Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Inovasi Dan Aplikasi Teknologi Di Industri 2017 ISSN ITN Malang, 4 Pebruari 2017

BAB I PENDAHULUAN. Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea

Nahar, Metode Pengolahan dan Peningkatan Mutu Minyak Nilam METODE PENGOLAHAN DAN PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM. Nahar* Abstrak

PENDAHULUAN PENGOLAHAN NILAM 1

atsiri dengan nilai indeks bias yang kecil. Selain itu, semakin tinggi kadar patchouli alcohol maka semakin tinggi pula indeks bias yang dihasilkan.

BAB I PENDAHULUAN. penghasil minyak atsiri yang cukup penting, dikenal dengan nama Patchauly Oil,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA A. MINYAK NILAM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH WAKTU UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO

ANALISIS TEKNIS DAN BIAYA OPERASIONAL ALAT PENYULING NILAM DENGAN SUMBER BAHAN BAKAR KAYU DI ACEH BARAT DAYA

ISOLASI RHODINOL DARI MINYAK SEREH WANGI DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM I N T I S A R I

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL DALAM PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VACUM GELOMBANG MIKRO

UJICOBA PERALATAN PENYULINGAN MINYAK SEREH WANGI SISTEM UAP PADA IKM I N T I S A R I

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-39

TINJAUAN PUSTAKA. pada masa yang akan datang akan mampu memberikan peran yang nyata dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan sifat tumbuhnya, tanaman nilam adalah tanaman tahunan (parenial).

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) F-234

PENGARUH LAMA PENYULINGAN DAN KOMPOSISI BAHAN BAKU TERHADAP RENDEMEN DAN MUTU MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN BATANG NILAM (Pogostemon cablin Benth)

OPTIMASI TEKANAN DAN RASIO REFLUKS PADA DISTILASI FRAKSINASI VAKUM TERHADAP MUTU EUGENOL DARI MINYAK DAUN CENGKEH (Eugenia caryophyllata)

EKSTRAKSI MINYAK SEREH DAPUR SEBAGAI BAHAN FLAVOR PANGAN I N T I S A R I

KUALITAS MINYAK ATSIRI NILAM DARI METODE PENGECILAN UKURAN PADA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemom cablin BENTH).

Efisiensi Pemurnian Minyak Nilam Menggunakan Distilasi Vacum Gelombang Mikro

PENYULINGAN MINYAK NILAM MENGGUNAKAN UAP PANAS LANJUT

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Kadar Patchouli Alcohol menggunakan Gas Chromatography pada Pemurnian Minyak Nilam menggunakan Adsorben Zeolit

Studi Input Energi pada Proses Penyulingan Minyak Atsiri Nilam dengan Sistem Boiler (Studi Kasus Unit Pengolahan minyak Nilam Kesamben-Blitar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

BAB III PROSES PERPINDAHAN KALOR DESTILASI DAN ANALISA

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris (Essential oil volatile) yang

PEMISAHAN SENYAWA PATCHOULI ALCOHOL DARI MINYAK NILAM DENGAN CARA DISTILASI FRAKSINASI

PENGARUH KINERJA ALAT SULING DAN KESESUAIAN LAHAN TERHADAP PRODUKSI MINYAK NILAM DI KABUPATEN ACEH JAYA. Oleh : Ramayana* dan Widyawati**

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Thermodinamika Teknik Mesin

rambut kelenjar dari daun nilam dengan menggunakan enzim yang terdapat dalam mikroorganisme. Hancurnya dinding sel dan rambut kelenjar mengakibatkan

PEMURNIAN MINYAK NILAM DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI DISTILASI VAKUM GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALCOHOL

UJI COBA ALAT PENYULINGAN DAUN CENGKEH MENGGUNAKAN METODE AIR dan UAP KAPASITAS 1 kg

III. METODOLOGI 3.1 BAHAN DAN ALAT Ketel Suling

BAB IV METODE PENELITIAN. 4.1 Sampel. Sampel yang digunakan adalah tanaman nilam yang berasal dari Dusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan Ca-Bentonit. Na-bentonit memiliki kandungan Na +

