Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA DEPOK

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

: Shella Vida Aprilianty NPM : Fakultas /Jurusan : Ekonomi /Akuntansi Dosen Pembimbing : Dr. Masodah Wibisono SE.,MMSI

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan layanan tersebut di masa yang akan datang (Nabila 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

Analisis kinerja keuangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kota depok tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan pengoptimalan potensi yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB III METODE PENELITIAN. mengambil lokasi di Kabupaten Brebes dan Pemalang dengan data yang

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lahirnya otonomi daerah memberikan kewenangan kepada

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

ANALISIS ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD PEMERINTAH PROVINSI JAMBI TAHUN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA 2016

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

Disusun Oleh B PROGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dengan didasarkan pada peraturan-peraturan mengenai otonomi daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989) sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan kesempatan untuk menyelenggarakan otonomi. daerah dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA DILIHAT DARI RASIO PENDAPATAN DAERAH APBD TAHUN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (APBD) DITINJAU DARI RASIO KEUANGAN (Studi Kasus di Kabupaten Sragen Periode )

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah menegaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah adalah suatu konsekuensi reformasi yang harus. dihadapi oleh setiap daerah di Indonesia, terutama kabupaten dan kota

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU. Afriyanto 1, Weni Astuti 2 ABSTRAK

Analisis Rasio Kinerja Keuangan Daerah Kota Batu

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No.12 Tahun Menurut Undang-Undang Nomer 23 Tahun 2014 yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh rakyat (Halim dan Mujib 2009, 25). Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Pertumbuhan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

tercantum dalam salah satu misi yang digariskan GBHN yaitu perwujudan

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Kota Surakarta) dalam penelitiannya menyimpulkan sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Daerah. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DAN TREND PADA PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah melakukan reformasi di bidang pemerintahan daerah dan

Transkripsi:

ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN APBD DAN MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN ANGGARAN 20112015 Oleh : Sulis Rimawati (14115005) PENDAHULUAN Salah satu aspek penting dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi adalah masalah keuangan daerah dan anggaran daerah. Untuk mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab diperlukan manajemen keuangan daerah yang mampu mengontrol kebijakan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, efektif, transparan dan akuntabel.target pertumbuhan perekonomian yang selama ini dicanangkan pemerintah memiliki ketergantungan yang besar terhadap tingkat konsumsi masyarakat, sehingga secara tidak langsung akan semakin menambah jumlah impor negara mengingat kemampuan produksi dalam negeri yang belum mampu memenuhi kebutuhan konsumsi publik. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu memberikan deskripsi atau gambaran dan penjelasan secara sistematis mengenai datadata yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dibandingkan dengan teoriteori yang penulis gunakan untuk pemecahan masalah. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder laporan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 2011 sampai dengan 2015 yang diperoleh dari kantor badan pengelolaan keuangan dan aset Kabupaten Mojokerto Jl. Ahmad Yani No.16, Magersari, Kota Mojokerto, Jawa Timur 61311. HASIL PENELITIAN Hasil dari perhitungan rasio kinerja keuangan sebagai berikut : Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman Tabel 1 Rasio Kemandirian APBD Kabupaten Mojokerto TAHUN 20112015 Realisasi PAD Bantuan Pemerintah dan Pinjaman Rasio Kemandirian Pola Hubungan 2011 108.709.405.732,32 793.266.534.174,00 13,70 % Instruktif 2012 164.773.746.87,98 968.168.758.445,50 17,02 % Instruktif 2013 219.013.234.739,01 1.017.024.719.420,00 21,53 % Instruktif 2014 357.924.994.262,11 1.173.133.967.101,00 30,51 % Konsultatif 2015 190.429.599.172,75 878.329.798.001,00 21,68 % Instruktif Ratarata Rasio Kemandirian 20,89 % Instruktif 1

