BPDAS Ake Malamo Maluku Utara Akemalamo 67,003.92 - - 1 - - - 100 BPDAS Ake Malamo Maluku Utara Kao 46,759.58 - - - 1 - - Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 4

Disusun Tahun No Wilayah Kerja Provinsi DAS Prioritas Luas (Ha) 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 101 BPDAS Ake Malamo Maluku Utara Oba 2,497.63 1 - - - - - 102 BPDAS Remu Ransiki Papua Barat Remu 62,185.31-1 - - - - 103 BPDAS Remu Ransiki Papua Barat Arui 23,235.23 - - 1 - - - 104 BPDAS Remu Ransiki Papua Barat Prafi 67,557.96 - - - 1 - - 105 BPDAS Memberamo Papua Memberamo 7,782,704.68 - - - - 1-106 BPDAS Memberamo Papua Baliem ( Eilenden) 3,687,987.51 - - - 1 - - 107 BPDAS Memberamo Papua Tami 325,379.18 - - 1 - - - 108 BPDAS Memberamo Papua Sentani 87,163.56 - - 1 - - - JUMLAH 14 27 31 23 10 3 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 5

Tabel II. Perkembangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Tahun 2010-2014 No Provinsi BPDAS 2010 2011 Tahun 2012 2013 2014 (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) 1 2 3 4 5 6 7 1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,523 11,706 15,629 19,984 7,806 1. Krueng Aceh 1,523 11,706 15,629 19,984 7,806 2 Sumatera Utara 5,878 27,600 36,536 34,290 17,671 2. Wampu Sei Ular 2,539 11,164 12,710 15,422 6,596 3. Asahan Barumun 3,339 16,436 23,826 18,868 11,075 3 Sumatera Barat 2,773 5,334 6,465 6,713 6,425 4. Agam Kuantan 2,773 5,334 6,465 6,713 6,425 4 Riau 6,089 17,071 9,627 20,729 11,100 5. Indragiri Rokan 6,089 17,071 9,627 20,729 11,100 5 Jambi 515 6,909 11,030 13,952 14,038 6. Batanghari 515 6,909 11,030 13,952 14,038 6 Sumatera Selatan 1,530 16,540 18,529 22,788 17,958 7. Musi 1,530 16,540 18,529 22,788 17,958 7 Bengkulu 5,018 11,085 19,849 15,112 14,075 8. Ketahun 5,018 11,085 19,849 15,112 14,075 8 Lampung 8,301 16,764 35,482 55,652 33,734 9. Way Seputih Sekampung 8,301 16,764 35,482 55,652 33,734 9 Bangka Belitung 110 3,165 5,124 5,733 1,954 10. Baturusa Cerucuk 110 3,165 5,124 5,733 1,954 10 Kepulauan Riau 921 2,532 1,105 2,576 1,333 11. Kepulauan Riau 921 2,532 1,105 2,576 1,333 11 DKI Jakarta - 20 285-8 12. Citarum Ciliwung - 20 285-8 12 Jawa Barat 14,847 34,866 29,807 39,253 14,394 12. Citarum Ciliwung 7,081 10,583 12,117 11,410 4,679 13. Cimanuk Citanduy 7,766 24,283 17,690 27,843 9,715 13 Jawa Tengah 17,127 54,077 40,954 80,021 55,640 13. Cimanuk Citanduy - - 102 5,855 1,722 14. Pemali Jratun 2,595 42,418 11,552 31,956 29,519 15. Serayu Opak Progo - - 16,215 38,773 20,550 16. Solo 14,532 11,659 13,086 3,437 3,849 14 D.I. Yogyakarta 21,003 26,895 125 21,413 30 15. Serayu Opak Progo 21,003 26,895 125 21,413 30 15 Jawa Timur 15,635 17,589 34,236 53,888 50,494 16. Solo - - 16 11,666 12,203 17. Brantas 3,373 3,321 19,696 26,322 25,026 18. Sampean 12,262 14,268 14,525 15,900 13,265 16 Banten - 15 237 8,340 11,771 12. Citarum Ciliwung - 15 237 8,340 11,771 17 Bali 786 10,430 2,351 8,850 