UJI PERFORMA PENYULINGAN TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin, Benth) MENGGUNAKAN BOILER DI KABUPATEN BLITAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini. Tanamman nilam ini berasal dari perkebunan nilam di Kembangan,

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

ISOLASI EUGENOL DALAM MINYAK CENGKEH DENGAN PROSES DISTILASI FRAKSIONASI TEKANAN RENDAH

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DAUN LEDA (Eucalyptus deglupta)

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-93

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Nilam B. Penyulingan Minyak Nilam

Bab IV Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MINYAK NILAM Komposisi Minyak Nilam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. bahwa hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

UJI KINERJA KOLOM ADSORPSI UNTUK PEMURNIAN ETANOL SEBAGAI ADITIF BENSIN BERDASARKAN LAJU ALIR UMPAN DAN KONSENTRASI PRODUK

UJI PENGARUH SUHU UAP PADA ALAT PENYULING MINYAK ATSIRI TIPE UAP LANGSUNG TERHADAP MUTU DAN RENDEMEN MINYAK NILAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dinamakan minyak nilam. Menurut Grieve (2002) Tanaman Nilam termasuk

KERAGAAN USAHA PENGOLAHAN MINYAK NILAM DI TINGKAT PETANI KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR. A.

PERBEDAAN KUALITAS MINYAK NILAM (Pogostemon cablin Benth.) BERDASARKAN BAGIAN PADA TANAMAN

PEMODELAN SISTEM. Pendekatan Sistem. Analisis Sistem

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAN PENGGUNAAN MINYAK NILAM SERTA PEMANFAATAN LIMBAHNYA

STUDI PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK MINYAK NILAM

Simposium Nasional RAPI VIII 2009 ISSN :

PROPOSAL PENELITIAN PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM PENELITIAN. Oleh : YULINDA DWI NARULITA

TINJAUAN PUSTAKA Sistematika dan Morfologi Tanaman Nilam Syarat Tumbuh Nilam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ISOLASI PATCHOULI ALKOHOL DARI MINYAK NILAM UNTUK BAHAN REFERENSI PENGUJIAN DALAM ANALISIS MUTU

PENGARUH UMUR PANEN TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.)

1.5. Hipotesis 3. Pemberian pupuk hayati berperan terhadap peningkatan pertumbuhan tanaman nilam. 4. Pemberian zeolit dengan dosis tertentu dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ERIK SETIAWAN PENGARUH FERMENTASI TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.

PEMISAHAN HIDROSOL HASIL PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DENGAN METODE ELEKTROLISIS UNTUK MENINGKATKAN RENDEMEN MINYAK

III. METODOLOGI. C. Metode Penelitian

Moch. Aris Setyawan Mohammad Zakariyya Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Mahfud, DEA

A. B. C. USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA. PENINGKATAN MUTU MINYAK NILAM (Patchouli Oil) DENGAN MENGGUNAKAN METODE DESTILASI FRAKSIONASI VAKUM

Pemanfaatan Minyak Goreng Bekas untuk Pemisahan Patchouli Alkohol Minyak Nilam dengan Distilasi Ekstraktif

BAB III METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN IV Kajian Pengembangan Produk

APLIKASI/ PENERAPAN TEKNOLOGI PROSES BRIKET ARANG DARI CANGKANG SAWIT PADA PEMASAKAN GARAM RAKYAT I N T I S A R I

:!,1G():5kr'W:5. JURnAl EKOlOGI DAn SAlns ISSN : ISSN : VOLUME 01, No: 01. Agustus 2012

PENYULINGAN MINYAK ATSIRI DARI NILAM SKRIPSI

Minyak terpentin SNI 7633:2011

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PENANGANAN PASCA PANEN KUNYIT. Feri Manoi

PENGARUH TEMPAT TUMBUH DAN LAMA PENYULINGAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK ATSIRI RAMBU ATAP

dapat mencapai hingga 90% atau lebih. Terdapat dua jenis senyawa santalol dalam minyak cendana, yaitu α-santalol dan β-santalol.

PENINGKATAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL DALAM MINYAK NILAM (PATCHOULI OIL) DAN USAHA DERIVATISASI KOMPONEN MINORNYA

Isolasi dan Identifikasi Komponen Kimia Minyak Atsiri dari Daun, Batang dan Bunga Tumbuhan Salembangu (Melissa sp.)

ISOLASI DAN PENENTUAN KADAR MINYAK ATSIRI DARI DAUN DAN KULIT KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNII BL.) DENGAN METODE KROMATOGRAFI GAS

TUGAS AKHIR REKAYASA ALAT DISTILASI GELOMBANG MIKRO UNTUK MENINGKATKAN KADAR PATCHOULI ALKOHOL PADA MINYAK NILAM

PENINGKATAN RENDEMEN DAN MUTU MINYAK NILAM ACEH DALAM RANGKA MEREBUT PELUANG PASAR INTERNASIONAL

INFO TEKNIK Volume 9 No. 1, Juli 2008 (21-30)

PEMURNIAN MINYAK NILAM HASIL PENYULINGAN INDUSTRI RAKYAT DESA PUCUK RINTIS KECAMATAN COT GIREK KABUPATEN ACEH UTARA

Jurnal Teknotan Vol. 10 No. 2, November 2016 P - ISSN : ; E - ISSN :

KAJIAN PROSES PENYULINGAN MINYAK AKAR WANGI DENGAN PENINGKATAN TEKANAN KETEL SECARA BERTAHAP. Oleh Ika Puspa Sari F

Transkripsi:

Kuantifikasi Penyulingan Minyak Nilam Industri Rakyat Ellyta Sari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta Padang Kampus III-UBH Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun, Padang 2143 E-mail : ellyta@eudoramail.com Yazid Bindar dan Danu Ariono Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 1 Bandung, Email: yazid@che.itb.ac.id Abstrak Minyak nilam atau patchouli oil merupakan komoditas ekspor yang memberikan sumbangan paling besar diantara minyak atsiri di Indonesia. Minyak nilam digunakan sebagai bahan pewangi dan penahan (fiksatif) aroma wangi dalam pembuatan parfum, kosmetik, sabun, dan lain-lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkuantifikasi penyulingan minyak nilam industri rakyat Sumatera Barat. Metode penelitian yang digunakan yaitu penyulingan uap air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyulingan minyak nilam pada industri rakyat beroperasi pada kondisi yang tidak dikendalikan. Hal ini dapat dijelaskan bahwa menurut Standar SNI mutu minyak nilam ditentukan dari warna, bobot jenis, indek bias, putaran optik, bilangan asam, bilangan ester dan kelarutan dalam etanol 9 % serta kandungan komponen penyusun minyak nilam terutama patchouli alkohol. Warna minyak yang diperoleh berwarna sangat coklat tua (gelap). Rasio massa kukus per massa unggun yang digunakan dalam rentang 4,7-7, dan memberikan perolehan 2,4-3,3 %. Penyulingan beroperasi pada massa kukus yang lebih rendah dan effisiensi penggunaan energi bahan bakarnya rata-rata 27 %. Konsentrasi patchouli alkohol yang diperoleh sekitar 23 % dan kandungan patchouli alkohol dalam minyak setiap jam selama proses berkadar 19 4%. Kata kunci : patchouli alcohol; minyak nilam; minyak atsiri Pendahuluan Minyak nilam merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari daun nilam (Pogostemon cablin Benth) dengan cara penyulingan. Minyak tersebut merupakan komoditas ekspor non migas paling besar diantara ekspor minyak atsiri di Indonesia. Minyak nilam selain digunakan sebagai bahan pewangi, juga dapat digunakan sebagai penahan aroma wangi-wangian bahan pewangi lain sehingga bau wangi tidak cepat hilang dan lebih tahan lama (fiksatif) dalam pembuatan parfum, kosmetik dan sabun. Daerah yang dikenal sebagai penghasil nilam di Indonesia adalah Aceh. Saat ini budidaya nilam sudah menyebar ke beberapa wilayah Indonesia, salah satunya adalah di Sumatera Barat. Perkebunan nilam di Sumatera Barat tersebar di beberapa kabupaten yaitu Pasaman, Kota, Padang Pariaman, Sawahlunto, Sijunjung dan Pesisir Selatan. Semua perkebunan yang diusahakan di Sumatera Barat dalam bentuk usaha perkebunan nilam rakyat. Saat ini penyulingan minyak nilam dilakukan dengan cara yang sederhana dan pada kapasitas kecil, sehingga tidak memberikan hasil yang optimal serta kualitas yang kurang baik. Penyulingan yang dilakukan oleh sebagian besar dari petani di Sumatera Barat kebanyakan kurang memperhatikan kondisi-kondisi perlakuan terhadap bahan baku, proporsi batang dengan daun, cara penyulingan, jenis bahan alat suling yang dipakai dan penambahan air umpan ketel, serta sirkulasi pendinginan yang kurang memadai. Hal tersebut mengakibatkan tingkat perolehan (rendemen) dan mutu minyak nilam yang kurang baik, sehingga berdampak pada rendahnya harga minyak nilam Indonesia di pasaran dunia. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk meng-kuantifikasi penyulingan minyak nilam industri rakyat.