Rasio Efektivitas Realisasi Penerimaan PAD Rasio Efektivitas = x 100 Target Penerimaan PAD Tabel 2 Rasio Efektivitas APBD Kabupaten Mojokerto 20112015 Target Penerimaan PAD 2011 83.893.332.850,00 2012 122.210.757.150,00 Realisasi Penerimaan PAD 108.709.405.732,32 164.773.746.87,98 219.013.234.739,01 Rasio Efektivitas 129,58 % 134,83 % Kriteria Rasio Efektivitas Efektif Efektif 2013 212.175.595.550,00 103,22 % Efektif 357.924.994.262,11 2014 323.438.362.584,00 110,66 % Efektif 2015 400.009.300.925,00 190.429.599.172,75 47,61 % Tidak Efektif Ratarata Rasio Efektivitas 105,18 % Efektif Rasio Efisiensi Biaya yg digunakan untuk memungut PAD Rasio Efisiensi = x 100 Realisasi Penerimaan PAD Tabel 3 Rasio Efisiensi APBD Kabupaten Mojokerto 20112015 Realisasi Penerimaan Rasio Kriteria Rasio Biaya Pemungutan PAD PAD Efisiensi Efisiensi 2011 108.709.405.732,32 3.321.746.576,00 3.06 % Efisien 2012 164.773.746.87,98 6.765.058.829,00 4.11 % Efisien 2013 219.013.234.739,01 10.420.116.205,00 4.76 % Efisien 2014 357.924.994.262,11 14.294.755.924,00 3.99 % Efisien 2015 190.429.599.172,75 6.899.149.186,00 3.62 % Efisien Ratarata Rasio Efisiensi 3,91 % Efisien Rasio Desentralisasi Fiskal Pendapatan Asli Daerah Rasio Desentralisasi Fiskal = x 100 Total Penerimaan Daerah 2

Tabel 4 Rasio Desentralisasi Fiskal APBD Kabupaten Mojokerto 20112015 Realisasi Penerimaan PAD Total Pendapatan Daerah Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kriteria Derajat Desentralisasi Fiskal 2011 108.709.405.732,32 1.115.661.434.574,32 9,74 % Kurang 2012 164.773.746.87,98 1.332.583.229.049,48 12,36 % Kurang 2013 219.013.234.739,01 1.498.185.198.717,01 14,62 % Kurang 2014 357.924.994.262,11 1.893.247.616.428,91 18,91 % Kurang 2015 190.429.599.172,75 527.924.983.256,94 36,07 % Cukup Ratarata Derajat Desentralisasi Fiskal 18,34 % Kurang Rasio Pertumbuhan RpXn Xn 1 Rasio Pertumbuhan = RpXn 1 X 100% Keterangan : Rp XnXn1 = Realisasi tahun yang dikurangi tahun sebelumnya. Rp Xn1 =Realisasi penerimaan pendapatan asli daerah tahun sebelumny. Tabel 5 Rasio Pertumbuhan APBD Kabupaten Mojokerto Aanggaran 20112015 PAD t0 PAD t1 Rasio Pertumbuhan 20112012 108.709.405.732,32 164.773.746.87,98 51.57 % 20122013 164.773.746.87,98 219.013.234.739,01 32.92 % 20132014 219.013.234.739,01 357.924.994.262,11 63.43 % 20142015 357.924.994.262,11 595.429.559.172,75 66,36 % Rasio Keserasian Belanja : a) Rasio belanja rutin terhadap APBD Total Belanja Rutin Terhadap APBD Total APBD X 100% b) Rasio belanja pembangunan terhadap APBD Total Belanja Pembangunan Terhadap APBD Total APBD X 100% 3

a) Rasio Belanja Rutin Tabel 6 Rasio Belanja Rutin APBD Kabupaten Mojokerto 20112015 Total Belanja Rutin Total APBD Rasio Belanja Rutin 2011 713.283.887.862,78 1.115.661.434.574,32 63,93% 2012 817.173.387.523,98 1.332.583.229.049,48 61,32% 2013 858.705.666.224,72 1.498.185.198.717,01 57,32% 2014 1.025.940.815.053,35 1.894.423.212.191,11 54,16% 2015 148.262.614.234,00 1.275.195.098.120,75 11,63% Ratarata Rasio Belanja Rutin 49,67% b) Rasio Belanja Pembangunan Tabel 7 Rasio Belanja Pembangunan APBD Kabupaten Mojokerto 20112015 Total Belanja Pembangunan Total APBD Rasio Belanja Pembangunan 2011 345.476.477.070,00 1.115.661.434.574,32 30,97 % 2012 435.869.417.793,41 1.332.583.229.049,48 32,71 % 2013 573.823.487.975,76 1.498.185.198.717,01 38,30 % 2014 688.303.492.725,09 1.894.423.212.191,11 36,33 % 2015 17.317.880.820,00 1.275.195.098.120,75 1,36 % Ratarata Rasio Belanja Pembangunan 27,93 % PEMBAHASAN Berdasarkan pada hasil analisis,maka dapat disusun pembahasan sebagaimana terlihat pada gambar dan penjelasan berikut: Rasio Kemandirian: 35.00 30.00 25.00 15.00 10.00 5.00 0.00 Rasio Kemandirian 30.51% 21.53% 21.68% 17.02% 13.70% 1 2011 2 2012 3 2013 4 2014 5 2015 6 Rasio Kemandirian Gambar 2 Rasio kemandirian APBD Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 20112015 4

