BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

dokumen-dokumen yang mirip
Polimorfisme Protein Darah Ayam Kedu Jengger Merah dan Jengger Hitam di Satuan Kerja Non Ruminansia Temanggung

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keragaman Protein Plasma Darah

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Arab

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Arab

STUDI TENTANG KERAGAMAN GENETIK MELALUI POLIMORFISME PROTEIN DARAH DAN PUTIH TELUR PADA TIGA JENIS AYAM KEDU PERIODE LAYER TESIS.

STUDI KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK KERBAU BENUANG DI BENGKULU

KERAGAMAN GENETIK MELALUI POLIMORFISME PROTEIN DARAH AYAM KEDU JENGGER MERAH DAN JENGGER HITAM DI SATUAN KERJA NON RUMINANSIA TEMANGGUNG SKRIPSI

PENDAHULUAN. dikenal dengan sebutan sapi kacang atau sapi kacangan, sapi pekidulan, sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Terisi secara geografis terletak pada 108 o o 17 bujur

KERAGAMAN PROTEIN PLASMA DARAH KAMBING JAWARANDU DI KABUPATEN PEMALANG (Blood Plasm Protein Variability of Jawarandu Goat in Pemalang, Central Java)

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Itik Lokal

KERAGAMAN PROTEIN DARAH SEBAGAI PARAMETER BIOGENETIK PADA SAPI JAWA [Blood Protein Variability as Biogenetic Parameter of Java Cattle]

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

POLIMORFISME PROTEIN DARAH AYAM KEDU [Blood Protein Polymorphism of Kedu Chicken]

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Ayam

Keragaman Genetik Itik Magelang Berdasarkan Lebar Kalung Leher Melalui Analisis Protein Plasma Darah di Satuan Kerja Itik Unit Banyubiru Ambarawa

TINJAUAN PUSTAKA. dari hasil domestikasi ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan

PERFORMANS DAN KARAKTERISTIK AYAM NUNUKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

20,0 ml, dan H 2 O sampai 100ml. : Tris 9,15 gram; HCl 3ml, dan H 2 O sampai 100ml. : ammonium persulfat dan 0,2 gram H 2 O sampai 100ml.

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya genetik

KERAGAMAN DAN JARAK GENETIK KUDA BERDASARKAN ANALISIS ELEKTROFORESIS POLIMORFISME PROTEIN DARAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

STUDI POLIMORFISME PROTEIN DARAH DAN KARAKTERISTIK GENETIK EKSTERNAL AYAM ARAB PERIODE PRODUKSI SKRIPSI DESI ARYANTI

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4. Hasil Amplifikasi Gen FSHR Alu-1pada gel agarose 1,5%.

Gambar 1.1. Variasi pada jengger ayam

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan salah satu ayam lokal langka Indonesia. Ayam. bandingkan dengan unggas lainnya (Suryani et al., 2012).

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

Tanaman Penyerbuk Silang CROSS POLLINATED CROPS METODE PEMULIAAN TANAMAN

PENGUJIAN KESETIMBANGAN HARDY-WEINBERG. Tujuan : Mempelajari kesetimbangan Hardy-Weinberg dengan frekuensi alel dan gen.

Analisis Keragaman Genetik Itik Alabio (Anas platyrhynchos Borneo) dan Prospek Pengembangannya di Kalimantan Selatan

Dasar pewarisan sifat pada ternak Factor-faktor yang mempengaruhi fenotif ternak Genetika populasi

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I. PENDAHULUAN. nasional yang tidak ternilai harganya (Badarudin dkk. 2013). Ayam kampung

penampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Daging itik lokal memiliki tekstur yang agak alot dan terutama bau amis (off-flavor) yang merupakan penyebab kurang disukai oleh konsumen, terutama

TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna dkk. (2005) mengemukakan taksonomi ayam kampung adalah

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 49/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PEDOMAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL YANG BAIK (GOOD NATIVE CHICKEN BREEDING PRACTICE)

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik yang dikenal saat ini adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Boscha atau

Luisa Diana Handoyo, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GENETIKA DAN HUKUM MENDEL

Gambar 5. Hasil Amplifikasi Gen Calpastatin pada Gel Agarose 1,5%.

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein

DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Penelitian Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

ACARA PENGAJARAN (SAP) IV A.

ABSTRAK. Kata kunci : kambing, frekuensi gen, heterosigositas ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. species dari Anas plitirinchos yang telah mengalami penjinakan atau domestikasi

HASIL-HASIL PENELITIAN DAN SUMBANGAN PEMIKIRAN PENGEMBANGAN AYAM KEDU

Analisis Pola Pita Protein Albumin...Abdur Rokhim A.

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

MINGGU VI UJI CHI SQUARE. Dyah Maharani, Ph.D.

