merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang,

dokumen-dokumen yang mirip
Bab II. Rumusan dan Advokasi Arah Kebijakan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. sederhana. Beberapa dekade lalu RRC dipimpin oleh Mao Zedong, Partai Komunis

BAB I PENDAHULUAN. vol. 7, no. 2, 1985, p A. Dobronogov & T. Farole, An Economic Integration Zone for the East African Community:

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN Pada Acara SEMINAR DAMPAK PENURUNAN HARGA MINYAK BUMI TERHADAP INDUSTRI PETROKIMIA 2015 Jakarta, 5 Maret 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

SINGKATAN DAN ISTILAH...

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. Gejolak krisis ekonomi yang dialami Amerika Serikat dan beberapa negara

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAGAIMANA KEMAJUAN KINERJA PEMERINTAH DAN PEREKONOMIAN?

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan, yaitu : konsep pengembangan wilayah berdasarkan Daerah

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. Demi mencapai tujuan tersebut, ini adalah kegiatan investasi (penanaman modal).

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

Resensi Buku. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi. Mahasiswa S3 Manajemen Strategi di Universitas Indonesia.

PENTINGNYA PENINGKATAN INVESTASI TERHADAP PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Globalisasi secara tidak langsung membuat batas-batas antar negara menjadi semakin memudar. Dengan semakin maraknya perdagangan internasional dan peny

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

mencerminkan tantangan sekaligus kesempatan. Meningkatnya persaingan antar negara tidak hanya berdampak pada perekonomian negara secara keseluruhan,

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Karena pada dasarnya, investasi merupakan satu pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Yagi Sofiagy, FE UI, 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

IV. DINAMIKA DISPARITAS WILAYAH DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR

tingkat kerapuhannya untuk terinfiltrasi pengaruh eksternal yang mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahannya. Negara-negara Asia Tengah sendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

Manfaat Teknologi Nirkabel bagi Masyarakat. Oleh : Harjoni Desky, S.Sos.I., M.Si Senin, 25 Oktober :26

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA BAB 1: PENDAHULUAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kelompok di dalam wilayah sendiri atau negara lain dengan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, KINERJA DAN DAYA SAING INDUSTRI ELEKTRONIKA DI INDONESIA JOHANNA SARI LUMBAN TOBING H

Assalamu alaikum Wr.Wb., Salam sejahtera bagi kita semua,

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan yang diharapkan itu adalah kemajuan yang merata antarsatu

BAB V KESIMPULA. Pariwisata internasional merupakan sumber penting bagi pemasukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan

BAB III POLITIK LUAR NEGERI CHINA MASA PEMERINTAHAN HU JINTAO. dikerahkan oleh setiap presiden China yang memimpin. Meskipun bisa dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan dan pariwisata atau dalam istilah tertentu pariwisata memimpin

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan investasi atau penanaman modal merupakan salah satu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Resesi yang terjadi di benua Amerika dan Eropa pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB 3 GAMBARAN UMUM KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. Infrastruktur memegang peranan penting sebagai salah satu roda

Pembangunan Infrastruktur Untuk Memacu Pertumbuhan Ekonomi dan Mengurangi Kesenjangan

Strategi dan Kebijakan Investasi di Indonesia Selasa, 25 Maret 2008

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses yang terintgrasi dan komprehensif