Pada grafik di atas, diketahui bahwa rasio kemandirian keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam lima tahun terakhir (20112015) mengalami tiga kali kenaikan, yaitu pada tahun 20112012 sebesar 3,32% (13,70%17,02%), 20122013 sebesar 4,51% (17,02% 21,53%), (20132014) sebesar 8,98% dan mengalamai satu kali penurunan juga secara drastis yaitu (20142015) sebesar 0,38% (30,51%21,68%), Jadi ratarata Rasio Kemandirian Kabupaten Mojokerto selama periode 5 tahun sebesar 20.89%. Dengan jumlah tersebut, menurut Kategori Pola Hubungan Tingkat Kemandirian Daerah yang dituliskan oleh Halim (2012), Tingkat Kemandirian Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto dikatakan sangat rendah sekali, sehingga masuk ke dalam kategori pola hubungan Instruktif, yaitu berkisar antara 0%25%. Dalam pola hubungan Instruktif, peran Pemerintah Pusat lebih dominan terhadap kemandirian Pemerintah Daerah. Dari hasil perhitungan analisis rasio keuangan daerah yang telah dilakukan oleh penulis berpendapat bahwa rasio Kemandirian daerah Kabupaten Mojokerto sangat rendah ini dapat dibuktikan dari hasil realisasi dan target APBD dan pendapatan asli daerah tahun 20112015 Rasio Efektivitas 160.00 140.00 1 100.00 80.00 60.00 40.00 129.58% Rasio Efektivitas 134.83% 103.22% 110.66% 1 2011 22012 32013 4 2014 52015 6 47.61% Rasio Efektivitas Gambar 3 Rasio efektivitas APBD Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 20112015 Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa rasio efektifitas Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam lima tahun (20112015) mengalami kenaikan sebanyak dua kali, yaitu pada tahun 2011 2012 sebesar 5,25% (129,58%134,83%), 20132014 sebesar 7,44% (103,22%110,66%). Kemudian mengalami dua kali penurunan, yaitu pada tahun 20122013 sebesar 31,61% (134,83% 103,22%) dan pada tahun 20142015 sebesar 63,05% (110,66%47,61%) secara drastis, Dari keseluruhan, hampir semua periode tingkat efektivitasnya dikatakan sangat efektif, kecuali tahun 2015 yang tingkat efektivitasnya hanya termasuk dalam kriteria tidak efektif. Ratarata Rasio Efektivitas Kabupaten Mojokerto selama periode 5 tahun sebesar 105.18%. Dengan jumlah tersebut, menurut kriteria Rasio Efektivitas, tingkat efektivitas Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto dikatakan Efektif. Hal ini menggambarkan tingkat kemampuan daerah semakin baik. Dari hasil perhitungan analisis rasio keuangan daerah yang telah dilakukan oleh penulis berpendapat bahwa rasio Efektivitas daerah Kabupaten Mojokerto sangat baik ini dapat dibuktikan dari hasil realisasi dan target APBD dan pendapatan asli daerah tahun 20112015. 5