Kualitas minyak nilam dapat ditentukan oleh komponen penyusunnya. Komponen utama penyusun minyak tersebut, yaitu patchouli alcohol dan norpatchoulenol. Kedua komponen tersebut memberikan bau khas minyak nilam [Hadiman,1976]. Menurut Baeur & Garbe [198], patchouli alkohol menyumbangkan karakteristik bau yang lebih kecil dibandingkan dari norpatchoulenol. Konsentrasi patchouli alkohol relatif lebih besar (3-4%) dibandingkan dengan norpatchoulenol (,3,4%). Parameter kualitas penyulingan minyak nilam adalah kualitas minyak nilam, lama penyulingan dan persentase perolehan (yield). Ketiga parameter tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kualitas daun (unggun); berat unggun; kepadatan dan tinggi unggun; perbandingan uap dan massa unggun; temperatur dan tekanan; kecepatan uap; kecepatan pemanasan; laju suplai energi; bahan dan dimensi peralatan. Metoda Penelitian Penelitian dilakukan di industri penyulingan minyak nilam rakyat Sumatera Barat pada beberapa daerah. Variabel yang dikuantifikasi pada penelitian ini adalah: 1. kondisi daun nilam berupa kadar air, lama penyimpanan, dan proporsi daun dan batang, 2. kebutuhan bahan bakar pada penyulingan, 3. perbandingan kukus dan massa unggun, 4. ketinggian unggun dan kepadatan unggun,. perolehan minyak nilam pada sampai penyulingan berakhir. Alat yang digunakan adalah unit alat penyulingan minyak nilam milik rakyat sendiri. Setiap unit penyulingan ini mempunyai ketel suling berisi nilam yang disuling, ketel uap, tungku api kayu, kondensor kukus-minyak, ketel pemisah dua fasa air/minyak. Peralatan yang digunakan rakyat pada dasarnya satu sama lain sama dalam hal tipe, geometri dan material alat. Material peralatan adalah drum bekas dari besi biasa. Variasi unit penyulingan rakyat di daerah penelitian dilakukan diberikan pada Tabel 1. Tabel 1. Variasi peralatan penyulingan industri rakyat Alat Utama Spesifikasi Ukuran (cm) Material Ketel Suling Diameter 8 Drum bekas Tinggi 88 Kerucut Tinggi 2 Diameter atas 2 Diameter bawah 8 Ketel Uap Tinggi 88 Drum bekas Diameter 8 Diameter lubang uap 2 Pendingin atas (bentuk - Diameter pipa,8 Pipa Besi (leher angsa) Panjang pipa 1 Pendingin bawah Diameter pipa 2 Pipa besi Panjang pipa 47 Tinggi bak 2 Panjang bak 4 Lebar bak 2 Pemisah Diameter 1 Seng (drum) Tinggi 3 Kuantifikasi penyulingan minyak nilam rakyat dilakukan di beberapa daerah Sumatera Barat dengan variabel dan kondisi penyulingan yang ditampilkan pada Tabel 2. Beberapa industri rakyat melakukan penyulingan dengan jumlah bahan dan kadar air yang berbeda beda. Hal tersebut tergantung dari penjemuran yang dilakukan. Tabel 2. Variabel dan kondisi operasi penyulingan minyak nilam rakyat Pasaman Sumatera Barat SAMPEL Jumlah Kadar Air Lokasi Material alat penyulingan Unggun (kg) (%) penyulingan Ketel uap Ketel suling Pendingin 39,13 Pasaman Barat drum bekas drum bekas pipa besi 3 3,71 33,33 4 32, A 43 3, 37, 2, 4 27, Pasaman Timur drum bekas drum bekas pipa besi 33 19, A9 37, 23,8 3 19, 3 18,18 2 33 19,23

