BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI. masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam

dokumen-dokumen yang mirip
MAKNA PERAYAAN LIMBE DALAM MASYARAKAT DENGKA DULU DAN SEKARANG

BAB I PENDAHULUAN. Do Tenu Hatu. Ada pula yang menyebutnya dengan nama Nes Do Male atau

BAB II TELAAH TEORITIS ANIMISME DALAM MASYARAKAT. Nusak Dengka, dan makna perayaan Limbe dalam masyarakat tersebut.

BAB III KEPERCAYAAN MASYARAKAT. berdasarkan UU Nomor 9 Tahun Pada 11 Maret 2002 Dewan Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Karo memiliki berbagai upacara, tradisi, maupun beragam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang Masalah. Kehidupan kelompok masyarakat tidak terlepas dari kebudayaannya sebab kebudayaan ada

BAB I PENDAHULUAN. yang pada umumnya mempunyai nilai budaya yang tersendiri. Dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

PARTISIPAN : (Yang menjual anak) Nama : Alamat : Umur : Pekerjaan : Pendidikan : Jabatan dalam gereja/masyarakat :

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Tidak hanya menyebarkan di daerah-daerah yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. universal artinya dapat di temukan pada setiap kebudayaan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. dan doa-doa, manuk mira, dan boras pirma tondi oleh amang, inang,

BAB II GAMBARAN UMUM NEGARA JEPANG. Kepulauan Jepang yang terletak lepas pantai timur benua Asia,

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

Ketika Budaya Sasi Menjaga Alam Tetap Lestari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nias merupakan salah satu pulau yang kaya dengan peninggalan megalitik

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB I PENDAHULUAN. istiadat. Wujud kedua, adalah sistem sosial atau social sistem yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara kepulauan dengan ratusan suku bangsa,

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara satu sama lain. Hal ini dapat kita

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suku Batak merupakan salah satu suku yang tersebar luas dibeberapa

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

BAB IV MAKNA PELAKSANAAN UPACARA ADAT ALAWAU AMANO BAGI KEHIDUPAN ORANG NOLLOTH. A. Mendiskripsikan Upacara Adat Kematian Alawau Amano

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB V TINGKAT KEINGINAN PINDAH PENDUDUK DI DAERAH RENTAN BAHAYA LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Arsitektur Dayak Kenyah

No Nama Umur Pekerjaan Alamat. 1 Yohanes 60 tahun Pensiunan Pegawai. 2 Adrianus 45 tahun Guru Agama Desa. 3 April 25 Tahun Pembuat senjata Desa

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. cukup kaya akan nilai sejarah kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dari negara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

GLOSARIUM. Anak perempuan yang berada dalam suatu garis keturunan sebuah keluarga atau semua wanita dalam sebuah kelompok masyarakat adat Kerinci.

BAB I PENDAHULUAN. ditinggalkan, karena merupakan kepercayaan atau citra suatu kelompok dan

BAB IV ANALISIS. yang berlangsung secara turun-temurun yang diwarisi oleh pelaku dari leluhur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. Karakteristik geografis suatu negara senantiasa mempunyai pengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara kepulauan yang memiliki beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki kekayaan budaya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) 1, mendapat pengaruh yang cukup besar

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

Bab 5. Ringkasan. Negara Jepang adalah negara yang kaya akan kebudayaan dan banyak terdapat

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Samosir dikenal masyarakat Indonesia karena kekayaan budaya yang

KONTEN BUDAYA NUSANTARA Upacara Adat Rambu Solo - Toraja

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. asia, tepatnya di bagian asia tenggara. Karena letaknya di antara dua samudra,

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari orang Jawa. Keyakinan adanya tuhan, dewa-dewa, utusan, malaikat, setan,

Transkripsi:

