BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik berasal dari bahasa Jawa amba yang berarti menulis dan titik. Kata batik merujuk pada kain dengan corak yang dihasilkan oleh bahan malam (wax) yang diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (dye), sehingga sering diistilahkan wax-resist dyeing (Desain Grafis Indonesia, 2009). Batik Indonesia secara resmi telah diakui oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO), dan mendapatkan pengakuan sebagai Intangible Cultural Heritage of Humanity (Unesco, 2009). Balai Besar Kerajinan Batik (2013) menuliskan bahwa batik terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu batik tulis, batik cap atau batik kombinasi tulis dan cap. Dalam proses pembuatannya, batik tulis dikerjakan dengan tangan manusia, sementara batik cap dikerjakan dengan menggunakan canting cap, sehingga pembuatan batik tulis memakan waktu cukup lama, yaitu untuk kain ukuran 1 x 2,1 meter diperlukan waktu paling cepat sekitar dua bulan, sedangkan proses pembuatan polanya memerlukan waktu sekitar 3 jam per kain. Di sisi lain, batik cap hanya membutuhkan waktu satu jam untuk proses keseluruhan. Ciri khas batik tulis, detail motif yang ada tidak akan pernah terlihat sama persis antara detail yang satu dengan yang lain. Hal ini terjadi karena motif batik tersebut dikerjakan manual dengan tangan manusia (Jogja News, 2011). Trend desain motif batik tulis sekarang ini cenderung semakin kreatif dan variatif, dikarenakan adanya tuntutan para konsumen batik yang menghendaki desain motif batik yang makin beragam (Asmal et al., 2015), sehingga pendekatan metode produksi batik saat ini juga berkembang dari make to stock menjadi design to order (Radhakrishnan et al., 2008; Wibisono et al., 2010). Kendalanya, tidak semua orang memiliki kemampuan dan kesabaran yang cukup untuk mendesain sendiri motif batik tulis pada sehelai kain satu per satu, dan hanya tangan-tangan profesional yang bisa melakukannya (Batik Di GaleriPos, 2015). Hal ini memicu munculnya kebutuhan akan sebuah sistem desain yang mudah digunakan serta 1
2 fleksibel, sehingga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan desain motifmotif batik tulis yang sangat beragam dari konsumen. Ada beberapa metode pendesainan batik yang dapat digunakan pada pengembangan sistem desain. Metode pertama adalah mendesain langsung pada komputer dengan menggunakan software desain seperti CorelDraw, Photoshop, dan lain-lain. Metode kedua adalah dengan motif recognition atau pengenalan motif, yang merupakan gabungan antara proses desain manual dengan desain berbasis komputer. Metode ketiga adalah dengan mengembangkan software yang khusus dipergunakan untuk mendesain motif batik, yang mendukung proses manufaktur batik selanjutnya (Wibisono et al., 2010). Wibisono et al. (2010) menyebutkan bahwa metode pertama mempunyai kelemahan, yaitu proses pembuatan motif batik yang tidak mudah dengan software-software gambar tersebut. Metode kedua juga masih mempunyai kelemahan, yaitu kurang fleksibel jika ada perubahan pada motif, sehingga gambar harus diulangi secara keseluruhan dari awal proses desain manual. Sedangkan metode ketiga, khusus untuk batik tulis hand-drawn belum dikembangkan (Wibisono et al., 2010). Penggunaan sistem desain berbantuan komputer atau biasa disebut CAD (Computer Aided Design) dalam sistem produksi telah terbukti dan teruji mampu mereduksi waktu secara signifikan apabila dibandingkan dengan proses konvensional, khususnya pada tahap pembuatan desain (Ondogan dan Erdogan, 2006). Sebagai contoh adalah sebuah perusahaan tekstil di India yang setelah penggunaan sistem CAD mampu mereduksi total waktu pendesainan kain sari menjadi hanya 104 menit per kain, dari yang sebelumnya mencapai 428 menit jika dilakukan dengan metode konvensional (Sundaram and Prakash, 2014). Penelitian tentang metode pendesainan batik telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, yaitu Wibisono dan Toha (2000) yang mengembangkan software CAD untuk batik cap. Hariadi et al. (2007) mengembangkan sebuah software untuk mendesain motif batik dengan nama Batik Fractal, dengan menggunakan matematika fractal. Wibisono et al. (2010) mengembangkan sistem desain untuk motif batik tulis. Asmal et al. (2015) juga telah mengembangkan