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Kebijakan pintu terbuka pada akhir 1978 menjadi awal keterbukan Cina atas berbagai peraturan yang bersifat lebih liberal terhadap pasar. Kawasan ekonomi khusus (Special Economic Zones, SEZ) menjadi salah satu kebijakan aplikatif pertama terkait liberalisasi di tahun 1980 oleh pemerintahan Deng Xiaoping. Pendirian awal empat SEZ, yaitu Shenzen, Zhuhai, dan Shantou di Provinsi Guangdong serta Xiamen di Provinsi Fujian di pesisir timur, sukses mengembangkan ekonomi liberal serta penyerapan kapital dari Hong Kong dan Makau. Pada era 1990-an muncul berbagai terminologi zona ekonomi khusus yang dibuat oleh pemerintah Cina. Pada dasarnya seluruh SEZ menawarkan berbagai kemudahan, baik investasi asing, kebijakan joint venture, hingga beberapa kebijakan pengurangan pajak dan hambatan-hambatan perdagangan. Selama bertahun-tahun SEZ menjadi salah satu alat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Cina. Sayangnya, pemerintah Cina hanya berfokus pada pengembangan wilayah pesisir timur yang didominasi SEZ sejak tahun 1980-an sehingga menyebabkan perkembangan wilayah Cina bagian barat dan timur begitu timpang. Penulis menemukan beberapa indikator ketimpangan, misalnya GDP yang dihasilkan dari SEZ wilayah timur pada tahun 2010 menunjukan angka 3,35 trilyun, sedangkan wilayah barat hanya 331 milyar. Selain itu, indeks pembangunan manusia di wilayah pesisir timur menunjukan angka rata-rata di atas 0,8, sedangkan di wilayah barat hanya berada pada rata-rata 0,6. Indeks tersebut menunjukan bahwa kualitas kehidupan di wilayah barat masih jauh di bawah wilayah timur. Pembangunan yang tidak merata semakin menimbulkan masalah baru. Ketimpangan mulai disadari pemerintah karena akan menimbulkan efek jangka panjang. Oleh karena itu, pada awal tahun 1999, Presiden Jiang Zemin (memerintah 1993-2002) meluncurkan kebijakan untuk mempercepat pembangunan di wilayah tengah dan barat Cina. Jiang mengusulkan strategi pergi ke barat pada Kongres Rakyat Nasional ke-9. Pasca penetapan kebijakan ini pemerintah mulai mengembangkan wilayah barat, termasuk Xinjiang. Investasi dan berbagai kebijakan pendukung pembangunan di wilayah barat terus ditingkatkan. Sejak tahun 1999 hingga 2013 gross regional product (GRP) wilayah barat tumbuh rata-rata sekitar 20% per tahun. Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan Kashgar, salah satu kota di paling barat Cina yang terletak di provinsi Xinjiang, sebagai SEZ. Penulis menilai kebijakan ini 1

merupakan salah satu anomali mengingat beberapa prasyarat tidak terpenuhi di Kashgar. Kashgar merupakan prefektur kecil di bagian selatan Xinjiang, terletak paling barat dan berbatasan dengan Tajikistan, Afghanistan, Pakistan, dan Kirgistan. Kondisi wilayah yang beragam dan dikelilingi gurun serta pegungunan membuat wilayah ini sulit terjangkau. Posisi ini jelas berbeda dari SEZ yang telah ada sebelumnya, yang mayoritas berada di pesisir Cina. Kashgar termasuk salah satu kategori wilayah tertinggal dengan GDP berada pada angka 61,73 milyar pada tahun 2013 dan hanya menyumbang sekitar 7,3% dari total GDP Xinjiang, yang berada pada posisi ke-25 di Cina. Selain itu, keberadaan etnis mayoritas Muslim Uyghur dan etnis Han menjadikan Kashgar menjadi salah satu kota paling rawan konflik dan kekerasan etnis. Kerusuhan sempat pecah pada tahun 2009 yang merupakan kejadian terburuk dalam beberapa dekade terakhir. Penulis menilai terdapat beberapa alasan kuat secara ekonomi maupun politik yang mendasari penetapan SEZ di Kashgar. Terdapat empat motif ekonomi. Pertama, sekalipun GDP Kashgar relatif kecil dibandingkan daerah lain di Cina, namun ia mengalami pertumbuhan rata-rata per tahun 12% yang merupakan efek dari Going West Strategy. Pertumbuhan ini yang dianggap pemerintah sebagai potensi; keunggulan Kashgar berasal dari pertanian, sektor jasa, dan pariwisata. Kedua, walau letak geografis Kashgar jauh dari pesisir dan berada dalam daerah tertutup gurun, namun kedekatan dengan beberapa negara di Asia Tengah menjadi keunggulan ekonomi yang potensial. Negara-negara Asia Tengah bergantung terhadap Cina untuk memenuhi komoditas pertanian dan setengah jadi. Total volume perdagangan antara Cina dan Asia Tengah pada tahun 2012 berada di angkat $46 milyar. Komoditas sehari-hari hingga barang berteknologi rendah diperdagangkan melalui Xinjiang, khususnya Kashgar. Ekspor komoditas terus mengalami peningkatan rata-rata 20% sejak tahun 2006 hingga 2010. Dilihat dari sini, motif pembentukan Kashgar sebagai hub regional adalah tepat. Ketiga, wilayah Asia Tengah yang kaya akan sumber daya alam dan energi seperti minyak bumi, gas, batu bara dan air menjadi perhatian khusus Cina. Penetapan SEZ di Kashgar merupakan upaya mengamankan akses sumber daya tersebut. Kebutuhan energi yang sangat besar menuntut Cina untuk mengimpor energi, salah satunya dari kawasan Asia Tengah. Selain kedekatan dengan wilayah Asia Tengah, Kashgar juga berada dekat dengan Cekungan Tarim yang merupakan produsen gas terbesar kedua di Cina pada tahun 2012 dengan memasok 680 billion cubic per feet atau sekitar 18% dari total produksi Cina. 2