BAB IV MAKNA LIMBE BAGI MASYARAKAT DENGKA MASA KINI IV.1 Pengantar Sebagaimana telah dipaparkan dalam Bab I bahwa meskipun sebagian besar masyarakat Nusak Dengka telah menganut agama Kristen, namun dalam kenyataannya masih terdapat orang-orang yang merupakan penganut kepercayaan Dinitiu, khusunya mereka yang berasal dari dua suku besar masyarakat Dengka yaitu Ello dan Tasi oe, yang hingga kini masih aktif dalam menjalankan upacara besar dalam kepercayaan mereka yaitu Limbe. Hal ini pun memunculkan pertanyaan bahwa apakah makna limbe yang dipahami oleh masyarakat Dengka mula-mula tetap dimaknai sama oleh orang Dengka masa kini? Sehingga Limbe tetap dilestarikan di dalam masyarakat Dengka saat ini yang telah mengenal bahkan hidup secara Kristen. Oleh karena itu, dalam bab ini akan dilakukan analisa dengan membandingkan teori dalam bab II dengan hasil penelitian pada bab III, sehingga dapat diperoleh makna dibalik terlaksananya ritual upacara Limbe dalam masyarakat Dengka masa kini 63

IV.2 Interpretasi atas Lahirnya Kepercayaan Dinitiu Berdasarkan teori animisme dalam bab II dan gambaran kepercayaan masyarakat Dengka dalam bab III diketahui bahwa masyarakat Dengka mula-mula telah memiliki pemahaman bahwa adanya suatu kekuatan tertentu yang diyakini memiliki kuasa dalam mengendalikan alam. Hal tersebut dapat dipahami, sebab manusia dengan tingkat intelektual yang rendah menghadapi segala perubahan yang terjadi dalam alam termasuk perubahan dalam siklus kehidupannya belum bisa memahami segalanya dengan benar. Oleh karena itu, mereka cenderung menyakini adanya suatu kekuatan yang absolut di luar dirinya yang menyebabkan terjadinya segala perubahan tersebut. Dengan menjalani situasi yang demikian dari waktu ke waktu, pada akhirnya mereka tiba pada suatu pemahaman lanjutan tentang pemilik kekuatan tersebut yaitu para roh nenek moyang. Dimana hal ini lahir atas dasar pemahaman mereka tentang paham jiwa yang muncul atas kesadaran bahwa pribadi manusia terdiri dari dua elemen yaitu tubuh dan jiwa. Jiwa yang lepas dari tubuh yang mati itu dipercaya tetap mendiami alam di sekitar manusia dan memiliki kekuatan yang melebihi manusia sebab mereka berada dalam wujud roh yang tidak dapat dibatasi. Karenanya hal itu menjadi dasar pemikiran bahwa roh memiliki suatu kekuatan yang tidak dimiliki oleh manusia termasuk kekuatan untuk 64

mendatangkan kesejahteraan dan kecelakaan bagi manusia, baik dalam sistem mata pencaharian mereka maupun dalam siklus kehidupan mereka. Oleh karena itu, agar terjaminnya keselamatan dan kesejahteraan dalam hidup dan tempat tinggal mereka itu, maka berbagai aktifitas penyembahan terhadap roh nenek moyang pun dilakukan seperti ritual-ritual dan upacara adat dengan menggunakan seperangkat atribut termasuk mensakralkan tempat pelaksanaan ritual penyembahan, benda-benda yang digunakan dalam berbagai ritual tersebut, serta penentuan orang-orang yang berperan aktif dalam penyelenggaraan berbagai aktifitas ritual itu. Dengan demikian secara turun-temurun masyarakat Dengka terikat dengan berbagai ritual keagamaan yang harus dijalani, yang mana sematamata bertujuan untuk mendapatkan pertolongan roh-roh nenek moyang agar kehidupan mereka dijauhkan dari segala hal yang mendatangkan celaka. Dengan berjalannya waktu kepercayaan Dinitiu ini akhirnya mengalami evolusi sebagaimana yang dikemukakan oleh Tylor dalam bab II, yakni dari kepercayaan pada roh-roh nenek moyang berlanjut pada kepercayaan pada banyak dewa, dengan Teluk Aman Lai Londa sebagai dewa agung. Hal ini menjadi cikal bakal munculnya monotheis yakni kepercayaan kepada satu Tuhan, dimana pada akhirnya agama Kristen berhasil masuk dalam kehidupan masyarakat Dengka. Namun dengan diterimanya agama Kristen oleh masyarakat Dengka tidak 65