3 software CAD untuk batik tulis, dimana sistem tersebut berbasis kata kunci karakter, dengan input software berupa sub-sub motif hasil scanning motif yang nantinya akan disusun menjadi motif-motif batik yang baru. Sedangkan Rif ah dan Wibisono (2015) juga telah mengembangkan sebuah sistem berbasis komputer untuk mensimulasikan desain motif batik dari segi pewarnaan. Pengembangan sistem desain yang telah dilakukan oleh Wibisono dan Toha (2000), Hariadi et al. (2007), Wibisono et al. (2010), serta Rif ah dan Wibisono (2015) hanya sebatas pengembangan sistem desain motif batik yang masih berbasis raster, sehingga tidak dapat dilanjutkan untuk proses Computer Aided Manufacturing (CAM) pada mesin CNC (Computer Numericall Controled). Sedangkan Asmal et al. (2015) telah mengembangkan sistem desain untuk batik tulis dan sudah berbasis vektor, namun karakter motif-motif yang dihasilkan masih identik dan belum berkarakter hand-drawn. Berdasarkan latar belakang diatas, maka pada penelitian ini dikembangkan sebuah sistem desain/software khusus untuk mendesain motif batik tulis handdrawn yang berbasis vektor, sehingga desain dapat dilanjutkan untuk proses manufaktur namun hasilnya tetap menyerupai batik tulis buatan tangan. Pengembangan sistem desain berbasis vektor dengan input parametrik, terbukti memberikan hasil yang lebih baik dalam hal akurasi hasil, waktu permesinan lebih efisien, serta lebih fleksibel terhadap perubahan (Radhakrishnan et al., 2008; Fitter et al., 2014). Untuk mendukung pengembangan software berbasis vektor, maka penelitian ini menggunakan pemrograman berbasis HTML, javascript, dan php, serta scalable vector graphics (SVG) sebagai format file input dan output dari software batik tulis yang dikembangkan. Pada software yang dibangun, bentuk motif yang dihasilkan harus memiliki karakter hand-drawn, yaitu tidak persis sama antara detail motif yang satu dengan yang lainnya sesuai dengan karakter batik tulis, baik dari segi jarak antar motif maupun bentuk motif. Untuk menghasilkan desain yang berkarakter hand-drawn, salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah Bezier Curve (Farin, 1997; Asmal, 2015). Bezier Curve sudah terbukti dapat digunakan sebagai salah satu
4 teknik untuk merepresentasikan kurva maupun gambar hand-drawn (Blejec, 1993; Chang and Yan, 1998). Bezier digambar menggunakan 4 koordinat, dengan titik X1 dan X4 sebagai end points, dan titik X2 dan X3 sebagai control point. Keuntungan dari Bezier curve adalah kurva dapat didefinisikan dan diubah dengan mudah dengan terlebih dahulu mendefinisikan posisi dari titik kedua dan ketiga yang merupakan control point. Selain itu, Bezier curve mampu mengontrol kurva secara global (Radhakrishnan et al., 2008). Agar bentuk dan jarak antar motif tidak identik, pada saat men-generate koordinat kurva Bezier diberikan faktor deviasi/random terkontrol, agar terdapat bias (perbedaan) antar motif namun dalam rentang nilai yang kecil. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan sebuah model desain motif batik tulis hand-drawn berbasis vektor, sehingga desain dapat dilanjutkan untuk proses manufaktur batik namun hasilnya tetap menyerupai batik tulis buatan tangan, sehingga tetap dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan desain motif batik tulis yang sangat beragam dari konsumen. 1.3 Batasan Masalah dan Asumsi Agar penelitian lebih terfokus, dilakukan beberapa batasan sebagai berikut: 1. Jenis batik yang dikaji hanya dibatasi untuk batik tulis. 2. Lingkup penelitian dibatasi hanya pada proses desain (CAD), tidak sampai proses manufaktur (CAM). 3. Sistem desain hanya dikembangkan untuk pembuatan pola/desain motif, tidak sampai tahap pewarnaan. 4. Tool yang digunakan dalam pembuatan sistem desain adalah HTML5, javascript, dan php.
5 Sedangkan asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan model yang dimaksud adalah pengembangan model matematis untuk menghasilkan desain desain motif batik tulis handdrawn. 2. Karakter pola hand-drawn yang dimaksud adalah karakter seperti pola yang digambar manual dengan tangan manusia (tidak identik antara motif satu dengan lainnya, khususnya dari segi detail bentuk motif maupun jarak antar motif). 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah dihasilkannya sebuah model desain motif batik tulis hand-drawn berbasis vektor, sehingga desain dapat dilanjutkan untuk proses manufaktur batik namun hasilnya tetap menyerupai batik tulis buatan tangan, sehingga tetap dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan desain motif batik tulis yang sangat beragam dari konsumen. 1.5 Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan akan didapatkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan kontribusi bagi para praktisi, khususnya para perajin batik, serta memperkaya inovasi dalam proses pembuatan batik. 2. Memberikan kontribusi bagi ilmu pengetahuan, yakni berupa pengembangan teknologi otomasi pada industri batik, khususnya batik tulis.