BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medis dan melaksanakan pelayanan administratif. Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan pula kinerja dan daya hasil organisasi, sehingga dapat mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program pembangunan kesehatan di Indonesia didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2006) bahwa kinerja pegawai adalah. untuk mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan harapan masyarakat tentang pelayanan kesehatan, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk selalu melakukan perbaikan dan penyempurnaan guna

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebijakan manajerial, kebijakan teknis serta pengembangan standar dan

PEDOMAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS TAROGONG

BAB I PENDAHULUAN. besar menentukan pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan inti dari sifat biologis, kognitif, dan aturan-aturan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugas memberi asuhan keperawatan (Arwani, 2006). perawat merasa puas dalam bekerja (Aditama,2006).

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bawahan yang berbeda beda. Bawahan dipengaruhi sedemikian rupa

BAB IV LAPORAN PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. penelitian, penulis terlebih dahulu melakukan observasi pendahuluan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan. Pelayanan keperawatan sering dijadikan tolok ukur citra sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal (Nursalam, 2013). Keperawatan merupakan indikator dari kualitas

BAB I PENDAHULUAN. instansi membutuhkan seorang manajer yang terdidik dalam pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sangat ditentukan oleh perilaku, sikap, motivasi, semangat, disiplin kepuasan kerja

MAKALAH TEORI, TIPE KEPEMIMPINAN, PERAN DAN FUNGSI MANAJEMEN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010). Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah

BAB I PENDAHULUAN. kepemimpinan, dan pengawasan (Suarli dan Bahtiar, 2009). untuk mencapai tujuan organisasi (Hasibuan, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif mencakup aspek promotif,

dalam memberikan kritik bagi pelayanan publik (Insanarif, 2012). Oleh sebab oleh seluruh lapisan masyarakat (Widodo, 2001).

URAIAN TUGAS KEPALA INSTALASI RAWAT INAP

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. regresi linier berganda yang dilaksanakan mengenai pengaruh motivasi dan disiplin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatannya dan mencapai kesembuhan yang optimal baik fisik, psikis maupun

tugas sehari-hari (Arwani, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA FUNGSI PERAWAT SUPERVISOR DENGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT PELAKSANA DI RUANG INSTALASI RAWAT INAP RSUD 45 KUNINGAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan rumah sakit yang didorong oleh permintaan. pelanggan menyebabkan layanan rumah sakit tidak hanya memperhatikan

HUBUNGAN ANTARA GAYA KEPEMIMPINAN DEMOKRATIK DENGAN KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. tingginya pendidikan masyarakat, maka orientasi sistem nilai dalam masyarakat pun

HUBUNGAN PERSEPSI PERAWAT PELAKSANA TENTANG KEMAMPUAN SUPERVISI KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT

BAB I PENDAHULUAN. tersebut salah satunya adalah sumber daya manusia. Tumbuh lebih baik, bahkan

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bisnis, maka selayaknya SDM tersebut dikelola sebaik mungkin. Kesuksesan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang

BAB I PENDAHULUAN. pasien rawat jalan, rawat darurat dan rawat inap dengan berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, identifikasi konseptual pernyataan riset dan variabel riset dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri berbagai tenaga profesional untuk memberikan pelayanan jasa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bidang industri. Hal ini terbukti dari penelitian-penelitian para ahli yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Dinas pendidikan pemuda dan olahraga memiliki kebijakan mutu yaitu

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. Mathis (2001) faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu: kemampuan, motivasi,

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya menjaga mutu pelayanan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan berubah dengan cepat sesuai dengan perubahan

1

BAB 1 PENDAHULUAN. kompleks. Undang-undang Rumah Sakit Nomor 44 tahun 2009 rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, pertumbuhan pasar, strategi pesaing dan faktor-faktor lain yang

dapat memuaskan baik bagi perusahaan maupun bagi individu itu sendiri. Kekhawatiran individu akan hasil yang ada akan sangat mempengaruhi performansi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan karyawan dalam sebuah perusahaan dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan yang jelas untuk dijadikan sebagai landasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan walau belum memenuhi standar. 2. Persepsi perawat terhadap motivasi lebih dari separuh memiliki motivasi

Niken Kartikasari F

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat (Permenkes No. 147 tahun 2010).

