PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG I - 1 LAPORAN AKHIR D O K U M E N

dokumen-dokumen yang mirip
PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Kawasan Pertanian Industrial unggul berkelanjutan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN PESAWARAN

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata dan Potensi Obyek Wisata

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah dapat diartikan sebagai peningkatan taraf hidup masyarakat

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

MINAPOLITAN DAN DESA LIMBANGAN, KETIKA KONSEP sdpembangunan DAN POTENSI KAWASAN DISATUKANcd ( oleh : Adi Wibowo)

METODOLOGI. Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur 37

Pengembangan Sektor Agro dan Wisata Berbasis One Sub-District One Misi Misi pengembangan Produk Unggulan Daerah Kab.

BAB I PENDAHULUAN. Pedoman Pengelolaan Ruang Kawasan Sentra Produksi Pangan Nasional dan Daerah (Agropolitan)

III. METODE PENELITIAN

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

PEMERINTAH KABUPATEN MAHAKAM ULU TEMA RKPD PROV KALTIM 2018 PENGUATAN EKONOMI MASYRAKAT MENUJU KESEJAHTERAAN YANG ADIL DAN MERATA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

VI KESIMPULAN DAN SARAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV. KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 1997 TENTANG KETRANSMIGRASIAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB VI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN. 6.1 Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan

Implementasi Kebijakan Pengembangan Kawasan Agropolitan Sendang Kabupaten Tulungagung

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang

[Laporan Akhir] 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

KAJIAN SISTEM AKTIVITAS DAN KERUANGAN WILAYAH BANDUNGAN DALAM UPAYA PENERAPAN KONSEP AGROPOLITAN DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR TKP 477

1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pedesaan saat ini menempati bagian paling dominan dalam

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

agribisnis untuk mencapai kesejahteraan wilayah pedesaan (prospherity oriented) (Bappeda Kabupaten Lampung Barat, 2002). Lebih lanjut Bappeda

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

AGRIBISNIS DAN AGROINDUSTRI

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Isu-Isu Strategis

Strategi dan Arah Kebijakan Penguatan Ekonomi Masyarakat Kabupaten Kukar Bidang Industri Berbasis Pertanian

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI LABANGKA

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

2.1.1 Dasar Perumusan Tujuan Penataan Ruang Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan ruang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH AKTIVITAS BUDIDAYA PERIKANAN AIR TAWAR TERHADAP PERKEMBANGAN DESA JIMBARAN, KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Untuk mewujudkan Visi Daerah Kabupaten Temanggung di. atas, pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan dilakukan dalam 6

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BIDANG AGROBISNIS KADIN PROPINSI JAWA TMUR

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dianggap cukup representatif dalam memberdayakan ekonomi masyarakat. Dalam

Renstra BKP5K Tahun

MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I. KEPUTUSAN MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN REPUBLIK INDONESIA

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

PROVINSI PAPUA BUPATI KEEROM PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEEROM NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KOTA TERPADU MANDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. arah perubahan struktural desa-kota diharapkan dapat berlangsung secara seimbang

PENYUSUNAN MASTERPLAN MINAPOLITAN KABUPATEN BONDOWOSO. Endang Siswati

diwujudkan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, yaitu suatu kondisi pelaksanaan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

sendiri sesuai dengan tujuan otonomi daerah.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kesiapan Kebijakan dalam Mendukung Terwujudnya Konsep Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris memiliki kekayaan alam hayati yang

Transkripsi:

1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pendekatan pembangunan yang lebih menonjolkan pertumbuhan ekonomi secara cepat tidak dapat dipungkiri dan telah mengakibatkan pertumbuhan di perkotaan melampaui kawasan lainnya atau dengan kata lain telah mendorong percepatan urbanisasi yang selain menimbulkan dampak positif juga dampak negatif yaitu terserapnya sumberdaya yang dimiliki perdesaan oleh kawasan perkotaan, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Untuk itu, pembangunan perdesaan perlu terus didorong untuk mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi. Pembangunan perdesaan antara lain dapat dilakukan dengan mengembangkan sektor primer yaitu pertanian dan agribisnis di perdesaan. Pembangunan agribisnis merupakan strategi pembangunan ekonomi nasional yang mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerataan, stabillitas yang berkesinambungan dan mengandalkan kemampuan dan fundamental yang dimiliki masyarakat Indonesia. Konsep Agropolitan merupakan salah satu alternatif bagi Pemerintah Daerah untuk mengembangkan perekonomian wilayahnya. Menurut Departemen Pertanian (2002), Agropolitan terdiri dari kata agro dan politan (polis). Agro berarti pertanian dan politan berarti kota. Dengan demikian Agropolitan dapat didefinisikan sebagai kota pertanian atau kota di daerah lahan pertanian atau pertanian di daerah kota. Sedang yang dimaksud dengan Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis yang mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan pembangunan pertanian (Agribisnis) diwilayah sekitarnya. Pada dasarnya Agropolitan merupakan organisasi ruang yang secara fungsional memfasilitasi berkembangnya usaha-usaha agribisnis. Suatu wilayah Agropolitan merupakan suatu organisasi agribisnis yang didalamnya terdapat fungsi-fungsi agribisnis secara lengkap sehingga suatu wilayah Agropolitan memiliki kemandirian untuk berkembang. Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dijelaskan bahwa kawasan Agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan sistem agrobisnis. Potensi pengembangan agribisnis sangatlah luas, baik di daratan maupun di lautan berdasarkan pada keunggulan kompetitif dan keunggulan komperatif sebagai daerah I - 1

