BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB III PEMBAHASAN TENTANG PENERAPAN PENGHITUNGAN, PEYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 ATAS WAJIB PAJAK BADAN.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

MEKANISME PERHITUNGAN PPH OP KARYAWAN PADA PT. VIRAJAYA RIAUPUTRA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tanpa balas jasa yang dapat ditunjuk secara langsung.

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia sistem pemungutan pajak yang berlaku adalah Self Assessment

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH definisi pajak yaitu iuran rakyat

BAB II LANDASAN TEORI. sudut pandang yang digunakan oleh masing-masing ahli pada saat merumuskan. Definisi pajak menurut para ahli sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

PENYELESAIAN SENGKETA PAJAK INTERNAL DJP; PENGADILAN PAJAK; DAN MAHKAMAH AGUNG.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) tujuan pembangunan tersebut. Untuk mencapai pembangunan itu maka pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelah memperoleh NPWP

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

PENGANTAR PERPAJAKAN HAK WAJIB PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dimana pendapatan terbesar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut P. J. A. Adriani yang telah diterjemahkan oleh R.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara. Hal ini dapat dilihat dari persentase dalam APBN tahun 2006 yang terdiri

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB III GAMBARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang,

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011):

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Landasan Hukum: Pasal 25 UU PPh PMK No. 208/ PMK.03/ 2009 Keputusan Dirjen Pajak No. KEP.537/ PJ./ 2000

PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN. Mangasi Sinurat, SE, M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara.adapun beberapa

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS KARYAWAN PADA PT. BUMI SRIWIJAYA ABADI

Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh. untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB II ` KAJIAN PUSTAKA. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB II BAHAN RUJUKAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB II KETENTUAN UMUM dan TATA CARA PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PAJAK 25

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Dalam buku Malcolm Gillis menyatakan bahwa reformasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

PENGERTIAN DAN DEFINISI CIRI CIRI YANG MELEKAT PADA DEFINISI PAJAK ISTILAH-ISTILAH PERPAJAKAN

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. karena sumber-sumber penerimaan yang lain, selain pajak seperti pendapatan

: bahwa yang menjadi pokok sengketa adalah pengajuan gugatan terhadap Surat

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar, dana yang

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Penghasilan : Definisi pajak yang dikemukakan oleh S.I.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Apabila membahas pengertian pajak banyak para ahli dalam bidang perpajakan yang memberikan pengertian mengenai pajak, diantaranya : Menurut Djajadiningrat dalam Resmi (2011: 1) menyatakan bahwa: Pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara Langsung, untuk memelihara kesejahteraan secara umum. Menurut Sumitro dalam Resmi (2011 : 1) Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplus -nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah : 15

16 1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang bersifat dapat dipaksakan. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. 4. Pajak diperuntukan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah. 1.2 Fungsi Pajak a. Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah. b. Fungsi Mengatur (Reguler) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidan sosial dan ekonomi. 1.3 Sistem Pemungutan 1. Official Assesment System Sistem ini member kewenamgan pemerintah untuk memecahkan besarnya pajak yang terutang. Cirri cirri Official Assesment adalah : a. Wewenang untuk menetapkan besarnya pajak terutang berada pada fiskus.

17 b. Wajib Pajak bersifat Pasif. c. Utang Pajak timbul setelah dikeluarkannya Surat Ketetapan Pajak oleh Fiskus. 2. Self Assessment System Sistem ini memberi wewenang kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. 3. Withhoulding System Sistem pemungutan pajak ini memberi kewenangan kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. 1.4 Tarif Pajak Menurut Modul Kursus Sertifikasi Konsultan Pajak A&B Edisi 2015 IKPI, tarif pajak terbagi menjadi : 1. Tarif Marginal Persentase tarif ini berlaku untuk suatu kenaikan dasar pengenaan pajak pada tarif PPh. 2. Tarif Efektif Persentase tarif pajak yang efektif berlaku atau harus diterapkan atas dengan pengenaan pajak tertentu. Misalnya, jika diketahui Penghasilan Kena Pajaknya sebesar Rp30.000.000, dengan menggunakan tarif pasal 17 UU PPh,

18 pajaknya dapat diketahui sebesar Rp1.750.000 (5% x Rp25.000.000 + 10% x Rp5000.000). Dengan demikian efektifnya adalah Rp1.075.000 / Rp30.000.000 atau setara dengan 5.83%. 1.5 Pengertian PPh Pasal 25 Pajak Penghasilan Pasal 25 merupakan angsuran PPh yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan dalam tahun pajak berjalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 UU No. 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak dalam membayar pajak terutang. Angsuran PPh Pasal 25 tersebut dapat dijadikan kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Tahunan PPh). Menurut Mardiasmo, 2008 menjelaskan bahwa : ketentuan pasal 25 undang-undang pajak penghasilan mengatur tentang perhitungan besarnya angsuran bulanan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan.

