Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuan mendengar dan berkomunikasi dengan orang lain. Gangguan

ABSTRAK. Kata Kunci: Gangguan Pendengaran, Audiometri

Kesehatan telinga siswa Sekolah Dasar Inpres 1073 Pandu

4.3.1 Identifikasi Variabel Definisi Operasional Variabel Instrumen Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hearing loss atau kurang pendengaran didefinisikan sebagai kurangnya

SURVEI KESEHATAN TELINGA PADA ANAK PASAR BERSEHATI KOMUNITAS DINDING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. otitis media dibagi menjadi bentuk akut dan kronik. Selain itu terdapat sistem

BAB V PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 60 pasien geriatri di Poliklinik Geriatri dan

KESEHATAN TELINGA DI SEKOLAH DASAR INPRES KEMA 3

Pentingnya Menjaga Kesehatan Telinga KAMI BEKERJA UNTUK BANGSA INDONESIA YANG LEBIH SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GANGGUAN PENDENGARAN DI KAWASAN KEBISINGAN TINGKAT TINGGI (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa) Andina Bawelle, Herlina Jusuf, Sri Manovita Pateda 1

BAB I PENDAHULUAN. dari anatomi lokal yang unik. Kanalis auditorius adalah satu-satunya cul-desac

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul yang terjadi lebih dari 3

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN JENIS OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012.

BAB I PENDAHULUAN. non-infeksi makin menonjol, baik di negara maju maupun di Negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan profil kesehatan provinsi Daerah Istimewa. Yogyakarta tahun 2012, penyakit infeksi masih menduduki 10

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

SURVEI KESEHATAN TELINGA MASYARAKAT PESISIR PANTAI BAHU

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SERUMEN PROP. Angga Rizky Permana Dina Nurfadhilah Khairi Maulana Azhari Isnaini Syakira

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional secara utuh yang dimaksudkan untuk meningkatkan derajat kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di Indonesia, mencatat populasi kelompok usia anak di. 89,5 juta penduduk termasuk dalam kelompok usia anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Survei yang dilakukan oleh Multi Center Study (MCS) menunjukkan bahwa

HUBUNGAN ANTARA KEBISINGAN DENGAN FUNGSI PENDENGARAN PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI COLOMADU KARANGANYAR

BAB 1 PENDAHULUAN. praktik kedokteran keluarga (Yew, 2014). Tinnitus merupakan persepsi bunyi

BAB 1 PENDAHULUAN. dokter bagian Telinga Hidung Tenggorok (THT) (Bashirudin et al, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. kematian terbesar kedua di dunia setelah Human Immunodeviciency Virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut kajian,

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

IDENTITAS I.1. IDENTITAS RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Diponegoro Riestya Aryani Wasikto ( )

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

PERMAINAN ULAR TANGGA MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP ANAK SEKOLAH DASAR DALAM PENCEGAHAN IMPAKSI SERUMEN DI SDN TAMBAKSARI III SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. Dari hasil WHO Multi Center

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. bayi dengan faktor risiko yang mengalami ketulian mencapai 6:1000 kelahiran

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

Sahniriansa Sahionge,2013. Pembimbing I : Decky Gunawan,dr.,M.Kes.AIFO Pembimbing II : Endang Evacusiany,Dra.Apt.MS.AFK

Pemeriksaan Pendengaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

BAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN jiwa dan Asia Tenggara sebanyak jiwa. AKI di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN PENGELOLAAN AWAL INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

BAB 1 PENDAHULUAN. pendengaran yang bersifat progresif lambat ini terbanyak pada usia 70 80

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah penyebab utama dari penurunan pendengaran. Sekitar 15 persen dari orang

BAB 1 : PENDAHULUAN. disatu pihak masih banyaknya penyakit menular yang harus ditangani, dilain pihak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization memperkirakan secara kasar bahwa di dunia terdapat ±120

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

BAB III METODE PENELITIAN. Bolango dan waktu penelitian di laksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di dunia. Kanker

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. (BBLR) atau Low Birth Weight (LBW) sebagai bayi dengan berat badan lahir yang kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. mungkin akan terus meningkat prevalensinya. Rinosinusitis menyebabkan beban

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Diajukan Oleh : RIA RIKI WULANDARI J

BAB I PENDAHULUAN. Tonsilitis kronis merupakan penyakit yang paling sering dari semua

BAB I PENDAHULUAN. bulan terbukti dapat mencegah segalakonsekuensi tersebut. The Joint

Kata kunci : Rumah Sakit, Infeksi Nosokomial, Antiseptic Hand rub Kepustakaan : 55 (15 Jurnal+20 Buku+6 Skrispi & tesis+14 Website)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi bersifat observasional analitik dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai negara dalam beberapa tahun terakhir. Presentase bedah sesar di Ameika

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

BAB I PENDAHULUAN. lahir adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Angka tersebut merupakan indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH PAPARAN BISING TERHADAP AMBANG PENDENGARAN SISWA SMK NEGERI 2 MANADO JURUSAN TEKNIK KONSTRUKSI BATU BETON

umur tahun berjumlah 2.9 juta jiwa (Susenas, 2006).