maritim dan agraris sesuai dengan kompetensi dan produk unggulan, terutama pada kegiatan pertanian, industri kecil dan kerajinan rakyat. Dalam rangka mendorong terwujudnya pembangunan perdesaan dengan mengembangkan potensi diatas, maka Pengembangan Kawasan Agropolitan secara terpadu merupakan alternatif solusi untuk pengembangan wilayah perdesaan. Penataan ruang yang merupakan proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang menjadi salah satu piranti yang diharapkan dapat memperkuat Konsep Pengembangan Kawasan Agropolitan. Karenanya pembangunan agribisnis harus sinergi dengan pembangunan wilayah secara luas, dan tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhan sarana produksi untuk lokasi kegiatan usaha tani saja, namun hendaknya dapat mengkaitkan dengan wilayah-wilayah yang menjadi pasar dari produksi yang dihasilkan secara lebih luas. Hal ini perlu dilakukan agar para pelaku pembangunan dapat memanfaatkan lahan yang ada untuk berbagai kegiatan yang berbasis kepada pertanian. Konsepsi mengenai Agropolitan dalam penataan ruang lebih diarahkan kepada bagaimana memberikan arahan pengelolaan tata ruang suatu wilayah Agropolitan, khususnya Pengembangan Kawasan Agropolitan daerah. Pedoman Pengembangan Kawasan Agropolitan daerah merupakan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan dan penataan ruang pertanian di perdesaan. Pengelolaan Ruang Agropolitan adalah arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang yang diperuntukkan bagi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan usaha-usaha berbasis agribisnis lainnya dalam skala nasional. Sementara itu pengelolaan ruang kawasan sentra produksi pangan nasional dan daerah merupakan arahan kebijakan dan strategi pemanfaatan ruang bagi peruntukan pertanian tanaman pangan. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang memiliki sumberdaya lahan dan perairan yang sangat potensial untuk pengembangan pertanian dengan pendekatan agribisnis. Dukungan sumberdaya lahan dan perairan tadi jika dikelola dengan baik, terarah, dan terencana akan menjadi sumberdaya ekonomi yang cukup kuat untuk mendukung pembangunan kabupaten. Dalam rangka menindaklanjuti program kegiatan Agropolitan Kabupaten Banyuwangi, sebagai hasil kajian terdahulu yang tertuang dalam Dokumen Masterplan Agropolitan Kabupaten Banyuwangi tahun 2004 yang tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, maka untuk pengembangan kawasan dan dalam rangka menangkap potensi sektor pertanian secara luas di wilayah Kabupaten Banyuwangi, perlu dilakukan Review Masterplan Agropolitan Kabupaten Banyuwangi (Penyusunan Review Masterplan Pengembangan Kawasan Agropolitan) Kabupaten Banyuwangi, sebagai wujud dan sarana dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat. 1.2. TUJUAN DAN SASARAN 1.2.1. TUJUAN Penyusunan Review Masterplan (Review Masterplan Pengembangan Kawasan Agropolitan) Kabupaten Banyuwangi bertujuan untuk : I - 2

1) Sebagai dasar awal penentuan lokasi baru Kawasan Pengembangan Agropolitan Kabupaten Banyuwangi 2) Sebagai alat bantu dalam mengidentifikasi keterkaitan kawasan sentra produksi pangan dengan sistem desa-kota (urban-rural linkages) yang mempunyai hubungan timbal balik yang dinamis, sistem permukiman yang memiliki aksesibilitas ke pusat-pusat pelayanan, sistem jaringan infrastruktur dan sistem jaringan pemasaran (outlet). 3) Sebagai suatu piranti yang mampu memperkuat dalam penyusunan kebijakan pemanfaatan ruang untuk Pengembangan 4) Sebagai suatu kerangka dasar di bidang penataan ruang untuk Pengembangan 5) Tersusunnya kriteria dalam penyusunan struktur dan pola pemanfaatan ruang 1.2.2. SASARAN Sasaran yang ingin dicapai Kabupaten Banyuwangi yaitu : 1) Terbentuknya usulan lokasi baru Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyuwangi 2) Tersusunnya konsep pengelolaan ruang kawasan sentra produksi pangan (Agropolitan) yang diwujudkan dalam struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan sentra produksi pangan (Agropolitan). 3) Tersusunnya pedoman sebagai bahan masukan kebijakan pengelolaan ruang untuk mendukung Pengembangan Kawasan Sentra Produksi Pangan (Agropolitan). 4) Terumuskannya kebijakan pengelolaan tata ruang Kawasan Sentra Produksi Pangan (Agropolitan). 5) tersusunnya kerangka dasar dalam penyusunan sistem jaringan infrastuktur yang mendukungpengembangan kawasa sentra produksi pangan (agropolitan) 1.3. DASAR HUKUM PENYUSUNAN Perundangan dan peraturan hukum yang melandasi Penyusunan Master Plan Pengembangan Kawasan Agropolitan adalah: 1) UU. RI. No. 22 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman. 2) UU. RI. No. 32 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah. 3) UU. RI. No. 25 Tahun 2000, tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas). 4) UU. RI. No. 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 5) UU. RI. No. 26 Tahun 2007, tentang Penataan Ruang. I - 3

6) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Kegiatan Penataan Ruang. 7) Surat Menteri Pertanian Republik Indonesia nomor 144/OT.210/A/V/2002 tentang pengembangan Kawasan 1.4. LINGKUP KEGIATAN 1.4.1. LINGKUP KEGIATAN Lingkup Kegiatan Review Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyuwangi yaitu: 1) Mengidentifikasi produk-produk unggulan dari sektor pertanian untuk pengembangan komoditas pertanian 2) Mengidentifikasi sentra-sentra produksi utama penghasil komoditi pertanian unggulan 3) Mengidentifikasi tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang pembentukan 4) Mengidentifikasi struktur ruang baik sistem pusat kegiatan maupun sistem jaringan prasaran untuk Pengembangan 5) Mengidentifikasi rencana pola ruang Kawasan Agropolitan yang meliputi kawasan lindung dan kawasan budidaya. 6) Mengidentifikasi arahan Pengembangan 7) Pendekatan menyeluruh dan umum, yang merupakan dasar dari analisis yang akan dilaksanakan konsultan, yang terdiri dari pokok pemikiran yang harus disesuaikan dengan undang undang, kebijakan nasional maupun daerah (Rencana Umum Tata Ruang, Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang Daerah) yang ada, kondisi sosial ekonomi dan isu isu lainnya yang berkembang. 8) Pendekatan partisipatif, yaitu pendekatan berdasarkan pola pikir yang mengikutsertakan seluruh pihak (stakeholder) yang meliputi dari masyarakat, usahawan, dan aparat pemerintahan untuk menentukan kebijakan dan arah pembangunan daerahnya yang dituangkan dalam skenario Pengembangan 9) Pendekatan teknis, dibuat untuk menentukan potensi, kendala serta daya dukung dalam penyusunan Kawasan Agropolitan 1.4.2. LINGKUP WILAYAH Lingkup wilayah Penyusunan Review Masterplan Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Banyuwangi ini dilaksanakan di seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Banyuwangi. I - 4

1.5. SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN Sistematika penyusunan Laporan Pendahuluan Review Masterplan Pengembangan kawasan Agropolitan Kabupaten Banyuwangi meliputi: Bab 1 Pendahuluan Berisi latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, dasar hukum penyusunan serta ruang lingkup penyusunan yang meliputi lingkup bahasan, lingkup materi, lingkup wilayah dan dimensi waktu. Bab 2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Menjelaskan tentang kebijakan pembangunan yang berpengaruh terhadap pengembangan kawasan andalan. Selain itu juga dijelaskan beberapa landasan hukum setingkat undang-undang yang menjadi salah satu dasar perencanaan. Bab 3 Dileniasi, Cluster Komoditas dan Potensi Permaslahan Menjelaskan tentang penetapan kawasan inti dan penunjang sentar pengklasifikasian komoditas pada masing-masing kecamatanan. Disertakan pula potensi dan permasalahan kawasan inti agropolitan Bab 4 Rencana Pengembangan KAwasan Agropolitan Memuat rencana pengembangan kawasan yang meliputi rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Bab 5 Arahan Pemanfaatan Ruang Memuat Program pembangunan yang perludilakukan dalam jangka waktu tertentu demi terealisasikannya pengembangan kawasan agropolitan. Bab 6 Ketentuan Pengendaian Pemanfaatan Ruang Menjelaskan ketentuan-ketenteuan dalam pembangunan berbagai aspek di kawasan agropolitan Bab 7 Peluang dan Investasi Menjelaskan tentang peluang dan investasi yang nantinya dapat meningkatkan mata rantai ekonomi dan kesejahteraan masyarakt berdasarkan koditas unggulan di kawasan agropolitan Bab 8 Kelembagaan Memuat rencana pengembangan kelembagaan dalam perencanaan kawasan agropolitan serta membahas keterkaitan antar daerah dan peran serta masyarakat. Bab 9 Penutup Memuat kesimpulan dan rekomendasi dalam pengembangan kawasan Agropolitan Banyuwangi. I - 5

Table of Contents 1.1. LATAR BELAKANG... 1 1.2. TUJUAN DAN SASARAN... 2 1.2.1. TUJUAN... 2 1.2.2. SASARAN... 3 1.3. DASAR HUKUM PENYUSUNAN... 3 1.4. LINGKUP KEGIATAN... 4 1.4.1. LINGKUP KEGIATAN... 4 1.4.2. LINGKUP WILAYAH... 4 1.5. SISTEMATIKA PENYAJIAN LAPORAN... 5 I - 6