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

BAB I PENDAHULUAN. terlebih organisasi bisnis, eksistensinya ditentukan oleh kemampuan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk memperhatikan masalah keselamatan. Kementerian Kesehatan Republik

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efektivitas Kinerja. sesuatu yang tepat ( Stoner, 1996). Menurut Yukl (1994) efektivitas diartikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi peningkatan kinerja kerja dan kepuasan pasien (Clifforth & Horvath,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem


BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

SKRIPSI HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KEPUASAN KERJA PERAWAT DI RSUD KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai, produk yang dipakai sifatnya tidak berwujud (Intangible)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Kinerja (PMK) baik di Rumah Sakit maupun Puskesmas, namun

BAB I PENDAHULUAN. yang memproses penyembuhan pasien agar menjadi sehat seperti sediakala.

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam suatu organisasi. Pemanfaatan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dicapai. Alat-alat canggih yang dimiliki perusahaan tidak ada manfaatnya bagi

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus selama 24 jam kepada pasien (Simamora, 2013). Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Tenaga perawat yang merupakan The Caring Profession

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian kompleks, rumah sakit harus memiliki sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari pelayanan kesehatan. Organisasi pelayanan keperawatan mengemban

BAB I PENDAHULUAN. luas dan kompleksnya tugas dan fungsi dari perawat di rumah sakit, maka rumah

BAB I PENDAHULUAN. Seorang pegawai jika tidak mendapatkan kepuasan dalam bekerja, akan

BAB I PENDAHULUAN. keperawatan. Keperawatan adalah ujung tombak pelayanan kesehatan di

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kedisiplinan merupakan salah satu penentu kemajuan atau kemunduran suatu instansi atau perusahaan. Suatu perusahaan yang didalamnya terdapat karyawan yang mempunyai rasa tanggung jawab dan disiplin yang tinggi dapat dipastikan akan dapat bekerja dengan baik dan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Hal ini dikarenakan semua orang yang terlibat dalam proses kerja akan menjalankan tugasnya dengan baik. (As ad, 2008). Nawawi (2003) mengatakan kedisiplinan kerja merupakan harapan dan keinginan semua pihak, bukan saja dari pihak perusahaan yang ingin mencapai keuntungan dan kemajuan tetapi juga oleh masyarakat pada umumnya, terlebih dalam jasa pelayanan rumah sakit yang sangat membutuhkan ketetapan dan kecepatan dalam penanganan pasien. Oleh karena itu perawat sebagai ujung tombak dalam pemberian pelayanan kepada pasien diharapkan selalu mempunyai disiplin kerja yang tinggi dan bekerja dengan penuh tanggung jawab. Perawat sebagai salah satu aset yang penting dalam penyelenggaraan sarana kesehatan memiliki peran yang sangat penting, selain sebagai tenaga paramedis untuk merawat pasien. Oleh karena tugas-tugas yang sangat penting tersebut maka perawat seyogyanya memiliki kedisiplinan kerja yang tinggi. Sebagai contoh tentang 1

