BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata itu sendiri, dimana pariwisata memiliki cerita tersendiri dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia disebut juga Homofabulans yang berarti mahluk bercerita, ini tidak dapat

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. kecamatan yang berbeda bisa ditemukan hal-hal yang menunjukkan bahasa itu

BAB I PENDAHULUAN. dihadirkan mempunyai tujuaan dan manfaat di samping menyampaikan buah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN PENELITIAN Letak Geografis dan Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. Hartomo, H (1997)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Konflik merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak akan terlepas

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

CERITA RAKYAT SI BORU SARODING KAJIAN: RESEPSI SASTRA

BAB I PENDAHULUAN. Sastra lisan yang telah lama ada,lahir dan muncul dari masyarakat yang

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU. Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Propinsi Sumatera Utara dengan Ibu Kota Medan merupakan salah satu provinsi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan seni budaya tradisionalnya, adanya desa desa tradisional, potensi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap suku di dunia pasti memiliki kebudayaan. Sebagai hasil cipta

P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. dari lingkungan yang membesarkan sekaligus membentuknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan antara sesama manusia berlangsung sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki beranekaragam kebudayaan. Sebagaimana telah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat suku Batakyang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB II ONAN RUNGGU. atas permukaan laut. Wilayah Onan Runggu memiliki luas sekitar 60,89 Km 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki beribu-ribu pulau di dalamnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia kaya keragaman budaya. Keragaman budaya yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

Kemampuan Siswa Kelas VII A SMP Negeri 11 Kota Jambi dalam Mengidentifikasi Tema Amanat, dan Latar Cerita Rakyat. Oleh: Desi Nurmawati A1B109078

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat yang berkembang sesuai dengan lingkungannya. Karya

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. etnis memiliki cerita rakyat dan folklore yang berbeda-beda, bahkan setiap etnis

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya yang dimiliki oleh setiap negara

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB II DESKRIPSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA-MULA. Kecamatan Sianjur Mula- mula sebagai lokasi/ daerah letak Situs- situs tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

I. PENDAHULUAN. defenisi mengenai kebudayaan sebagai berikut (terjemahannya):

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

bersikap kolot, dan lebih mudah menerima perubahan yang terjadi di dalam masyarakat terutama pada perempuan yang tidak menikah ini.

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengenali apa saja terdapat di daerah itu. Keberagaman kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. untuk berbagai keperluan. Upacara adat adalah suatu hal yang penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dari kata majemuk bahasa Inggris folklore, yang terdiri atas kata folk dan lore.

BAB I PENDAHULUAN. perasaan (Sumarsono, 2004: 21).Selanjutnya, dengan bahasa orang-orang dapat berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Bakkara (2011) ada 3 Bius induk yang terdapat di Tanah Batak sejak awal peradaban bangsa

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budi Utomo, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. Sastra adalah pengucapan atau ekspresi jiwa yang paling individual oleh seorang pengarang serta tinggi dan mulia sifatnya. Fananie (2000:132) mengatakan sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia. Karya sastra adalah bersifat khusus menggambarkan individu-individu tertentu dalam suatu daerah tertentu pula. Karya sastra bukan hanya mengungkapkan kenyataan saja melainkan juga nilai yang lebih tinggi dan lebih agung dari sekedar kenyataan hidup. Karya sastra itu sendiri bukan hanya suatu tiruan hidup, tetapi merupakan penafsiran tentang alam dan kehidupan. Sastra merupakan bagian dari kebudayaan, artinya sastra dapat digunakan sebagai tempat penuangan ekspresi jiwa. Selain itu sastra juga mampu menjadi wadah penyampaian ide-ide yang dipikirkan oleh pengarang mengenai kehidupan manusia. Berarti, sastra itu dapat menampilkan gambaran kehidupan sosial masyarakat. Karya sastra adalah ungkapan pikiran dan perasaan seseorang pengarang dalam usahanya untuk menghayati kejadiankejadian yang ada disekitarnya, baik yang dialaminya maupun yang terjadi pada orang lain pada kelompok masyarakatnya. Hasil imajinasi pengarang tersebut dituang ke dalam bentuk karya sastra untuk dihidangkan kepada masyarakat pembaca untuk dinikmati, dipahami dan dimanfaatkan. Dengan demikian karya

