II. TINJAUAN PUSTAKA. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Selulosa, lignin dan hemiselulosa yang saling berikatan pada dinding sel tumbuhan (Holtzapple et al., 2003).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. enzim selulase dari campuran kapang Trichoderma sp., Gliocladium sp. dan Botrytis

1.3 TUJUAN PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dilakukan lisis sel untuk memperoleh enzimnya. Kerja enzim ekstraseluler yaitu memecah atau mengurai molekul-molekul kompleks menjadi molekul yang

TINJAUAN PUSTAKA. Onggok merupakan limbah dari industri tapioka yang berbentuk padatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Optimalisasi pemanfaatan gulma tanaman pangan sebagai pakan ternak. peternakan. Gulma tanaman pangan mempunyai potensi untuk dapat

I. PENDAHULUAN. Bakteri biasanya dikategorikan ke dalam dua kelompok. Bakteri yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia

I. PENDAHULUAN. pengepresan (Abbas et al., 1985). Onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

BAB I PENDAHULUAN. bakar alternatif pengganti minyak bumi yang terbaru dan lebih ramah lingkungan. Salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditumbuhkan dalam substrat. Starter merupakan populasi mikroba dalam jumlah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Enzim α-amilase dari Bacillus Subtilis ITBCCB148 diperoleh dengan

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit kacang hijau dan pecahan-pecahan tauge kacang hijau (Christiana, 2012). Tauge

I. PENDAHULUAN. Limbah industri gula tebu terdiri dari bagas (ampas tebu), molases, dan blotong.

BAB I PENDAHULUAN. industri dan pengobatan (Moon dan Parulekar, 1993). merupakan satu dari tiga kelompok enzim terbesar dari industri enzim dan

BABn TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. banyak jumlahnya. Menurut Basse (2000) jumlah kulit pisang adalah 1/3 dari

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan pada tiap tahunnya dari ekor pada tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai kandungan protein dan kecernaan yang rendah. Limbah pertanian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebagian besar bakteri selulolitik berbentuk coccus yang memperlihatkan tipe

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi semakin meningkat dengan peningkatan jumlah

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ervi Afifah, 2014 Produksi Gula Hidrolisat Dari Serbuk Jerami Padi Oleh Beberapa Fungi Selulolitik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia

BAB I PENDAHULUAN. Pakan sangat penting bagi kesuksesan peternakan unggas karena dalam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

PRODUKSI DAN UJI AKTIVITAS ENZIM SELULASE DARI BAKTERI Bacillus subtilis

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

BAB I PENDAHULUAN. digunakan menjadi energi melalui tahapan metabolisme, dimana semua proses

FISIOLOGI TUMBUHAN MKK 414/3 SKS (2-1)

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi.

Nama-nama dan jenis-jenis Enzim dalam Sistem Pencernaan

BAB I PENDAHULUAN. Segala penciptaan Allah SWT dan fenomena alam yang terjadi pasti terdapat

Bacillius cereus siap meracuni nasi anda

BAB I PENDAHULUAN. Feses kambing merupakan sisa hasil pencernaan hewan yang dikeluarkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove

4 Hasil dan Pembahasan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jenis Inokulum Terhadap Kadar Serat Kasar dan Protein Kasar Onggok

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KAJIAN PUSTAKA. Sistematika dari jamur Trichoderma sp. (Rejeki, 2007)

Metode Pengukuran Spektrofotometri (Bergmeyer et al. 1974) Pembuatan Media Heterotrof Media Heterotrof Padat. Pengaruh ph, Suhu, Konsentrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan sudah tidak layak jual atau busuk (Sudradjat, 2006).

I. PENDAHULUAN. Ikan Patin jenis Pangasius hypopthalmus merupakan ikan air tawar yang mempunyai

Gambar 2 Penurunan viskositas intrinsik kitosan setelah hidrolisis dengan papain.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMEKATAN ENZIM SELULASE Penicillium sp. LBKURCC20 DENGAN PENGENDAPAN AMONIUM SULFAT 80% JENUH

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dihasilkan, digunakan untuk sintesis makromolekul seperti asam nukleat, lipid

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, umumnya daerah sepanjang pesisir pantai di

Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan

Pertumbuhan Total Bakteri Anaerob

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Selulosa, Enzim Selulase, dan Mikroba Selulolitik

tumbuhan (nabati). Ayam broiler merupakan salah satu produk pangan sumber

I. PENDAHULUAN. makhluk hidup. Bakteri juga banyak terdapat pada saluran pencernaan ternak

OLEH : ARDIAN PRASETYA ( ) Dosen Pembimbing Nengah Dwianita Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.