Keempat, inisiasi China-Pakistan Economic Corridor pada tahun 2013 menjadi megaproyek yang mempunyai potensi ekonomi yang besar. Penulis meyakini bahwa terdapat sinergi penetapan SEZ di Kashgar dengan inisiasi ini. Kashgar sengaja lebih dahulu dipersiapkan oleh pemerintah untuk menghadapi kerja sama yang lebih besar dengan Pakistan dan negara-negara Asia Tengah di masa akan datang. Kashgar dan Pelabuhan Gwadar yang terletak di selatan Pakistan akan terhubung melalui jalan raya dan rute kereta api. Pelabuhan Gwadar yang berdekatan dengan Teluk Persia berpotensi penting dalam rantai pasokan Cina terkait jalur impor minyak. Akan halnya motif politik penetapan SEZ di Kashgar, penulis menemukan dua hal. Pertama, penetapan SEZ di Kashgar disebut-sebut sebagai upaya pemerintah mengurangi disparitas kawasan barat dan timur sesuai dengan arah kebijakan Cina, yaitu Going West Strategy. Namun, penulis lebih melihat bahwa maksud penetapan SEZ hanya sebagai langkah untuk mempermudah perpindahan etnis Han ke Kashgar. Dari sini, etnis Han dimungkinkan akan menerima manfaat lebih besar terkait dengan skenario ini. Kedua, penetapan SEZ di Kashgar dimaksudkan guna mempererat hubungan dengan negaranegara Asia Tengah. Cina berupaya untuk menjaga hubungan baik berdasarkan prinsip peaceful coexistence dan harmonious world. Salah satu bentuk hubungan baik tersebut adalah dengan meningkatkan volume perdagangan antarwilayah dan meningkatkan kepercayaan antarpemerintah. Dengan demikian, pada akhirnya kepentingan peningkatan ekonomi dan stabilitas keamanan akan lebih mudah dilaksanakan. Penetapan SEZ di Kashgar juga memiliki hambatan dan tantangan. Hambatan pertama berasal dari potensi konflik dan instabilitas keamanan di Kashgar yang belum bisa diselesaikan. Data menunjukan bahwa Kashgar merupakan kota yang paling rawan akan terjadi konflik. Terbukti dari tahun 2009 hingga 2014, terdapat empat insiden terjadi di kota ini. Selain itu, komposisi etnis Uyghur yang menjadi mayoritas, ditambah kedekatan dengan Afghanistan dan Pakistan, membuat Kashgar dianggap oleh pemerintah Cina berpotensi sebagai sarang teroris. Ini bisa menjadi hambatan untuk terwujudnya SEZ di Kashgar. Kedua, kebijakan pemerintah Cina masih diskriminatif terhadap etnis Uyghur. Pasca serangan 11 September 2001, pemerintah terus meningkatkan keamanan dan kontrol ketat. Hal tersebut berimbas pada kebijakan diskriminatif yang dikhususkan kepada Muslim Uyghur. Kebijakan-kebijakan anti-islam di Kashgar akan menimbulkan efek jangka panjang. Potensi konflik kekerasan akan muncul walaupun pemerintah mencoba memberikan insentif berupa penetapan SEZ di Kashgar. 3