PENDAHULUAN. terutama telurnya. Telur puyuh sangat disukai karena selain bentuknya yang

TINJAUAN PUSTAKA Ayam Lokal Ayam Kampung

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

STUDI POLIMORFISME PROTEIN HEMOGLOBIN DARAH AYAM ARAB PERIODE PRODUKSI PADA SUHU KANDANG BERBEDA SKRIPSI GINA CITRA DEWI

Gambar 1. Itik Alabio

HASIL DAN PEMBAHASAN

Beberapa pola: AKAN MENJELASKAN... Alel Ganda Gen letal Linkage Crossing over Determinasi Sex

PENDAHULUAN Latar Belakang

POPULASI TANAMAN ALLOGAM

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

ALEL OLEH : GIRI WIARTO

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

III. KARAKTERISTIK AYAM KUB Sifat Kualitatif Warna Bulu, Shank dan Comb

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik merupakan ternak jenis unggas air yang termasuk dalam kelas Aves, ordo

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... ii RIWAYAT HIDUP... iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

PERFORMANS AYAM MERAWANG BETINA DEWASA BERDASARKAN KARAKTER KUALITATIF DAN UKURAN- UKURAN TUBUH SEBAGAI BIBIT

PENDAHULUAN. Puyuh petelur Jepang (Coturnix coturnix japonica) merupakan penyedia telur

PELUANG USAHA PENGEMBANGBIAKAN BURUNG LOVE BIRD

- - PEWARISAN SIFAT - - sbl5gen

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Gen Pituitary-Specific Positive Transcription Factor 1 (Pit1) Exon 3

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

GENETIKA (BIG100) Tempat : R122 Waktu Jam : 7 8 Pukul : Pengajar : Bambang Irawan Hari Supriandono

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

Dudung Mulliadi dan Johar Arifin Laboratorium Pemuliaan Ternak dan Biometrika Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

Simbol untuk suatu gen

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK MORFOLOGIS DAN GENETIK ITIK TALANG BENIH DI BENGKULU

KONSEP-KONSEP DASAR GENETIKA

ISTILAH-ISTILAH DALAM PEMULIAAN OLEH ADI RINALDI FIRMAN

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi selama periode kehidupan lembah Indus, kira-kira 4500 tahun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketenangan dan akan menurunkan produksinya. Sapi Friesien Holstein pertama kali

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

Transkripsi:

3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Ayam lokal di Indonesia telah lama dikembangkan oleh masyarakat Indonesia dan biasanya sering disebut dengan ayam buras. Ayam buras di Indonesia memiliki perkembangan yang cukup lambat dikarenakan jumlah galur murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam mengembangkannya (Johari et al., 2010). Oleh karena itu perlu adanya peran pemerintah dalam program pembibitan dan seleksi dalam pengembangan unggas lokal di daerah yang telah memiliki ciri khusus maupun tidak (Mansjoer, 1989). Ayam lokal di Indonesia ada sekitar 31 galur yang memiliki keragaman atau ciri khusus yang telah berkembang di Indonesia (Nataamijaya, 2000). Ayam lokal di Indonesia diantaranya yaitu Ayam Pelung, Bangkok, Kedu Hitam/Putih, Sentul, dan Merawang (Ditjennak, 2002). Ayam Kedu sering disebut juga ayam lokal/ayam buras yang dianggap sebagai khas Kabupaten Temanggung (Muryanto,1996). Ayam Kedu pertama kali ditemukan pada tahun 1926 dengan ciri-ciri: berbulu hitam, berparuh, dan berkaki hitam atau sering masyarakat menyebutnya ayam Cemani (Ditjennak, 2002). Berdasarkan warna ayam Kedu dibedakan menjadi tiga yaitu: ayam Kedu Hitam, ayam Kedu Lurik, dan ayam Kedu Putih. Ayam Kedu hitam memiliki ciri-ciri yaitu : bulu, kulit, daging, tulang, jengger, paruh, kloaka, muka, dan kaki yang berwarna hitam seluruhnya (Johari et