2 kedisiplinan kerja dikaitkan dengan risiko yang mungkin terjadi. Bagi perawat yang tidak disiplin keterlambatan menangani pasien (bahkan dalam hitungan detikpun) akan sangat membahayakan keselamatan nyawa pasien. Salah satu contoh hasil penelitian berkaitan dengan disiplin kerja, dilakukan oleh Nugroho (2004) di beberapa puskesmas di Jawa Tengah. Penelitian tersebut menyatakan tingkat kepatuhan atau kedisiplinan perawat masih di bawah standar, Gambaran hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel I.1 Tabel 1.1 Hasil Evaluasi Disiplin Kerja Perawat Puskesmas di Jawa Tengah Kriteria Kedisiplinan Kedisiplinan Perawat PNS Perawat (non PNS) Tidak Mengikuti Apel 29,8 % 32,1 % Datang Terlambat 43,6 % 56,4 % Pulang sebelum Waktunya 45,2 % 43,25 % Pergi tanpa keterangan saat jam kerja 30,55 % 32,75 % Tidak Masuk Kerja Tanpa Keterangan 27,45 % 26,8 % Hasil tabel 1 di atas menunjukkan tingkat kedisiplinan kerja yang belum optimal, bahkan untuk indikator datang terlambat dan pulang sebelum waktunya mencapai 40% lebih, baik pada perawat PNS maupun non PNS. Tingginya angkat ketidaksiapan SDM khususnya perawat merupakan salah satu indikator masih rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan oleh seluruh komponen sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pelayanan. Sebagai

3 contoh beberapa penelitian sebelumnya telah banyak membahas baik yang berkaitan dengan kinerja karyawan di rumah sakit, antara lain: 1) Sumijatun (1996) melakukan penelitian deskriptif analitik yang bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kompetensi supervisi dari Kepala perawat dalam area personil keperawatan, lingkungan dan peralatan, asuhan keperawatan serta pendidikan dan pengembangan staf dengan pendekatan kuantitatif dan bersifat crossectional. Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat kompetensi Kepala perawat dalam hal supervisi masih kurang dan pelaksanaan uraian tugas Kepala perawat yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 2) Pabuti (2001) dari 4 area yang diteliti oleh Sumijatun, selanjutnya dilakukan penelitian di RS dr.m Djamil Padang, dengan hasil 76% Kepala perawat mempunyai kompetensi manajemen yang rendah dalam mengelola pendidikan dan pengembangan staf. Ternyata tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara karakteristik Kepala perawat yang meliputi umur, pendidikan formal, dan pengalaman kerja dengan tingkat kemampuan manajemen, tetapi terbukti adanya hubungan yang bermakna antara pelatihan manajemen dengan tingkat kemampuan manajemennya. 3) Warsito (2006) dalam penelitiannya di RSJD Amino Gondohutomo Semarang mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi perawat tentang fungsi manajerial Kepala perawat yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan manajemen asuhan keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, evaluasi

4 dan pendokumentasian asuha n keperawatan. Hasil penelitian menunjukan variabel pengarahan dan pengawasan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 4) Wahyuni (2007) pada penelitian yang dilakukan pada perawat RSUD Banjarnegara menyatakan bahwa bahwa sebesar 30 % lebih keluhan pasien rawat inap ditujukan kepada pelayanan keperawatan dan hasil survey kepuasan pasien yang dilakukan dari sebanyak 296 orang responden yang diteliti ternyata prosentase pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan keperawatan (keramahan dan ketanggapan) hanya 61 %, angka tersebut masih di bawah standar mutu yang ditetapkan oleh manajemen Rumah Sakit yaitu sebesar 80%. Penelitian tersebut juga menyebutkan hasil evaluasi kinerja Kepala perawat menunjukan belum terlaksananya peran dan fungsi serta uraian tugas Kepala perawat. Padahal jika dilihat dari riwayat pelatihan yang pernah diikuti, sebenarnya 70% Kepala perawat pernah mengikuti Pelatihan Manajemen Bangsal, sedangkan kalau ditinjau dari aspek ketenagaan masing-masing ruangan telah mempunyai tenaga yang cukup memadai guna pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Profesional 5) Azhar (2010) pada penelitian yang telah dilakukan di perusahaan PT.Indofarma (Persero) Tbk. Cikarang Barat, Cibitung-Bekasi, Jawa Barat, menyatakan bahwa gaya kepemimpinan konsultatif direktif, partispatif, dan delegatif cenderung menghasilkan motivasi kerja yang tinggi. Keluhan terhadap mutu pelayanan kesehatan seringkali dimunculkan oleh masyarakat dengan berbagai macam cara antara lain sebagai berikut : (a) adanya