15,318 19. Unda Anyar 786 10,430 2,351 8,850 15,318 18 Nusa Tenggara Barat 1,000 17,629 14,925 25,714 18,464 20. Dodokan Moyosari 1,000 17,629 14,925 25,714 18,464 19 Nusa Tenggara Timur 1,200 68,059 21,121 24,623 35,057 21. Benain Noelmina 1,200 68,059 21,121 24,623 35,057 20 Kalimantan Barat 6,325 20,356 14,030 15,694 10,749 22. Kapuas 6,325 20,356 14,030 15,694 10,749 21 Kalimantan Tengah 7,915 6,711 14,380 11,640 5,094 23. Kahayan 7,915 6,711 14,380 11,640 5,094 22 Kalimantan Selatan 7,849 2,108 15,209 8,669 6,656 24. Barito 7,849 2,108 15,209 8,669 6,656 23 Kalimantan Timur 5,205 6,012 7,623 9,968 7,868 25. Mahakam Berau 5,205 6,012 7,623 9,968 7,868 24 Sulawesi Utara 1,420 17,492 20,741 17,534 16,070 26. Tondano 1,420 17,492 20,741 17,534 16,070 25 Sulawesi Tengah 1,028 5,307 22,348 15,534 7,211 27. Palu Poso 1,028 5,307 22,348 15,534 7,211 26 Sulawesi Selatan 6,330 43,639 21,878 29,897 25,894 28. Jeneberang Walanae 5,165 25,512 14,411 13,255 10,545 29. Saddang 1,165 18,127 7,467 16,642 15,349 27 Sulawesi Tenggara 2,165 19,471 19,640 21,241 11,168 30. Sampara 2,165 19,471 19,640 21,241 11,168 28 Gorontalo 1,278 6,210 16,990 11,804 6,778 31. Bone Bolango 1,278 6,210 16,990 11,804 6,778 29 Sulawesi Barat 1,514 3,062 8,922 23,017 21,298 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 6

Provinsi Tahun No BPDAS 2010 2011 2012 2013 2014 (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) 1 2 3 4 5 6 7 32. Lariang Mamasa 1,514 3,062 8,922 23,017 21,298 30 Maluku 1,020 6,970 4,954 6,778 4,192 33. Waehapu Batu Merah 1,020 6,970 4,954 6,778 4,192 31 Maluku Utara 3,967 1,876 5,607 5,324 7,280 34. Ake Malamo 3,967 1,876 5,607 5,324 7,280 32 Papua Barat 2,036 8,447 19,353 11,015 10,466 35. Remu Ransiki 2,036 8,447 19,353 11,015 10,466 33 Papua 1,107 6,799 14,429 16,322 18,865 36. Membramo 1,107 6,799 14,429 16,322 18,865 Jumlah 153,415 502,746 509,523 664,067 486,858 Keterangan : (-) Tidak Ada Data Sumber dana = APBN 1 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 7

Tabel II.1. PERKEMBANGAN KEGIATAN REHABILITASI HUTAN (REBOISASI) TAHUN 2010-2014 No Provinsi BPDAS 2010 2011 Tahun 2012 2013 2014 (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) 1 2 3 4 5 6 7 1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,500 2,815 5,000 500 500 1. Krueng Aceh 1,500 2,815 5,000 500 500 2 Sumatera Utara 4,829 11,410 7,005 6,500 1,050 2. Wampu Sei Ular 2,000 7,007 3,000 5,000 800 3. Asahan Barumun 2,829 4,403 4,005 1,500 250 3 Sumatera Barat 2,687 500 745 1,500 200 4. Agam Kuantan 2,687 500 745 1,500 200 4 Riau 6,000 3,615 2,562 1,500 850 5. Indragiri Rokan 6,000 3,615 2,562 1,500 850 5 Jambi 515 3,690 7,750 6,350 800 6. Batanghari 515 3,690 7,750 6,350 800 6 Sumatera Selatan 1,530 1,760 5,000 3,500 400 7. Musi 1,530 1,760 5,000 3,500 400 7 Bengkulu 5,014 5,300 5,000 6,000 2,050 8. Ketahun 5,014 5,300 5,000 6,000 2,050 8 Lampung 7,500 15,000 8,800 8,300 1,750 9. Way