Mineralisasi Logam Dasar di Daerah Cisungsang Kabupaten Lebak, Banten. (Hasil Penelitian yang didanai oleh HIBAH BERSAING DIKTI )

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI DISKUSI. Dewi Prihatini ( ) 46

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA Reza Mochammad Faisal Kelompok Penyelidikan Mineral Logam SARI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB VI PEMBAHASAN DAN DISKUSI

BAB V MINERALISASI Mineralisasi di daerah Sontang Tengah

KETERDAPATAN BAHAN GALIAN GALENA DI DAERAH CIGEMBLONG, KABUPATEN LEBAK, PROPINSI BANTEN

Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

ZONA POTENSI MINERALISASI VEIN KUBANG CICAU, PONGKOR, BOGOR, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENGOLAHAN DATA

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KECAMATAN SUBI KABUPATEN NATUNA - PROVINSI KEPULAUAN RIAU Wahyu Widodo Kelompok Penyelidikan Mineral Logam

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN 50 KOTA DAN SIJUNJUNG, PROVINSI SUMATERA BARAT

POTENSI ENDAPAN EMAS SEKUNDER DAERAH MALINAU, KALIMANTAN TIMUR

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

STUDI ALTERASI DAN MINERALISASI DAERAH TAMBAKASRI DAN SEKITARNYA, KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN KABUPATEN MALANG, PROVINSI JAWA TIMUR

Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

SURVEI GEOKIMIA TANAH LANJUTAN DAERAH GUNUNG SENYANG KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

SKRIPSI. Oleh : ARIE OCTAVIANUS RAHEL NIM

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

STUDI UBAHAN HIDROTERMAL

PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

II.3. Struktur Geologi Regional II.4. Mineralisasi Regional... 25

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan emas biasanya digunakan sebagai standar

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LEMBAR PETA...

I.1 Latar Belakang Masalah I.4 Lokasi Daerah Penelitian I.6 Penelitian Terdahulu dan Keaslian Penelitian... 4

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL DAERAH PENELITIAN

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB IV MINERALISASI DAN PARAGENESA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

EKSPLORASI UMUM MINERAL LOGAM MULIA DAN LOGAM DASAR DI DAERAH PERBATASAN MALAYSIA-KABUPATEN SANGGAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB V GEOKIMIA DAERAH PENELITIAN

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Penambangan (mining) dapat dilakukan dengan menguntungkan bila sudah jelas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB IV PROSPEK MINERAL LOGAM DI DAERAH PENELITIAN

PROSPEKSI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2014

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB 4 ALTERASI HIDROTERMAL

BAB I PENDAHULUAN. berada di Selogiri, Wonogiri yaitu prospek Randu Kuning. Mineralisasi emas

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dunia terhadap mineral logam semakin tahun semakin

3.2. Mineralogi Bijih dan Gangue Endapan Mineral Tekstur Endapan Epitermal Karakteristik Endapan Epitermal Sulfidasi Rendah...

BAB 2 TATANAN GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

FORMULIR ISIAN BASIS DATA SUMBER DAYA MINERAL LOGAM

BAB I PENDAHULUAN I.1

PROVINSI MALUKU UTARA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bijih besi, hal tersebut dikarenakan daerah Solok Selatan memiliki kondisi geologi

BAB II TATANAN GEOLOGI

EKEPLORASI UMUM BESI PRIMER DI KECAMATAN RAO, KABUPATEN PASAMAN, PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2015

STUDI DISTRIBUSI UKURAN BUTIR ELEKTRUM DAN ASOSIASI MINERALISASI EMAS PADA URAT CIURUG, PONGKOR, INDONESIA

MODEL MINERALISASI DI DAERAH KUBAH BAYAH : Suatu Pendekatan Strategi Dalam Eksplorasi mineral SARI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

INVENTARISASI MINERAL LOGAM DI KABUPATEN SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH SATOKO KABUPATEN POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

termineralisasi dan tanah, akan tetapi tidak semua unsur dibahas dalam makalah ini karena tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

Bab II. Kriteria Geologi dalam Eksplorasi

GEOLOGI DAN TIPE MINERALISASI ENDAPAN EMAS-PERAK EPITHERMAL PADA DAERAH PINUSAN, KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK PROPINSI JAWA TIMUR.