5 perasaan tidak puas dinyatakan secara tertulis lewat surat yang dilayangkan ke media massa seperti surat kabar, radio, kotak saran, dan sebagainya, (b) Perasaan tidak puas dinyatakan dalam bentuk kemarahan sesaat di depan petugas pelayanan kesehatan, dan (c) Perasaan tidak puas dinyatakan dalam bentuk perbuatan, misalnya adanya kecenderungan untuk tidak berobat ulang pada institusi pelayanan tersebut. Pada lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian yaitu ruma h sakit Dr Oen Solo Baru juga bermasalah dengan kedisiplinan kerja perawat. Melalui hasil wawancara dengan salah seorang keluarga pasien diceritakan sering terlihat perawat sibuk dengan kegiatan pribadi yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, misalnya bermain game baik melalui HP dan komputer, membaca koran atau majalah populer, ketika diminta tolongpun perawat hanya menangani sekedarnya saja, lambat dan kurang cekatan, meskipun tidak terjadi setiap hari pada banyak perawat, namun hal tersebut tetap saya berpengaruh buruk terhadap rumah sakit secara umum. Kedisiplinan kerja tidak muncul begitu saja tetapi merupakan suatu proses belajar yang terus menerus. Banyak faktor yang mempengaruhi disiplin kerja, salah satunya yaitu kepemimpinan. Beberapa penelitian berkaitan dengan kepemimpinan antara lain dilakukan oleh Suwandi (dalam Suranta, 2002) menyatakan keberadaan pemimpin dalam organisasi atau perusahaan adalah sangat penting karena pemimpin memiliki peranan yang sangat strategis dalam mencapai tujuan perusahaan, tanpa kepemimpinan yang baik akan sulit untuk mencapai tujuan organisasi. Lebih lanjut Suranta (2002) melakukan studi untuk menguji hubungan antara gaya kepmimpinan dan keefektifan kepemimpinan, kinerja bawahan, kepuasan bawahan usaha bawahan

6 dan komitmen bawahan. Hasil riset tersebut menyatakan bahwa kepemimpinan kharismatik lebih efektif pada meningkatkan kinerja bawahan. Kepemimpinan menurut Rivai (2003) meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompoknya dan budayanya. Sedangkan gaya kepemimpinan adalah adalah sekumpulan ciri-ciri yang digunakan untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai atau dapat dika takan pula bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh pemimpin. Gaya kepemimpinan akan berpengaruh dalam mengarahkan setiap perawat yang berada dalam unit-unit pelayanan yang berbeda. Fungsi kepemimpinan dalam hal ini berperan mengarahkan, membimbing, dan menanamkan makna pelayanan yang diberikan kepada pasien sehingga perawat bekerja secara profesional. Kesalahan-kesalahan yang dilakukan perawat dapat disebabkan kurangnya pengarahan dan koordinasi yang diberikan pemimpin. Pengarahan yang dimaksud misalnya menyangkut uraian tugas, peran, dan fungsi setiap kategori perawat baik berdasarkan jenjang atau jenis pendidikan keperawatan maupun dari kualifikasi tenaga perawat (Wulan dan Hastuti, 2010). Jewel dan Siegall, (2010) mengemukakan ada beberapa gaya kepemimpinan, salah satu diantaranya adalah gaya kepemimpinan demokratik, gaya kepemimpinan ini dalam menjalankan tugasnya pimpinan mendelegasikan wewenangnya secara luas. Pembuatan keputusan selalu dirundingkan dengan para bawahan, sehingga