Hasil dan Pembahasan Kuantifikasi penyulingan minyak nilam didasarkan atas beberapa variabel yang penting. Variabelvariabel tersebut adalah (a) sifat fisik minyak nilam, (b) perolehan minyak per satuan massa unggun dan (c) kebutuhan kukus serta effisiensi pemakaian energi bahan bakar dan (d) kandungan komponen minyak nilam. A. Sifat Fisiko Kimia Minyak Nilam Hasil Sifat-sifat fisiko kimia yang diamati adalah bobot jenis, indek bias, putaran optik, bilangan asam, bilangan ester dan kelarutan dalam etanol 9 %. Sifat-sifat fisiko kimia standar minyak nilam yang dipakai yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI). Sifat-sifat fisiko kimia perolehan minyak di industri rakyat ditampilkan pada Gb.1. sampai Gb.6..99 1.18 1.16.98 1.14 Bobot jenis.97.96.9.94 A A9 2 Indek Bias 1.12 1.1 1.8 1.6 1.4 1.2 1. A A9 2.93 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12 13 Industri Rakyat ( - 2) 1.498 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12 Industri Rakyat ( - 2) Gambar 1. Pengamatan bobot jenis minyak nilam. Gambar 2. Pengamatan indek bias minyak nilam Putaran Optik 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12-4 - - -6 2 A -6 Bilangan Asam 6 4 3 2 1 A A9 2-7 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12-7 -1 Industri Rakyat ( - 2) Industri Rakyat ( - 2) Gambar 3. Pengamatan putaran optik minyak nilam. Gambar 4. Pengamatan bilangan asam minyak nilam Bilangan Ester 11 1 9 8 A9 7 6 A 2 4 3 2 1-1 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12 Induatri Rakyat ( - 2) Kelarutan thd Etanol 9 %, ml etanol/ml.minyak 11 1 9 A9 8 2 7 A 6 4 3 2 1 1 2 3 4 6 7 8 9 1 11 12 Industri Rakyat ( - 2) Gambar. Pengamatan bilangan ester minyak nilam Gambar 6.Pengamatan kelarutan dalam etanol 9 % Gambar diatas menunjukkan bahwa hasil minyak nilam yang diperoleh memiliki sifat fisiko kimia seperti bobot jenis, putaran optik, bilangan asam, bilangan ester dan kelarutan dalam etanol 9 % masih memenuhi SNI. Khusus untuk indek bias Gb.2. berada dibawah SNI minimum. Nilai bobot jenis Gb.1. nilainya sangat bervariasi dan bahkan ada yang dibawah SNI minimum. Rendahnya nilai indek bias dan bobot jenis minyak ini, diakibatkan oleh kondisi bahan yang disuling seperti terlalu banyaknya perbandingan batang daripada daun, lamanya pengeringan terhadap bahan dan lamanya waktu penyulingan. Selain itu juga dapat disebabkan kurang banyaknya kandungan molekul yang berantai panjang. Indek bias dipengaruhi oleh panjang rantai karbon dan jumlah ikatan rangkap [Forma,1979]. Makin panjang rantai karbon dan banyaknya jumlah ikatan rangkap, maka indek bias meningkat. Waktu pengeringan yang lama dan perbandingan batang lebih banyak daripada daun memberikan nilai indek bias dan bobot jenis yang tinggi [Rusli dan Hasanah,1976]. Pada penelitian lapangan, pengeringan daun dan perbandingan daun dengan batang tidak dikendalikan, sehingga hasilnya bisa bervariasi dari satu sample ke sample yang lain. Perbandingan massa daun dengan batang yang baik adalah dua banding satu [Rusli,1976].