sastra bukanlah suatu uraian-uraian kosong atau khayalan yang sifatnya sekedar menghibur pembaca saja tetapi melalui karya sastra pembaca lebih arif dan bijaksana dalam bertindak dan berpikir karena pada karya sastra selalu berisi masalah kehidupan manusia nyata. Jadi tidak salah dikatakan bahwa karya sastra adalah cermin kehidupan masyarakat. Sumardjo (1979:30) menyatakan "...sastra adalah produk masyarakat yang mencerminkan masyarakatnya. Obsesi masyarakat adalah menjadi obsesi pengarang yang menjadi anggota masyarakat. Secara garis besar sastra terbagi atas dua bagian yaitu : sastra lisan dan sastra tulisan. Sastra lisan dalam penyampainnya adalah dari mulut ke mulut yang berisi cerita-cerita terhadap sesama (Sastra Oral) yang merupakan warisan turun temurun dan mempunyai nilai-nilai luhur yang perlu dikembangkan misalnya : mitos, legenda, dongeng, dan lain-lain. Sastra tulisan dalam penyampaiannya adalah melalui tulisan yang sudah dibukukan dan dibaca orang banyak. Sastra tulisan ini banyak yang berasal dari sastra lisan misalnya satu dongeng yang diceritakan seseorang kemudian ditulis dan dibukukan oleh orang yang mendengarnya. Sastra lisan juga merupakan dasar komunikasi antara pencipta dan peminat karya sastra tersebut. Sastra lisan merupakan kekayaan budaya, khususnya kekayaan sastra karena sastra lisan sebagai modal apresiasi sastra, sebab sastra lisan telah membimbing pembaca untuk melakukan apresiasi dan pemahaman gagasan berdasarkan praktik selama berabad-abad. Sastra lisan merupakan dasar komunikasi antara pencipta, masyarakat, dan peminat cerita, dalam arti bahwa karya atau ciptaan yang didasarkan pada karya sastra akan lebih mudah untuk dipahami dan dihayati oleh masyarakat.

Karya-karya sastra lisan tersebut telah banyak memberikan sumbangan yang berupa didaktis, filsafat, ilmu pengetahuan, dan lain-lain, yang perlu diteliti dan diangkat kepermukaan melalui buku-buku yang menyangkut kepada karya sastra lisan tersebut agar masyarakat lain yang belum mengetahui menjadi tahu. Etnis Batak Toba adalah salah satu etnis yang sudah mempunyai kebudayaan dan karya sendiri khususnya sastra lisan, Sebagai contoh sastra lisan Batak Toba ialah legenda. Legenda merupakan cerita yang mengisahkan terjadinya sesuatu yang dapat dibuktikan kebenarannya dan masih bisa dilihat bukti peninggalannya. Dari kebenaran itu diyakini memiliki magis oleh masyarakat penganutnya. Nilai-nilai yang didapatkan dari sebuah legenda yang dilakukan oleh masyarakat dan diajarkan secara turun-temurun. Misalnya cerita Aek Sipitu Dai yang mengisahkan tentang sumur yang memiliki tujuh pancuran yang memilki rasa yang berbeda dari setiap pancuran. Banyak sastra lisan yang telah dibukukan, tetapi harus diakui juga masih banyak yang belum dibukukan. Dengan segala kekurangan dan kelemahannya penulis mencoba mengangkat karya sastra tersebut berupa legenda atau cerita rakyat. Dengan melihat sedikit keterangan di atas, penulis mengangkat judul skripsi Analisis Sosiologi Sastra cerita Aek Sipitu Dai 1.2 Rumusan Masalah

Untuk menghindari pembahasan atau pembicaraan yang menyimpang dari permasalahan, penulis membatasi masalah agar pembahasan terarah dan terperinci. Masalah yang akan dibahas adalah : 1. Bagaimana kedudukan cerita rakyat Aek Sipitu Dai dalam masyarakat Batak Toba. 2. Nilai- nilai sosiologi sastra apa saja yang terkandung dalam Cerita Rakyat Aek Sipitu Dai tersebut. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui mengetahui kedudukan cerita rakyat Aek Sipitu Dai dalam masyarakat Batak Toba. 2. Menganalisis nilai-nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam cerita rakyat Aek Sipitu Dai. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pembaca khususnya terhadap penulis untuk dijadikan sebagai : 1. Untuk mendokumentasikan cerita rakyat tersebut agar terhindar dari kepunahan sehingga dapat diwariskan kepada generasi penerus. 2. Sebagai apresiasi Sastra Daerah khususnya apresiasi sastra Batak terhadap prosa rakyat (legenda) 3. Menyukseskan program pelestarian sastra daerah sebagai bagian dari kebudayaan nasional.

4. Menjadi sumber informasi bagi mahasiswa jurusan Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya USU. 1.5 Anggapan Dasar Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu membuat anggapan dasar. Menurut Arikunto (1996:65), Anggapan dasar adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas. Maksud kebenaran di sini adalah apabila anggapan dasar tersebut dapat dibuktikan kebenarannya. Karena itu, penulis berasumsi bahwa cerita atau legenda Aek Sipitu Dai merupakan situs sejarah peradaban dan perkembangan suku Batak Toba yang harus perlu diketahui, bahwasanya di desa Si Anjur Mula-Mula tepatnya di Aek Sipitu Dai merupakan tempat bertemu dan berjodohnya anak-anak dari si Raja Batak. Bahkan sampai saat ini, masyarakat masih meyakini, air dengan 7 rasa tersebut mampu memberikan perubahan bagi siapapun yang percaya dengan kekuatannya. 1.6 Kehidupan Sosial Masyarakat Batak Toba di Desa Aek Sipitu Dai 1.6.1 Letak Geografis dan Lokasi Penelitian Kabupaten Samosir dengan ibukota Pangururan terletak di Provinsi Sumatera Utara dengan luas kabupaten 2.069,05 Km 2 yang terletak pada titik koordinat 20 24 20 45 LU- 980 21 990 05 BT. Kabupaten Samosir terletak ditengah-tengah danau Toba yang dikenal dengan Pulau Samosir dan terletak pada 904 2.157 meter diatas permukaan laut. Kebupaten Samosir memiliki sembilan kecamatan diantaranya adalah kecamatan Sianjur Mula-mula, Harian, Sitiotio,