Rasio Efisiensi Rasio Efisiensi 5.00 4.00 3.00 2.00 3.06% 4.11% 4.76% 3.99% 3.62% Rasio Efisiensi 1.00 1 2011 2 20123 20134 2014 5 2015 6 Gambar 4 Rasio efisiensi APBD Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 20112015 Pada grafik di atas, dapat dilihat bahwa rasio efisiensi Pendapatan Asli Daerah Pemerintah Kabupaten Mojokerto dalam lima tahun terakhir (20112015), pada awal periode hingga pertengahan periode, yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 Rasio Efisiensi terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, yaitu pada tahun 20112012 sebesar 1,05% (3,06%4,11%), dan 2012 2013 sebesar 0,65% (4,11%4,76%), tetapi pada periode berikutnya mengalami penurunan pada tahun 20132014 sebesar 0,77% (4,76%3,99%) dan 20142015 sebesar 0,37% (3,99%3,62%), Dari hasil Rasio Efisiensi di atas menunjukkan bahwa menurut kriteria Rasio Efisiensi, tingkat efisiensi Pemerintah Daerah Kabupaten Mojokerto dikatakan Efisien. Hal ini menggambarkan tingkat kemampuan daerah semakin baik. karena berada di bawah batas minimal, yaitu kurang dari 10%. Dari hasil perhitungan analisis rasio keuangan daerah yang telah dilakukan oleh penulis berpendapat bahwa rasio efisiensi daerah Kabupaten Mojokerto semakin baik dari perio ke periode berikutnya, ini dapat dibuktikan dari hasil realisasi dan target APBD dan pendapatan aslidaerahtahun20112015. Rasio Pertumbuhan 80 70 60 50 40 30 20 10 0 Rasio Pertumbuhan 1, 51.57 2, 32.92 3, 63.43 4, 66.36 0 1 2 3 4 5 Gambar 5 Rasio pertumbuhan APBD Kabupaten Mojokerto anggaran 20112015 Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa di mana rasio petumbuhan Pemerintah Kabupaten Mojokerto Naik, yaitu dari tahun 20122013 sebesar 32,92% naik sebesar 63,43% pada tahun 20132014 kemudian naik 66,36% pada tahun 20142015, sedangkan yang lainnya terus saja mengalami penurunan 20112012 sebesar 51,57% menjadi turun pada tahun 20122013 menjadi 32,92. Jadi bisa di katakan selama lima tahun ini terus terjadi peningkatan dan penurunan di rasio pertumbuhan tapi jika di bandingkan dengan tahun pertama rasio pertumbuhan jauh lebih baik. Dari 6

hasil perhitungan analisis rasio keuangan daerah yang telah dilakukan oleh penulis berpendapat bahwa rasio pertumbuhan daerah Kabupaten Mojokerto sudah baik ini dapat dibuktikan dari hasil realisasi dan target APBD dan pendapatan asli daerah tahun 20112015 Rasio Desentralisai Fiskal 40.00 30.00 10.00 Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal 9.74% 12.36% 14.62% 18.91% 36.07% Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal 1 2 3 4 5 6 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 6 Rasio desentralisasi fiskal APBD Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 20112015 Berdasarkan data yang tercantum dalam tabel dan grafik, rasio derajat desentralisasi fiskal Kabupaten Mojokerto 2011 sampai dengan tahun 2015 mengalami peningkatan setiap tahunnya, yakni pada tahun 20112012 terjadi peningkatan sebesar 2,62% (9,74%12,36%), tahun 20122013 terjadi peningkatan sebesar 2,26% (12,36%14,62%), tahun 20132014 terjadi peningkatan sebesar 4,29% (14,62%18,91%), kemudian yang terakhir pada tahun 20142015 terjadi peningkatan sebesar 17,16% ini jauh lebih meningkat sangat pesat dari periode sebelumsebelumnya. Dengan hasil dari data tabel dan grafik di atas menunjukkan bahwa ratarata Derajat Desentralisasi Fiskal selama lima tahun adalah 18,34%. Maka dapat di simpulkan bahwa tingkat derajat desentralisasi fiskal Pemerintah daerah Kabupaten Mojokerto dikatakan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah cenderung kecil. Peningkatan PAD setiap periodenya menunjukkan peningkatan kinerja Pemerintah daerah Kabupaten Mojokerto. Akan tetapi, ketergantungan Pemerintah daerah terhadap Pemerintah pusat tergolong besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi pendapatan asli daerah dalam menopang pendapatan daerah, serta peran pendapatan asli daerah atau kemampuan keuangan daerah untuk membiayai pembangunannya sendiri kurang dari 20%, sehingga dapat disimpulkan bahwa kurangnya kemampuan Pemerintah daerah Kabupaten Mojokerto dalam melaksanakan penyelenggaraan desentralisasi. Rasio Keserasian Belanja a) Rasio Belnja Rutin 80.00 60.00 Rasio Belanja Rutin 63.93% 61.32% 57.32% 54.16% 40.00 Rasio Belanja Rutin 11.63% 1 2011 2 2012 3 2013 4 2014 5 6 Gambar 7 Rasio 2015 belanja rutin APBD Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 20112015 7