Nilai putaran optik, bilangan asam dan bilangan ester juga bervariasi, tetapi masih masuk dalam rentang SNI. Hal ini disebabkan oleh jenis dan perlakuan awal bahan sebelum disuling dari masing-masing industri bervariasi. Irfan [1989] menunjukkan bahwa semakin banyak batang yang disuling, semakin kecil minyak yang diperoleh per satuan massa bahan. Pada kondisi diatas, bobot jenis, indek bias, putaran optik (kearah negatif) dan komponen berat polar minyak menjadi meningkat. Kelarutan minyak nilam rakyat terhadap etanol 9 % ditunjukkan pada Gb.6. Tingkat kelarutan ini memenuhi syarat dimana berada pada tingkat mendekati SNI maksimum. Kondisi kelarutan untuk seluruh jenis sample minyak secara rata-rata dikuantifikasikan pada satu bagian minyak nilam larut dalam enam bagian volume etanol 9 %. Pada dasarnya, kelarutan yang dianggap lebih baik adalah satu bagian minyak nilam dalam satu bagian volume etanol 9 %. Perbandingan kelarutan satu banding enam yang diperoleh tersebut, diperkirakan minyak nilam masih banyak mengandung senyawa terpen. Menurut Guenther [1948], minyak yang mengandung oxygenated terpen lebih mudah larut dari pada minyak yang mengandung terpen. Faktor lain yang menyebabkan nilai kelarutan minyak atsiri tinggi yaitu adanya minyak yang berupa getah fraksi ringan dalam minyak atsiri. Contohnya minyak kruing dalam minyak akan menyebabkan minyak tersebut sukar larut dalam alkohol. Menurut SNI, adanya minyak kruing sangat tidak dikehendaki. Warna perolehannya rata-rata berwarna sangat gelap. Hal ini dapat disebabkan adanya ion Fe/oksida logam [Rusli,1991], minyak yang terbakar (oksidasi) dan terbentuknya resin [Guenther,1948]. Ketel penyulingan yang digunakan di industri rakyat berupa drum-drum bekas yang mudah terkorosi, sehingga tercampur ke dalam minyak berupa ion Fe yang menghasilkan warna gelap kehitaman. Bahan baku yang berumur tua memberikan warna minyak lebih tua dan agak gelap. Hal ini disebabkan pada tanaman tua tersebut telah banyak mengandung resin [Stoll,1967]. B. Perolehan Minyak Nilam Perolehan minyak didefinisikan sebagai perolehan volume minyak per massa unggun per jam proses penyulingan. Besaran ini dinotasikan sebagai dv ( dt. M ) dimana dv adalah perolehan volume minyak setiap jam (dt) proses, dt adalah lamanya waktu penampungan dalam hal ini satu jam dan M adalah massa unggun nilam yang disuling. Total waktu penyulingan dilakukan rata-rata selama jam. Pengamatan perolehan ditampilkan pada Gb.7. 2 2 (dv/dt.m), ml/(jam.kg) 2 1 1 (dv/dt.m), ml/(jam.kg) 2 1 1 1 2 3 4 6 t, jam A 1 2 3 4 6 t, jam A9 2 Gambar 7. Pengamatan perolehan minyak nilam setiap jam dalam jam proses penyulingan Gambar tersebut diatas menunjukkan bahwa perolehan minyak nilam setiap jamnya mempunyai kecenderungan yang menurun. Pada jam pertama dan kedua, perolehan minyak rata-rata lebih banyak dibandingkan pada jam-jam berikutnya. Hal ini dapat dipahami dimana proses hidrodifusi umumnya mempunyai laju yang tinggi pada waktu awal kontak antara uap dan daun nilam. Pada jam-jam berikutnya perolehan sudah berkurang, karena laju hidrodifusi rendah dimana kandungan minyak dalam daun sudah berkurang banyak. Pengaruh kerapatan unggun dalam ketel suling terhadap persentase perolehan (yield) ditampilkan pada Gb.8. Kerapatan unggun didefinisikan sebagai massa unggun per volume unggun. Persentase perolehan dinyatakan sebagai jumlah massa minyak per massa unggun kering. Kerapatan unggun yang memberikan perolehan tinggi adalah,12,13 kg/lt. Kerapatan ini sangat berperanan dalam memberikan kontak yang efektif antara uap dan daun nilam.

