Riyan Zulmaniar Vinahari Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta Indonesia Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan dalam penelitian dibidang ilmu sosial. (structural equation modeling, SEM), karena bisa dikatakan bahwa pemodelan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian KOMPAS.com,

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

Desa Tertinggal dan Subsidi BBM. Oleh Ivanovich Agusta. PADA akhir tahun lalu berulang kali saya diberondong pertanyaan, setinggi apakah

2016, No Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaks

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014

Sumatera Barat. Jam Gadang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

1. Pendahuluan PENGARUH FASILITAS KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP DERAJAT KELANGSUNGAN HIDUP ANAK MELALUI PEMODELAN PERSAMAAN TERSTUKTUR

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

DAFTAR ISI. SAMBUTAN... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PROPOSAL PENAWARAN INDONESIA DALAM ANGKA DAN DATA

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014


PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk. meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki.

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : 26 TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Transformasi Desa Indonesia

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

Analisis Isu-Isu Strategis

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

Transkripsi:

(S.4) PERBEDAAN KARAKTERISTIK KETERTINGGALAN DESA PERDESAAN DAN DESA PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008 DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) Riyan Zulmaniar Vinahari Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta 10710 Indonesia 07.5479@stis.ac.id Abstrak Desa merupakan wilayah administrasi terkecil yang sangat strategis dalam menentukan ketertinggalan di suatu daerah. Wilayah dengan potensi daerah yang tertinggal umumnya menyebabkan penduduknya miskin sehingga pengembangan desa tertinggal diharapkan dapat mengurangi jumlah penduduk miskin. Beberapa faktor yang tidak dapat diukur secara langsung diduga menjadi penyebab ketertinggalan yaitu faktor fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kondisi sosial, fasilitas ekonomi, dan aksesibilitas. Oleh karena itu, metode yang digunakan untuk melakukan perbandingan karakteristik ketertinggalan desa perdesaan dan perkotaan adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik ketertinggalan desa wilayah perdesaan dan perkotaan, mengetahui gambaran kondisi sosial, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, dan aksesibilitas serta mengkaji arah hubungan dan pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap ketertinggalan desa di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008. Fasilitas kesehatan, pendidikan, dan ekonomi diduga mempunyai peranan negatif sedangkan kondisi sosial dan aksesibilitas diduga mempunyai peranan positif terhadap desa tertinggal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kemiskinan lebih banyak terjadi di daerah perdesaan daripada perkotaan yang ditunjukkan dengan nilai variabel laten perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Variabel yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap desa tertinggal untuk desa perkotaan adalah kondisi fasilitas pendidikan dan kondisi sosial masyarakat, sedangkan untuk desa perdesaan adalah aksesibilitas, kondisi fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Kata kunci : desa tertinggal, desa perdesaan, desa perkotaan Structural Equation Modeling (SEM). 1. PENDAHULUAN Kemiskinan dan ketertinggalan dalam suatu wilayah merupakan masalah pembangunan di berbagai bidang yang ditandai oleh keterbatasan, ketidakmampuan dan kekurangan. Oleh karena itu, kemiskinan dan ketertinggalan dalam suatu wilayah merupakan masalah pokok nasional yang penanggulanggannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan daerah tertinggal, desa memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan ketertinggalan suatu daerah baik dalam lingkup kabupaten, kota maupun provinsi. 462

Salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki nilai PDRB riil tinggi adalah Provinsi Jawa Timur yang menempati urutan terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi DKI Jakarta. PDRB riil Jawa Timur pada tahun 2008 adalah 305.538 milyar rupiah dan laju pertumbuhan ekonominya memiliki tren yang positif. Pada tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 6,11 persen dan pada tahun 2008 sebesar 6,16 persen. Dengan nilai PDRB riil per kapita pada tahun 2008 sebesar 8,2 juta rupiah seharusnya tingkat kesejahteraan penduduknya tinggi namun kenyataan di lapangan berbeda. Provinsi Jawa Timur memiliki laju pertumbuhan penduduk yang positif, jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2000 sebesar 34.783 ribu jiwa dan menjadi 37.476 ribu jiwa pada tahun 2010 (angka sementara). Meskipun jumlah penduduknya terus bertambah, jumlah penduduk miskin Jawa Timur menunjukkan tren yang negatif dari tahun ke tahun, pada tahun 2007 sebesar 7,2 juta dan pada tahun 2008 berkurang menjadi 6,6 juta jiwa. Meskipun demikian, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur menempati urutan pertama di Indonesia dan memiliki persentase penduduk miskin terbesar kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, jika dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), hingga tahun 2005 Jawa Timur memiliki IPM terendah di Pulau Jawa sedangkan tahun 2006 hingga 2008 Provinsi Jawa Timur memiliki IPM terendah kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Banten. Perlu diketahui juga bahwa Jawa Timur memiliki IPM di bawah rata-rata IPM Nasional 2008 sebesar 71,17. Informasi tentang kemiskinan dan ketertinggalan suatu daerah terlebih lagi daerah yang potensial seperti Provinsi Jawa Timur sangat penting sehingga akan ada banyak pihak yang membuat program dan kebijakan mengenai kemiskinan. Dalam penelitian ini permasalahan yang dibahas dibatasi untuk mengamati pengaruh variabel kondisi sosial, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ekonomi serta aksesibilitas terhadap ketertinggalan desa di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008. Berdasarkan latar belakang dan fakta yang telah dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ketertinggalan desa, kondisi sosial, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi dan aksesibilitas di wilayah perdesaan dan perkotaan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008; mengetahui pengaruh dan arah hubungan antara variabel kondisi sosial, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, serta aksesibilitas terhadap ketertinggalan desa di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008. Hipotesis penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini adalah fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, kondisi sosial, dan aksesibilitas diduga signifikan berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Jawa Timur. 463

