BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. pengembangan kemampuan siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

I. PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas yang mampu menghadapi tantangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. keahlian atau keterampilan di bidang tertentu. Menurut 21 st. Partnership Learning Framework (BSNP, 2013: 3-4), terdapat enam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Elis Juniarti Rahayu, 2013

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah cabang dari IPA yang secara khusus mempelajari tentang

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. Pada era global yang ditandai dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan. Oleh karena itu kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dapat tercapai. Adapun upaya peningkatan kualitas SDM. tersebut adalah melalui ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah kumpulan ilmu pengetahuan yang berkaitan

2015 PENGARUH METODE GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sejak dahulu. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar mempunyai. maupun kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lidia Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini mengakibatkan kompetensi sains merupakan salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran dan pendidikan merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kegiatan pembelajaran pemecahan masalah dalam menyelesaikan persoalan matematika begitu penting.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. No. 20, Tahun 2003, Pasal 3 menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin maju mengakibatkan pesatnya. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

PERANAN DOSEN DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH BERORIENTASI PADA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Hal ini juga tak dapat dipungkiri terjadi karena peran

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

BAB I PENDAHULUAN. Vina Agustina, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasibatun Umul Khairat, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip yang saling berkaitan satu sama lain. Guru tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuaan dan teknologi (IPTEK) berkembang demikian pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan tersebut, salah satunya bekal kemampuan untuk berpikir kritis

I. PENDAHULUAN. Sains merupakan salah satu bidang ilmu yang sangat erat hubungannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) memiliki tugas tersendiri dalam

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat, meliputi

BAB I PENDAHULUAN. kunci penting dalam abad ke 21 ini. Oleh karena itu, siswa perlu dipersiapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan alam maupun lingkungan sosial di masyarakat. berasal dari kata science yang berarti pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. tidak berbanding lurus dengan lembaga pendidikan baik pendidikan dasar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Pelajaran Biologi termasuk

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sistem pendidikan nasional merupakan satu kesatuan utuh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang berkaitan dengan

MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM)

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Metode konvensional (ceramah) kurang mengena untuk diterapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 PENGUASAAN PENGETAHUAN PEMBUATAN BATIK CAP PADA PESERTA DIDIK SMKN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang harus dimiliki memasuki era informasi dan teknologi, IPA

BAB I PENDAHULUAN. memimpin, mengajar anak baik dari segi jasmani maupun rohaninya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perubahan di segala bidang kehidupan. Kemajuan ini tentu

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dapat dialami langsung oleh siswa, hal ini dapat mengatasi kebosanan siswa dan perhatiannya akan lebih baik sehingga prestasi siswa dapat meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu aspek penting bagi bangsa. Melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dewasa ini teknologi dan industri berkembang pesat, perkembangan tersebut memiliki dampak positif dan negatif bagi kehidupan manusia. Untuk menghadapi perkembangan teknologi dan industri diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan berpikir logis, bersifat kritis, kreatif, inisiatif dan adaptif terhadap perubahan dan perkembangan. Selain itu Indonesia sebagai negara berkembang, tentunya membutuhkan SDM kreatif yang mampu memberi sumbangan bermakna kepada ilmu pengetahuan, teknologi, serta kepada kesejahteraan bangsa pada umumya. Sehubungan dengan ini pendidikan hendaknya tertuju pada pengembangan berpikir siswa agar kelak dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat dan negara, sebab pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut dapat dimulai dengan menumbuhkan keterampilan dan kemampuan berpikir siswa. Dalam dunia pendidikan, khususnya sekolah menengah kejuruan (SMK) kelompok teknologi dan industri, merupakan salah satu wadah yang tepat untuk menciptakan SDM yang dibutuhkan dalam menghadapi perkembangan teknologi dan industri. Hal tersebut sejalan dengan standar

2 kompetensi lulusan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan teknologi untuk SMK (Depdiknas, 2006) diantaranya sebagai berikut: 1) Membangun dan menerapkan informasi, pengetahuan, dan teknologi secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif; 2) Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif secara mandiri; 3) Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk pemberdayaan diri; 4) Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah kompleks; 5) Menunjukkan kemampuan menganalisis fenomena alam dan sosial sesuai dengan kekhasan daerah masing-masing; 6) Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggung jawab; 7) Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi. Ketercapaian standar kompetensi lulusan tersebut tidak terlepas dari bagaimana pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan alam dan teknologi dilakukan di sekolah. Fisika merupakan cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mendasari perkembangan teknologi dan industri, selain itu fisika memiliki kekhasan tersendiri. Guilford (Munandar, 2004: 148) mengatakan bahwa Fisika sangat memungkinkan untuk mengembangkan gagasan baru, kepekaan terhadap masalah dan kemampuan untuk menilai. Kemampuan-kemampuan yang diutarakan oleh Guilford itu termasuk ke dalam karakteristik pribadi-pribadi kreatif, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelajaran Fisika dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Kenyataan di lapangan, berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di sebuah SMK negeri di kota Bandung, diperoleh informasi bahwa kemampuan berpikir fluency (salah satu ciri kemampuan berpikir kreatif) siswa masih tergolong kategori rendah (data dapat dilihat pada lampiran D.5). Selain itu, ditemui bahwa pembelajaran fisika yang dilakukan