7 pimpinan dan bawahan bekerja sebagai tim. Pimpinan memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada bawahan tentang tugas dan pekerjaan bawahan. Diperkuat oleh hasil penelitian Effendi (2004) mengemukakan bahwa para bawahan yang berada di bawah gaya kepemimpinan demokratis melaksanakan pekerjaannya dengan penuh gairah dan akan terus bekerja sekalipun pemimpin tidak mengawasinya. Bawahan telah memiliki kesadaran yang tinggi terhadap tugastugasnya sehingga mau melaksanakan pekerjaannya dengan patuh dan sukarela. Pada organisasi rumah sakit, kepala perawat adalah pimpinan yang langsung membawahi perawat pelaksana dan pelaksanaan tugas perawat di ruang rawat inap merupakan suatu unsur proses dalam manajemen rumah sakit. Unsur proses didalam manajemen sangat berpengaruh terhadap output/keluaran rumah sakit. Walaupun keduanya itu merupakan suatu proses, tetapi antara kepala perawat dengan pelaksanaan tugas perawat akan saling berpengaruh terhadap keberhasilan pelayanan di rumah sakit (Mahfoedz, 2009) Gaya kepemimpinan demokratik diharapkan dapat diterapkan secara efektif oleh kepala perawat sehingga setiap keputusannya merupakan keputusan bersama, anggota kelompok diberi kebebasan untuk melontarkan pikirannya, menyatukan pendapatnya dan menyampaikan gagasannya, tetapi wajib tunduk kepada keputusan mayoritas anggota kelompok. Kepala perawat sebagai kepala unit pelaksana fungsional dan unit-unit lain sangat mempengaruhi pelayanan keperawatan, maka komunikasi, integrasi dan koordinasi antar unit di rumah sakit harus digalakan. Kepala perawat harus mampu menjadi koordinator yang aktif, motor yang

8 menggerakkan dan mengembangkan seluruh sistem pekerjaan bawahan sehingga muncul perilaku kedisiplinan kerja yang tinggi pada semua perawat. Pada spektrum yang lebih luas, manajer atau pemimpin merupakan subjek yang sangat menentukan efektif atau tidaknya manajemen organisasi. Kegagalan sistem memacu tujuan sebagian besar adalah akibat langsung dari ketidakmampuan faktor manusia bergerak secara kondusif dan ketidakmampuan itu adalah buah dari rendahnya kemampuan pimpinan. (Mahfoedz, 2009) RS. Dr. Oen Surakarta memiliki unit-unit pelayanan yang berbeda-beda dikepalai oleh seorang Kepala perawat. Kepala perawat mempunyai tugas antara lain: mengevaluasi kinerja perawat, melakukan perencanaan, pengawasan, serta pengarahan pada bawahan. Setiap Kepala perawat memiliki karakter pribadi yang berbeda-beda. Perbedaan karakter tersebut akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya masing-masing. Penerapan gaya kepemimpinan yang tepat apat memberikan pengaruh yang positif bagi perawat misalnya mendorong pengembangan keahlian dan keterampilan perawat sehingga mampu bekerja secara profesional, cepat, dan tepat. Sebaliknya, penerapan gaya kepemimpinan yang salah dapat menurunkan kinerja perawat misalnya bekerja secara kaku dan daya kritis perawat tidak berkembang, serta kurang disiplin dalam bekerja karena pengawasan kurang maksimal. Berdasarkan ulasan tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah: Apakah ada hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. Mengacu pada rumusan masalah tersebut maka

9 peneliti ingin mengetahui secara empiris dengan melakukan penelitian berjudul: Hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja. 2. Mengetahui tingkat persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dan kedisiplinan kerja. 3. Mengetahui sumbangan efektif persepsi terhadap kepemimpinan demokratik terhadap kedisiplinan kerja. C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : 1. Bagi Pimpinan Instansi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi mengenai hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja sehingga pimpinan dapat menyusun strategi yang tepat untuk meningkatkan kedisiplinan kerja perawat.

10 2. Bagi subjek penelitian Hasil penelitian memberikan gambaran mengenai hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik kepala perawat dengan kedisiplinan kerja sehingga perawat memahami bahwa persepsi terhadap kepemimpinan demokratik merupakan faktor yang berperan penting dalam peningkatan kedisiplinan kerja. 3. Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini memberikan informasi dan hasil secara empiris tentang hubungan antara persepsi terhadap kepemimpinan demokratik dengan kedisiplinan kerja sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.