19 1.6 Subjek Pajak Penghasilan Pasal 25 Yang merupakan Subjek pemungutan PPh Pasal 25 adalah Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak Badan tidak termasuk bentuk usaha tetap. 1.7 Objek Pajak Penghasilan Pasal 25 Yang merupakan objek pemungutan PPh Pasal 25 adalah Wajib Pajak membayar sendiri (PPh pasal 25), yaitu pajak yang terhutang lebih besar dari pajak yang dipotong atau dipungut oleh pihak ketiga (kredit pajak). 1.8 Dasar Perhitungan PPh Pasal 25 PPh menurut SPT Tahunan PPh tahun lalu Pengurangan/Kredit Pajak : PPh Pasal 21 PPh Pasal 22 PPh Pasal 23 PPh Pasal 24 Total Kredit Pajak Pajak yang masih harus dibayar Angsuran PPh Pasal 25 = Pajak yang masih harus dibayar 12 Lalu Angsuran PPh Pasal 25 dibayarkan tiap bulan pada masa pajak berikutnya.

20 1.8.1 Hal-Hal Tertentu Untuk Perhitungan Besarnya Angsuran PPh Pasal 25 Direktur Jenderal Pajak diberi wewenang untuk menyesuaikan besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak dalam tahun berjalan, apabila : 1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian. 2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur. 3. SPT Tahunan PPh tahun yang lalu disampaikan setelah lewat batas waktu yang ditentukan. 4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian SPT TahunanPPh. 5. Wajib Pajak membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh yang mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sembelum pembetulan. 6. Terjadi perubahan keadaan usaha kegiatan Wajib Pajak. 1.8.2 Tata Cara Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 25 Berikut ini tata cara pembayaran dan pelaporan PPh Pasal 25 adalah sebagai berikut : 1. PPh Pasal 25 harus dibayar/disetorkan selambat-lambatnya pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir ke kas negara melalui : Kantor Pos, BUMN, BUMD dan Bank. 2. Pajak yang disetorkan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) sesuai dengan PER-44/PJ/2015 atau menggunakan Surat Setoran Elektronik (SSE) yang menggunakan program E-billing oleh DJP.

21 3. Wajib Pajak diwajibkan untuk menyampaikan SPT masa selambatlambatnya 20 (dua puluh hari) setelah Masa Pajak berakhir. 1.8.3 Cara Menghitung PPh Pasal 25 Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan (PPh Pasal 21 ayat (1) adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan : a. Pajak Penghasilan yang dipotong sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 21 dan Pasal 23 serta b. Pajak Penghasilan yang dipungut sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 22; dan c. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh di kreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak. Contoh Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi : Tuan Dias bekerja sebagai karyawan tetap di perusahaan swasta dengan gaji perbulan sebesar Rp5.000.000 dengan status belum menikah dan tidak memiliki tanggungan. Tuan Dias juga memiliki tunjangan makan dan transport masingmasing sebesar Rp200.000 dan Rp100.000. Berapakah PPh terutang tahun 2015 beserta Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun berikutnya?

22 Cara Menghitung : Tuan Dias Gaji Pokok Rp5.000.000 Tunj. Transport Rp 100.000 Tunj. Makan Rp 200.000 Peng. Bruto Rp5.300.000 Pengurang Biaya Jabatan (5%) Peng. Netto Peng. Netto setahun PTKP (TK/0) Penghasilan Kena Pajak (Rp265.000) Rp5.035.000 Rp60.420.000 (Rp36.000.000) Rp24.420.000 PPh Terutang 5% x Rp24.420.000 = Rp1.221.000 Kredit Pajak PPh Pasal 22 = Rp100.000 PPh Pasal 23 = Rp100.000 (Rp200.000) PPh yang masih harus dibayar Rp1.021.000 Angsuran PPh Pasal 25 untuk tahun 2016 (Rp1.021.000 / 12) = Rp85.000 per bulan.

23 1.8.4 Sanksi Keterlambatan Setor Apabila Wajib Pajak membayar PPh Pasal 25 melewati jangka waktu yang telah ditetapkan, maka Wajib Pajak dapat dikenai sanksi dengan ketentuan Pasal 9 ayat (2a) UU KUP. Sanksi bunga yang akan dikenakan adalah 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran. Lain halnya jika Wajib Pajak tidak melakukan pembayaran PPh Pasal 25. Dalam hal ini sanksi bunga 2% dihitung sejak tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan bulan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak (SKP) atau Surat Tagihan Pajak (STP) oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP). www.pembayaranpajak.com.2015 1.8.5 Sanksi Keterlambatan Lapor Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, SSP untuk penyetoran PPh Pasal 25 tersebut berfungsi sebagai SPT Masa PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak yang SSP-nya telah mendapatkan Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN), maka Wajib Pajak tidak perlu lagi menyampaikan lembar ke-3 SSP PPh Pasal 25 kepada KPP karena dianggap telah menyampaikan SPTMasa PPh Pasal 25 (www.pembayaranpajak.com,2015). Namun kini pembayaran telah dilakukan secara online sehingga kini tidak perlu lagi menyampaiakan lembar ke-3 SSP PPh Pasal 25, melainkan hanya sanksi administrasi berupa denda atas keterlambatan lapor atas SSP PPh Pasal 25 yang dikenai sebesar Rp 100.000-, per masa laporan.