3 cenderung didominasi oleh metode ceramah yaitu pembelajaran satu arah yang lebih menekankan pada penyampaian materi pembelajaran, serta pembelajaran yang dilakukan cenderung hanya melatih kemampuan hafalan siswa dan mencari satu jawaban yang benar terhadap soal-soal yang diberikan. Pola pembelajaran seperti itu cenderung berpusat pada guru sehingga kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif. Padahal kemampuan berpikir kreatif merupakan sesuatu yang perlu dimiliki oleh siswa, sebagai bekal dalam menghadapi persoalan-persoalan yang akan dihadapi, baik persoalan yang ada di sekolah maupun persoalan yang ada dalam kehidupan seharihari. Menurut Munandar (1992:46), kemampuan berpikir kreatif siswa perlu dilatih, karena dapat membuat siswa lancar dan luwes dalam berpikir, mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang, dan mampu melahirkan banyak gagasan. Dari paparan tersebut peneliti mencoba mengukur kemampuan berpikir kreatif (khususnya kemampuan berpikir fluency) siswa dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). Pendekatan STM adalah belajar-mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman dan kehidupan manusia sehari-hari, dengan fokus isuisu/masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat, baik bersifat lokal, regional, nasional, maupun global yang memiliki komponen sains dan teknologi. Pendekatan ini sangat cocok untuk pembelajaran sains yang menekankan pada multidimensi hasil belajar siswa (seperti penguasaan

4 konsep, proses sains, kreativitas, sikap, penerapan, nilai-nilai, dan keterkaitan). (Galib, 2001). Dalam pendekatan STM siswa dikondisikan agar mau dan mampu menerapkan konsep-konsep sains untuk menghasilkan karya teknologi yang diikuti dengan pemikiran untuk mengurangi dan mencegah dampak negatifnya terhadap masyarakat, selain itu siswa dilatih untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari sehingga dapat memicu timbulnya kreativitas siswa. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan masalah pokok dalam penelitian ini, yaitu Bagaimanakah kemampuan berpikir fluency siswa SMK kelas X dengan menggunakan pendekatan STM dalam pembelajaran fisika? C. VARIABEL PENELITIAN Variabel yang dimaksudkan dalam bahasan ini adalah variabel yang dijadikan tolak ukur untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: a. Variabel bebas, berupa pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM). b. Variabel terikat, berupa kemampuan berpikir fluency siswa.

5 D. DEFINISI OPERASIONAL 1. Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Pendekatan STM adalah belajar-mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman dan kehidupan manusia sehari-hari, dengan fokus isu-isu/masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat, baik bersifat lokal, regional, nasional, maupun global yang memiliki komponen sains dan teknologi (Galib, 2001). Dalam pelaksanaan pembelajarannya meliputi empat tahap (Yager, 1996), yaitu: 1) Invitasi; 2) eksplorasi; 3) penjelasan dan solusi; 4) penentuan tindakan. Adapun keterlaksanaan pendekatan STM dalam penelitian ini diamati oleh observer dengan cara mengisi lembar observasi pada saat pendekatan STM diterapkan dalam pembelajaran. 2. Berpikir Fluency Berpikir fluency merupakan salah satu ciri dari berpikir kreatif, berpikir fluency yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan, serta memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan banyak hal dan selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Kemampuan berpikir fluency siswa diukur dengan menggunakan post test yang berupa tes tertulis dalam bentuk uraian yang mengacu pada indikator berpikir fluency dan diukur melalui observasi kegiatan siswa dalam pembuatan produk.

6 E. TUJUAN PENELITIAN Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang kemampuan berpikir fluency siswa SMK kelas X dalam pembelajaran energi dengan menggunakan pendekatan STM. F. KEGUNAAN PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Mengetahui kemampuan berpikir fluency siswa dalam pembelajaran fisika dengan menggunakan pendekatan STM. 2. Mengembangkan pembelajaran alternatif yang melatih kemampuan berpikir fluency siswa. G. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan suatu kondisi apa adanya. H. LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN Penelitian ini bertempat di sebuah sekolah menengah kejuruan negeri (SMKN) bidang keahlian teknik mesin di Bandung. Sampel dalam penelitian ini adalah sebuah kelas dari keseluruhan kelas X yang berjumlah 35 orang.