BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, kebanyakan siswa tidak diajarkan bagaimana untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

DALAM PEMBELAJARAN AKTIF STUDENT CREATED CASE STUDIES

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian simpulan dapat dibagi dua yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menuntut sekolah

BAB I PENDAHULUAN. lain: 1) guru masih dominan dalam pembelajaran, 2) guru masih

BAB IV HASIL PENELITIAN. Darussalam Bati-Bati Kecamatan Bati-Bati Kabupaten Tanah Laut pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran, komponen yang. pendidik dengan peserta didik yang didukung oleh proses.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup untuk beradaptasi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang sains berada pada posisi ke-35 dari 49 negera peserta. dalam bidang sains berada pada urutan ke-53 dari 57 negara peserta.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia. membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Bertanya dalam kelas adalah aktivitas yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. observasi, eksperimen, penyimpulan, penyusunan teori dan seterusnya. mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya. Berdasarkan penelitian Benyamin S. Bloon (1992)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. individu dapat meningkatkan kualitas keberadaannya, serta mampu

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penjabaran lebih lanjut dan sekaligus sebagai evaluasi dari KBK

A. Latar Belakang Penelitian Mukhamad Ryan,2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah mata

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada anak usia dini dilakukan melalui pemberian rangsangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

A. Latar Belakang. Ratih Leni Herlina, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2015 PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO LAGU DALAM PROSES PEMBELAJARAN TERHADAP PENGUASAAN TABEL PERIODIK PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

PEMBELAJARAN TEMATIK (LEARNING BY DOING) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TEMA PEKERJAAN MENGHASILKAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kognitifnya. Costa (1988) mengkategorikan proses pembelajaran menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal. Dalam era globalisasi yang ditandai dengan. masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global.

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 PALU

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Di era

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baik, manusia yang berbudaya dan berkepribadian baik. Pendidikan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih maksimal saat mengajar di sekolah. adalah matematika. Pembelajaran matematika di sekolah dasar dirancang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

(Penelitian PTK Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Nogosari) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya adalah interaksi atau hubungan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IVA SD Negeri 69 Kota Bengkulu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Heni Sri Wahyuni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengetahuan serta membentuk kepribadian individu. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah pendidikan yang menjadi perhatian saat ini adalah sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian mengenai implementasi program SKS di SMAN 3 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyelesaikan suatu masalah. Hal tersebut berpengaruh terhadap hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang

Pembelajaran IPA Biologi Berbasis Scientific Approach Di SMP Muhammadiyah 2 Depok Sleman

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai bagian kehidupan masyarakat dunia pada era global harus

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Kemampuan bertanya siswa dalam pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasaryang didasarkan atas frekuensi pertanyaan dan tingkatan pertanyaan siswa masih kurang memadai. Frekuensi siswa dalam mengajukan pertanyaan tidak menyebar pada seluruh siswa. Selain daripada itu, kualitas pertanyaan siswa cukup beragam. Sebagian besar pertanyaan siswa termasuk dalam tingkatan menghafal yang didasarkan atas proses kognitif pada Taksonomi Bloom. Proses bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dapat dilihat dari bagaimana cara siswa mengajukan pertanyaan dan cara guru merangsang siswa untuk bertanya. Dalam mengajukan pertanyaan, objek yang diamati saat pembelajaran sangat mempengaruhi siswa. Adanya objek yang disajikan dalam pembelajaran akan mampu merangsang siswa untuk bertanya dan mengembangkan pertanyaan. Pertanyaan yang disampaikan oleh siswa dalam pembelajaran seluruhnya diajukan kepada guru yang menfasilitasi siswa belajar di dalam kelas. Untuk merangsang siswa bertanya, guru menggunakan beberapa cara yang dilakukan. Pertama, guru menyediakan objek untuk diamati oleh siswa. Hal ini merupakan cara yang sangat ampuh dalam merangsang siswa untuk bertanya. Tidak hanya itu, cara seperti ini menggambarkan karakter khas dari Kurikulum 2013 yang menggunakan pendekatan saintifik. Kedua, guru memulai dan mengawali pembelajaran dengan tanya jawab. Siswa yang ingin bertanya difasilitasi oleh guru untuk menjembatani pengetahuan awal siswa dengan materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran. Ketiga, ketika antusias siswa sudah menurun, guru menggunakan kartu tanya sebagai tugas yang diberikan kepada siswa. Hal ini dilakukan sebagai cara yang dapat merangsang siswa bertanya tanpa melalui mekanisme lisan yang terkadang menjadi hambatan siswa dalam