BAB I PENDAHULUAN. atas komponen hidrofilik dan hidrofobik serta memiliki kemampuan menurunkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah daging dari ternak yang sehat, saat penyembelihan dan pemasaran diawasi

TINJAUAN PUSTAKA. Bioetanol merupakan etanol yang dihasilkan dari fermentasi glukosa yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Sedangkan ketersediaan

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi, mengakibatkan permintaan terhadap

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

Macam macam mikroba pada biogas

Hasil. rumen domba. efektivitas. cairan Aktifitas enzim (UI/ml/menit) , Protease. Enzim

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

Rangkaian reaksi biokimia dalam sel hidup. Seluruh proses perubahan reaksi kimia beserta perubahan energi yg menyertai perubahan reaksi kimia tsb.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat morfologinya dengan bantuan mikroskop. Bakteri merupakan organisme

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Selulase Sel hidup mensintesis zat yang bersifat sebagai biokatalisator, yaitu enzim. Enzim ini dapat mempercepat proses suatu reaksi tanpa mempengaruhi hasilnya (Mc. Kee, 2003). Selulase merupakan enzim ekstraseluler yang terdiri atas kompleks endo-β-1,4-glukonase (CMCase,Cx selulase, endoselulase atau carboxymethyl cellulase), kompleks ekso-β-1,4-glukonase (aviselase, selobiohidrolase, C1 selulase), dan β-1,4-glukosidase atau selobiase (Crueger et al., 1984). Hidrolisis enzimatik yang sempurna memerlukan aksi sinergis dari tiga tipe enzim selulase ini, yaitu : Endo-1,4-β-D-glucanase (endoselulase, carboxymethylcellulase atau CMCase), yang mengurai polimer selulosa secara random pada ikatan internal α-1,4-glikosida untuk menghasilkan oligodekstrin dengan panjang rantai yang bervariasi (Ikram et al., 2005). Exo-1,4-β-D-glucanase (selobiohidrolase), yang mengurai selulosa dari ujung pereduksi dan non pereduksi untuk menghasilkan selobiosa dan/atau glukosa (Ikram et al., 2005).

7 β glucosidase (selobiase), yang mengurai selobiosa untuk menghasilkan glukosa (Ikram et al., 2005). Ketiga enzim tersebut bekerja secara sinergis mendegradasi selulosa dan melepaskan gula reduksi (glukosa) sebagai produk akhirnya. Reaksi pemecahan selulosa menjadi glukosa, selengkapnya disajikan pada Gambar 1. Gambar 1. Proses pemecahan selulosa menjadi glukosa oleh enzim selulase komplek (Sixta, 2006). Enzim selulase menghidrolisis ikatan β-1,4-glikosidik pada molekul selulosa sehingga menghasilkan glukosa (Afsahi et al., 2007). Enzim ini umumnya digunakan dalam berbagai industri seperti teknologi pangan, tekstil, pakan ternak, kertas, pertanian, dan dalam pengembangan penelitian (Kovács, 2009).

8 B. Selulosa Selulosa merupakan polimer lurus dari β-1,4-d-glukosa (Fessenden, 1992). Biokonversi selulosa menjadi glukosa merupakan proses yang komplek yang memerlukan selulase dengan beragam aktivitas. Dari sudut pandang industri, produksi enzim selulase yang memiliki beragam aktivitas sangat diperlukan khususnya yang memiliki aktivitas CMC-ase dan avicelase (Ray et al., 2007). Selulosa merupakan biomolekul yang paling banyak ditemukan di alam dan merupakan unsur utama penyusun tumbuhan (Koolman, 2001). Banyak hewan mengkonsumsi tumbuhan yang mengandung selulosa sehingga di dalam pencernaan hewan dibutuhkan bakteri selulolitik yang dapat membantu proses penguraian selulosa menjadi glukosa. Selulosa adalah suatu homopolimer rantai lurus yang disusun oleh unit β- glukosa, dua molekul β-glukosa digabungkan melalui suatu ikatan 1,4 untuk membentuk β-3-selobiosa. Molekul selulosa adalah polimer sederhana rantai lurus yang terdiri dari 1000-10.000 unit selobiosa yang saling bergabung melalui ikatan 1,4- β-g1ukosidik. Rumus β-glukosa pada selulosa ditunjukkan pada Gambar 2. Selain selulosa, polisakarida lain yang memiliki monomer hanya berupa glukosa adalah pati atau amilum. Struktur kimia dari kedua polisakarida ini sangat mirip. Beda amilum dan selulosa yaitu terdapat pada ikatan glikosidiknya, dimana glukosa amilum terikat pada 1,4-α-D-glukosa sedangkan glukosa selulosa terikat pada 1,4-β-D-glukosa. Hal ini menyebabkan amilum dapat dicerna oleh tubuh karena enzim-enzim