4 al., 2010). Ayam Kedu hitam jantan dewasa memiliki berat antara 3-5 kg dan betina dewasa bisa mencapai2-2,5 kg (Rukmana, 2003). Ayam Kedu Putih memiliki karakteristik seperti warna bulu putih, jengger berwarna kemerahan, muka berwarna agak merah, dan kaki berwarna putih. ayam Kedu putih perlu dibudidayakan karena jumlahnya yang saat ini sudah sangat sedikit perlu adanya pemurnian untuk memperoleh Kedu Putih. Ayam Kedu Lurik sering disebut juga ayam Kedu campuran karena merupakan hasil persilangan ayam Kedu Hitam dengan Ayam Kedu Putih yang menghasilkan bulu blurik (dominan warna putih), dan blorok (dominan warna hitam) (Murtidjo, 1992). Produktivitas ayam Kedu Hitam dapat mencapai hingga 58,8% sedangkan ayam Kedu Putih yaitu 50,4%.Ayam kedu mulai bertelur pada umur 6-7 bulan tetapi juga dapat bertelur apabila kandang sudah mulai disatukan dengan pejantan pada umur 5 bulan. Ayam Kedu memiliki keunggulan dari pada ayam lokal yang lain yaitu tahan terhadap cuaca, memiliki produksi yang cukup tinggi, perawatan yang mudah, tahan stress, dan cocok dipelihara di tempat tropis seperti di Indonesia (Johari et al., 2008). 2.2. Darah Darah merupakan cairan yang terdapat di semua tubuh makhluk hidup kecuali tumbuhan. Fungsi darah untuk mengangkut dan mengedarkan sari-sari makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Susunan darah terdiri atas air, protein, mineral, dan garam. Didalam darah terdapat gen yang memiliki fungsi untuk pembawa sifat yang didalamnya terdapat albumin, globulin, protrombin, dan

5 fibrinogen. Selain itu protein darah juga mengandung pre albumin, transferrin, post transferrin, ceruplasmin, dan amylase I (Johari et al., 2013). Gambaran mengenai darah juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, bangsa, keadaan temperatur lingkungan (Apsari dan Arta, 2010). 2.3. Elektroforesis Elektrforesis merupakan cara analisis kimia yang didasari dengan pergerakan molekulyang dialiri listrik didalamnya. Pergerakan molekul dipengaruhi oleh bentuk, ukuran, besar muatan, dan sifat muatan sendiri (Harper et al., 1984). Elektroforesis dapat dibedakan menjadi dua yaitu elektroforesis larutan dan elektroforesis daerah atau zona (Sutopo et al., 2001). Elektoforesis larutan adalah dengan menggunakan larutan penyangga atau sering disebut bufer yang kemudian dialiri dengan listrik didalamnya. Elektroforesis daerah atau zona merupakan elektroforesis yang menggunakan bahan padat sebagai penunjangnya dan berisi larutan bufer. Setelah proses elektroforesis selesai kemudian melakukan proses pewarnaan yang berguna untuk mengetahui hasil yang diperoleh (Bollag dan Edelstein, 1991).Kegunaan elektroforesis lainnya yaitu untuk memisahkan dan melihat profil dari molekul protein (Yuwono, 2005).Teknik elektroforesis gel kanji dapat digunakan untuk mengidentifikasi keragaman protein (Legates dan Warwick, 1990). 2.4. Polimorfisme Protein Protein merupakan salah satu bentuk makro yang dihasilkan sel hidup yang memiliki fungsi sebagai data genetik (Noor et al., 2011). Perbedaan bentuk

6 protein darah dapat diketahui dengan membedakan kecepatan gerak didalam gel elektroforesis. Molekul yang lebih besar bergerak lebih lambat dan lebih dekat dalam satuan waktu yang sama. Polimorfisme protein merupakan perbedaan dari sifat-sifat biokimia yang telah diatur secara genetik dan banyak dijumpai di cairan dan sel tubuh ternak. Polimorfisme dapat diartikan sebagai ekspresi dari suatu gen dan dapat diketehui dengan cara elektroforesis. Hasil dari elektroforesis dapat digunakan untuk mengetahui keadaan genetik suatu populasi (Johari et al., 2008). Polimorfisme juga dapat digunakan untuk mengetahui asal usul ternak, bangsa, spesies, dan hubungan filogenetik (Warwick et al., 1990). Menurut Nicholas (1987),untuk menelusuri hubungan kekerabatan antara individu adalah melihat persamaan dan perbedaan protein darah yang dimilikinya. Apabila ingin mengetahui perkerabatan harus dapat mengetahui frekuensi gen dari alel-alel yang terdapat pada lokus yang diamati (Abubakar et al.,2014). Cara tersebut sering digunakan untuk mengetahui kekerabatan individu dengan melihat persamaan dan perbedaan protein darah yang diamati. 2.4.1. Pre albumin Pre albumin adalah plasma darah yang memiliki berat molekul 55.000 dalton dan ukuran ini lebih kecil dari pada plasma darah lainnya (Keren, 2003). Lokus Pre albumin pada ayam Kedu memiliki dua alel yaitu Palb A dan Palb B (Wulandari, 2008). Lokus ini memiliki genotip homozigot Palb AA dan Palb BB serta genotip heterozigot Palb AB (Abubakar et al., 2014).