109 belajar. Keempat, guru mengggunakan cara dengan bertanya kepada siswa setiap selesai topik pembelajaran. Cara ini sangat efektif untuk memberikan kesan kepada siswa untuk memahami setiap topik materi yang diberikan. Kelima, mempersiapkan materi yang merangsang siswa bertanya. Cara ini merupakan langkah preventif dalam upaya menciptakan situasi kelas yang mendukung untuk proses pembelajaran. Faktor yang mempengaruhi kemampuan bertanya siswa pada pendekatan pembelajaran saintifik Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar setidaknya dapat dilihat dari kuantitas total pertanyaan yang diajukan guru untuk merangsang siswa. Ditemukan bahwa kuantitas pertanyaan yang diajukan guru berbanding lurus dengan frekuensi pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Selain itu, sebagian besar pertanyaan yang diajukan guru masuk dalam tingkatan menghafal yang didasarkan atas proses kognitif pada taksonomi bloom. Artinya, dari penelitian yang dilakukan, ditemukan kesamaan kemampuan guru dan siswa dalam memberikan pertanyaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sekolah dengan frekuensi pertanyaan siswa yang lebih tinggi memiliki guru yang mengajukan pertanyaan dengan frekuensi yang tinggi pula dalam mengajukan pertanyaan untuk merangsang siswa bertanya. Dalam bertanya, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antusias siswa. Sikap percaya diri dan keberanian siswa menjadi hal yang sangat penting yang menunjukkan sejauh mana siswa tersebut menyampaikan pertanyaan, baik pertanyaan yang diajukan jelas maupun tidak jelas. Selain daripada itu, apresiasi yang ditunjukkan kepada siswa yang lain mampu menjaga situasi pembelajaran untuk tetap kondusif dan merangsang antusias siswa dalam bertanya. Dalam beberapa hal pula, pelajaran yang sesuai dengan pemahaman siswa dimana siswa mampu untuk memahami pelajaran dengan baik akan mampu merangsang siswa aktif bertanya. Hal lainnya adalah faktor guru ketika mengkondisikan lingkungan kelas, mengatur agar pembelajaran tidak jenuh, dan sikap guru yang diberikan ketika interaksi dengan siswa saat pembelajaran. Dalam upaya mengembangkan kemampuansiswa dalam bertanya, guru perlu mengetahui alasan yang mendorong siswa untuk bertanya. Sebagian siswa

110 akan bertanya ketika merasa dirinya tidak mengerti terhadap materi yang disampaikan oleh guru di saat pembelajaran. Adapun rasa ingin tahu dan penasaran yang tertanam pada diri siswa menjadi hal lain yang juga mendorong siswa untuk bertanya tentang konteks ataupun konten dalam pembelajaran. di sisi lain, penugasan kepada siswa untuk bertanya menjadi langkah alternatif yang dapat mendorong siswa bertanya saat pembelajaran. Beberapa siswa yang teridentifikasi sering bertanya ditemukan memiliki beberapa karakteristik. Pertama, siswa tersebut memiliki rasa ingin tahu yang cukup tinggi. Hal ini dapat terlihat dari frekuensi siswa dalam bertanya. Siswa yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tidak hanya aktif bertanya di dalam kelas, akan tetapi menunjukkan kebiasaan yang sama saat di rumah. Kedua, siswa yang kreatif. Hal ini dapat dilihat dari kualitas pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Beberapa siswa bertanya dengan hal yang sebenarnya di luar dari jangkauan usianya. Atau juga dengan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang kurang masuk akal. Ketiga, siswa yang memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Dalam hal ini, siswa yang masuk dalam kategori prestasi yang lebih dibandingkan dengan siswa yang lain berbanding lurus dengan frekuensi siswa dalam bertanya, dan keempat, siswa yang mendapat bimbingan belajar dari orangtua di rumah. Wawancara yang dilakukan menemukan faktor bimbingan orangtua di rumah untuk merangsang siswa bertanya termasuk menjadi karakteristik yang menjadikan siswa sering bertanya di dalam kelas. Selain daripada itu, beberapa siswa yang teridentifikasi jarang bertanya mengemukakan alasan mengapa siswa enggan bertanya. Perasaan malu untuk bertanya menjadi salah satu alasan yang sering disampaikan. Perasaan malu bukan berarti siswa tidak biasa berbicara di depan umum, akan tetapi karena siswa belum biasa dilatih untuk berani bertanya di dalam kelas. Selain daripada itu, ketika siswa bertemu dengan pelajaran yang kurang disukai, siswa menunjukkan respon negatif dalam motivasinya untuk bertanya. Kecenderungan untuk acuh dalam mengikuti pelajaran yang kurang disukai membuat siswa enggan pula unutk bertanya. Adapun, di sisi lain faktor tidak ada teman yang mengajak untuk