Onanrunggu, Nainggolan, Palipi, Ronggurnihuta, Pangururan dan Simanindo. Lokasi penelitian penulis adalah di Kecamatan Sianjurmula-mula kabupaten Samosir. Jarak kecamatan Sianjurmula-mula ke ibukota kabupaten adalah sekitar 19,5 km dengan luas wilayah kecamatan Sianjur Mula-mula sekitar 140,24 Km 2 dan kecamatan Sianjur Mula-mula berada di antara 904 1.800 meter diatas permukaan laut. Kecamatan Sianjur Mula-mula terletak dengan batas wilayah : Sebelah Utara : Kecamatan Silahi Sabungan Kabupaten Dairi Sebelah Selatan : Kecamatan Harian Sebelah Barat : Kecamatan Harian dan Kabupaten Dairi Sebelah Timur : Kecamatan Pangururan Data tersebut bersumber dari informan camat Sianjur Mula-mula dan BPS Tahun 2010 Kabupaten Samosir dan dikelola oleh peneliti. Keterangan Gambar : Gambar di atas adalah lokasi Aek Sipitu Dai (Air Tujuh Rasa) Lokasi: Desa Aek Sipitu Dai. Sumber : Koleksi pribadi peneliti.

1.6.2 Keadaan Penduduk Pada umumnya masyarakat yang tinggal di Kabupaten Samosir mayoritas suku batak Toba, khususnya di desa Aek Sipitu Dai Kecamatan Sianjur Mula-mula ini. Dan sudah kita ketahui bersama bahwa dari sinilah awalnya Siraja Batak pertama ditanah Batak yang mempunyai keturunan yang sangat banyak. Dari sinilah bermunculan raja-raja di tanah Batak pada zamannya, dan sampai sekarang masih diakui kesakralannya oleh masyarakat batak Toba. Desa Aek Sipitu Dai adalah tanah ulayat marga Limbong dan Sagala, adapun marga- marga lain didaerah ini adalah pendatang dari daerah lain atau Hela (menantu) dari marga Limbong dan Sagala yang ada didaerah itu. Mayoritas penduduk yang berada di desa tersebut bermata pencaharian bertani yaitu dengan menanam padi disawah. Produk pertanian unggulan didesa ini adalah padi dan kopi. Masyarakat yang berada didaerah ini bisa mencukupi kebutuhannya hanya dengan bertani, bahkan sudah banyak yang berhasil dari daerah ini diperantauan. 1.6.3 Budaya Masyarakat Penduduk Desa Aek Sipitu Dai mayoritas suku Batak Toba yang telah lama mendiami Pulau Samosir dan terkenal akan budaya Batak Toba. Masyarakat Desa Simanindo dapat dikatakan homogen karena berasal dari satu suku yaitu suku Batak Toba yang mempunyai ciri khas pada budaya masyarakatnya. Struktur masyarakat suku Batak Toba dikenal dengan Dalihan Na Tolu yang terdiri atas tiga makna yaitu Somba Marhula-hula, Manat Mardongan Tubu, Elek Marboru. Dari falsafah Dalihan Na Tolu di atas, masyarakat Batak Toba

menjalankan itu sebagai aturan dan norma dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, hubungan kekerabatan yang dimilki masyarakat sangat erat dalam berbagai kesatuan dan kegiatan organisasi, seperti pelaksanaan upacara adat masyarakat dari golongan Dalihan Na Tolu mengambil perannya masing-masing sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Desa Aek Sipitu Dai masih memiliki adat istiadat yang sangat kuat. Masyarakat Desa Aek Sipitu Dai secara khusus dalam kehidupan sehari-hari memakai bahasa batak Toba karena bahasa batak Toba lebih mudah dipahami oleh masyarakat. Penggunaan bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi sesama suku Batak Toba, senantiasa berlangsung dalam hidup sehari-hari, misalnya dalam upacara adat, kebaktian gereja, rapat penatua adat. Dengan kata lain, bahasa daerah dipakai dalam membicarakan hal-hal yang dibutuhkan dalam kehidupan bersama, dalam percakapan sehari-hari, termasuk dalam sastra lisan dan tulisan. Desa Aek Sipitu Dai telah mempunyai berbagai kelembagaan untuk lebih mempererat hubungan sosial warga masyarakat. Seluruh masyarakat di Desa Aek Sipitu Dai menganut agama Kristen. Agama merupakan suatu sendi yang tidak terlepas dari kehidupan. Organisasi keagamaan yang ada didesa Aek Sipitu Dai berupa organisasi Naposo bulung, Punguan Ama, Parari Kamis yang dilaksanakan masyarakat berdasarkan waktu yang telah ditentukan di setiap gereja. Organisasi keagamaan ini diikuti oleh seluruh masyarakat dengan antusias.