BAB I PENDAHULUAN. kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan pesat, secara garis besar masalah kesehatan jiwa. Masalah psikososial membutuhkan kemampuan penyesuaian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dari kata benda religion. Religi itu sendiri berasal dari kata re dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KENAKALAN REMAJA. NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. juga adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. psikis, maupun secara social (Sudarsono, 2004). Inilah yang disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. sampai pelanggaran status hingga tindak kriminal (Kartono, 2013:6).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN. fungsi utamanya dapat dipisahkan satu sama lain. Keluarga. dengan baik maka akan terjadi suatu ketimpangan antar anggota keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha mencapai tujuan bangsa Indonesia yaitu mewujudkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB II LANDASAN TEORI. oleh orang dewasa maka akan mendapat sangsi hukum.

BAB I PENDAHULUAN. menolong dalam menghadapi kesukaran. c). menentramkan batin. 1 Realitanya,

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Setiap kurun waktu, setiap zaman memiliki penjahatnya sendiri atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut. laku remaja sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan aset masa depan bagi suatu bangsa. Remaja di ibaratkan

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan kesatuan sosial yang terdiri atas suami istri dan anakanaknya,

PENDAHULUAN. disebut sebagai periode pubertas, pubertas (puberty) adalah perubahan cepat pada. terjadi selama masa remaja awal (Santrock, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan antara masa anak dan masa dewasa. Masa ini juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PERAN UNITBINMAS (UNIT PEMBINAAN MASYARAKAT) DALAM MENANGGULANGI KENAKALAN REMAJA PELAJAR. (Studi Kasus Pada Polsek Kerjo Kabupaten Karanganyar)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja semakin dirasa meresahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenakalan remaja? Harapan remaja sebagai penerus bangsa yang menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

Banyaknya fenomena penyimpangan perilaku yang bisa dilihat secara. setiap hari, membentuk keprihatinan bahwa bangsa ini sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada. Data yang terkumpul diwujudkan dalam bentuk angka-angka. akan menunjukkan sejauh mana dua hal saling berhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfy Rizki Maulana Malik, 2014 Kajian Tentang Perilaku Menyimpang di Kalangan Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Misaka Galiza, 2003), hlm Mukhtar, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Yang Maha Esa. Manusia diciptakan berbeda dari makhluk-makhluk Tuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan, dapat dilihat pada akhir akhir ini telah timbul akibat negatif

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

PERILAKU ANTISOSIAL REMAJA DI SMA SWASTA RAKSANA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: PT RajaGrafindo, 2011), hlm Sudarsono, Kenakalan Remaja, (Jakarta: Rineka, 1990), hlm 1

BAB I PENDAHULUAN. Ditinjau dari sudut pandang perkembangan manusia, siswa SMA berada pada

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neng Kokom Komariah, 2015

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan alkohol pada tahun 2002, dan penyebab utama terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. masa anak-anak ke masa dewasa di mana pada masa-masa tersebut. sebagai masa-masa penuh tantangan.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU DELIKUEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi dan industrialisasi memunculkan masyarakat modern yang serba kompleks dengan berbagai masalah sosial yang terdapat di dalamnya. Hal ini disebabkan karena sulitnya beradaptasi dan penyesuaian diri terhadap masyarakat modern, sehingga menyebabkan kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik. Sebagai dampaknya, orang lalu mengembangkan pola tingkah laku menyimpang dari norma-norma umum. Salah satu masalah sosial dalam masyarakat modern adalah kenakalan remaja. Kenakalan remaja atau dalam bahasa latinnya disebut Juvenille Delinquency merupakan fenomena yang dewasa ini tak terpisahkan dalam kehidupan kita. Hampir setiap hari di media massa, kita disajikan berbagai informasi dan laporan yang terkait dengan kejahatan dan penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja. Aksi tawuran yang dilakukan para pelajar, kasus pemakaian narkoba, sex bebas, pencurian, munculnya geng yang berorientasi pada penyimpangan, pesta miras, dan perjudian, seakanakan mewarnai kehidupan remaja di masa ini. Pada dekade terakhir ini data BPS menyebutkan bahwa setiap tahun terjadi 4.000 kasus pelanggaran hukum yang dilakukan oleh anak dan sejumlah 3.772 anak tersebar di LP Anak (Konsist edisi 59. 2012: 13). Sangat memprihatinkan apa yang terjadi pada remaja sekarang ini karena 1