ANGKA KEBERHASILAN MIRINGOPLASTI PADA PERFORASI MEMBRANA TIMPANI KECIL, BESAR, DAN SUBTOTAL PADA BULAN JUNI 2003 SAMPAI JUNI 2004

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan audiometri nada murni (Hall dan Lewis, 2003; Zhang, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. hidung dan sinus paranasal ditandai dengan dua gejala atau lebih, salah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH. Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : REIHAN ULFAH J

BAB I PENDAHULUAN. terdiagnosis pada masa kanak-kanak dengan bangkitan awal sebelum 18

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Pendengaran adalah salah satu indera yang memegang peran sangat

Transkripsi:

Endang Martini* 1 2 3 Sumardiyono 4 1 IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 4 No 1 - Januari 2017 Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah *e-mail: endmartini@gmail.com speech ability development. Unlike the other disability, hearing disability in children is not clearly visible. the examination of ear function among school children and to educate healthy behaviors in children. the ear canal by 33% of the total number of children examined. For education, the children followed a Gangguan fungsi pendengaran pada anak perlu dideteksi sedini mungkin mengingat peranan fungsi pendengaran sangat penting dalam proses perkembangan bicara. Berbeda dengan keadaan cacat tubuh yang lain, cacat dengar pada anak tidak terlihat dengan jelas. Cacat dengar pada anak dapat menyebabkan gangguan dalam berbahasa, baik untuk menerima maupun menyampaikan pesan yang mendeskripsikan hasil pemeriksaan telinga pada anak-anak sekolah dan memberikan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat pada anak-anak. Metode penelitian menggunakan jenis observasional deskriptif wawancara, sedangkan penilaian kesehatan telinga dilakukan pemeriksaan serumen pada liang telinga secara keseluruhan ditemukan serumen pada liang telinga sebesar 33% dari total anak yang diperiksa. 110

I. PENDAHULUAN Gangguan pendengaranmasih merupakan masalah kesehatan yang belum mendapat perhatian serius dari masyarakat karena gejalanya tidak tampak dari luar.gangguan ini penderitanya terisolasi dari lingkungan. Pada mempengaruhi perkembangannya hingga penurunan pendengaran lebih dari 40 desibel (db) pada dewasa dan lebih dari 30 db pada anak (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs300/ en/ (WHO) memperkirakan terdapat 278 juta orang di 75-140 juta diantaranya terdapat di Asia Tenggara. (183 juta laki-laki dan 145 juta perempuan) dan jumlah penderita gangguan pendengaran ternyata cukup banyak. Kementerian Kesehatan pada 1993 1996 pernah mengadakan Survei Nasional Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran di 7 propinsi di Indonesia. Hasilnya menemukan bahwa jumlah penderita gangguan pendengaran mengalami ketulian sebanyak 850.000 jiwa atau (http://www.depkes. go.id/pdf.php?id=840 terbaru yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan RI. Gangguan pendengaran mengakibatkan produktivitas menurun dan biaya hidup tinggi. Ini dikarenakan telinga mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan sehari-hari. Menurut lebih besar dari membaca yang hanya menyerap usia anak sekolah sebagian besar diakibatkan oleh adanya sumbatan kotoran telinga (serumen prop). Survei yang dilakukan oleh Profesi Perhati FK UI di beberapa sekolah di 6 kota di Indonesia menunjukkan prevalensi serumen prop pada anak http://www.depkes.go.id/ pdf.php? id=840 Masalah gangguan pendengaran pada anak sekolah ini perlu diatasi dengan memberikan pelayanan kesehatan indera pendengaran yang optimal sebagai upaya kuratif dan rehabilitatif terhadap anak usia sekolah. Selain itu perlu pula dilakukan upaya preventif dan promotif dengan melakukan skrining gangguan pendengaran dan edukasi tentang higiene telinga yang benar dan upaya perubahan perilaku. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kejadian ganguan pendengaran dan kebiasaan pembersihan telinga pada anak-anak sekolah dasar. 111

II. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan observasional analitik dengan disain cross sectional. Tim peneliti mendatangi langsung pendengaran serta wawancara dengan siswasiswi yang menjadi subjek penelitian. Kelompok sasaran penelitian adalah siswa kelas I Sekolah Dasar yang digunakan sebagai lokasi penelitian yaitu satu Sekolah Dasar Swasta dan satu sekolah Dasar Negeri di Kota Surakarta. Pengambilan data dilakukan peneliti bekerjasama dengan Kelompok Kerja Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan Ketulian (PGPKT) Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorok Bedah telinga sebelumnya? Analisis data deskriptif menyajikan data karakteristik subjek dan hasil jawaban kuesioner. Analisis korelasi hubungan antar variabel menggunakan uji statistik. III. HASIL PENELITIAN Gambaran kegiatan penelitian dapat terlihat pada foto-foto dokumentasi pada gambar 1 dan 2. oleh dokter muda stase IKM FK UNS. Kegiatan skrining pendengaran dilakukan tenggorokan (THT) oleh dokter spesialis THT 33 orang siswa SD Negeri. Perbedaan jumlah siswa dikarenakan pada SD Swasta terdapat 4 kelas yang masing-masing kelas terdiri dari 43-45 Gambar 1. Pemeriksaan serumen liang telinga dalam rangka Skrining Pendengaran Kelas dengan jumlah siswa 33 siswa dalam satu tahun ajaran dalam hal ini tahun 2016. Selanjutnya dilakukan survei perilaku terkait kesehatan telinga melalui tanya-jawab dengan para siswa yang diperiksa pendengarannya sehubungan dengan data pendukung untuk kasus gangguan pendengaran. Daftar pertanyaan untuk anak yaitu: Apakah dalam satu minggu terakhir digunakan ketika membersihkan liang telinga? Apakah sudah pernah merasakan gangguan Gambar 2. Wawancara sambil Siswa mengikuti lomba mewarnai 112

Jumlah siswa-siswi yang mengikuti kegiatan penelitian ini berjumlah 205 orang dengan perincian laki-laki berjumlah 116 orang dan perempuan 89 orang. Dari sejumlah siswa yang memiliki kebiasaan membersihkan telinga dalam yang tidak memiliki kebiasaan membersihkan telinga sejumlah 41 orang. Dari siswa-siswa yang memiliki kebiasaan membersihkan telinga tersebut menggunakan alat berupa lidi kapas sejumlah 143 dari 205 orang siswa merasakan gangguan telinga sebelumnya sejumlah 25 orang dan yang tidak merasakan gangguan telinga sebelumnya Tabel 3. Alat yang Digunakan Untuk Membersihkan Telinga Pada Siswa 1 SD Swasta dan 1 SD Negeri di Surakarta No. Variabel Jumlah n 1. Cotton bud 143 90 2. 3 2 3. Peniti 8 4 4. 8 4 Jumlah 205 100 Tabel 4. Riwayat Sakit Telinga Sebelumnya Pada Siswa 1 SD Swasta dan 1 SD Negeri di Surakarta No. Variabel Jumlah n 1. Mempunyai riwayat sakit 25 12 telinga sebelumnya 2. Tidak mempunyai riwayat 180 88 sakit telinga sebelumnya Jumlah 205 100 tabel 6 adalah ringkasan hasil uji statistik. Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian Pada Siswa 1 SD Swasta dan 1 SD Negeri di Surakarta No. Jenis Kelamin Jumlah n 1. 116 57 2. Perempuan 89 43 Jumlah 205 100 Tabel 2. Kebiasaan Membersihkan Telinga Pada Siswa 1 SD Swasta dan 1 SD Negeri di Surakarta No. Variabel Jumlah n 1. Mempunyai kebiasaan 164 80 membersihkan telinga seminggu terakhir 2. Tidak Mempunyai 41 20 kebiasaan membersihkan telinga seminggu terakhir Jumlah 205 100 Tabel 5. Hasil Skrining Pendengaran Pada Siswa 1 SD Swasta dan 1 SD Negeri di Surakarta Nama Sekolah Kelas Jumlah Siswa Kasus Serumen SD Swasta IA 44 8 IB 43 14 IC 43 9 ID 42 10 SD Negeri I 33 26 Jumlah 205 orang 67 kasus kasus kasus total 113

