BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoritis. 1. Hasil Belajar Matematika. a. Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. yang menyulitkan untuk mencapai tujuan tertentu.menurut Polya sebagaimana

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIK

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

BAB 11 KAJIAN TEORI. pengetahuan. Kemampuan pemahaman (comprehention) adalah. situasi serta fakta yang diketahuinya. 1 Dapat pula Pemahaman diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

Seminar Pendidikan Serantau 2011

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. berproses secara efektif dan efisien tanpa adanya model pembelajaran. Namun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika

2014 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) 5E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GENERALISASI MATEMATIS SISWA SMP

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. paling kompleks dibandingkan dengan tipe belajar lainnya 1.

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB II KAJIAN TEORI. pengertian dari belajar itu sendiri. Belajar merupakan suatu. aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB II KAJIAN TEORITIS. sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) PADA MATERI PECAHAN DI KELAS VII

BAB II LANDASAN TEORI. dengan aturan-aturan lama dan merevisinya, apabila aturan-aturan itu tidak lagi. agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB II KAJIAN TEORETIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 15 PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 6E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON DI KELAS X SMA NEGERI 3 PEKANBARU

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

Yudi Budianti Isma Safiyyah ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis dan jenjang pendidikan. Belajar menjadi suatu kebutuhan bagi setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

Suheni Dwi Cahyati Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Belajar telah dijadikan alat hidup dan wajib belajar selama

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Spasial

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoritis 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa a. Pengertian Kemampuan Pemecahan Masalah Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, masalah diartikan sebagai sesuatu yang harus diselesaikan. 1 Krulik dan Rudnik (1995 : 4) mendefinisikan masalah secara formal sebagai berikut : A problem is a situation, quantitatif or otherwise, that confront an individual or group of individual, that requires resolution, and for wich the individual sees no apparent or obvius means or path to obtaining a solution. 2 Definisi tersebut menjelaskan bahwa masalah adalah suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang atau kelompok yang memerlukan suatu pemecahan tetapi individu atau kelompok tersebut tidak memiliki cara yang langsung dapat menentukan solusinya. Hal ini berarti pula masalah situasi tersebut (masalah) dapat ditemukan solusinya dengan menggunakan strategi berpikir yang disebut pemecahan masalah. Pemecahan masalah didefinisikan oleh G. Polya sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. 3 Menurut John W Santrock 1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia,Balai Pustaka,Jakarta, 2005, h.719 2 Dindin Abdul Muiz Lidinillah, Heuristik Dalam Pemecahan Masalah Matematika Dan Pembelajarannya Di Sekolah Dasar, File UPI, h.2 3 Janulis Purba, Pemecahan Masalah dan Penggunaan Strategi Pemecahan Masalah, File UPI, Bandung, h.4 12

13 pemecahan masalah (problem solving) adalah mencari cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan 4. Sementara itu, Mulyono Abdurrahman mendefenisikan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika sebagai aplikasi dari konsep dan keterampilan yang biasanya melibatkan beberapa kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang berbeda 5. Dalam pembelajaran matematika, masalah dapat disajikan dalam bentuk soal non rutin yang berupa soal cerita, penggambaran fenomena atau kejadian, ilustrasi gambar atau teka-teki. Masalah tersebut kemudian disebut masalah matematika karena mengandung konsep matematika. Pemecahan masalah matematika dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan analisis dan dapat membantu mengaplikasikan kemampuan tersebut untuk situasi yang berbeda. Pemecahan masalah juga dapat membantu siswa memahami fakta matematika, keterampilan, konsep dan prinsip dengan penggambaran aplikasi objek matematika dan hubungan di antara objek-objek tersebut. Idealnya aktivitas pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya, melainkan juga bagaimana menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari. 4 John W Santrock, Psikologi Pendidikan Jakarta, Kencana, 2011, h. 368 5 Mulyono Abdurrahman, Pendidkan Bagi Anak Berkesulitan Belajar,Jakarta, Rineka Cipta, 2003, h. 254