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

INVESTIGASI PENYEBARAN LAPISAN PEMBAWA EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY DI KELURAHAN LATUPPA

Disusun Oleh: Alva. Kurniawann

EKSPLORASI TIMAH DAN REE DI PULAU JEMAJA, KECAMATAN JEMAJA KABUPATEN ANAMBAS, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

GEOLOGI DAN MINERALISASI DAERAH SATOKO KABUPATEN POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

MINERALISASI LEAD-ZINC Daerah Riamkusik, Kecamatan Marau, Kabupaten Ketapang, Propinsi Kalimantan Barat

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Ciri Litologi

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

PARAGENESA MINERAL BIJIH SULFIDA DAERAH CINANGSI, KECAMATAN PEUNDEUY KABUPATEN GARUT JAWA BARAT

Transkripsi:

Mineralisasi Logam Dasar di Daerah Cisungsang Kabupaten Lebak, Banten Rosana, M.F., Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363 rosanamf@yahoo.com; mega_fr@unpad.ac.id (Hasil Penelitian yang didanai oleh HIBAH BERSAING DIKTI 2007-2008) Di presentasikan pada acara : Seminar Nasional PEMANFAATAN PETA GEOKIMIA UNTUK SUMBERDAYA MINERAL DAN LINGKUNGAN Diselenggarakan oleh : Pusat Survei Geologi BADAN GEOLOGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBERDAYA MINERAL Yogyakarta, 13 14 November 2012 1

Mineralisasi Logam Dasar di Daerah Cisungsang Kabupaten Lebak, Banten Rosana, M.F., Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21, Jatinangor, Sumedang 45363 rosanamf@yahoo.com; mega_fr@unpad.ac.id Abstrak Daerah Cisungsang termasuk dalam wilayah Desa Cisitu-Cikadu, Kecamatan Cikotok, Kabupaten Lebak, Banten. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik batuan alterasi dan mineralisasi, serta menentukan luas penyebarannya dan asosiasi dari mineralisasi logam dasar dan logam mulia, untuk kemudian ditentukan potensi dari kandungan mineral logam dasarnya yang bernilai ekonomis. Metoda penelitian yang diaplikasikan adalah berupa penelitian lapangan yang mencakup pemetaan geologi, pemetaan alterasi dan pengambilan conto batuan; selain itu untuk mendukung interpreretasi data lapangan, dilakukan penelitian laboratorium berupa analisis XRD, Kimia Unsur, Inklusi Fluida, dan Mineragrafi, serta Petrografi. Secara geologi daerah penelitian tersusun oleh batuan volkanik klastik berupa tuf, breksi, konglomerat dan anglomerat; batuan sedimen berupa batupasir, batugamping; serta batuan intrusi dangkal berupa andesit dan lava. Batuanbatuan tersebut berumur mulai dari yang paling tua sekitar umur Oligosen Awal (+ 38jt thn) hingga yang paling muda sekitar Kuarter (0,01 jt thn). Alterasi hidrotermal didaerah penelitian dapat dikelompokkan menjadi tiga zonasi alterasi, yaitu Zonasi Alterasi Propilit, Zonasi Alterasi Argilik, dan Zonasi Alterasi Silisifikasi. Selain itu juga terdapat zonasi mineralisasi logam dasar yang berupa urat (vein) kuarsa yang berasosiasi dengan mineral logam berupa galena, sphalerit, kalkopirit, pirit, markasit, arsenopirit, perak, bornit, kovelit dan malakit, serta hematite. Analisis kimia menunjukkan kandungan logam didominasi oleh kandungan unsur timah hitam (Pb) dengan jumlah lebih dari 45%, diikuti oleh unsur Fe, Zn dan Cu. Inklusi Fluida menunjukkan mineralisasi logam terbentuk pada suhu berkisar antara 240~300 o C, dengan salinitas fluida kurang dari 5 wt% NaCl eqv.. Dari data tersebut maka tipe mineralisasi daerah penelitian dapat digolongkan pada mineralisasi hidrotermal tipe mesotermal. 1. PENDAHULUAN Kabupaten Lebak Propinsi Banten, secara geologi telah dikenal cukup lama sebagai daerah yang mempunyai potensi sumberdaya mineral logam yang sangat besar khususnya emas, perak, seng dan timbal. Sehingga kemungkinan untuk menemukan sumber cadangan lain dari yang telah teridentifikasi saat ini akan sangat besar, mengingat kondisi geologinya yang sangat mendukung. Adanya akumulasi mineral logam dasar di daerah Kabupaten Lebak, khususnya wilayah yang secara geologi disebut Kubah Bayah tidak terlepas dari adanya akitfitas magmatik yang membawa unsur-unsur logam dasar tersebut dari dalam magma dan terkonsentrasi di dekat permukaan melalui proses hidrotermal. Adanya proses 2