7 2.4.2. Albumin Albumin merupakan lokus yang memiliki berat molekul 69.000 g/mol dan merupakan lokus yang memiliki pita paling tebal diantara lainnya (Keren, 2003). Pada ayam Kedu terdapat dua alel yang mengontrol albumin yaitu Alb B dan Alb C (Ismoyowati, 2008). Menurut Johari et al. (2008) didalam plasma darah terdapat albumin yang dikontrol oleh tiga genotip yaitu Alb BB, Alb BC danalb CC. 2.4.5. Ceruloplasmin Ceruplasmin memiliki dua alel yang terdapat didalamnya yaitu F dan S. Lokus ini memiliki berat molekul 70.000 dalton (Warwick et al., 1990). Pada ayam Kedu dan ayam lurik ditemukan 2 alel ceruloplasmin yaitu Cp F dan Cp S (Abubakar et al., 2014). Genotip dari lokus ceruplasmin homozigot yaitu FF dan SS, sedangkan heterozigotnya adalah FS. 2.4.3. Transferin Transferin merupakan plasma darah dengan jumlah kira-kira 3% yang berfungsi sebagai transport zat besi ke seluruh tubuh. Transferin mempunyai berat molekul 76.000 g/mol (Keren, 2003). Transferin dikontrol oleh dua alel yaitu Tf B dan Tf C (Johari et al., 2008). Pada ayam Kedu transferin dikontrol oleh tiga genotip yaitu Tf BB,Tf BC dan Tf CC (Wulandari, 2008). Suatu protein dalam transferin pada satu individu dapat dikatakan bersifat polimorfik apabila terdapat perbedaan bentuk genotip yang ditampilkan dalam suatu keragaman genetik.

8 2.4.4. Post Transferin Post transferin memiliki dua alel yang terdapat didalamnya yaitu F dan S (Wulandari, 2008). Lokus ini memiliki dua pita (band) yang dapat dibaca dari hasil elektroforesis. Genotip dari lokus post transferin homozigot yaitu FF dan SS, sedangkan hetererozigotnya yaitu FS. Post Transferin memiliki bobot molekul 80.000 dalton. 2.4.5. Amylase-I Amylase-I pada ayam Kedu dan ayam lurik dikontrol oleh dua alel yaitu Amy-I B dan Amy-I C (Abubakar et al., 2014). Lokus ini memiliki berat molekul 110.000 dalton (Warwick et al., 1990). Genotip dari lokus amylase-i yaitu Amy- I BB dan Amy-I CC, sedangkan heterozigotnya adalah Amy-I B. 2.5. Heterozigositas Heterozigositas adalah nilai keragamaan genetik dari sesuatu kelompok ternak yang diamati. Keragaman populasi dapat diketahui melalui lokus-lokus yang mempunyai heterozigositas yang tinggi (Warwick et al., 1990). Apabila nilai heterozigositas tinggi maka keragaman genetik dari suatu kelompok ternak juga tinggi. Keragaman genetik yang tinggi dapat membuat suatu populasi dapat bertahan atau memiliki peluang hidup yang lebih tinggi (Noor et al., 2011). Keragaman tidak hanya terjadi pada bangsa yang sama atau antar populasi lainnya. Keragaman dapat juga dilihat melalui ciri-ciri fenotip seperti warna bulu, bentuk jengger, dan warna jengger. Apabila telah dilakukan persilangan maka ayam Kedu akan mengalami peningkatan heterozigositas (Warwick et al., 1990). Nilai heterozigositas yang

9 tinggi juga dapat dipengaruhi oleh nilai-nilai frekuensi gen pada populasi yang diamati (Noviani, 2010).Menurut Baker dan Manwell (1986) bahwa faktor tingginya heterosigositas dipengaruhi oleh overdominan (heterosis positif), perbedaan frekuensi gen antara jantan dan betina, serta perkawinan yang tidak terpilih (assortative mating). 2.6. Keseimbangan Hardy-Weinberg Hukum Hardy Weinberg digunakan sebagai parameter untuk mengetahui didalam populasi sudah berlangsung evolusi atau tidak. Hukum Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi genotip dalam suatu populasi akan tetap sama dari generasi ke generasi dalam suatu populasi yang diamati (Johari et al., 2008). Keseimbangan pada hukum Hardy-Weinberg dipengaruhi oleh faktor-faktor yaitu genotip yang ada mempunyai viabilitas dan fertilitas yang sama, perkawinan secara acak, tidak ada mutasi gen, tidak terjadi migrasi, dan tidak terjadi seleksi (Ismoyowati, 2008). Hukum Hardy-Weinberg akan berlaku apabila pembelahan sel kelamin (meiosis) terjadi secara merata, tidak ada materi genetik baru dalam suatu populasi, terjadi perkawinan acak, populasi tak terbatas, jumlah pasangan memiliki jumlah keturunan yang sama dan semua genotip bertahan dengan probabilitas yang sama (Holsinger, 2001).Apabila semua asumsi pada hukum Hardy-Weinberg terpenuhi maka genotip berada dalam keseimbangan hukum Hardy-Weinberg (Rodriguez, 2014).