111 bertanya menjadi alasan lainnya yang menyebabkan siswa enggan bertanya di dalam kelas. B. Implikasi Implikasi dari temuan penelitian mencakup pada dua hal, yakni: implikasi teoritis dan implikasi praktis. Implikasi teoritis berkaitan dengan kontribusi penelitian ini bagi perkembangan teori-teori pendidikan terutama mengenai kemampuan siswa dalam bertanya. Sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan kontribusi penelitian ini terhadap pengembangan pelaksanaan pendidikan dalam kancah lapangan. 1. Implikasi Teoritis Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pengkondisian yang positif di dalam kelas dapat menjadi faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam bertanya untuk mendukung penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Implikasi teoritis ini berkaitan dengan teori metode dan strategi pembelajaran untuk merangsang siswa bertanya, teori proses kognitif taksonomi bloom, dan teori mengenai pendekatan pembelajaran saintifik. Implikasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Implikasi yang berkenaan dengan metode dan strategi pembelajaran untuk merangsang siswa bertanya dalam penelitian ini berhasil menjelaskan temuan bahwa penggunaan metode dan strategi pembelajaran oleh guru dapat berpengaruh ke dalam kemampuan siswa dalam bertanya. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran yang bervariasi dalam pembelajaran yang menggunakan kurikulum 2013 akan mampu memberikan pengalaman pembelajaran yang lebih luas. Selain daripada itu, peningkatan motivasi siswa untuk bertanya dapat dilakukan dengan aktivitas guru di dalam kelas yang memahami bagaimana karakter siswa dalam belajar. b. Implikasi yang berkenaan dengan proses kognitif yang didasarkan pada taksonomi bloom dalam penelitian ini berhasil menjelaskan bahwa kemampuan siswa maupun guru dalam bertanya masih berada dalam tingkatan kognitif paling rendah. Meskipun frekuensi pertanyaan cukup

112 tinggi, akan tetapi pengembangan tingkatan pertanyaan perlu menjadi fokus untuk pengembangan penelitian selanjutnya. c. Implikasi yang berkenaan dengan pendekatan pembelajaran saintifik dalam penelitian ini berhasil menjelaskan bahwa penggunaan objek dalam pembelajaran merupakan faktor utama yang mempengaruhi rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran. Pembelajaran yang berfokus kepada siswa sebaiknya mengkondisikan siswa untuk mampu mengoptimalkan seluruh potensi indrawi sehingga pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermakna dan menyenangkan bagi siswa. 2. Implikasi Praktis Implikasi praktis dalam penelitian ini berlaku bagi komponen penyelenggara pendidikan. Adapun implikasi praktis dari penelitian ini sebagai berikut: a. Penelitian ini telah menghasilkan temuan mengenai metode dan strategi yang dapat digunakan oleh guru maupun orangtua dalam mengembangkan kemampuan bertanya siswa. Metode dan strategi yang ditemukan melalui studi komprehensif ini selanjutnya dapat ditindaklanjuti sebagai bagian yang dapat diimplementasikan dalam pendekatan pembelajaran santifik menggunakan Kurikulum 2013. b. Temuan di dalam penelitian ini, bahwa tingkatan pertanyaan baik guru maupun siswa berada dalam tingkatan kognitif paling rendah menjadi gambaran kondisi lapangan pembelajaran saintifik yang dilakukan di sekolah yang menggunakan Kurikulum 2013. Temuan ini ditindaklanjuti dengan kualitas pertanyaan yang dilakukan oleh guru di kemudian hari untuk mampu mendorong siswa bertanya dengan tingkatan yang lebih bervariasi. C. Rekomendasi Dari hasil analisis data mengenai kemampuan siswa untuk mendukung penerapan pendekatan pembelajaran saintifik dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar dan pembahasan penelitian ini, dapat direkomendasikan beberapa hal sebagia berikut: 1. Kepada guru diharapkan dapat meningkatkan keterampilan untuk merangsang siswa bertanya. Penggunaan metode dan strategi pembelajaran terutama

113 dalam merangsang siswa bertanya perlu menjadi perhatian bagi guru. Selain daripada itu, kemampuan guru dalam bertanya untuk merangsang siswa dapat ditingkatkan sehingga tingkatan pertanyaan yang diajukan dapat lebih bervariasi. 2. Kepada orangtua diharapkan lebih banyak membimbing anak di rumah, terutama dalam mengasah rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam bertanya. Tidak sedikit siswa yang belum berani bertanya di dalam kelas namun cukup aktif bertanya saat di rumah. Hal ini perlu menjadi perhatian bagi orangtua sehingga rasa ingin tahu dan keberanian siswa dalam bertanya mampu berpengaruh kepada siswa saat pembelajaran di dalam kelas. 3. Kepada peneliti berikutnya yang berminat melakukan penelitian mengenai kemampuan bertanya siswa diharapkan dapat melakukan penelitian dalam ruang lingkup subyek penelitian yang lebih luas, seperti bagaimana agar tingkatan pertanyaan yang diajukan baik oleh guru maupun siswa dapat lebih bervariasi. 4. Kepada pembuat kebijakan Kurikulum 2013 untuk melakukan pendampingan secara kontinyu kepada guru untuk meningkatkan kemampuan guru merangsang siswa bertanya dan menyediakan buku sumber serta lembar aktivitas siswa secara lengkap.