hidrotermal pada suatu daerah dapat diidentifikasi dari hadirnya batuan yang termineralisasi atau batuan yang terubah, khususnya secara kimia, serta hadirnya urat-urat kuarsa yang mengandung mineral-mineral logam dasar seperti emas, perak, tembaga, bijih besi, seng dan timbal. Indikasi ini dijumpai didaerah Cisungsang (Gambar 1), sehingga daerah ini dipilih menjadi lokasi objek penelitian. Penelitian ini akan mengidentifikasi karakteristik fisik-kimia litologi batuan host rock, batuan yang termineralisasi, serta macam-macam mineral logam yang terdapat pada batuan yang termineralisasi dan pada urat-urat kuarsanya. Dari hasil tersebut kemudian akan dibuat suatu peta zonasi penyebaran batuan termineralisasi serta mineral-mineral logam ikutannya. Dengan diketahui bentuk sebaran dari setiap zona termineralisasi, maka akan dapat diprediksi genesa pembentukan mineral-mineral logam tersebut.. 2. METODA PENELITIAN Metoda Penelitian yang dipilih adalah gabungan dari kegiatan lapangan dan laboratorium, yang diawali dengan kegiatan studi literatur. Survey lapangan meliputi kegiatan pemetaan geologi dilakukan dengan metoda konvensional, yang meliputi penentuan jenis litologi serta posisi stratigrafi, pengamatan bentang alam, identifikasi jenis struktur yang berkembang serta melinisasi daerah-daerah potensi mineralisasi dengan penentuan zonasi ubahan/alterasi dan urat-urat kuarsa pembawa mineral logam berdasarkan pada identifikasi mineral alterasi secara megaskopis. Kegiatan laboratorium meluputi kegiatan analisis sampel yang diperoleh selama kegiatan lapangan. Analisis yang dilakukan adalah analisis kimia (AAS, XRF), petrografi dan mineragrafi, XRD, dan inklusi fluida. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3.1. Geologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam di daerah penelitian memperlihatkan bentuk-bentuk perbukitan memanjang dengan relief bergelombang sampai terjal. Ketinggian daerah tersebut antara 350-1251 meter diatas permukaan laut. Sungai - sungai besarnya mengalir pada lembah - lembah yang dibatasi perbukitan perbukitan yang memanjang dengan arah relatif utara - selatan. Berdasarkan aspek-aspek morfografi, morfometri dan morfogenetik yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis membagi geomorfologi daerah penelitian menjadi 4 (empat) 3