14 b. Tahap-Tahap Pemecahan Masalah Untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah, dapat mengikuti langkah-langkah dari Polya yang telah disusun secara hirarkis yaitu sebagai berikut: 6 1) Memahami masalah Untuk dapat memahami masalah, hal-hal yang harus dilakukan adalah: a) Identifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan b) Memperkenalkan notasi yang cocok c) Memodelkan masalah dalam bentuk diagram atau gambar d) Memberikan ilustrasi atau contoh pada data berupa definisi 2) Menyusun strategi Hal-hal yang dilakukan ketika menyusun strategi penyelesaian diantaranya: a) Menyatakan kembali masalah itu ke dalam bentuk yang lebih operasional b) Mengingat kembali apakah masalah yang dihadapi telah dikenal dengan baik sebelumnya, baik masalah yang sama maupun dalam bentuk yang berbeda c) Menentukan definisi atau aturan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi d) Perhatikan apa yang harus dicari (dibuktikan), dapatkah kita mengkondisikan sesuatu yang lebih sederhana sehingga kita dapat memperoleh apa yang dicari (dibuktikan) e) Menyelesaikan masalah dalam bentuk atau formulasi yang lebih sederhana f) Mengembangkan data yang diberikan berdasarkan aturan yang sudah diketahui 3) Melaksanakan strategi Hal-hal yang dilakukan ketika menjalankan strategi penyelesaian diantaranya: a) Lakukan rencana strategi itu untuk memperoleh penyelesaian dari masalah b) Perhatikan apakah setiap langkah yang dilakukan sudah benar (validitas argument dapat dipertanggungjawankan) 6 Kunandi, Pemecahan Masalah Matematika, Jurnal UPI, h.1-2

15 4) Memeriksa hasil yang diperoleh Hal-hal yang dilakukan dalam memeriksa penyelesaian yang dihasilkan diantaranya: a) Memeriksa validitas argument pada setiap langkah yang dilakukan b) Menggunakan hasil yang diperoleh pada kasus khusus atau masalah lainnya c) Menyelesaikan masalah dengan cara yang berbeda c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemecahan Masalah Siswa Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemecahan masalah siswa adalah: 7 1) Faktor Internal Siswa Faktor internal siswa adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri yang terdiri dari 2 aspek, yaitu aspek yang menyangkut tentang keberadaan kondisi fisik siswa yang disebut dengan aspek fisiologis, dan aspek yang mencakup tingkat kecerdasan, sikap, bakat, dan motivasi siswa yang disebut aspek psikologis. 2) Faktor Eksternal Siswa Faktor eksternal siswa adalah faktor yang berasal dari luar siswa, yang meliputi lingkungan social dan faktor lingkungan non sosial. Faktor lingkungan sosial adalah faktor yang meliputi keberadaan para guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas. Faktor non sosial adalah faktor yang keberadaannya dan penggunaannya diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan belajar yang telah dirancang dan turut menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam belajar meliputi keberadaan gedung sekolah, tempat tinggal siswa, alat-alat praktikum, perpustakaan, dan lain-lain. 3) Faktor Pendekatan Belajar Faktor pendekatan belajar merupakan proses belajar siswa untuk meliputi strategi atau metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi pelajaran. 132 7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,Bandung, 2005, h.

16 d. Manfaat Kemampuan Pemecahan Masalah Ada beberapa manfaat yang diperoleh siswa melalu pemecahan masalah yaitu 1) Siswa akan belajar bahwa ada banyak cara untuk menyelesaikan masalah suatu soal dan ada lebih dari satu solusi yang mungkin dari suatu soal. 2) Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, maupun membuat analisa dan sistematis, dan dituntut membuat evaluasi terhadap hasil pemecahannya. 3) Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas dan beraneka ragam, serta dapat menambah pengetahuan yang baru. 2. Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) Pembelajaran siklus adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran Siklus merupakan tahap-tahap kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. 8 Pembelajaran Siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Pembelajaran siklus pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: eksplorasi 8 Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna. (2008). Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Tersedia di http://massofa.wordpress.com/2008/01/06/pembelajarandengan-modelsiklus-belajar-learning-cycle/diakes pada Minggu, 1 Mei 2013.

17 (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), penerapan konsep (concept application). Pada proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami pengembangan yaitu: pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation). Pembelajaran siklus merupakan pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis. Teori kontruktivis dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil telah memiliki kemampuan untuk mengkontruksi pengetahuannya sendiri. Pengetahuan yang dikontruksi oleh anak sebagai subjek, maka akan menjadi pengetahuan yang bermakna, sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara dan setelah itu dilupakan. 9 Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. 10 Dalam proses belajar, hasil belajar, strategi belajar dan cara belajar akan dapat mempengaruhi perkembangan tata piker dan skema berpikir seseorang. 9 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,2006, h. 121 10 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Prestasi Pustaka. Jakarta, 2007, h.13