b) Rasio Belnja Pembangunan 1 2011 2 2012 3 2013 4 2014 5 6 2015 Gambar 8 Rasio belanja pembangunan APBD Kabupaten Mojokerto tahun anggaran 20112015 Dari perhitungan rasio keserasian belanja diatas terlihat bahwa sebagian besar dana dialokasikan untuk belanja rutin sehingga rasio pembangunan terhadap APBD masih sangat rendah. Rasio belanja rutin pada tahun 2011 adalah 63,93% dan rasio belanja pembangunan sebesar 30,97 %, pada tahun 2012 rasio belanja rutin turun menjadi 61,32% dan rasio belanja pembangunan naik menjadi 32,71 %, rasio belanja rutin pada tahun 2013 turun lagi menjadi 57,32% dan rasio pembangunan naik menjadi 38,30 %, rasio belanja rutin pada tahun 2014 turun lagi menjadi 54,16% dan rasio pembangunan juga ikut turun menjadi 36,33 %, kemudian yang terakhir pada tahun 2015 rasio belanja rutin lagilagi mengalami penurununan kali ini sangat drastis yakni 11,63%,dan rasio belanja pembangunan juga turun drastis menjadi 1,36 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan rasio aktifitas pemerintah Kabupaten Mojokerto lebih memprioritaskan belanjanya pada belanja rutin dari pada belanja pembangunan. KESIMPULAN 45.00 40.00 35.00 30.00 25.00 15.00 10.00 5.00 Rasio Belanja Pembangunan 30.97% 32.71% 38.30% 36.33% 1.36% Rasio Belanja Pembangunan kinerja keuangan daerah Kabupaten Mojokerto selama periode tahun 2011 sampai dengan 2015 masih belum stabil karena hampir semua perhitungan rasio mengalami peningkatan dan penurunan kinerja. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Mojokerto lebih sering lagi melakukan evaluasi kinerja. SARAN Pemerintah seharusnya lebih meningkatkan pengelolaan terhadap potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Mojokerto, karena mempunyai dampak yang besar, tidak hanya bagi Pemerintah, tetapi juga bagi masyarakat. Potensi tersebut antara lain di sector industry,bidang pendidikan, kesehatan, pariwisata, budaya, hingga perdagangan. Jika Pemerintah berhasil memaksimalkan pemanfaatan potensi tersebut secara maksimal, maka pajak yang merupakan penopang utama dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah akan semakin meningkat. Untuk mendukung peningkatan pajak dan retribusi, Pemerintah hendaklah memberi informasi secara rinci kepada masyarakat tentang kewajiban mereka sebagai pembayar pajak dan retribusi, karena tidak semua masyarakat mengetahui rincian kewajiban jumlah pajak dan retribusi yang harus dibayarkan. 8

DAFTAR PUSTAKA Badan Pengelola Keuangan dan Aset, 2015, Pedoman Penulisan Laporan Penelitian, Mojokerto : Lembaga Pemerintahan Halim, A dan Muhammad Syam Kusufi.2012. Akuntansi Keuangan Daerah Akuntansi Sektor Publik, Jakarta: Salemba Empat. Peraturan Daerah Pasal 1 No. 14 2012, Tentang Perubahan Ketiga atas peraturan daerah No.12 2008. Mojokerto : Lembaga Pemerintahan. Peraturan Pemerintah Nomor 71 2010, Tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Mojokerto : Lembaga Pemerintahan. Permendagri Nomor 77 2015, Tentang Pedoman Penyusunan APBD. Mojokerto : Lembaga Pemerintahan. Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah, 2015, Pedoman Penulisan Laporan Penelitian, Mojokerto : Lembaga Pemerintahan. Undangundang Dasar 1945 Pasal 18 Ayat (2) Tentang Asas Otonomi. Nomor 23 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Nomor 33 2004 Tentang Tugas Pemerintahan. 9