satuan geomorfologi, yaitu : Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Tersayat Tajam; Satuan Geomorfologi Perbukitan Vulkanik Bergelombang; Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen Tersayat Tajam; dan Satuan Geomorfologi Perbukitan Sedimen Bergelombang. Berdasarkan keseragaman fisik dan ciri litologi batuan penyusunnya serta umur dan lingkungan pengendapannya, maka daerah penelitian ini dibagi menjadi sebelas satuan batuan. Urutan stratigrafi daerah penelitian dari tua ke muda adalah sebagai berikut : Satuan Batupasir (Tobp), Satuan Tuf Coklat Muda (Totcm), Satuan Lava Andesit (Tmlva), Satuan Breksi Konglomeratan (Tmbxk), Satuan Breksi Polimik (Tmbxp), Satuan Tuf Coklat (Tmtc), Satuan Batugamping (Tmbg), Satuan Batulempung (Tmbl), Satuan Breksi Vulkanik (Qpbxv), Satuan Aglomerat (Qpag) dan Satuan Lava Basal (Qplvb) gambar 2. Struktur geologi yang teramati pada daerah penelitian adalah lipatan antiklin, sesar mendatar, sesar normal, sesar naik dan kekar. Data-data indikasi di lapangan yang menunjang adanya gejala struktur-struktur tersebut adalah ditemukannya cermin sesar (slicken side), air terjun, longsoran, kekar-kekar (joints), anomali pola jurus, kemiringan perlapisan batuan (strike/dip), kelurusan-kelurusan punggungan dan sungai yang tampak pada peta topografi, serta analisa dengan menggunakan citra landsat. 3.2. Alterasi Zona alterasi hidrotermal di daerah Cisungsang dapat dibedakan menjadi tiga zonasi, yaitu zonasi propilit, zonasi argilik dan zonasi silisifikasi. Ketiga zonasi tersebut dibedakan berdasarkan kandungan mineral alterasinya (ubahan). Penyebaran ketiga zonasi alterasi di daerah Cisungsang dapat dilihat pada peta zonasi alterasi (gbr 3). Selain ketiga zona alterasi tersebut diatas, juga dijumpai adanya zona mineralisasi yang berupa vein dengan ketebalan 1~3 meter dan berarah hampir barat-timur dengan kemiringan sekitar 70~80 o. Zona propilit : dicirikan oleh batuannya yang berwarna abu-abu hingga kehijauan. Secara mikroskopis zona propilit dicirikan oleh hadirnya mineral klorit (dominan) yang merupakan ubahan dari masadasar dan juga mengisi rongga diantara komponen mineral atau lubang vesikuler. Zona argilik : dicirikan oleh alterasinya yang berwarna putih keruh dan ditandai oleh hadirnya mineral lempung berupa kaolinit dan serisit serta kuarsa amorf yang berukuran halus. Secara mikroskopis terlihat bahwa kaolinit menggantikan mineral feldspar dan sebagian kecil komponen batuapung. Zona silisifikasi : dicirikan oleh hadirnya kuarsa yang menggantikan sebagian besar karbonat yang berukuran halus, atau sebagai urat kuarsa halus dan kalsit. Secara mikroskopis jenis laterasi ini ditandai oleh adanya kuarsa kalsedonik hingga amorf yang berukuran halus atau berupa urat dalam rekahan batugamping 4

3.3. Zona Mineralisasi Logam Dasar Zona mineralisasi yang berupa urat (vein) dominan kuarsa dan mengandung mineral logam berupa galena, kalkopirit, pirit, sphalerit, arsenopirit, markasit, perak dan bornit serta mineral ubahan yang berupa kovelit, hematit, dan malakit yang umumnya berasal dari kalkopirit. Urat yang mengandung mineral logam dasar ini mempunyai ketebalan sekitar 1~3 meter dengan arah hampir barat timur (daerah Cisungsang) dan arah hampir baratdayatimurlaut (daerah Bojong) dengan jarak sekitar 3-5 km satu sama lain. Urat logam dasar yang ada di daerah Cisungsang dapat terlihat dipermukaan, sementara yang berada di daerah Bojong berada di kedalaman sekitar 10~15 meter dari permukaan tanah, dengan penyebaran kurang dari 500 m kearah jurusnya. Zona mineralisasi ini membentuk tekstur banded, breksi hidrotermal dan silsifikasi antara kuarsa dan mineral sulfida dalam batuan induk berupa batugamping yang tersilisifikasi. Berdasarkan analisis mineragarfi, maka dapat diidentifikasi kandungan mineralmineral logamnya primer terdiri atas sfalerit, galena, arsenopirit, pirit, markasit, kalkopirit dan pirhotit yang membentuk tekstur banded dan breksi hidrotermal. Sedangkan beberapa macam jenis mineral perak dan emas umumnya dijumpai sebagai inklusi didalam mineral galena. Sedangkan mineral sekundernya terdiri atas kovelit, malakit, limonit dan gutit yang merupakan hasil ubahan dari mineral kalkopirit dan pirit. Mineral gang didominasi oleh kuarsa-kalsedon, sedikit karbonat dan mineral lempung. Hasil analisis kimia terhadap kandungan mineral logamnya menunjukkan kadar Pb (~130,000 ppm), Zn (~2,9800 ppm), As (~7,300 ppm), Cu (~94 ppm), Sb (~151 ppm), Ag (~303 ppm), dan Au (~1.88 ppm). Sementara hasil analisis inklusi fluida menunjukkan bahwa mineralisasinya terbentuk pada temperatur berkisar antara 240 C to 300 C, dengan salinitas fluidanya berkisar antara 2.2 to 3.4 wt% NaCl eqv., hal ini menunjukkan bahwa pembentukan mineralisasinya berkisar pada kedalaman sekitar 400 m di bawah paleo permukaannya. Berdasarkan pada karakteristik mineralogi dan kimiannya serta inlusi fluidanya, maka mineralisasi didaerah Cisungsang ini bisa dikelompokkan pada tipe mineralisasi mesotermal sulfida rendah (gbr.4). 4. KESIMPULAN DAN SARAN 5