18 Berikut tahapan tahapan pembelajaran siklus: 11 a. Fase pendahuluan (Engegament ) Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dengan keingintahuan (curiocity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang sesuai dengan topik yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijak oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan dibahas. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas. b. Fase eksplorasi (Exploration) Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pengajaran langsung dari guru untuk menguji prediksi, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide melalui kegiatan telaah pustaka dengan dipandu oleh guru. Siswa diminta untuk membuat kesimpulan dari apa yang mereka diskusikan dengan bahasanya sendiri. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator kelompok belajar, sehingga setiap siswa dalam kelompok turut berpartisipasi dalam memecahkan masalah. 11 Made Wena, Loc. Cit

19 Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, atau mungkin sebagai salah dan sebagian benar. c. Fase penjelasan (Explanation) Kegiatan belajar pada fase penjelasan ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep yang dipahaminya dengan kata-katanya sendiri, menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya. Pada kegiatan ini sangat penting adanya diskusi antar anggota kelompok yang mengkritisi penjelasan konsep dari siswa yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi defenisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penejelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi. d. Fase Elaborasi (Elaboration) Kegiatan belajar pada fase ini mengarahkan siswa untuk menerapkan konsep yang telah dipahami dan keterampilan yang dimiliki pada situasi baru. Guru dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh penjelasan alternative dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi dalam situasi baru. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan konsep yang baru dipelajarinya dalam situasi baru.

20 e. Fase Evaluasi (Evaluation) Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri denga mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban dengan menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan metode siklus belajar yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Berdasarkan uraian di atas peneliti berpendapat aktivitas dalam siklus belajar bersifat fleksibel tetapi urutan fase belajarnya bersifat tetap. Format belajar dalam siklus belajar dapat berubah tetapi urutan setiap fase tersebut tidak dapat diubah atau dihapus, karena jika urutannya diubah atau fasenya dihapus maka model yang dimaksud tidak berupa siklus belajar. Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna mengungkapkan bahwa penerapan pembelajaran siklus memberi keuntungan sebagai berikut: 1. Meningkatkan motivasi belajar karena peserta didik dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran 2. Membantu mengembangkan sikap ilmiah peserta didik 3. Pembelajaran menjadi lebih bermakna 12 12 Fauziatul Fajaroh dan I Wayan Dasna. Loc.cit

21 Adapun kekurangan penerapan pembelajaran siklus yang harus diantisipasi diperkirakan sebagai berikut: 1. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran 2. Menurut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran 3. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi 4. Memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran 13 13 Loc.cit

22 TABEL II. 1 AKTIVITAS BELAJAR ATAU METODE YANG DAPAT DILAKUKAN DALAM TIAP FASE PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) Fase Engagement Guru: 1. Guru membangkitkan minat dan keingintahuan siswa dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan awal/menginformasikan fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi pelajaran serta mendorong siswa untuk mengingat pengalaman sehariharinya yang berhubungan dengan pelajaran. 2. Guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa mengenai fenomena yang berhubungan dengan materi. Guru 1. Guru meminta siswa berdiskusi dalam kelompok tentang materi yang dipelajari dengan melengkapi LKS 2. Guru mengamati kerja siswa dalam kelompok, jika siswa mengalami kesulitan guru memberikan arahan Fase Exploration Fase Explanation Guru: 1. Guru memilih kelompok untuk menjelaskan hasil diskusi di depan kelas (pemilihan kelompok dilakukan dengan cara pengundian) 2. Guru mengarahkan agar terjadinya diskusi kelas, dengan cara meminta siswa lain untuk menanggapi dan mengkritisi 3. Guru memberikan penjelasan materi kepada siswa 4. Guru membenarkan konsep yang diperoleh siswa jika terjadi mikonsepsi terhadap materi yang dipelajari Siswa: 1. Memberi respon terhadap pertanyaan yang diberikan guru 2. Siswa mengajukan pertanyaan Siswa: 1. Siswa berdiskusi tentang materi yang dipelajari dengan cara melengkapi soal eksplorasi pada LKS Siswa: 1. Siswa menjelaskan hasil diskusi kelompok di depan kelas Siswa lain menanggapi dan mengkritisi hasil diskusi kelompok Penyaji 2. Menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa lain

23 Fase Elaboration Guru 1. Guru membimbing siswa menerapkan konsep-konsep tersebut dalam situasi baru, dengan cara memberikan soal elaborasi pada LKS 2. Guru meminta siswa mengumpulkan LKS untuk diperiksa Guru: 1. Guru memberikan soal evaluasi, evaluasi terhadap pengetahuan siswa Fase Evaluation Siswa: 1. Siswa menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajari dengan cara mengerjakan soal-soal pada LKS (tetap duduk dalam kelompok) 2. Siswa mengumpulkan LKS Siswa: 1. Siswa mengerjakan soal-soal evaluasi yang telah diberikan oleh guru. 3. Hubungan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) Pembelajaran siklus adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan gayanya sendiri, peran guru berubah dari peran sebagai sumber belajar menjadi peran sebagai fasilitator, artinya guru lebih banyak sebagai orang yang membantu siswa untuk belajar. Seluruh akvitas yang dilakukan oleh siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, sehingga hal ini dapat melatih pengembangan intelektual dan mental siswa melalui proses berfikir mereka secara bersama. Dalam pembelajaran siklus ini siswa didorong untuk memecahkan suatu masalah secara berkelompok dengan temannya. Melalui penerapan pembelajaran siklus diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan

24 guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dia pelajari. Untuk mengarahkan pada pembelajaran ini guru harus menjadi fasilitator yang membimbing siswa kearah pembentukan pengetahuan oleh diri mereka sendiri berdasarkan lingkungan dan keadaan yang ada disekeliling mereka. Nurhadi dkk yang dikutip oleh Baharuddin dan Wahyuni mengemukakan bahwa 14 Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivisme adalah ide. Siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain. Dengan dasar itu, maka belajar dan pembelajaran harus dikemas menjadi proses mengkonstruksi bukan menerima pengetahuan. Sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Slavin yang dikutip oleh Baharuddin dan Wahyuni bahwa 15 Dalam proses belajar dan pembelajaran siswa harus terlibat aktif dan siswa menjadi pusat kegiatan belajar dan pembelajaran di kelas. Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan mengajar menggunakan cara-cara yang membuat sebuah informasi menjadi bermakna dan relevan bagi siswa. Untuk itu guru harus memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri, disamping mengajarkan siswa untuk menyadari dan sadar akan strategi belajar mereka sendiri. Berdasarkan uraian tersebut, siswa diharapkan mampu memecahkan masalah dengan baik maka guru harus memberi kesempatan 14 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2010, hlm.116 15 Ibid, hlm.116

25 kepada siswa untuk menemukan dan mengaplikasikan ide-ide mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka. Sanjaya mengatakan bahwa pengetahuan yang dikontruksi sendiri oleh siswa akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Sedangkan pengetahuan yang hanya diperoleh melalui proses pemberitahuan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna. Pengetahuan tersebut hanya untuk diingat sementara setelah itu dilupakan. 16 Pembelajaran siklus menuntut siswa untuk berpartisipasi aktif melakukan berbagai kegiatan dalam setiap fase. Sedangkan guru berperan sebagai fasilitator yang mengelola berlangsungnya fase-fase tersebut. Implementasinya dalam pemecahan masalah, siswa dapat mengecek kembali langkah-langkah yang telah dilakukan serta menginterpretasikan penyelesaian yang telah diperoleh pada tahap sebelumnya. Dengan demikian, penerapan model ini dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. B. Penelitian Yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya yang dilakukan oleh Apriyani dengan judul Penerapan Model Learning Cycle 5e Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sanden Kelas VIII Pada Pokok 16 Wina Sanjaya, Loc. cit

26 Bahasan Prisma Dan Limas. Adapun hasil penelitian tersebut adalah Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa meningkat dari 48,46% pada akhir siklus 1, menjadi 68,95% pada akhir siklus 2. 17 Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Apriyani merupakan Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian yang dilakukan oleh Vivi Elfira dengan judul Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Siklus terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa MTs TI Batu Belah Kabupaten Kampar. Adapun hasil penelitian tersebut adalah pembelajaran siklus berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematika. Hal itu terlihat dari nilai t hitung = 3,02 dan t tabel = 2,04. 18 Adapun yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis adalah variabel terikatnya yaitu pemahaman konsep, sedangkan variabel terikat peneliti adalah kemampuan pemecahan masalah matematika. C. Konsep Operasional Konsep operasional ini merupakan konsep yang digunakan untuk memberi batasan terhadap konsep-konsep teoritis agar jelas dan terarah. Adapun konsep yang akan dioperasionalkan adalah sebagai berikut: 17 Apriyani, Penerapan Model Learning Cyce 5e Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Sanden Kelas VIII Pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas, Pendidikan Matematika UNY, 2010 18 Vivi Elfira, Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Siklus terhadap Pemahaman Konsep Matematika Siswa MTs TI Batu Belah Kabupaten Kampar, Pendidikan Matematika UIN Suska Riau, 2012