Swasta dan 1 SD Negeri di Surakarta Hipertensi Tidak ada riwayat Ada riwayat Jumlah gangguan telinga gangguan telinga n n n Jenis 97 19 116 100 Kelamin Perempuan 83 6 89 100 Jumlah 180 25 205 100 X p C IV. PEMBAHASAN 1. Jenis kelamin subjek penelitian Gambaran umum dari siswasiswi yang dilakukan skrining gangguan pendengaran secara keseluruhan menunjukkan sedikit perbedaan dengan penelitian sebelumnya pada permasalahan adanya riwayat ganguan sakit telinga yang masing-masing dialami oleh anak laki-laki data pada tabel 6. dalam penelitiannya diperoleh informasi bahwa gngguan pendengaran berdasarkan jenis kelamin tidak terdapat perbedaan yang sebab kedua-duanya mengalami gangguan riwayat sakit telinga antara siswa laki-laki yang ditunjukkan oleh hasil uji statistik Chi (X jenis kelamin mempengaruhi riwayat sakit Husein (2011) tentang kesehatan telinga dan pendengaran pada murid SD/MI kelas yang menympulkan bahwa skrining pendengaran dilaksanakan sejak masa anak baik lakilaki maupun perempuan karena skrining pada anak taman kanak-kanak dan sekolah dasar (SD/MI) sebagai langkah awal untuk mengetahui adanya penyakit telinga maupun gangguan pendengaran sebelum menjadi kerusakan yang lebih lanjut. terlihat persentase anak laki-laki yang memiliki riwayat gangguan sakit telinga Hal ini menunjukkan bahwa anak-laki-laki lebih rentan untuk mengalami gangguan sakit telinga. Menurut Annisakarnadi infeksi telinga merupakan penyakit yang sering diderita anak-anak setelah batuk pilek selesma dan anak lakilaki lebih berisiko mengalami infeksi telinga daripada anak perempuan. Sebagian anak pernah mengalaminya pada umur sekitar 114

telah pernah mengalaminya. Sebagian bisa mengalami komplikasi fatal bila tidak ditangani dengan benar. Infeksi telinga sering disebabkan oleh Streptococcus pneumoniae 3. Alat Yang Digunakan Ketika Membersihkan Dari 164 orang siswa yang membersihkan telinga dalam seminggu kasus) dan Moraxella catarrhalis (median 2. Kebiasaan Membersihkan Telinga dalam Satu Minggu Terakhir Dari keseluruhan jawaban ternyata responden menjawab ya (membersihkan telinga dalam seminggu merupakan alat untuk membersihkan telinga yang dapat dibeli dengan mudah di apotik penggunaan cotton bud ini perlu hatihati dan bantuan orang dewasa apabila anak-anak akan membersihkan telinga. Kehati-hatian ini sangat perlu agar cotton bud tidak masuk terlalu dalam ke dalam sedangkan yang menjawab tidak sejumlah bahwa sebagian besar siswa membersihkan telinga dalam seminggu terakhir. Hal ini perlu menjadi catatan tersendiri bagi telinga supaya agar orang tua siswa lebih memperhatikan/ mambantu anak membersihkan liang telinga secara rutin. Sebagian besar siswa memiliki kebiasaan membersihkan telinga ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh dalam penderita serumen obturans membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud. mengedukasi penderita tentang perilaku membersihkan telinga yang benar sehingga kejadian serumen obturans menurun. maka justru kotoran yang akan terdorong masuk ke dalam telinga sehingga menjadi Serumen obturans. Seperti apa yang disampaikan oleh Al-Maqassary (2013), yang mengatakan serumen obturans adalah serumen yang tidak berhasil dikeluarkan dan menyebabkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus. Serumen obturans merupakan masalah yang cukup tinggi di dunia. Pada bulan November 2011 April 2012 di RSUD Raden Mattaher Jambi terdapat 337 penderita serumen obturans. Sumbatan serumen dapat mengakibatkan dan vertigo. Serumen obturans disebabkan oleh kebiasaan yang tidak benar. Kebiasaan membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud dapat 115