data tersebut merupakan data yang tercatat saja, dan masih banyak lagi kasus-kasus kenakalan remaja yang masih belum tercatat. Ada indikasi bahwa kenakalan remaja merupakan fenomena gunung es, yang sampai saat ini baru diketahui permukaannya saja. Pada prinsipnya kenakalan remaja merupakan kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak muda, atau merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku menyimpang. Anak-anak muda yang nakal tersebut disebut pula sebagai anak cacat secara sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat (Kartini, 2010: 6). Fuad Hasan merumuskan kenakalan remaja (Sudarsono, 2008: 11-12) sebagai perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bilamana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. Sedangkan Sudarsono menjabarkan kenakalan remaja dalam arti luas, yaitu meliputi perbuatan anak remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang terdapat dalam KUHP, maupun di luar KUHP. Dapat pula terjadi perbuatan anak remaja tersebut bersifat anti sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat, dan perbuatan yang melanggar norma-norma agama yang dianutnya. Menurut Kartini (2010: 57), remaja yang melakukan kenakalan, didorong oleh berbagai faktor yang kompleks yang mempengaruhinya baik secara sadar maupun tidak untuk melakukan kenakalan tersebut. 2

Faktor utama yang mempengaruhi seorang remaja melakukan penyimpangan adalah kondisi keluarga dan lingkungan tempat remaja tersebut tinggal. Delinkuensi yang dilakukan oleh anak-anak, para remaja dan adolesens itu pada umumnya merupakan produk dari konstitusi defektif (penerapan peraturan yang terlalu mengekang) orang tua, anggota keluarga, dan lingkungan tetangga dekat. Semua kenakalan yang dilakukan oleh para remaja merupakan mekanisme kompensatoris (suatu perilaku atau kegiatan yang diakibatkan oleh suatu sebab) untuk mendapatkan pengakuan terhadap egonya. Keluarga merupakan lingkungan yang terdekat untuk membesarkan, mendewasakan dan didalamnya seorang anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam mempengaruhi perkembangan anak. Kondisi keluarga yang baik akan menciptakan karakter yang baik bagi anaknya, sedangkan kondisi keluarga yang buruk akan menciptakan karakter yang buruk pula bagi anaknya. Oleh karena itu, perilaku nakal remaja, sedikit banyak dilatar belakangi oleh kondisi keluarganya yang buruk. Kondisi di dalam keluarga ditentukan oleh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga tersebut. Pola asuh orang tua memegang peranan penting dalam membentuk karakter anak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 695) menyebutkan pola adalah sistem atau cara, sedangkan asuh adalah membimbing supaya berdiri sendiri. Orang 3

tua adalah seorang ayah dan ibu dan keduanya yang dapat menerima perasaan positif maupun perasaan negatif terhadap anaknya. Menurut Tri Marsiyanti dan Farida Harahap (2005: 51), Pola asuh orang tua adalah ciri khas dari gaya pendidikan, pembinaan, pengawasan, sikap, hubungan dan sebagainya yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Orang tua memilki peran untuk mendidik dan mengasuh anak, karena orang tua bertanggung jawab terhadap masa depan anaknya. Dalam mendidik dan mengasuh anak, masing-masing orang tua memilki pola asuh yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor. Pola asuh yang diterapkan kepada anak akan mempengaruhi pola perilaku dan kepribadian anak tersebut. Kenakalan remaja tidak lepas dari peran agama di dalamnya. Dalam berbagai penelitian ditemukan bahwa para pengguna narkotik khususnya pada para remaja mempunyai minat yang sangat rendah terhadap agama bahkan boleh dikatakan tidak ada minat sama sekali. Disebutkan bahwa bila religiusitas di masa remaja tidak ada atau sangat rendah, maka remaja ini mempunyai resiko lebih tinggi untuk terlibat dalam penyalahgunaan obat/narkotik dan alkohol (Hawari. 1997: 16). Kepribadian seorang remaja sangat dipengaruhi oleh norma dan nilai dari agama yang dianutnya. Karena religiusitas atau agama mempunyai peran dalam mengontrol para penganutnya untuk menjalankan peraturan yang sesuai dengan apa yang terkandung dalam kitab suci. Bukan hanya menyangkut aspek ibadah saja, agama juga mengatur setiap 4