serta membuat mereka meninggalkan kepercayaan Dinitiu sebab wujud kepercayaan tersebut nyata dalam berbagai ritual upacara yang masih dilaksanakan hingga kini oleh masyarakat Dengka. Salah satunya upacara Limbe yaitu suatu ritual penyembahan pada roh nenek moyang dan terutama bagi Teluk Aman yang berkuasa memberikan kemakmuran bagi masyarakat Dengka yang berkaitan dengan pemberian hujan yang diperlukan masyarakat untuk menyuburkan lahan pertanian. IV.3 Unsur Positif dan Negatif dalam Limbe Dengan melihat gambaran upacara Limbe serta maknanya bagi kehidupan masyarakat Dengka mula-mula, maka dapat diketahui bahwa adanya hal-hal yang positif yang diperoleh oleh masyarakat dengan dilaksanakannya ritual upacara tersebut. Berikut ini adalah beberapa hal positif yang bisa diperoleh, yaitu: 1. Menjaga keseimbangan alam Masyarakat Nusak Dengka percaya bahwa roh-roh nenek moyang dan para dewa bisa melakukan berbagai hal untuk mendatangkan kesejahteraan bagi mereka dan tempat di mana mereka menjalani kehidupan. Di samping itu, masyarakat Dengka sendiri merupakan penduduk yang memiliki keterikatan dan kebergantungan yang erat dengan lingkungan alam, yang 66

merupakan tempat hidup mereka, sebab mereka hidup dari apa yang diberikan oleh alam. Untuk itu, menjaga kelestarian dan keimbangan alam nyata dalam ritual upacara Limbe, dimana masyarakat Dengka melakukan penyembahan pada roh nenek moyang dan para dewa untuk memberikan kesejahteraan bagi tempat hidup mereka dalam bentuk curah hujan yang tinggi. Dengan adanyanya curah hujan yang tinggi, maka keseimbangan alam dapat tetap terjaga. 2. Menguatkan solidaritas masyarakat Ritual upacara Limbe dapat dikatakan sebagai salah satu upacara besar bagi masyarakat Dengka secara umum dan penganut Dinitiu secara khusus. Meskipun hanya suku Tasi oe dan Elo yang berperan aktif sebagai pelaksana upacara tersebut, namun seluruh masyarakat Dengka ikut menghadiri perayaan ritual tersebut. Hal ini digambarkan dengan berbagai perayaan lanjutan yang dilakukan setelah ritual penyembahan selesai dilaksanakan yaitu adanya pawai kuda berhias dalam bentuk foti hus, kebalai, silat kampung dan diakhiri dengan makan bersama seluruh masyarakat Dengka. Dengan demikian, ritual upacara Limbe berdampak positif dalam menyatukan seluruh masyarakat Dengka dalam suatu kebersamaan atau solidaritas. 67

Selain adanya hal positif terdapat juga hal negatif yang muncul dari dilaksanakannya ritual upacara Limbe. Berikut ini merupakan beberapa hal negatif yang diperoleh: 1. Masyarakat Dengka, khususnya para pelaku upacara Limbe terkungkung dalam suatu pemahaman bahwa curah hujan yang tinggi hanya dapat diperoleh dengan dilaksanakannya penyembahan pada roh nenek moyang dan dewa Teluk Aman melalui ritual upacara Limbe. Oleh karena itu, upacara Limbe harus dilaksanakan secara rutin setiap tahunnya agar mereka tetap memperoleh musim hujan, sehingga keseimbangan hidup tetap berlangsung. Hal ini membuat mereka pasrah terhadap keadaan, jika ritual mereka tidak berkenan di hadapan para roh dan dewa yang disembah maka mereka menerima musibah kekeringan sebagai sesuatu hukuman yang harus dijalani. Dengan demikian, kehidupan mereka tidak dapat berkembang, selamanya mereka bisa ada dalam pola pemikiran yang demikian. 2. Kepercayaan yang sangat kuat terhadap roh nenek moyang dan para dewa yang disembah, yang dapat dilihat melalui kesetiaan masyarakat Dengka dalam menjadi bagian atau ikut merayakan berbagai ritual upacara, dapat membuat mereka masuk dalam suatu sinkritime. Hal ini memungkinkan 68