Seputih Sekampung 7,500 15,000 8,800 8,300 1,750 9 Bangka Belitung 60 - - - - 10. Baturusa Cerucuk 60 - - - - 10 Kepulauan Riau 900 - - 850 100 11. Kepulauan Riau 900 - - 850 100 11 DKI Jakarta - - 270 - - 12. Citarum Ciliwung - - 270 - - 12 Jawa Barat 10,964 5,600 2,949 1,750 350 12. Citarum Ciliwung 6,679 4,300 1,825 1,250 175 13. Cimanuk Citanduy 4,285 1,300 1,124 500 175 13 Jawa Tengah 3,730 200 1,363 821 70 13. Cimanuk Citanduy - - 102 100-14. Pemali Jratun 2,575 200 533 200-15. Serayu Opak Progo - - 322 321 70 16. Solo 1,155-406 200-14 D.I. Yogyakarta 5,377 453 125 135 30 15. Serayu Opak Progo 5,377 453 125 135 30 15 Jawa Timur 4,533 1,500 650 500 100 16. Solo - - - - - 17. Brantas 3,358 1,000 500 200-18. Sampean 1,175 500 150 300 100 16 Banten - - 175 1,250 225 12. Citarum Ciliwung - - 175 1,250 225 17 Bali 636 200 200 1,000 300 19. Unda Anyar 636 200 200 1,000 300 18 Nusa Tenggara Barat 1,000 500 3,000 4,000 550 20. Dodokan Moyosari 1,000 500 3,000 4,000 550 19 Nusa Tenggara Timur 975 3,500 4,552 3,900 700 21. Benain Noelmina 975 3,500 4,552 3,900 700 20 Kalimantan Barat 6,325 5,000 5,000 7,000 800 22. Kapuas 6,325 5,000 5,000 7,000 800 21 Kalimantan Tengah 7,750 5,000 5,000 6,000 750 23. Kahayan 7,750 5,000 5,000 6,000 750 22 Kalimantan Selatan 4,825 650 666 1,300 500 24. Barito 4,825 650 666 1,300 500 23 Kalimantan Timur 5,125 1,700 2,000 2,700 800 25. Mahakam Berau 5,125 1,700 2,000 2,700 800 24 Sulawesi Utara 1,400 1,350 1,100 1,300 700 26. Tondano 1,400 1,350 1,100 1,300 700 25 Sulawesi Tengah 1,008 3,000 3,000 2,750 425 27. Palu Poso 1,008 3,000 3,000 2,750 425 26 Sulawesi Selatan 4,150 7,000 6,000 11,000 5,500 28. Jeneberang Walanae 3,150 6,000 5,000 5,200 2,500 29. Saddang 1,000 1,000 1,000 5,800 3,000 27 Sulawesi Tenggara 2,150 5,000 6,425 7,000 2,000 30. Sampara 2,150 5,000 6,425 7,000 2,000 28 Gorontalo 1,253 2,500 2,650 2,500 500 31. Bone Bolango 1,253 2,500 2,650 2,500 500 29 Sulawesi Barat 1,000-500 6,750 2,037 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 8

No Provinsi BPDAS 2010 2011 Tahun 2012 2013 2014 (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) 1 2 3 4 5 6 7 32. Lariang Mamasa 1,000-500 6,750 2,037 30 Maluku 1,000 3,000 3,000 1,500 300 33. Waehapu Batu Merah 1,000 3,000 3,000 1,500 300 31 Maluku Utara 3,930 500 500 500 250 34. Ake Malamo 3,930 500 500 500 250 32 Papua Barat 2,027 5,000 5,000 3,000 1,000 35. Remu Ransiki 2,027 5,000 5,000 3,000 1,000 33 Papua 1,045 5,000 5,000 4,000 575 36. Membramo 1,045 5,000 5,000 4,000 575 Jumlah 100,738 100,743 100,987 105,656 26,162 Keterangan : (-) Tidak Ada Data Sumber dana = APBN Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 9