Ketiga, minimnya infrastruktur dan ketersediaan sarana wilayah perkotaan di Kashgar menjadi hambatan lainnya. Infrastruktur transportasi layaknya sudah ada terlebih dahulu sebelum penetapan. Namun, wilayah Kashgar masih didominasi oleh pedesaan. Berdasarkan data luas wilayah, Kashgar dengan luas 112.057 km 2 merupakan yang terbesar dibandingkan dengan keempat SEZ lainnya, namun wilayah terbangun hanya dihuni oleh 819.095 jiwa. Apabila dibandingkan dengan Shantou dan Shenzhen, wilayah yang terbangun dihuni lebih dari 10 juta jiwa. Hal ini tidak sebanding dengan luas wilayah keduanya yang hanya 2.000 km 2. Ini menjadi hambatan parsial karena setelah penetapan SEZ di Kashgar, pemerintah harus terus melakukan investasi yang besar untuk membangun infrastruktur pendukung lainnya. Keempat, sumber daya manusia di Kashgar relatif rendah. Indeks pembangunan manusia di provinsi Xinjiang pada tahun 2013 hanya berada pada 0,6. Apabila dibandingkan dengan tiga provinsi lainnya Fujian, Guangdong dan Hainan yang memiliki SEZ angka rata-ratanya di atas 0,7. Hal tersebut menunjukan bahwa kualitas hidup masyarakat di tiga provinsi jauh lebih baik. Selain itu, pendidikan di Kashgar masih terbilang rendah. Pada tahun 2010 siswa yang masuk sekolah menengah atas hanya 43% dan meningkat menjadi 63% di tahun 2012. Hal tersebut berbanding terbalik dengan etnis Han yang lebih terdidik dan memiliki kemampuan. Ini tentu akan berdampak pada tingkat keterserapan tenaga kerja yang akan lebih menguntungkan etnis Han. Sementara itu, tantangan penetapan SEZ di Kashgar dapat dilihat dari upaya pemerintah yang begitu kuat untuk tetap menjalankan proyek ini. Misalnya, pemerintah Cina mengupayakan menarik investor-investor di kawasan dalam acara Central & South Asia Commodity Fair yang diadakan di Kashgar. Selain itu, koridor pembangunan Cina- Pakistan akan menjadi sarana pendukung kelancaran masuknya investasi di Kashgar. Kerja sama tersebut memberikan kesempatan lebih luas dari berbagai negara termasuk untuk kemajuan Kashgar. Kemudian, bergabungnya Pakistan dan India menjadi anggota penuh organisasi regional SCO akan menjadi sarana pendukung lain terciptanya SEZ di Kashgar. Akhirnya, penetapan SEZ di Kashgar juga bertujuan untuk meredam kekerasan pasca insiden tahun 2009. Meski demikian, pasca penetapan SEZ di Kashgar pada tahun 2010 masih saja terjadi kekerasan dan konflik di tahun 2011, 2013, dan 2014. Namun tren mengalami penurunan. Selain itu, dampak dari penetapan SEZ menyebabkan potensi perpindahan etnis Han ke Kashgar menjadi lebih tinggi. Tanpa mencoba mengambil eksaminasi terhadap proses dan penetapan SEZ di Kashgar, penulis melihat bahwa pemerintah harus lebih menekankan pada kebijakan-kebijakan yang tidak diskriminatif 4

sehingga tidak menimbulkan potensi konflik etnis yang lebih besar di masa akan datang. Pencapaian selama 5 tahun terakhir setidaknya Kashgar telah melakukan berbagai transformasi menuju kota modern. Perkembangan pembangunan dan juga peningkatan indikator baik GDP prefektur maupun kontribusi GRP regional Xinjiang. Hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa penetapan SEZ di Kashgar dapat menjadi potensi yang lebih besar dalam membantu perekonomian Cina di masa akan datang. Berbagai uraian penulis dalam penelitian ini juga mendukung argumen utama bahwa penetapan SEZ di Kashgar berkaitan dengan penyerapan ekonomi di perbatasan serta pemerataan pembangunan di kawasan barat. 5