9 pencernaan tubuh dapat menghidrolisis ikatan α-nya tetapi tidak mampu menghidrolisis ikatan β pada selulosa (Campbell, 2002). Gambar 2. Struktur Kimia Selulosa (Koolman et al.,2001). Gambar 3. Struktur Kimia Amilosa (Fessenden, 2005). Gambar 4. Perbedaan ikatan glikosidik antara amilum dan selulosa C. Aktivitas Enzim Aktivitas enzim dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim adalah sebagai berikut: a. Substrat Enzim mempunyai spesifitas yang tinggi. Enzim hanya mampu berikatan dengan substrat yang memiliki bentuk yang sesuai dengan sisi aktif enzim. Selain itu konsentrasi substrat juga mempengaruhi aktivitas

10 enzim. Semakin tinggi konsentrasi substrat dapat meningkatkan atau mengurangi kecepatan suatu reaksi enzimatik, jika konsentrasi substrat jumlahnya lebih sedikit daripada jumlah enzim maka peningkatan kandungan substrat akan meningkatkan kecepatan reaksi. Laju aktivitas enzim akan meningkat dengan meningkatnya kadar substrat sampai suatu titik tertentu. Saat enzim jenuh dengan substrat, penambahan kadar substrat tidak akan berpengaruh pada kecepatan reaksi (Hames & Hooper, 2000). b. Suhu Suhu mempengaruhi laju reaksi katalisisenzim dengan dua cara. Pertama, kenaikan suhu akan meningkatkan energi molekul substrat dan pada akhirnya meningkatkan laju reaksi enzim. Peningkatan suhu juga berpengaruh terhadap perubahan konformasi substrat sehingga sisi reaktif substrat mengalami hambatan untuk memasuki sisi aktif enzim dan menyebabkan turunnya aktivitas enzim. Kedua, peningkatan energi termal molekul yang membentuk struktur protein enzim tersebut akan menyebabkan rusaknya interaksi-interaksinon kovalen (ikatan hidrogen, interaksi van der Waals, interaksi hidrofobik, dan interaksi elektrostatik) yang menjaga struktur 3 dimensi enzim secara bersama-sama sehingga enzim mengalami denaturasi. Denaturasi menyebabkan struktur lipatan enzim membuka pada bagian permukaannya sehingga sisi aktif enzim berubah dan terjadi penurunan aktivitas enzim (Hames & Hooper, 2000).

11 c. ph (keasaman) Perubahan ph dapat menyebabkan turunnya aktivitas enzim sehubungan dengan perubahan ionisasi gugus-gugus fungsionilnya. Hal ini terjadi karena pada hakekatnya enzim adalah protein yang tersusun atas asam amino yang dapat melakukan ionisasi yaitu mengikat dan melepaskan proton atau ion hidrogen pada gugus amino, karboksil dan gugus fungsionil lainnya. Perubahan ph juga dapat mengakibatkan enzim mengalami denaturasi karena akibat adanya gangguan terhadap gugus ioniknya. Gugus ionik ini berperan penting dalam menjaga konformasi sisi aktif enzim untuk mengikat dan mengubah substrat menjadi produk. Enzim mempunyai aktivitas maksimum pada ph tertentu. Ada enzim yang bekerja maksimum pada kondisi asam, ada juga pada kondisi basa. Namun kebanyakan enzim bekerja maksimum pada ph netral (Hames & Hooper, 2000). d. Waktu Waktu kontak/reaksi antara enzim dan substrat menentukan efektivitas kerja enzim. Semakin lama waktu reaksi maka kerja enzim juga akan semakin maksimum. e. Produk Akhir Reaksi enzimatis selalu melibatkan 2 hal, yaitu substrat dan produk akhir. Selain substrat, produk akhir juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim menurun, hal ini terjadi karena adanya feed back inhibition dari glukosa sehingga dapat menghambat aktivitas