aspek dalam kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa, agama mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam mengontrol norma dan nilai dalam suatu masyarakat. Dalam kehidupan berkeluargapun agama mengatur sedemikian rupa dari hubungan suami istri, sampai cara mendidik anak, sehingga nilai-nilai yang diajarkan oleh keluarga seharusnya tidak menyimpang dan mengesampingkan ajaran agama. Sehubungan dengan yang sudah dijelaskan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara tingkat religiusitas dan pola asuh orang tua terhadap intensitas kenakalan remaja dari remaja yang dijadikan narasumber. Hal ini dikarenakan modernisasi dan globalisasi yang melanda Indonesia telah mempengaruhi perilaku manusianya terlebih para remaja yang belum mempunyai prinsip diri yang kuat. Hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada pola asuh orang tua dan semakin menipisnya rasa beragama dalam diri remaja, sehingga secara tidak langsung telah mendorong para remaja untuk melakukan kenakalan. Penelitian difokuskan pada siswa-siswa SMA karena pada seusia tersebut, mereka termasuk pada golongan remaja madya. Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (2011: 30) remaja madya adalah masa yang kritis dimana remaja mengalami banyak gejolak di dalam dirinya sehingga pada masa ini remaja mengalami kebingungan dan kondisi psikologis yang gampang dipengaruhi oleh teman-teman sepermainanya. Berbeda pada masa remaja awal dimana kondisi remaja masih dipengaruhi oleh masa kanak-kanak, dan remaja akhir dimana kondisi remaja mulai 5

bisa berpikir untuk menuju tahapan kedewasaan. Menurut Konopka usia masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun; (b) remaja madya: 15-18 tahun; (c) remaja akhir: 19-22 tahun (Syamsu, 2006: 184). Penelitian dilaksanakan pada SMA N se-kotamadya Magelang, yang berada pada lingkup regional Kotamadya Magelang, Jawa Tengah. SMA-SMA tersebut melingkupi SMA N 1, SMA N 2, SMA N 3, SMA N 4, SMA N 5. Target siswa yang dijadikan objek penelitian tidak dibatasi pada tingkat kelas akan tetapi lebih ditekankan pada klasifikasi remaja madya, yaitu antara umur 15-18 tahun. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana, Hubungan tingkat religiusitas dan pola asuh orang tua terhadap intensitas kenakalan remaja, dengan studi terhadap siswa-siswa SMA N se-kotamadya Magelang B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, ditemukan masalah-masalah, yaitu sebagai berikut. 1. Para remaja menderita cacat mental (berupa kenakalan) disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada di tengah masyarakat. 2. Remaja yang melakukan kenakalan, didorong oleh berbagai faktor yang kompleks yang mempengaruhinya baik secara sadar maupun tidak untuk melakukan kenakalan tersebut. 6

3. Faktor utama yang mempengaruhi seorang remaja melakukan penyimpangan adalah kondisi keluarga dan lingkungan tempat remaja tersebut tinggal. 4. Pola asuh yang diterapkan kepada anak akan mempengaruhi pola perilaku dan kepribadian anak tersebut. 5. Bila religiusitas di masa remaja tidak ada atau sangat rendah, maka remaja ini mempunyai resiko lebih tinggi untuk terlibat dalam penyalahgunaan obat/narkotik dan alkohol C. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan yang akan dikaji perlu untuk dibatasi. Pembatasan masalah ini bertujuan untuk memfokuskan perhatian pada penelitian agar diperoleh kesimpulan yang mendalam pada aspek yang diteliti. Permasalahan yang akan diteliti mencakup. 1. Tingkat religiusitas siswa SMA N se-kotamadya Magelang. 2. Pola asuh orang tua siswa SMA N se-kotamadya Magelang. 3. Intensitas kenakalan remaja siswa SMA N se-kotamadya Magelang. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 7

1. Bagaimana hubungan tingkat religiusitas terhadap intensitas kenakalan remaja siswa SMA N se-kotamadya Magelang? 2. Bagaimana hubungan pola asuh orang tua terhadap intensitas kenakalan remaja siswa SMA N se-kotamadya Magelang? 3. Bagaimana hubungan tingkat religiusias dan pola asuh orang tua terhadap intensitas kenakalan remaja siswa SMA N se-kotamadya Magelang? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui hubungan tingkat religiusitas terhadap intensitas kenakalan remaja siswa SMA N se-kotamadya Magelang. 2. Mengetahui hubungan pola asuh orang tua terhadap intensitas kenakalan remaja siswa SMA N se-kotamadya Magelang. 3. Mengetahui hubungan tingkat religiusias dan pola asuh orang tua terhadap intensitas kenakalan remaja siswa SMA N se-kotamadya Magelang. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yaitu sebagai berikut. 8

1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan informasi dan menambah pengetahuan mengenai ilmu sosial khususnya sosiologi. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya, dan mengembangkan hal-hal yang masih perlu untuk diperbaiki, guna untuk kesempurnaan penelitian. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya kesadaran beragama dan pendidikan demi tercapainya kondisi lingkungan yang kondusif secara sosial. b. Bagi Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan menambah wawasan tentang kenakalan remaja. c. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dengan terjun langsung ke masyarakat yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya. 9