ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Deskripsi Lingkungan Permukiman Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah Galuga Berdasarkan Penilaian Responden

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

RENCANA STRATEGIS KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

KONSEP PENANGANAN SANITASI DI KAWASAN KUMUH PERKOTAAN

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU)

BAB I PENDAHULUAN. Respon risiko..., Juanto Sitorus, FT UI., Sumber data : BPS DKI Jakarta, September 2000

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATRIKS RENCANA STRATEGIS DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA MALANG TAHUN

-1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

BAB 4 STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA

: Pendekatan ekologi terhadap tata guna lahan. b. Pemakaian Lahan Kota Secara Intensif

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

1.1 TUJUAN PENULISAN LAPORAN

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB IV PANDUAN KONSEP

2015 KAJIAN TENTANG PEND IRIAN BANGUNAN D I SEMPAD AN SUNGAI D ALAM MENINGKATKAN KESAD ARAN HUKUM MASYARAKAT AGAR MENJAD I WARGA NEGARA YANG BAIK

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas manusia tidak terlepas dari kegiatan yang menghasilkan limbah

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

Repository.Unimus.ac.id

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

BAB I PENDAHULUAN. ditemui pada daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Salah satu

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2018 DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TANAH BUMBU

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Daftar Tabel. Daftar Gambar

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB III KONDISI DAN ANALISIS LINGKUNGAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

I. PENDAHULUAN. Transportasi juga diharapkan memiliki fungsi untuk memindahkan obyek sampai tujuan dengan

Indikator Konten Kuesioner

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Lingkungan yang diharapkan adalah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota merupakan sebuah tempat permukiman yang sifatnya permanen

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Transkripsi:

BAB V ISU STRATEGIS DAN REKOMENDASI A. ISU STRATEGIS Penentuan Isu Strategis dikaji dengan pendekatan kuantitatif berdasarkan data dan tekanan lingkungannya serta status nilai, dan juga dikaji dari pendekatan kualitatif berdasarkan hasil-hasil penelitian, brainstorming serta diskusi pakar. Berdasarkan penilaian kualitatif didapat 17 permasalahan di Kota Bogor yang akan diprioritaskan sebagai Isu Strategis Kota Bogor, adapun permasalahan-permasalahan tersebut seperti pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Permasalahan yang terdapat di Kota Bogor No Permasalahan yang terdapat di Kota Bogor 1. Kemacetan 2. Pedagang Kaki Lima, anak jalanan (pengamen) dan pengemis 3. Lahan parkir 4. Pengendalian pencemaran air dan udara 5. Dana kesehatan dan Kasus DBD masih tinggi 6. Pertambahan jumlah penduduk 7. Alih fungsi lahan 8. Pencemaran lingkungan 9. Pengelolaan sampah 10. Pemukiman (kawasan kumuh) 11. Transportasi lintas wilayah kota/ kabupaten 12. Ruang Terbuka Hijau 13. Pengelolaan air limbah domestik 14. Konversi lahan pertanian 15. Emisi kendaraan bermotor 16. Beban kendaraan industri 17. Pengaduan masyarakat terhadapkasus lingkungan Sumber : Hasil Olah Tim, 2015 Pemilihan isu strategis dari permasalahan-permasalahan yang ada, dilakukan penilaian selain berdasarkan data juga pertimbangan kondisional serta penilaian umum, dimana prioritas isu strategis dilakukan dengan pendekatan Interpretative Structural Modelling, yang merupakan model interpretasi secara terstruktur dari expert judgement. Dari seluruh permasalahan yang merupakan prioritas isu strategis dapat dilihat pada BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR V-1

kuadran 1 (Kiri-atas) yang memiliki pengaruh tinggi terhadap permasalahan lainnya tetapi ketergantungannya kecil sperti pada Gambar 5.1. Gambar 5.1. Diagram Driver Power dan Dependent Permasalahan Dari isu yang terpilih dapat dibuat struktur untuk melihat akar permasalahan secara keseluruhan sehingga dapat dipilih prioritas permasalahan utama sebagai Isu Strategis. Gambaran akar permasalahan sebagai Isu Strategis seperti pada Gambar 5.2. BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR V-2