12 enzim selulase. Molekul glukosa sebagai produk akhir dari enzim selulase menempel pada sisi alosterik enzim sehingga sisi aktif enzim selulase tidak dapat lagi ditempati oleh substrat selulosa (Simanjuntak et al., 2010). D. Mikroorganisme Penghasil Selulase Enzim selulase dapat diproduksi dari mikroba selulolitik baik kapang maupun bakteri. Kapang selulolitik yang biasa digunakan dari jenis Trichoderma, Aspergillus, dan Penicillium. Sedangkan bakteri yang pada umumnya menghasilkan selulase adalah Pseudomonas, Cellulomonas, Bacillus, Micrococcus, Cellovibrio, dan Sporosphytophaga (Lynd et al., 2002). Beberapa penelitian tentang karakterisasi selulase dari berbagai jenis mikroorganisme sudah dilakukan, dan menunjukkan karakteristik enzim selulase yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik tersebut disebabkan karena sumber isolat dan strain bakteri yang berbeda (Alamet al., 2013). Beberapa karakteristik enzim selulase yang sudah diketahui beserta sumber mikrobanya akan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik selulase dari beberapa jenis mikroorganisme No Jenis Karakterisasi enzim Akt. mikroorganisme Suhu ( 0 C) ph Enzim Sumber Sumber Pustaka (U/mL) karbon Nitrogen 1 Chryseubacterium 30 5 0,09 CMC Chasanah Ekowati, 2013 2 Isolat dari 50 5,2 0,053 CMC Masfufatun, Bakteri bekicot 2009 Achatina fulica 3 Bacillus circulans 50 7 CMC Evi Susanti, 2011 4 Isolat PMP 0126W 30 5 0,128 CMC NH 4 NO 3 Isna Rahma Dini, 2014

13 5 Isolat OS-16 85 8 0,033 CMC KNO 3 Sonia et al., 2015 6 Kapang Endofit 60 4 0,042 CMC p-npg Oktavia et al., 2014 7 Bakteri selulolitik 28 5 0,0058 CMC (NH 4 ) 2 SO 4 Syam, 2008 pencernaan rayap E. Deskripsi Bacillus sp. Bacillus sp. mempunyai ciri-ciri berbentuk batang yang berukuran 0,3-2,2 x 1,2-7,0 μm, Gram positif, motil, menghasilkan spora, bersifat aerob (beberapa spesies bersifat anaerob fakultatif), katalase positif. Bacillus mempunyai daya resisten terhadap anti mikroba dan dapat menghasilkan antimikroba, sehingga bakteri ini mampu bertahan di dalam saluran pencernaan. Menurut Whitman (2009) klasifikasi Bacillus sp. adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Species : Bacteria : Firmicutes : Bacilli : Bacillales : Bacillaceae : Bacillus : Bacillus sp. Anggota Genus Bacillus mempunyai sifat fisiologis yang berbeda-beda, diantaranya : (1) mampu mendegradasi senyawa organik seperti protein, pati, selulosa, hidrokarbon dan agar; (2) mampu menghasilkan antibiotik; (3) berperan dalam nitrifikasi dan dentrifikasi; (4) pengikat nitrogen; (5) bersifat

14 khemolitotrof, aerob atau fakutatif anaerob, asidofilik, psikrofilik atau thermofilik (Barrow et al.,2003). Pada umumnya bakteri dari spesies Bacillus memiliki beberapa keunggulan sebagai sumber selulase yaitu tidak bersifat patogen, mudah ditumbuhkan, media pertumbuhannya murah dan menghasilkan selulase dengan aktivitas yang tinggi. Beberapa contoh bakteri genus Bacillus antara lain Bacillus circulans dan Bacillus subtilis yang diisolasi dari usus ikan (Ray et al., 2007), Bacillus flexus yang diisolasi dari saluran pencernaan rayap, Bacillus pumilus, Bacillus lincheniformis, Bacillus clausii, Bacillus megaterium, Bacillus firmus, dan Bacillus cereus yang ditemukan pada saluran pencernaan ayam (Whitman, 2009).