Zona alterasi didaerah penelitian dibedakan atas zona argilik dicirkan oleh kehadiran mineral lempung, zona propilik ditandai oleh dominasi mineral ubahan klorit dan zona silisifikasi oleh dominasi kuarsa dan kalsedon. Zona mineralisasi logam dasar berkembang pada batuan induk batugamping yang telah tersilisifikasi. Zona ini berupa vein kuarsa dengan tekstur banded, breksi hidrotermal dan silisifikasi. Kandungan mineral logamnya berupa sfalerit, galena, arsenopirit, kalkopirit, makasit, pirhotit, perak dan bornit serta mineral sekundernya berupa malakit, kovelit, hematit dan gutit dengan asosiasi mineral gang berupa kuarsa, karbonat dan mineral lempung. Inklusi fluida dari kuarsa menunjukkan temperatur pembekuan antara 240 C to 300 C dan salinitasnya 2.2 to 3.4 wt% NaCl eqv. Dari karakteristik alterasi, mineralogi dan inklusi fluidanya menunjukkan bahwa mineralisasi logam dasar ini mmerupakan tipe mineralisasi mesotermal. DAFTAR PUSTAKA Haas, J.L., 1971. The effect of salinity on the maximum thermal gradient of a hydrothermal system at hydrostatic pressure. Econ. Geol. 66,940-946. Marcoux, E. and Milesi, J. P., 1994. Epithermal gold deposit in West Java, Indonesia: geology, age and crustal source. J. Geochem. Expl. 50: 393-408. Milesi, J. P., Marcoux, E., Sitorus, T., Simandjuntak, M., Leroy, J. and Baily, L.,1999. Pongkor (West Java, Indonesia): A Pliocene supergene-enriched epithermal Au-Ag- (Mn) deposit. Mineral. Deposita, 34, 131-149. Roedder, E. (1984) Fluid Inclusions. Reviews in Mineralogy, Mineral Soc.Amer., v.12, 646p. Rosana, M.F., and Matsueda, H., 2002. First observation of the base metal mineralization in the Cikidang gold mining area, Western Java, Indonesia. Resource Geol. Ann. Meet. 52, p03. Sujatmiko and Santosa, S. (1992) Geology of the Leuwidamar Quadrangle, Java. GRDC, Bandung, Indonesia. Van Bemmelen, R.W., 1949. The geology of Indonesia. Vol IA. Govt. Printing Office, The Hague, 732pp. 6

Gambar 1. Lokasi Daerah Cisungsang, Lebak, Banten 7

Urutan Stratigrafi Satuan Batuan dari tua ke muda : 1. Batupasir ; 2. Tuf Coklat Muda; 3. Lava Andesit; 4. Breksi Konglomeratan; 5. Breksi Polimik; 6. Tuf Coklat; 7. Batugamping; 8. Batulempung; 9. Breksi Volkanik; 10. Aglomerat; 11. Lava Basalt Gambar 2. Peta Geologi Daerah Cisungsang, Lebak, Banten 8

Keterangan Zonasi : 1. Zona Alterasi Propilitik; 2. Zona Alterasi Argilitik; 3. Zona Alterasi Silisifikasi Gambar 3. Peta Zona Alterasi dan Mineralisasi Daerah Cisungsang, Lebak, Banten 9

Gambar 4. Singkapan vein mineralisasi logam dasar di daerah Cisungsang, Lebak, Banten 10