Gambar 5.2. Akar Permasalahan Sebagai Isu Strategis Kota Bogor Hasil analisis ini menggambarkan hasil agregasi pendapat pakar dalam Meminimalisir permasalahan yang terdapat di Kota Bogor untuk menjadi isu strategis antara lain ; 9) Pengelolaan sampah yang belum optimal dan 1) Kemacetan yang semakin padat mempengaruhi terhadap lingkungan, dan 8) Pencemaran Lingkungan, ketiga permasalahan ini dipilih untuk diprioritaskan utama dalam penanganan permasalahan di Kota Bogor, yang selanjutnya dapat dipertimbangkan permasalahan lainnya jika permasalahan utama terminimalisasikan seperti 7) Alih fungsi lahan, kemudian, 2) Pedagang kaki lima, anak jalanan (pengamen) dan pengemis 6) Pertambahan jumlah penduduk, 10) Pemukiman (kawasan kumuh), serta 13) pengelolaan air limbah domestik. 1. Isu strategis Kemacetan Kota Bogor Kemacetan yang ada di Kota Bogor tidak terhindarkan lagi, karena ruas jalan yang tersedia tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang beroperasi. Rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Bogor untuk kendaraan roda dua sebanyak 500 hingga 600 unit per tahun, sedangkan roda empat antara 300-500 per tahun. Selain penambahan jumlah kendaraan yang terus bertambah setiap tahun, terdapat pula BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR V-3

penambahan jadwal kereta api, yang dapat memperpanjang antrian kendaraan di ruasruas jalan yang ada perlintasan. Adanya pembatasan kendaraan dengan larangan operasional di ruas-ruas jalan tertentu,dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi kepadatan di jalan raya. Karena, pajak pendapatan negara dari pajak kendaraan sangat besar sehingga pembatasan kendaraan dengan membatasi jumlah kendaraan tidak menguntungkan bagi negara. Langkah tersebut memungkinkan Pemerintah Daerah membuat aturan pembatasan kendaraan namun dengan konsekuensi mengurangi PAD dari pajak kendaraan bermotor yang diterimanya. Salah satu strategi untuk mengurangi kepadatan kendaraan khususnya di kota besar dengan cara memberlakukan larangan melintas di jalan-jalan tertentu. Sehingga mengurangi kepemilikan kendaraan. Upaya tersebut dapat merancang masyarakat tidak memiliki kendaraan lebih dari lima tahun. Terdapat alternatif lain, jika tidak bisa menggunakan kendaraan pribadi, sediakan layanan transportasi publik yang efektif, aman, nyaman dan sehingga masyarakat ada pilihan dengan menjual motornya mereka memilih menggunakan transportasi publik. Akan tetapi, upaya tersebut perlu memiliki pertimbangan tertentu seperti apakah semua masyarakat mampu membeli kendaraan keluaran terbaru. Dan kendaraan yang sudah memasuki usia tua harus dikemanakan setelah tidak digunakan. Selain itu, isu strategis mengenai tingkat kemacetan di kota bogor dapat dilihat dari adanya kebijakan mengenai upaya penanganan konkret terhadap pembatasan jumlah kendaraan di masyarakat dengan larangan melintas di ruas-ruas jalan tertentu bagi kendaraan yang berusia lebih dari lima tahun seperti kendaraan yang keluaran di bawah tahun 2000 dilarang untuk melintas di jalan-jalan protokol, Jalan Juanda depan Istana Bogor, Jalan Padjajaran. Langkah tersebut diberlakukan di satu titik secara bertahap diperluas, ke sejumlah jalan-jalan utama lainnya. Bila kondisi demikian dapat diberlakukan, upaya ini akan membuat pemilik kendaraan di bawah tahun 2000 mencari jalan alternatif untuk tetap mengoperasikan kendaraannya. Namun, jika semua ruas jalan telah diberlakukan larangan melintas bagi kendaraan keluaran tahun 2000 ke bawah, akan berfikir untuk menjual kendaraannya sehingga tidak menggunakannya lagi. Selain itu, perlu ada kajian mengenai berapa jumlah kendaraan yang layak di Kota Bogor dan baiknya berapa jumlah kendaraan yang masuk ke dalam kota. Adapun, solusi kemacetan lain adalah dengan jalan layang. Karena pembangunan jalan ini tidak menggunakan lahan lain, tinggal meneruskan lahan yang sudah ada di jalan raya. Karena bila membangun ruas jalan baru lagi, terbentur pembebasan lahan dan masalah kemacetan tidak kelar-kelar. BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR V-4