2. yield, % bk 3.6 3.4 3.2 3. 2.8 2.6 2.4 2.2.11.11.12.12.13.13.14.14.1 kerapatan, kg/lt Gambar 8. Pengaruh kerapatan unggun terhadap % yield massa minyak/massa unggun, %bk 3.6 3.4 3.2 3. 2.8 2.6 2.4 2.2 2. 4... 6. 6. 7. massa kukus/massa unggun Gambar 9. Pengaruh massa kukus/massa unggun dan massa minyak/massa unggun Kontak yang efektif adalah kontak yang dapat memberikan kesetimbangan uap-cair pada seluruh permukaan daun. Kesetimbangan ini akan menciptakan penurunan tekanan parsial diluar permukaan sehingga difusi minyak terjadi dari dalam daun ke luar permukaan daun. Difusi yang terjadi karena perubahan fasa minyak dalam daun menjadi uap. Peristiwa ini diharuskan terjadi secara merata pada seluruh permukaan daun. Maka dari itu uap harus dapat selalu kontak dan membasahi seluruh permukaan daun. Kerapatan unggun yang besar tidak memberikan kontak yang efektif antara uap dan permukaan daun. Hal ini terjadi karena uap tidak mampu melewati bagian-bagian unggun yang terlalu padat. Kerapatan unggun yang kecil juga tidak memberikan kontak yang efektif, karena terjadinya jalur uap yang mengakibatkan uap hanya lolos keatas dan tidak ada kesempatan kontak dengan unggun. C. Kebutuhan Kukus dan Effisiensi Pemakaian Energi Bahan Bakar Kebutuhan kukus yang digunakan dalam penyulingan minyak nilam ditampilkan pada Gb.9.diatas. Kukus yang digunakan berasal dari air sungai yang dimasak didalam ketel uap dengan kondisi temperatur dari 27 o C hingga 1 o C (mendidih). Kebutuhan kukus/massa unggun, Gb.11 sangat bervariasi pada rentang 4,7 7,. Kondisi diatas juga menjelaskan perolehan yang bervariasi dalam rentang 2,4 3,4. Bahan bakar yang digunakan dalam penyulingan minyak nilam di industri rakyat adalah kayu bakar. Jenis kayu bakar yang dipakai yaitu kayu dari tanaman kayu manis, karet atau pinus. Bahan bakar yang dibutuhkan selama penyulingan rata-rata sekitar,3,3 m 3 untuk jam penyulingan. Effisiensi energi efektif untuk penyulingan minyak nilam industri rakyat rata-rata sekitar 27 %. Effisiensi ini tergolong rendah, sehingga sangat perlu ditingkatkan melalui sistem modifikasi ketel uap. D. Kandungan Komponen Penyusun Minyak Nilam Analisis kromatografi digunakan untuk mengetahui kualitas minyak nilam melalui tingkat konsentrasi komponen-komponen yang dikandungnya. Komponen-komponen penyusun minyak nilam yang dapat terdeteksi dalam kromatografi disajikan pada tabel 3. Patchouli alkohol merupakan komponen yang terbesar dalam penyusun minyak nilam, yaitu sekitar 3 6% [Masada,1976]. Konsentrasi patchouli alkohol dalam minyak nilam industri rakyat dikumpulkan sepanjang waktu penyulingan adalah sekitar 23%. Tabel 3. Komponen minyak nilam pada industri rakyat No. Senyawa % konsentrasi komponen pada minyak nilam industri rakyat jam ke-1 jam ke- 2 jam ke- 3 jam ke-4 Jam ke- 1 pinen,118,1647,78,71,892 2 -pinen,31,427,462,4328,198 3 -patchoulen 2,382 2,231 1,247 1,362 1,661 4 -guajen 2,8336 2,14 13,6121 12,891 12,9732 -patchoulen 13,36 13,23 9,132 9,4871 8,8174 6 bulnesen 23,4932 24,4749 1,922 1,81 24,249 7 norpatchoulenol 6,13 4,89-8,2936-8 patchouli alkohol 19,792 29,4717 34,7622 36,2217 4,2866 9 pogostol 3,1892,376 7,4738 2,1736 7,646 Konsentrasi komponen patchouli alkohol dalam minyak nilam yang diperoleh setiap jam penyulingan disajikan pada Gb.11. Komponen yang tertinggi berada pada jam ke lima dan yang terendah berada pada jam pertama. Hal ini diperkirakan pada jam pertama minyak yang mengandung komponen-komponen ringan terlebih dahulu keluar dan berikutnya dilanjutkan dengan komponen-komponen berat yang merupakan golongan sesquiterpen dengan berat molekul yang tinggi. Salah satu dari senyawa-senyawa tersebut adalah patchouli alkohol [Guenther, 1949].