sebab sebagian besar masyarakat Dengka telah menerima agama Kristen protestan. Oleh karena itu, ikut berperan baik secara langsung maupun tidak dapat berdampak buruk bagi kehidupan keagamaan masyarakat yang telah hidup secara kekristenan. IV.4 Makna upacara ara Limbe bagi masyarakat Dengka masa kini Berdasarkan gambaran di atas, dapat kita ketahui mengapa masyarakat Dengka tetap melaksanakan Limbe dalam kehidupan bermasyarakat yang sebagian besarnya telah menerima agama Kristen Protestan. Hal ini disebabkan karena dua suku besar yaitu Elo dan Tasi oe merupakan suku yang diberi tanggung jawab sebagai penghubung masyarakat dengan para roh dan dewa yang disembah, telah menjalankan hal tersebut secara turun-temurun hingga sekarang sebagai wujud dari sistem kepercayaan yang dianut yaitu Dinitiu. Kesetiaan mereka sebagai para penganut kepercayaan inilah yang membuat mereka terus melaksanakan ritual upacara tersebut. Selain itu, pemahaman mereka yang terus diyakini bahwa hanya roh nenek moyang dan dewa Teluk Aman yang dapat memberikan curah hujan yang tinggi sehingga mereka terus menjadikan Limbe sebagai bagian dari kehidupan keagamaan mereka. Hal ini juga disebabkan kondisi Desa Boni, tempat pelaksanaan Limbe, adalah Desa yang sangat kering sehingga kehidupan mereka 69

sebagai petani dan peternak sangat bergantung pula pada curah hujan yang tinggi. Oleh karena itu, ritual upacara Limbe diyakini sebagai satu-satunya jalan bagi masyarakat untuk tetap berada dalam keseimbangan hidup, sehingga upacara tersebut tetap dilaksanakan secara turun temurun hingga sekarang, meskipun kekristenan telah menjadi sebuah agama yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Dengka. Kenyataan di atas memunculkan pertanyaan mengapa masyarakat Dengka, khususnya di Desa Boni memilih bertahan hidup di lingkungan yang tidak memberi daya dukung bagi kehidupan mereka. Mereka dapat saja pindah ke lingkungan yang lain, yang tidak lagi membuat mereka terkungkung dalam keadaan mengharapkan curah hujan dari roh dan dewa yang di sembah agar dapat bertahan hidup. Hal ini sama sekali tidak memungkinkan bagi suatu masyarakat yang besar seperti suku Elo yang menempati Desa Boni, sebab keadaan sekarang tidak memberi peluang bagi mereka untuk berpindah-pindah mencari tempat hidup yang mendukung kelangsungan hidup mereka. Dengan demikian, masyarakat Dengka tetap menerima ritual upacara Limbe sebagai bagian dari kehidupan mereka yang harus dilaksanakan dan dirayakan. Namun, berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa hanya para pelaku perayaan Limbe, yakni para manesonggo dan manenoo serta sebagian kecil 70

anggota suku Elo dan Tasi oe, yang tetap memaknai Limbe sebagaimana masyarakat Dengka mula-mula memaknainya. Sedangkan bagi sebagian besar masyarakat Dengka anggota dua puluh satu suku diluar suku Elo dan Tasi oe, serta orang awam yang hanya menghadiri pesta perayaan Limbe menganggap bahwa ritual yang dijalankan itu hanya merupakan bagian dari tradisi budaya yang masih dipertahankan. Kenyataan ini diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu pertama, penyebaran agama Kristen Protestan yang berkembang luas di pulau Rote termasuk Nusak Dengka membuat sebagain besar masyarakatnya perlahan-lahan meninggalkan kepercayaan Dinitiu dan menerima agama Kristen Protestan. Kedua, adanya keterbukaan masyarakat Dengka terhadap berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga membuat para kaum muda untuk memutuskan merantau ke kota lain untuk menempuh pendidikan tinggi sebagai bekal untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Ketiga, status pulau Rote sekarang yang merupakan sebuah kabupaten telah memberi peluang bagi segenap masyarakatnya termasuk Dengka untuk memperoleh pekerjaan di bidang pemerintahan. Dengan demikian, masyarakat Dengka masa kini memaknai Limbe hanya sebagai sebuah tradisi budaya. 71