2. Permasalahan sampah di kota bogor Sampah yang terdapat di Kota Bogor memiliki berbagai masalah, permasalahan tersebut setiap tahun tak pernah terselesaikan. Bahkan, bukannya solusi yang dihasilkan kota dengan julukan kota hujan malah terancam terkepung oleh sampah dan angkutan umum. Berdasarkan data terakhir, jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat setiap harinya berkisar 2.707 meter kubik. Bahkan, lebih dari sepertiganya sampah yang di hasilkan masyarakat kota bogor tidak terangkut. Keadaan kondisi ini sangat dikeluhkan oleh sebagian masyarakat khususnya pada sampah yang terdapat di sepanjang jalan raya Tajur dan Pasar Bogor. Selain itu, lonjakan sampah yang meningkat setiap harinya membuat arus lalu lintas menjadi macet karena menghalangi jalan seperti sampah akibat pedagang sayuran di pasar bogor yang membuat jalanan setiap paginya macet sehingga masyarakat yang akan berpergian sedikit terhambat akibat pembersiha jalan tersebut. Sementara itu, berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dari 2.707, hanya 65-70% yang terangkut dan dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Galuga Leuwiliang, Kabupaten Bogor dan sisanya tidak terangkut. Sampah yang tersisa diupayakan untuk diolah di Bank Sampah disetiap RW dan Reduce, Reuse, Recycle (3R) berbasis masyarakat karena pada tahun 2020 seluruh RW di Kota Bogor ditargetkan memiliki Bank Sampah guna mengatasi persoalan sampah di Kota Bogor. Timbulan sampah yang terdapat di Kota Bogor tahun 2015 ialah sebanyak 2.704.761 liter/orang/hari. Dilihat dari total pemenuhan sampah/harinya maka diperlukan kapasitas tempat pembuangan sampah di Kota Bogor. Tempat pembuangan sampah ini harus dapat mencukupi seluruh sampah yang dikeluarkan oleh masyarakat Kota Bogor. Saat ini target pengelolaan sampah masih ditingkat kelurahan agar setiap RW memiliki Bank sampah. Sementara itu di Kota Bogor baru memiliki 11 Bank Sampah yang tersebar di delapan Kelurahan dan empat RW yakni di rusunawa Kelurahan menteng, taman kencana, Griya Katulampa, Kerta Maya, Tanah Baru ada di empat RW, Cibogo, Pasir Kuda, dan Rangga Mekar. 3. Pencemaran Lingkungan Di Kota Bogor Pencemaran lingkungan yang terdapat di Kota Bogor umumnya terjadi pada pencemaran air sungai yang di akibatkan dari ulah masyarakat Kota Bogor yang tidak memperhatikan dampak lingkungan kedepannya. Telah diketahui dari hasil identifikasi sungai yang terkena pencemaran lingkungan tertinggi ialah sungai Ciliwung, dimana sungai ini memiliki tingkat BOD tinggi bila dibandingkan dengan sungai Cisadane. BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR V-5

Selain itu, adanya pencemaran lingkungan di sebabkan oleh limbah cair yang terbesar di Kota Bogor yaitu limbah cair rumah tangga. Pengelolaan limbah cair rumah tangga masih kurang baik, hampir 80% kegiatan rumah tangga di Bogor turut berpartisipasi dalam pencemaran air di Kota Bogor. Limbah cair rumah tangga perlu diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan, namun banyak masyarakat yang masih awam dan belum mengetahui cara pengolahan limbah rumah tangga. Berdasarkan informasi yang disusun dalam buku SLHD dapat ditunjukan status/kondisi lingkungan hidup Kota Bogor pada tahun 2015 adalah: 1. Keadaan penutupan lahan di Kota Bogor hasil foto udara memperlihatkan bahwa proporsi penutupan lahan terbesar adalah area terbangun, kecuali pada Kecamatan Bogor Selatan (proporsi terbesar adalah sebagai vegetasi campuran). 2. Keadaan penggunaan lahan terutama di sekitar DAS Ciliwung dan Cisadane di wilayah Kota Bogor sebagian besar merupakan kawasan terbangun. DAS Ciliwung dan Cisadane di Kota Bogor merupakan bagian kota yang terus berkembang, oleh karena itu terjadi perubahan pemanfaatan lahan yang awalnya lahan tersebut sebagai ruang terbuka hijau menjadi areal terbangun (perumahan, perdagangan, perkantoran dan industri). Akibat perubahan penggunaan ini, keadaan bantaran sungai di beberapa lokasi terjadi penyempitan banyak bangunan yang menjorok ke sungai. Akibat perubahan penggunaan lahan di sekitar bantaran sungai ini juga menyebabkan semakin tingginya laju limpasan air permukaan ke sungai. 3. Perumahan dan Permukiman : a. Keterbatasan Lahan untuk mengembangan permukiman b. Keterbatasan pelayanan persampahan, khususnya daerah yang berada di sempadan sungai c. Minimnya kondisi sanitasi yang memadai (mck, limbah domestik) d. Minimnya kondisi jalan dan saluran air hujan yang memadai e. Banyaknya permukiman di bantaran sungai hingga berpotensi bahaya jika terjadi erosi dan permukiman tersebut bias menambah jumlah sampah yang dibuang ke sungai. f. Kurangnya fasos, fasum dan ruang terbuka di daerah permukiman yang tidak teratur dan padat. g. Kurangnya terjangkuanya pelayanan air bersih. h. Masih adanya permukiman kumuh BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR V-6

4. Kualitas Air Sungai : a. Pada umumnya kualitas air sungai kurang memenuhi persyaratan untuk peruntukan air kelas dua pada peraturan pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Parameter yang melebihi kriteria pada umumnya adalah tingginya kadar BOD. b. Pada umumnya kualitas air situ kurang memenuhi persyaratan baku mutu untuk parameter yang melebihi persyaratan adalah kadar BOD, Residu Tersuspensi, DO, COD, Total Coliform dan Zat Detergen/MBAS 5. Kualitas Udara Parameter-parameter kualitas udara di Kota Bogor relatif tidak membahayakan bagi lingkungan, karena gas-gas dan partikulat tersuspensi yang dihasilkan pada umumnya masih di bawah ambang batas baku mutu kualitas udara ambien. Namun kadar debu dan tingkat kebisingan pada beberapa lokasi masih diatas persyaratan ambang batas yang ditentukan. 6. Transportasi Kondisi ruas jalan yang sering disalahgunakan seperti banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan menggunakan badan jalan, pasar tumpah di beberapa pasar, kendaraan umum yang sering mencari penumpang yang berhenti lama di pinggir jalan menjadi salah satu penyebab terjadinya kemacetan. Kondisi ruas jalan yang sempit didaerah tertentu dan minimnya pengaturan lalu lintas berkala menyebabkan sering tersendatnya arus lalu lintas kendaraan. B. REKOMENDASI Berdasarkan hasil isu strategis yang ada di Kota Bogor pada status lingkungan hidup untuk upaya meningkatkan kualitas lingkungan hidup agar tercapainya peningkatan kualitas lingkungan hidup berkelanjutan. Rekomendasi pengelolaan lingkungan hidup yang dapat dilakukan adalah: 1. Kualitas Udara dan Transportasi Optimalisasi ketersediaan badan jalan dan sarana prasarana lalulintas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan program wajib melakukan uji emisi bagi kendaraan yang bernomor polisi Kota Bogor. Pengaturan dan penertiban lalu lintas di daerah yang rawan macet sehingga dapat mengurangi polusi udara yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor. BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR V-7

Pembatasan terhadap kendaraan pribadi serta peningkatan kualitas transportasi masal seperti transpakuan, dengan tingkat pelayanan dan kenyamanan yang ditingkatkan. Penertiban badan jalan dan trotoar yang disalahgunakan untuk kegiatan usaha yang mengganggu arus pejalan kaki dan mengurangi estetika lingkungan. 2. Sanitasi Lingkungan Pengelolaan sampah pada permukiman padat yang sulit dijangkau kendaraan sampah berkoordinasi dengan dinas/badan terkait. Dapat dilakukan dengan peningkatan program pembentukan kelembagaan dan bank sampah khususnya daerah permukiman padat dengan akses jalan yang sulit masuk kendaraan. Peningkatan pengawasan dan apresiasi terkait penerapan program Sekolah Berbasis Lingkungan (SBL) yang melibatkan semua pihak dari generasi dini hingga dewasa. Pembuatan MCK komunal dengan lahan swadaya masyarakat yang dibebaskan oleh Pemerintah Kota dan subsidi dari pemda/perusahaan/sponsor 3. Kualitas Air Sungai dan Air Tanah Optimalisasi peraturan-peraturan perundangan daerah terkait dengan lingkungan hidup yang berlaku dan pengawasan terhadap penerapannya di lapangan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara bekerjasama antar Dinas/Badan terkait supaya didapat peningkatan kualitas air sungai dan tanah yang berkelanjutan. Peningkatan program wajib memiliki Ruang Terbuka Hijau dan Sumur Resapan bagi setiap Kegiatan dan/atau usaha yang berlangsung di Kota Bogor. Penghitungan daya tampung limbah dari beban pencemaran sungai, serta kemampuan asimilasi lingkungan terhadap bahan pencemar. BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA BOGOR V-8