4 4 3 Patchouli alkohol, % konsentrasi 3 2 2 1 1 1 2 3 4 6 (t/ t) Gambar 11. Pengamatan komponen patchouli alkohol setiap pengambilan per jam proses penyulingan minyak nilam Kesimpulan Hasil minyak nilam rakyat memiliki sifat fisiko kimia seperti bobot jenis, indek bias, putaran optik, bilangan asam, bilangan ester dan kelarutan dalam etanol 9 % yang sangat bervariasi dan ada yang belum memenuhi syarat mutu Standar Nasional Indonesia (SNI). Warna perolehan minyak nilam rakyat rata-rata berwarna sangat gelap. Perolehan minyak nilam setiap jamnya mempunyai kecenderungan yang menurun selama proses penyulingan. Kerapatan unggun sangat mempengaruhi perolehan minyak. Nilai kerapatan unggun optimum yang diperoleh adalah,13 kg/lt. Rasio massa kukus per massa unggun yang digunakan oleh industri rakyat bervariasi dalam rentang 4,7-7, memberikan perolehan 2,4-3,3 %. Penyulingan rakyat dioperasikan pada massa kukus yang lebih rendah.bahan bakar yang digunakan pada industri rakyat yaitu kayu bakar dengan kebutuhan sekitar,3-,3 m 3 untuk jam penyulingan. Effisiensi penggunaan energi bahan bakar pada industri rakyat rata-rata 27 %. Effisiensi ini dianggap terlalu rendah. Konsentrasi patchouli alkohol yang diperoleh dari industri rakyat sepanjang waktu penyulingan sekitar 23 %. Konsentrasi patchouli alkohol yang diperoleh setiap jam penyulingan dari jam ke jam berikutnya semakin naik. Daftar Pustaka Akhila and Tewari,(1984), Chemistry of Patchouli: A Review, Current Res. Aromat Plants, 6(1),hal.38-4. Buchi,G. and Nobel Wakabayashi,1961, Constitution of Patchouli Alcohol and Absolute Configuration of Cedrene Journal American Chemical Society,hal.83, 927 Dummond,H.M.,(196), Patcouli oil, Journal Perfumery and Essential Oil Record, hal.484-493 Dung N.X.,P.A. Leclereq,T.H.Thai, and L.D. Moi, 1989, Chemical Composition of Patchouli Oil from Vietnam, The Journal of Essential Oil Research,1(2) :hal.99-1. Ernest Guenther, Ph.D.(,1947), The Essential Oils Volume I,II dan III D.Van Nostrand Company Inc., New York. Ketaren S., (198), Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, PN Balai Pustaka, Jakarta. Masada Y.,(197), Analysis of Essential Oils by Gas Chromatography and Mass Spectrometry, John Wiley and Sons Inc.,New York. Rusli dan Hasanah,(1977), Cara Penyulingan Daun Nilam Mempengaruhi Rendemen dan Mutu Minyaknya, Pemberitaan LPTI Standar Nasional Indonesia (SNI),(1991), Minyak Nilam, Dewan Standarisasi Nasional, Jakarta