MODEL GERAKAN MEMBACA BERORIENTASI TEMA DI SEKOLAH DASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hal ini komunikasi sangat diperlukan siswa dalam berinteraksi dengan siswa

MEDIA PEMBELAJARAN. Dengan Metode ASSURE

Pengaruh Desain Pembelajaran Assure Terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar

LIA MIFTAHUL JANNAH NIM

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Beberapan hasil kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Development). Penelitian Research and Development (R&D) merupakan suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan (Research and Development).

Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FP-39: PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN LISTRIK DINAMIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Peserta didik kelas rendah di Sekolah Dasar merupakan rentang usia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suparno Retno Pamungkas, 2014

DAFTAR ISI. 1. Pendahuluan Analyze Learners Karakteristik Umum Kemampuan Awal Siswa...2

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang no. 2 tahun 2003 menyatakan pendidikan nasional berfungsi

KUMPULAN 3 : TUGASAN INDIVIDU NAMA PELAJAR : MASITAH BINTI MD SOM

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN POWER POINT

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Hasil observasi awal pada tanggal 17 Februari 2016, Lampiran II, hlm. 191

PENERAPAN MODEL ASSURE DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 AMBALRESMI TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam berbagai tema. Kata tema berasal dari kata Yunani tithenai yang berarti

P E M B E L A J A R A N

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan pengembangan (Research and Development) menggunakan

BAB III. METODE PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN CARA BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI METODE CONTEXTUAL

PEMBELAJARAN ORGANISASI MAKHLUK HIDUP BERBASIS GAMIFICATION MENGGUNAKAN MOBILE AUGMENTED REALITY

Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI KESULITAN GURU IPA DALAM MELAKSANAKAN PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SMP NEGERI 1 WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Pengembangan Model Pembelajaran 3D Display System Berbasis Holografi

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS VI SEMESTER 2 SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut. (Pasal 1 ayat 14 menurut UU No. 20 Tahun 2003)

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

Magister Pendidikan Sains, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 57126, Indonesia

Pengembangan LKS Trigonometri dengan Pendekatan Guided Discovery untuk SMA Kelas X

Keefektifan CTL Berbantuan Macromedia Flash Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis pada Materi Segiempat

Oleh: Fatkhul Imron, S.Pd,M.Or PKO FKIP UTP Surakarta. Abstrak

PENERAPAN PENDEKATAN CTL

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMATIK KELAS II SEMESTER 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. telah memenuhi standar perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Secara rinci

MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MODEL ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUCTURED QUERY LANGUANGE (SQL)

ISSN: Nurcholif Diah Sri Lestari Pendidikan Matematika, Universitas Jember

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development), yang

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi akan lancar apabila perbendaharaan katanya cukup memadai. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan watak siswa agar memiliki sikap dan kepribadian yang baik.

I. PENDAHULUAN. atau berita, fakta, dan pendapat dari seorang penutur kepada pendengar.

PRISMA 1 (2018)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu bangsa dapat diukur melalui pelaksanaan pendidikannya.

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

Dedy Irawan, Dhi Bramasta PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto Abstrak

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

2016 PENGARUH TEKNIK SCRAMBLE TERHADAP KEMAMPUAN MENENTUKAN IDE POKOK DAN MEMPARAFRASE DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Meski

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pengembangan Model Pembelajaran Teams Games Tournaments Berbasis Literasi di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya merupakan suatu usaha dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunus Abidin, 2013

MODEL KURIKULUM MASA DEPAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya teknologi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam

PROGRAM SEMESTER SILABUS RPP

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

I. PENDAHULUAN. bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga

Rasmitadila 1a. (Diterima: ; Ditelaah: ; Disetujui: ) ABSTRACT ABSTRAK

MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MALIA ULFA. Jl. Semarang 5 Malang.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REFLEKTIF SIFAT ELEKTROLIT-NON ELEKTROLIT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS X MAN MALANG 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional.