27 1. Pembelajaran Siklus (Learning Cycle) Pembelajaran siklus merupakan variabel bebas yang mempengaruhi pemecahan masalah matematika siswa. Adapun langkahlangkah penyajian pembelajaran siklus yang disiapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: a) Tahap Persiapan 1) Membuat RPP 2) Membuat LKS 3) Membuat soal-soal tes b) Tahap Pelaksanaan 1) Pendahuluan a) Guru membuka pembelajaran dengan salam. b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran c) Siswa diingatkan kembali tentang pelajaran yang berhubungan dengan pelajaran yang akan dipelajari d) Tahap engagement (1) Guru membangkitkan minat dan keingintahuan siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupan seharihari yang berkaitan dengan materi pelajaran. (2) Siswa diberi kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya. (3) Guru mengarahkan siswa pada konsep. (4) Siswa dikondisikan untuk melakukan kegiatan diskusi dalam kelompoknya masing-masing. 2) Kegiatan Inti

28 a) Tahap exploration 1) Siswa dalam kelompok masing-masing bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan yang terdapat di LKS 2) Guru mengawasi jalannya diskusi kelompok dan memberikan bimbingan bilamana diperlukan. 3) Siswa mendapat suatu kesimpulan. b) Tahap explanation Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka di depan kelas sedangkan kelompok lain dipersilakan untuk memberikan tanggapan, masukan maupun pertanyaan. c) Tahap elaboration (1) Siswa kembali melakukan diskusi dalam kelompoknya masing masing untuk menyelesaikan soal-soal yang terdapat dalam LKS. (2) Guru mengamati aktifitas diskusi siswa, menilai keaktifan siswa dalam diskusi serta memberikan bimbingan bila diperlukan. (3) Beberapa siswa menuliskan hasil pekerjaan mereka di papan tulis sedangkan siswa yang lain memberikan tanggapan. 3) Penutup a) Tahap evaluation (1) Guru membagikan soal evaluasi (kuis) kepada siswa. (2) Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dalam waktu yang telah ditentukan. Setelah waktu yang ditentukan selesai,

29 siswa diminta mengumpulkan jawaban mereka masingmasing. (3) Siswa dengan bimbingan guru menyimpulkan pembelajaran hari ini, yakni tentang luas permukaan prisma. (4) Siswa dipersilakan menanyakan materi yang belum mereka pahami terkait dengan pembelajaran hari ini. 2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Pemecahan masalah matematika siswa merupakan variabel terikat yang dipengaruhi oleh pembelajaran siklus. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa akan dilihat dari hasil tes soal yang berisi kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dilakukan setelah penerapan pembelajaran siklus pada salah satu kelas. Perbedaan hasil tes yang signifikan dari kedua kelas tersebut akan memperlihatkan pengaruh dari penggunaan pembelajaran siklus. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran siklus dideskripsikan sebagai gambaran yang menjadi indikator yang mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa. Adapun indikator yang menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa adalah: 1. Menunjukkan pemahaman masalah 2. Merancang strategi pemecahan masalah 3. Melaksanakan strategi pemecahan masalah 4. Memeriksa kebenaran jawaban

30 Penskoran tes kemampuan pemecahan masalah matematika sebagai berikut: 19 TABEL II.2 PEMBERIAN SKOR KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Skor 0 1 2 3 4 Memahami Masalah Salah menginterpretasi kan soal/salah sama sekali Tidak mengindahkan kondisi soal/interpensi soal kurang tepat Memahami soal Merencanakan Penyelesaian Tidak ada rencana penyelesaian Membuat rencana strategi yang tidak relevan Membuat rencana strategi penyelesaian yang kurang relevan sehingga tidak dapat dilaksanakan Membuat rencana strategi penyelesaian yang benar tetapi tidak lengkap Melaksanakan Penyelesaian Tidak ada penyelesaian Melaksanakan prosedur yang mengarah pada jawaban benar tapi salah dalam penyelesaian Melaksanakan prosedur yang benar, mendapatkan hasil yang benar Memeriksa Kembali Tidak ada keterangan Pemeriksaan hanya pada hasil perhitungan Pemeriksaan kebenaran prosedur (keseluruhan) Membuat rencana strategi penyelesaian yang benar mengarah pada jawaban Skor max = 2 Skor max = 4 Skor max= 2 Skor max = 2 19 Endang dan Kusnandi, Makalah Seminar Penyuluhan Pembelajaran Matematika dengan Problem Solving, Bandung,2004. h.38

31 D. Asumsi dan Hipotesis Asumsi dalam penelitian ini adalah kemampuan pemecahan masalah matematika siswa masih rendah, sedangkan hipotesis penelitian ini adalah: Ha : Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang belajar menggunakan Pembelajaran Siklus dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional Ho : Tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika antara siswa yang belajar menggunakan Pembelajaran Siklus dengan siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional