BAB I PENDAHULUAN. seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan manusia untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan

I. PENDAHULUAN. pidato. Ketika menulis teks pidato, banyak faktor yang perlu diperhatikan seperti kosa kata,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 21

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA. Konsep dipandang sebagai definisi operasional untuk menegaskan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2005: 225). Goodluck (1991: 1) menambahkan bahwa kajian mengenai

SEMANTIK LEKSIKAL, SEMANTIK KALIMAT, MAKNA DAN

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. memahami maksud dan tujuan yang disampaikan oleh penutur berbeda-beda. Dilihat dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kategori kata dalam kajian gramatik bahasa Indonesia tidak. pernah lepas dari pembicaraan. Begitu kompleks dan pentingnya

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya bukan hanya sebagai makhluk individu tetapi juga

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

BAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. berjalan, berlari, dan pergi. Tidak hanya manusia, hewan juga melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik; unsur dan hubungan itu bersifat abstrak dan bebas dari isi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik (Tarigan dan

I. PENDAHULUAN. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi (Pateda, 1990: 4). Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. maupun sebagai komunikan (mitra baca, penyimak, pendengar, atau pembaca).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suatu wacana dituntut untuk memiliki keutuhan struktur. Keutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu karangan terdiri dari beberapa kalimat yang kemudian disusun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan yang sangat penting untuk menuangkan ide pokok

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa bukanlah kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa harus berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bahasa, termasuk bahasa Jawa seringkali ditemui adanya hubungan

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. novel. Novel menggunakan beragam jenis kata dengan kategori dan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan peranti kohesi yang tepat dalam sebuah teks berpengaruh terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Manusia berkomunikasi untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. sehari hari. Salah satu perannya ialah bahasa merupakan alat berkomunikasi

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak Dairi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hurford dan Hearsly menyatakan bahwa semantik merupakan cabang dari

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. verba asal, yaitu verba yang dapat berdiri sendiri tanpa afiks dalam konteks

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk mengkomunikasikan segala

1 Universitas Indonesia

BAB II KAJIAN TEORETIS, KONSEP DAN PENELITIAN TERDAHULU. meronim, member-collection, dan portion-mass (Saeed, 2009:63). Sehubungan

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan orang lain. Secara tidak

PEMBELAJARANKOSAKATA Oleh: (Khairil Usman, S.Pd., M.Pd.)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN. pergeseran. Pergeseran makna yang belum begitu jauh memungkinkan penutur

BAB I PENDAHULUAN. yang penulis rasakan sangat sulit untuk dipelajari adalah bagian grammar atau

BAB I PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap makna yang terdapat dalam sebuah wacana. Salah

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Bab 6. Persahabatan. M e n u U t a m a. Peta Konsep. M e n u T a m b a h a n. Persahabatan. Memahami cerita dan teks drama. Bertelepon dan bercerita

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonimi juga dapat disebut persamaan kata

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

III. METODE PENELITIAN. pada teks berita utama olahraga surat kabar Tribun Lampung edisi April 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sarana komunikasi dalam kehidupan manusia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia yang masih belum mempunyai kemampuan untuk. kehidupan sehari-hari baik secara lisan maupun tulisan.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang dipelajari secara sosial oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak dapat berjalan sempurna. daripada bahasa tulis. Bahasa merupakan unsur terpenting dalam kehidupan

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKSI, DAN SARAN

Kemampuan Siswa Kelas XI SMAN 8 Pontianak Menentukan Unsur Kebahasaan Dalam Teks Cerita Ulang Biografi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial budaya masyarakat pemakainya (periksa Kartini et al., 1982:1).

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, yaitu pendekatan komunikatif yang mencerminkan ciri khas mutu

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. untuk memahami hal hal yang ada dalam penelitian. Konsep dipandang sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Muthi Afifah,2013

KORELASI PENGUASAAN KOSAKATA BIDANG LINGKUNGAN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

PENGGUNAAN FRASA DAN KLAUSA BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya pembelajaran bahasa adalah belajar berkomunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. atau bahasa ibunya. Pemerolehan bahasa biasanya dibedakan dari

KONTRIBUSI PENGUASAAN KOSAKATA TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI I KUOK KABUPATEN KAMPAR PROVINSI RIAU

I. PENDAHULUAN. orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1985:9) yang. Kegiatan komunikasi yang baik didukung oleh salah satu komponen

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa digunakan. komunikasi harus mampu mengekspresikan konsep-konsep yang ada

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan leksikon sangat penting dalam perkembangan bahasa seorang anak. Untuk berbahasa, anak-anak harus menghubungkan leksikon yang satu dengan yang lainnya untuk membentuk sebuah kalimat. Anak-anak yang memiliki leksikon yang luas dapat menyusun kalimat dengan mudah karena leksikon yang digunakan oleh anak mewakili ekspresi mereka dalam berbahasa. Dalam pemerolehan bahasa, hal yang pertama kali diperoleh oleh anakanak adalah kata (Clark,1993:1). Dengan leksikon seorang anak dapat menyampaikan keinginan mereka, misalnya ingin membeli mainan, ingin makan sesuatu, dan lain-lain. Leksikon yang dimiliki oleh anak-anak dapat diwujudkan dalam kalimat yang sederhana, yang terdapat kesesuaian antara subjek dan predikat. Misalnya pada kalimat, aku makan roti, aku merupakan subjek, makan adalah predikat, dan roti adalah objek. Jadi, tanpa kata tidak ada struktur bunyi, struktur kata, dan struktur sintaktis. Penguasaan leksikon dapat memengaruhi keterampilan berbahasa anak. Keterampilan berbahasa anak meningkat apabila kuantitas dan kualitas kosakatanya meningkat (Tarigan, 1993: 14). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin banyak leksikon yang dimiliki oleh anak, makin baik pula bahasa yang disampaikannya. Anak akan mudah menyampaikan maksud dan tujuan dengan leksikon yang telah dimilikinya dan orang lain juga mudah memahami maksud yang disampaikan oleh anak.

Salah satu upaya untuk mempercepat penguasaan leksikon anak adalah melalui membaca. Rimm (dalam Pelenkahu, 2009:188) menyatakan bahwa membacakan buku untuk anak sangat berguna saat anak mulai dapat memusatkan perhatian untuk jangka waktu yang pendek (sebagian anak mulai bisa melakukan kegiatan ini pada usia enam bulan). Melalui buku anak dapat melakukan gerakan sederhana seperti bertepuk tangan atau menepuk-nepuk untuk menunjukkan perasaan senang. Mereka juga senang dengan kalimat-kalimat yang dibacakan atau mengisi kata-kata yang hilang atau mengoreksi jika secara sengaja melewatkan satu kata dalam membaca. Penelitian ini membahas pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun. Ada empat alasan mengapa topik ini dipilih. Pertama, ada silang pendapat di antara para ahli dalam kajian tentang pemerolehan leksikon, khususnya dalam penentuan jumlah kosakata anak usia 7 tahun. Misalnya, Fry dan Cutterden (dalam Raja, 2008:234) menyatakan bahwa kosakata aktif anak berjumlah 4.000 pada usia 7 tahun. Raja (2008:234) mengungkapkan bahwa kosakata aktif anak pada usia 7 tahun adalah 7.760 dan 10.908 kata. Sementara itu, Clark (1993: 13) memprediksikan bahwa usia 7 tahun anak memperoleh 17.000 kata. Alasan kedua adalah adanya pendapat ahli yang berbeda mengenai kelas kata yang dikuasai lebih awal oleh anak. Bloom (dalam Dardjowidjodjo, 2000: 37) mengatakan bahwa kata fungsi lebih banyak digunakan oleh anak daripada nomina. Begitu juga, Tardif (dalam Dardjowidjodjo, 2005: 259) menyatakan bahwa verba dikuasai lebih awal dan lebih banyak daripada nomina. Pada kasus Echa (Dardjowidjodjo, 2005:259) kelas kata nomina lebih banyak dikuasai

daripada verba. Hal ini terjadi karena Echa bergantung pada masukan yang diterimanya. Dalam penelitian ini diungkapkan kelas kata yang dikuasai anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan. Alasan ketiga adalah bahwa anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690 Medan berasal dari berbagai suku, misalnya Jawa, Toba, Mandailing, Melayu, Karo dan Aceh. Keheterogenan suku anak di SD ini tampaknya memengaruhi leksikon yang diperoleh, contohnya, bahasa Indonesia bercampur dengan bahasa Jawa, seperti yang terdapat dalam kalimat Aku gak jadi ding. Contoh lain terdapat pada ujaran anak yang bersuku Karo, Siapa nama kam?, akibatnya, leksikon yang diperoleh anak memiliki perbedaan antara satu anak dan anak lainnya. Kenyataan ini didukung oleh Dardjowidjojo (2000: 34), yang menyatakan bahwa pemerolehan leksikon dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya adalah budaya, latar belakang keluarga, taraf hidup, tingkat pendidikan, dan lokasi (desa atau kota besar). Anak-anak yang tinggal di desa akan memiliki kosakata yang berbeda dengan anak-anak yang tinggal di kota. Demikian pula anak-anak yang berasal dari keluarga yang kaya berbeda leksikonnya dengan anak-anak yang berasal dari keluarga yang miskin. Alasan keempat ialah bahwa leksikon adalah pusat dalam pemerolehan bahasa (Clark, 1993:1). Dalam berbahasa diperlukan leksikon. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam merangkai sebuah ide atau gagasan, anak juga memerlukan kata agar ide dan gagasan dapat disampaikan dengan baik. Kajian mengenai pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun merupakan dasar untuk memahami buku teks yang menjadi sumber belajar anak-anak. Meskipun leksikon

merupakan bentuk yang sederhana bagi anak untuk diingat, dalam kenyataannya leksikon juga mudah dilupakan oleh anak karena tidak selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, anak-anak tidak benar-benar lupa mengenai leksikon yang ingin diucapkan melainkan karena adanya gejala lain dalam wicara yang berkaitan dengan ingatan (lihat Dardjowidjodjo, 2005: 153). Pemilihan anak usia 7 tahun sebagai subjek penelitian ialah karena secara teoretis anak usia 7 tahun berbahasa sudah seperti orang dewasa. Namun, mereka masih kesulitan dalam menceritakan kegiatan harian mereka secara berurutan. Dalam hal ini pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun diteliti melalui cerita gambar seri yang mereka ungkapkan dalam bahasa mereka sendiri. Penelitian ini membahas kelas kata dan relasi semantis. Dalam penelitian ini diidentifikasi kelas kata yang digunakan anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690. Dalam pengamatan awal diperoleh data yang berupa hasil cerita berdasarkan gambar seri yang diberikan kepada anak. Berikut contoh teks yang dikutip dari dua responden. (1) Buaya dan kancil di sungai. Kancil meminum air sungai. Buaya berenang dan melihat kancil. Tiba-tiba buaya memakan kaki kancil karena buaya lapar. Itu bukan kakiku itu kayu kata kancil. Buaya kemudian melepaskan kaki kancil. Kancil berkata terima kasih buaya dan kancil pergi ke hutan meninggalkan buaya. (2) Kancil meminum air sungai. Tiba-tiba seekor buaya datang ia menggigit kaki si kancil. Kata si kancil itu bukan kakiku itu kayu. Buaya melepaskan kaki kancil. Terima kasih buaya kata si kancil kemudian si kancil berjalan meninggalkan buaya. Dari dua teks tersebut tampak bahwa anak sudah memiliki leksikon hewan, anggota tubuh, kegiatan dan lain-lain. Kelas kata yang terdapat dalam teks tersebut juga bervariasi seperti nomina kancil, buaya, sungai, kaki, dan hutan,

verba meminum, melihat, menggigit, meninggalkan, dan melepaskan, dan konjungsi dan, karena, dan kemudian. Berdasarkan teks, kelas kata yang tampak adalah nomina, verba, dan konjungsi. Hal ini menjadi bagian dalam penelitian yang dilakukan untuk menemukan kelas kata yang diperoleh anak usia 7 tahun. Dalam kaitan dengan relasi semantis, anak usia 7 tahun sudah dapat menyebutkan beberapa jenis hewan yaitu gajah, kelinci, buaya, dan sapi. Jika dilihat relasi pada leksikon hewan akan diketahui bahwa terdapat bentuk relasi hiponim dalam leksikon hewan tersebut. Jenis hewan yang disebutkan anak merupakan kata khusus dari hewan. Artinya, bahwa leksikon anak usia 7 tahun sudah membentuk relasi semantis hiponim. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang dikaji difokuskan pada pemerolehan leksikon pada anak usia 7 tahun. Adapun masalahnya dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pemerolehan leksikon anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690? 2. Kelas kata apa sajakah yang dikuasai anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690? 3. Bagaimanakah relasi semantis yang terbentuk di antara kata-kata yang diperoleh anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, tujuan penelitian ini dinyatakan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690. 2. Mengidentifikasi kelas kata yang dikuasai anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690. 3. Mendeskripsikan relasi semantis yang terbentuk di antara kata-kata yang diperoleh anak-anak usia 7 tahun di SD Negeri 067690. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik pada tataran teoretis maupun pada tataran praktis di bidang pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan leksikon. 1.4.1 Manfaat Teoretis Manfaat teoretis dalam penelitian ini antara lain: 1. Menjadi salah satu model acuan yang dapat diandalkan untuk penelitian tentang pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan leksikon. 2. Memperkaya kajian tentang pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan leksikon anak. 3. Menjadi bahan acuan bagi para peneliti yang berfokus pada kajian pemerolehan bahasa.

1.4.2 Manfaat Praktis Pada tataran praktis, hasil kajian ini dapat digunakan sebagai berikut: 1. Menjadi bahan pengajaran pemerolehan bahasa khususnya pemerolehan leksikon anak usia 7 tahun. 2. Sumber informasi dan rujukan bagi penelitian lanjutan dan bahan perbandingan untuk melakukan kajian lanjut. 3. Masukan pemikiran kepada semua pihak yang terkait dalam perkembangan bahasa anak. 1.5 Definisi Istilah 1. Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa yang berlangsung dalam otak seorang anak ketika memperoleh bahasa ibunya yang dilakukan secara natural (lihat Dardjowidjodjo, 2005: 225; Chaer, 2003: 167; bdk. Tarigan 1986: 243; O grady 1989:270; Goodluck 1992: 1). 2. Pemerolehan Leksikon Pemerolehan leksikon adalah proses bagaimana anak mengidentifikasi kata-kata dari bahasa mereka, mengisolasi (memisahkan) bentuk kata, dan mengidentifikasi calon makna (Clark, 1997:14). 3. Leksikon Leksikon adalah daftar kata dan makna yang dimuat dalam kamus (Saeed, 2000:10).

4. Leksem Leksem adalah sejumlah daftar kata yang ada dalam kamus (Saeed, 2000:55). 5. Relasi Semantis Relasi semantis adalah hubungan kemaknaan antara sebuah kata atau satuan bahasa dengan kata atau hubungan struktural di antara kata-kata (Geeraerts, 2010:52). Relasi semantis itu dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, dan ketercakupan makna. Dalam hal ini relasi semantis dapat dilihat dari bentuk relasi leksikal seperti sinonim, antonim, hiponim, dan lain-lain. 6. Kelas Kata Kelas kata adalah pengkategorian kata yang memposisikan suatu kata pada tempat tertentu seperti nomina, ajektiva, verba, dan lain-lain (Kridalaksana, 1994: 33).