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

proposal PTK tematik SD

FILM ANIMASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TERPADU UNTUK MEMACU KEAKSARAAN MULTIBAHASA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan (vertues) yang

KURIKULUM 2013 PELATIHAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (SMA) kelas X dengan pendekatan guided discovery. Penelitian ini

Cecep Kustandi II Dodik Mulyono II Arum Setyowati. Landasan Teori. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Oleh karena itu, SDM (Sumber Daya Manusia) perlu disiapkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development (R&D) pada

Transkripsi:

MODEL GERAKAN MEMBACA BERORIENTASI TEMA DI SEKOLAH DASAR Styo Mahendra Wasita Aji 1), Khusnul Khotimah 2), Nur Fidayat 3) Prodi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Malang 1 dan 2 Alumni Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang 3 Jl. Semarang No. 5 Malang Email : styomahendra@gmail.com, khusnulkhotimah18@gmail.com, dan nurfidayat16@gmail.com Abstrak Kedudukan sumber bacaan dan membaca dalam pembelajaran tematik sangat penting untuk mencapai kompetensi, sarana internalisasi nilai gemar membaca, meningkatkan kemampuan pemahaman terhadap bacaan, dan keterampilan membaca. Berdasarkan, karakteristik peserta didik sekolah dasar yang membutuhkan bimbingan dan pengetahuan yang tidak terpisah-pisah, maka diperlukan suatu kajian terhadap gerakan membaca yang terarah. Kajian pemikiran ini berusaha mengonstruksi suatu model gerakan membaca berorientasi tema berbasis model ASSURE. Harapannya, gerakan ini dapat menjadi solusi dari rendahnya minat baca dan kemampuan membaca anak. Kata kunci: gerakan membaca, tema, nilai karakter gemar membaca, pemahaman terhadap bacaan, keterampilan membaca Kegemaran atau minat membaca begitu penting dalam mendukung kemampuan membaca. Namun, fakta yang ada menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, sesuai data yang didasarkan pada studi Most Littered Nation In the World yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu (http://edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/minat.baca.indonesia.ada.di.urutan. ke-60.dunia, diakses tanggal 17 September 2016). Hal itu menunjukkan Indonesia berada pada level bawah dalam hal minat atau kegemaran membacanya. Fakta tersebut berbanding lurus dengan data kebiasaan membaca surat kabar/ majalah penduduk berumur 10 tahun ke atas selama seminggu terakhir yang dirilis oleh Badan Pusat Statiska (BPS) pada tahun 2012 yang hanya mencapai 17,66% atau dalam kategori masih rendah (http://www.bps.go.id/index.php/ linktabelstatis/1520, diakses tanggal 17 September 2016). Rendahnya minat baca dan kebiasaan membaca surat kabar/majalah itu, berdampak pada rendahnya kemampuan membaca penduduk, dalam hal ini peserta didik. Sesuai dengan survei Internasional PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) pada tahun 2006, Indonesia termasuk dalam negara dengan kemampuan membaca yang rendah. Kemampuan membaca peserta didik Indonesia menempati posisi 41 dari 45 negara yang ikut serta. Rusia menempati posisi teratas dalam kemampuan membaca dengan skor 565, sedangkan Indonesia mendapatkan skor 405. Skor yang diperoleh Indonesia ini masih dibawah rata-rata seluruh negara peserta yang mencapai skor 500 (http://litbang.kemdikbud.go.id/index.php/surveiinternasional-pirls, diakses tanggal 17 September 2016). Sekolah sebagai wahana penyedia pengalaman belajar bagi peserta didik seharusnya menanamkan nilai karakter gemar membaca dalam pembelajarannya. Sehingga, pemahaman bacaan dan keterampilan membaca peserta didik dapat ditingkatkan, yang tentunya akan mempengaruhi pemeringkatan kemampuan membaca di tingkat internasional. Salah satu jalan sekolah dalam membiasakan gemar membaca dapat dilakukan dalam tingkat kelas melalui kegiatan pembelajaran. 207

Pembelajaran yang ada di sekolah dasar saat ini menggunakan pendekatan tematik dalam pengorganisasian isinya. Materi-materi yang ada disajikan secara holistik dan terhubung satu dengan yang lain. Para ahli psikologi pendidikan berpendapat bahwa pengetahuan yang dihubungkan akan diingat lebih lama daripada dipelajari secara terpisah-pisah (Suharjo, 2014:75). Dari dasar itu, salah satu jalan pengikat materi yang diambil melalui tema. Tema menjadi arah orientasi dari sebuah pembelajaran. Berhubungan dengan praktik pembelajaran tematik dan kegiatan membaca, salah satu problematika yang dihadapi oleh guru yaitu kurangnya sumber bacaan bagi siswa. Guru selama ini cenderung hanya mengandalkan bacaan yang tersedia di dalam buku siswa. Terlebih ketika pemberlakuan buku siswa berlaku secara nasional yang mengakibatkan guru-guru cenderung memanfaatkan hanya buku siswa itu tanpa menambah sumber bacaan lain. Padahal, bacaan dalam buku siswa belum kontekstual yaitu jarang sekali ditemukan bacaan yang menggambarkan lingkungan sehari-hari siswa yang sebenarnya. Menurut Johnson (2014:67) kontekstual merupakan sebuah proses yang membiming peserta didik menemukan makna dengan cara mengaitkan dengan menghubungkan dengan konteks sehari-sehari. Oleh karena itu, materi-materi yang sifatnya kearifan lokal cenderung jarang ditemukan dalam buku. Dari uraian-uraian di atas, kedudukan bahan bacaan yang berorientasi tema yang sedang berjalan dan berdasarkan kearifan lokal dalam pembelajaran di sekolah dasar sangat diperlukan. Tersedianya bahan bacaan itu akan mendukung praktik pembelajaran tematik yang baik dan mendukung penginternalisasian nilai-nilai karakter gemar membaca, serta meningkatkan pemahaman dan kemampuan membaca peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan sebuah model gerakan membaca berorientasi tema sesuai dengan pembelajaran yang ada di sekolah dasar. PEMBAHASAN Salah satu keterampilan berbahasa yang perlu dikembangkan di sekolah dasar untuk mengasah kemampuan kognitif, psikomotor, dan afektif, yaitu membaca. Membaca berhubungan dengan aspek kognitif yaitu jika ditinjau dari pemahaman terhadap bacaan. Sementara itu, membaca juga berhubungan dengan aspek psikomotor jika ditinjau dari kemampuan membaca huruf, kata, frasa, kalimat, paragraf hingga satu bacaan utuh. Sedangkan dari aspek afektif dapat ditinjau dari penanaman dan pembiasaan gemar membaca. Oleh karena itu, sekolah dasar bertanggung jawab dalam membina kegemaran membaca peserta didik. Terlebih lagi, kegemaran membaca merupakan salah satu dari 18 nilai karakter yang oleh Kemendiknas (2010:10), yang artinya Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan dirinya. Lebih lanjut, gemar membaca bersumber dari nilai dasar agama dan merupakan nilai dasar yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional yang penting dan perlu di integrasikan dalam pembelajaran. Pada pengembangan model gerakan membaca yang berorientasi tema ini, penulis mengacu pada model ASSURE. ASSURE merupakan salah satu model pengembangan dalam teknologi pembelajaran (Smaldino, Lowther, dan Russel. 2011:119; Anitah, 2009:210-221). Pengadaptasian ASSURE ini dapat digunakan untuk mengembangkan model rancangan pembelajaran. Selanjutnya langkah-langkah dari model ASSURE ini antara lain Analyze Learners, State Objectives, Select Methods, Media, & Materials, Utilize Media and Materials, Require Learner Participation, dan Evaluate and Revise. 208

Standart Objektif Analisis Learner Utilyze Methods Select Methods Evaluate Revise Require Learner Partisipant Bagan 1. Komponen Model ASSURE Sebagai Landas Tumpu Model Gerakan Membaca Berorientasi Tema Pada pengembangan model gerakan membaca berorientasi pada tema di sekolah dasar. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu. Analyze Learner Dalam model ini langkah awal yang dilakukan yaitu menganalisis peserta didik meliputi karakteristik umum berupa usia, kondisi sosial dan budaya, faktor fisiologis, dan gaya belajar. Dalam analisis peserta didik difokuskan pada sekolah dasar. Peserta didik sekolah dasar umumnya berusia 7-13 tahun. Para ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa anak usia sekolah dasar kesulitan jika harus memahami pengetahuan yang terpisah-pisah. Materi yang disajikan oleh guru selayaknya memliki sintesis antar materi yang satu dengan yang lain. Tema dapat dijadikan orientasi untuk mengakomodasi perkembangan kognitif peserta didik Sekolah Dasar. Peningkatan kemampuan koginitf siswa perlu ditunjang oleh keterampilan-keterampilan lain, seperti keterampilan berbahasa. Vygotsky menyatakan bahwa peran bahasa sangat menunjang untuk mempertajam pemikiran peserta didik. Salah satu keterampilan dalam bahasa adalah keterampilam membaca. Keterampilan membaca merupakan salah satu alat untuk memahami pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu. Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat diasumsikan bahwa peserta didik sekolah dasar selayaknya difasilitasi untuk dapat mengembangkan keterampilan berbahasa yang utuh berdasarkan tema yang diangkat. State Objectives Langkah kedua dalam model ini yaitu menentukan tujuan yang akan dicapai dengan jelas, meliputi audience, behavior, condition, dan degree (ABCD). Berpijak dari analisis peserta didik, kemudian dilanjutkan menyusun tujuan. Tujuan dari pengembangan model ini antara lain siswa diharapkan dapat meningkatkan minat baca, siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman terhadap bacaan siswa diharapkan dapat meningkatkan keterampilan belajar Select Methods, Media, & Materials Setelah menentukan tujuan yang akan dicapai, langkah yang selanjutnya yaitu memilih metode yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Metode yang dipilih yaitu penggunaan bahan bacaan yang berorientasi pada tema. Contohnya: Pada pembelajaran kelas IV kurikulum 2013 terdapat tema berbagai pekerjaaan. Tema terebut dapat dijadikan arah sumber bacaan bagi siswa. Siswa dapat membaca berita tentang pekerjaan, cerita bergambar 209

tentang berbagai pekerjaan ataupun sumber bacaan online di internet tentang berbagai pekerjaan. Utilize Media and Materials Sesuai dengan langkah ketiga, metode yang dipilih yaitu penggunaan buku, koran, majalah, ensiklopedi, dan sumber bacaan lain yang berorientasi pada tema sebagai bahan bacaan, yang kemudian dimanfaatkan dalam pembelajaran. Dengan demikian metode tersebut dapat digunakan dalam pembalajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Require Learner Participation Metode tersebut dimanfaatkan dengan melibatkan siswa yaitu siswa diminta membaca bacaan yang sudah dipilih secara mandiri. Siswa diberi kebebasan untuk memilih tempat membaca di dalam atau di luar kelas. Selain itu, metode tersebut dapat diterapkan di sekolah dengan pemberian jam-jam khusus membaca. Kemudian untuk meningkatkan kemampuan pemahaman terhadap bacaan yang sudah dibaca siswa, siswa diminta untuk menuliskan hasil ringkasan bacaan. Evaluate and Revise Evaluasi dan revisi dilakukan untuk melakukan perkembangan kualitas pembelajaran yang telah dikembangkan. Evaluasi dilakukan berdasarkan tujuan yang telah dirumuskan. Dalam model gerakan membaca yang berorientasi pada tema ini memiliki tujuan yang sudah dirumuskan pada poin ke dua di atas, sehingga evaluasi diarahkan untuk melihat ketercapaian tujuan yang telah dirumuskan. Berdasarkan evaluasi akan dilakukan revisi atau perbaikan dari program yang dikembangkan. PENUTUP Kesimpulan Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model gerakan membaca berorientasi tema dilaksanakan melalui langkah-langkah: (1) analisis peserta didki, (2) menyatakan tujuan, (3) memilih metode, media, dan materi, (4) memanfaatkan media dan materi, (5) meminta partisipasi peserta didik (6) evaluasi dan revisi. Diharapkan melalui model gerakan membaca berorientasi pada tema ini peserta didik dapat menjadi lebih gemar membaca, meningkatkan pemahaman membaca, dan meningkatkan kemampuan keterampilan membaca. Dari pemanfaatan tema sebagai orientasi sumber bacaan peserta didik diharapkan memeroleh pengetahuan yang tidak terpisah-pisah. Saran Hasil pemikiran model gerakan membaca berorientasi tema ini kedepannya diharapkan dapat memberi manfaat secara praktis. Peneliti disarankan untuk dapat melakukan riset tentang model pembelajaran beorientasi tema. Selanjutnya artikel ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi karya ilmiah lainnya yang sejenis. DAFTAR RUJUKAN Anitah, Sri. 2009. Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Gewati, Mikhael.2016. Minat Baca Indonesia Ada di Urutan ke-60 Dunia, (online), (http:// 210

edukasi.kompas.com/read/2016/08/29/07175131/ minat.baca.indonesia.ada.di.urutan. ke-60.dunia), diakses tanggal 17 September 2016. Johnson, Elanie B. 2014. Contextual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa Santrock. 2010. Child Development. USA: Mc Graw Hill. Smaldino, Lowther, dan Russel. 2011. Instructional Tecnology and Media for Learning. Jakarta: Kencana. Suharjo. 2014. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Malang: Universitas Negeri Malang.. 2012. Proporsi Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas yang Membaca Surat Kabar/ Majalah Selama Seminggu Terakhir menurut Provinsi, Tipe Daerah dan Jenis Kelamin, (online), (http://www.bps.go.id/index.php/linktabelstatis/1520), diakses tanggal 17 September 2016).. 2013. Survei International PIRLS, (online), (http://litbang.kemdikbud.go.id/index. php/survei-internasional-pirls), diakses tanggal 17 September 2016. 211