Tabel II.2. PERKEMBANGAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN TAHUN 2010-2014 No Provinsi Tahun BPDAS 2010 2011 2012 2013 2014 (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) 1 2 3 4 5 6 7 1 Nanggroe Aceh Darussalam 23 8,891 10,629 19,484 7,306 1. Krueng Aceh 23 8,891 10,629 19,484 7,306 2 Sumatera Utara 1,049 16,190 29,531 27,790 16,621 2. Wampu Sei Ular 539 4,157 9,710 10,422 5,796 3. Asahan Barumun 510 12,033 19,821 17,368 10,825 3 Sumatera Barat 86 4,834 5,720 5,213 6,225 4. Agam Kuantan 86 4,834 5,720 5,213 6,225 4 Riau 89 13,456 7,065 19,229 10,250 5. Indragiri Rokan 89 13,456 7,065 19,229 10,250 5 Jambi - 3,219 3,280 7,602 13,238 6. Batanghari - 3,219 3,280 7,602 13,238 6 Sumatera Selatan - 14,780 13,529 19,288 17,558 7. Musi - 14,780 13,529 19,288 17,558 7 Bengkulu 4 5,785 14,849 9,112 12,025 8. Ketahun 4 5,785 14,849 9,112 12,025 8 Lampung 801 1,764 26,682 47,352 31,984 9. Way Seputih Sekampung 801 1,764 26,682 47,352 31,984 9 Bangka Belitung 50 3,165 5,124 5,733 1,954 10. Baturusa Cerucuk 50 3,165 5,124 5,733 1,954 10 Kepulauan Riau 21 2,532 1,105 1,726 1,233 11. Kepulauan Riau 21 2,532 1,105 1,726 1,233 11 DKI Jakarta - 20 15-8 12. Citarum Ciliwung - 20 15-8 12 Jawa Barat 3,883 29,266 26,858 37,503 14,044 12. Citarum Ciliwung 402 6,283 10,292 10,160 4,504 13. Cimanuk Citanduy 3,481 22,983 16,566 27,343 9,540 13 Jawa Tengah 13,397 53,877 39,591 79,200 55,570 13. Cimanuk Citanduy - - - 5,755 1,722 14. Pemali Jratun 20 42,218 11,019 31,756 29,519 15. Serayu Opak Progo - - 15,893 38,452 20,480 16. Solo 13,377 11,659 12,680 3,237 3,849 14 D.I. Yogyakarta 15,626 26,442-21,278-15. Serayu Opak Progo 15,626 26,442-21,278-15 Jawa Timur 11,102 16,089 33,586 53,388 50,394 16. Solo - - 16 11,666 12,203 17. Brantas 15 2,321 19,196 26,122 25,026 18. Sampean 11,087 13,768 14,375 15,600 13,165 16 Banten - 15 62 7,090 11,546 12. Citarum Ciliwung - 15 62 7,090 11,546 17 Bali 150 10,230 2,151 7,850 15,018 19. Unda Anyar 150 10,230 2,151 7,850 15,018 18 Nusa Tenggara Barat - 17,129 11,925 21,714 17,914 20. Dodokan Moyosari - 17,129 11,925 21,714 17,914 19 Nusa Tenggara Timur 225 64,559 16,569 20,723 34,357 21. Benain Noelmina 225 64,559 16,569 20,723 34,357 20 Kalimantan Barat - 15,356 9,030 8,694 9,949 22. Kapuas - 15,356 9,030 8,694 9,949 21 Kalimantan Tengah 165 1,711 9,380 5,640 4,344 23. Kahayan 165 1,711 9,380 5,640 4,344 22 Kalimantan Selatan 3,024 1,458 14,543 7,369 6,156 24. Barito 3,024 1,458 14,543 7,369 6,156 23 Kalimantan Timur 80 4,312 5,623 7,268 7,068 25. Mahakam Berau 80 4,312 5,623 7,268 7,068 24 Sulawesi Utara 20 16,142 19,641 16,234 15,370 26. Tondano 20 16,142 19,641 16,234 15,370 25 Sulawesi Tengah 20 2,307 19,348 12,784 6,786 27. Palu Poso 20 2,307 19,348 12,784 6,786 26 Sulawesi Selatan 2,180 36,639 15,878 18,897 20,394 28. Jeneberang Walanae 2,015 19,512 9,411 8,055 8,045 29. Saddang 165 17,127 6,467 10,842 12,349 27 Sulawesi Tenggara 15 14,471 13,215 14,241 9,168 30. Sampara 15 14,471 13,215 14,241 9,168 28 Gorontalo 25 3,710 14,340 9,304 6,278 31. Bone Bolango 25 3,710 14,340 9,304 6,278 29 Sulawesi Barat 514 3,062 8,422 16,267 19,261 Statistik Ditjen BPDASPS Tahun 2010-2014 10