menyebabkan serumen terdorong ke arah membran timpani sehingga pengeluarannya semakin sulit dan menyebabkan sumbatan pada telinga. Selain itu penggunaan cotton bud juga dapat melukai liang telinga dan dapat menyebabkan hematoma dan otitis eksterna. 4. Gangguan Telinga Sebelumnya Pada pertanyaan apakah sudah pernah merasakan gangguan telinga sebelumnya; dari 205 orang siswa-siswi merasakan gangguan pada telinga 5. Hasil Pemeriksaan Telinga oleh Dokter Pelaksanaan skrining pendengaran berupa pemeriksaan serumen pada liang terhadap 205 orang siswa yang tersaji pada tabel 5 terlihat bahwa persentase kasus temuan serumen pada liang telingan siswa- Apabila dilihat masing-masing Sekolah Dasar maka kasus yang ditemukan di dibandingkan dengan temuan kasus di SD bahwa sebagian besar tidak merasakan adanya gangguan pendengaran sebelum dilakukan pemeriksaan telinga dalam rangka skrining pendengaran. Walaupun tetap memeriksakan secara rutin kesehatan pendengaran putra-putrinya karena fungsi pendengaran sangatlah penting pada mendengarkan guru dalam menerima pelajaran. Riwayat gangguan pendengaran karena pendengaran merupakan salah satu indera yang penting dalam mendukung kemampuan berbahasa meliputi Tinggi kasus gangguan pendengaran pada anak SD ini perlu mendapat perhatian serius karena menurut Azwar (2013) yang menyatakan bahwa gangguan pendengaran pada anak perlu dideteksi sedini mungkin mengingat pentingnya peranan fungsi pendengaran dalam proses perkembangan bicara. Keterlambatan dalam diagnosis berarti pula terdapat keterlambatan untuk memulai intervensi dan akan membawa dampak serius dalam perkembangan et.al menyatakan juga bahwa pada 513 orang pasien keterlambatan bicara didapatkan pendengaran. Demikian juga pendapat sebelumnya yang sama disampaikan oleh berkomunikasi. Gangguan pendengaran merupakan ketidakmampuan secara parsial atau total untuk mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga (Willisari dan memegang peranan yang sangat penting bagi anak dalam mempelajari bicara dan kognitif. Anak belajar berbicara berdasarkan 116

gangguan pendengaran yang dialami anak sejak lahir akan mengakibatkan keterlambatan berbicara dan berbahasa. V. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN 1. untuk membersihkan telinga yang paling memeriksakan diri ke dokter spesialis THTlanjut. DAFTAR PUSTAKA Al-Maqassary. Gejala Serumen Obturans dan Perilaku Penderita Terhadap Membersihkan Telinga di Poliklinik Tht Rsud Raden Mattaher Jambi. Kode Jurnal:. http://www.e-jurnal. com/2014/10/gejala-serumen-obturansdan-perilaku.html. Annisakarnadi, 2014. Otitis Media Akut (Radang Telinga Tengah). https://duniasehat. net/ 2014/03/21/otitis-media-akut-radangtelinga-tengah/. Posted March 21.2014 Deteksi Dini Gangguan Pendengaran Pada Anak. pada pemeriksaan skrining pendengaran ditemukan kasus yang perlu tindakan 2. Anak laki-laki lebih berisiko mengalami infeksi telinga daripada anak perempuan. SARAN 1. Kebiasaan membersihkan telinga yang perlu berhati-hati dalam menggunakan alat pembersih supaya tidak mendorong serumen masuk lebih dalam ke liang telinga. 2. Bagi siswa yang tidak merasakan adanya Gangguan Pendengaran di Kawasan Kebisingan Tingkat Tinggi (Suatu Kasus pada Anak SDN 7 Tibawa). http://kim. ung.ac.id/index.php/kimfikk/ article/ download/10543/10422. Kesehatan Telinga Dan Pendengaran Pada Murid SD/MI Kelas IV, V, VI di Desa Sebani, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Artikel Penelitian. http:/ /penelitian.unair.ac. id/ artikel_ pendengarannya secara rutin setiap 6 bulan SUMOBIT_395_2606. 2010. Telinga Sehat Pendengaran Baik. http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=840 (diakses pada 15 Februari 2016). Gejala Serumen Obturans dan Perilaku Penderita Terhadap Membersihkan Telinga di Poliklinik THT RSUD Raden Mattaher Jambi. 117

. http://online-journal.unja.ac.id/index.php/ kedokteran/article/view/991. Early Detection on Cochlear Impairment Based on Otoacoustic Emissions on Neonatus. Media Jurnal Angka Kejadian Disertai Gangguan Pendengaran pada Anak yang Menjalani Pemeriksaan Pendengaran di Bagian Neurootologi IKTHT-KL RSUP Dr.Moh. Hoesin. Jurnal Psikiatri Surabaya. and page :65 77. http://journal.unair.ac.id/ aspek-psikiatri-gangguan-pendengaran- pada-anak-article-10261-media-69- category-3.html Deafness and Hearing Loss. http://www.who.int/ mediacentre/ factsheets/fs300/en/ (diakses pada 15 Februari 2016). 118