2. METODOLOGI Data yang digunakan adalah data sekunder yang berhubungan dengan karakteristik ketertinggalan desa di Provinsi Jawa Timur yaitu diantaranya data Potensi Desa (Podes) dan data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Penentuan periode didasarkan pada ketersediaan data Podes dan PPLS yang terbaru atau yang paling update yaitu tahun 2008. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum tentang karakteristik ketertinggalan desa, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kondisi sosial, fasilitas ekonomi, dan aksesibilitas desa perdesaan dan perkotaan di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008. Sementara analisis Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk melihat dan mengetahui besarnya pengaruh fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kondisi sosial, fasilitas ekonomi, dan aksesibilitas terhadap ketertinggalan desa untuk wilayah perdesaan dan perkotaan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Faktor Desa Tertinggal Pada kategori individu, persentase penduduk miskin di Jawa Timur adalah 23,76 persen dari total penduduk pada tahun 2008. Kabupaten/ kota yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar adalah Kabupaten Sampang sedangkan kabupaten/ kota yang memiliki persentase penduduk miskin terkecil adalah Kota Madiun. Gambar 1 menunjukkan kemiskinan di perdesaan lebih besar daripada kemiskinan di perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari ketiga indikator yang menunjukkan persentase lebih tinggi di daerah perdesaan. Gambar 1. Persentase Penduduk Miskin, Keluarga yang Menerima Askeskin, dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) Menurut Status Desa Tahun 2008 464

Kondisi Faktor Fasilitas Ekonomi Untuk daerah perkotaan, toko merupakan fasilitas ekonomi terbanyak sedangkan di perdesaan yang terbanyak adalah IKRT. Secara keseluruhan, hampir semua fasilitas ekonomi kecuali IKRT lebih banyak berada di perkotaan daripada perdesaan. Gambar 2. Rata-rata Toko, Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT), Warung, Koperasi, Kios Pertanian, dan Pasar Tanpa Bangunan Menurut Status Desa tahun 2008 Kondisi Faktor Aksesibilitas Dari semua variabel pengukur tingkat aksesibilitas menunjukkan bahwa aksesibilitas di perkotaan lebih mudah daripada di perdesaan. Hal ini ditunjukkan oleh lebih kecilnya rata-rata jarak di perkotaan daripada di perdesaan untuk semua variabel mulai dari variabel jarak ke pertokoan terdekat hingga jarak ke SMK terdekat. Gambar 3. Aksesibilitas Menurut Status Desa Tahun 2008 Selain diukur dengan jarak ke berbagai fasilitas, aksesibilitas dalam penelitian ini juga diukur dari banyaknya keluarga yang memiliki telepon kabel. Persentase keluarga yang memiliki 465

telepon kabel lebih banyak berada di perkotaan yakni sebesar 25,8 persen sedangkan untuk perdesaan hanya sebesar 2 persen. Kondisi Faktor Fasilitas Kesehatan Sebagian besar fasilitas kesehatan lebih banyak berada di perkotaan daripada perdesaan. Fasilitas kesehatan yang lebih banyak berada di perkotaan adalah posyandu, dokter umum, dokter gigi, bidan, dan mantri sedangkan fasilitas kesehatan yang lebih banyak berada di perdesaan adalah Poskesdes, Polindes, dan dukun bayi. Gambar 4. Rata-rata Poskesdes, Polindes, Posyandu, Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Mantri, dan Dukun Bayi Menurut Status Desa Tahun 2008 Kondisi Faktor Fasilitas Pendidikan Rata-rata fasilitas pendidikan di perkotaan lebih banyak di perkotaan daripada di perdesaan meskipun perbedaan tersebut sangat kecil kecuali untuk fasilitas lembaga keterampilan. Lebih besarnya lembaga keterampilan di perkotaan karena masyarakat kota lebih tertarik untuk mempelajari keterampilan yang menunjang mereka untuk mencari usaha atau bahkan menciptakan lapangan kerja sendiri di tengah susahnya mencari lapangan kerja karena sedikitnya kesempatan kerja yang tersedia. 466

Gambar 5. Rata-rata SD, SMP, SMU, SMK, Pondok Pesantren (PP), dan Lembaga Keterampilan Menurut Status Desa Tahun 2008 Faktor Kondisi Sosial Terlihat sangat jelas bahwa kepadatan penduduk di perkotaan jauh lebih besar daripada kepadatan penduduk di perdesaan. Akibat padatnya penduduk di perkotaan menyebabkan ratarata keluarga yang tinggal di bantaran sungai, di bawah listrik tegangan tinggi, dan di permukiman kumuh untuk daerah perkotaan juga lebih tinggi daripada perdesaan Sementara itu dilihat dari sisi pekerjaan, rata-rata jumlah TKI di perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan yaitu rata-rata ada sekitar 54 TKI per desa di perdesaan dan rata-rata sekitar 28 TKI per desa di perkotaan. Persentase keluarga pertanian di perdesaan mencapai 73 persen sedangkan di perkotaan hanya 29 persen. Gambar 6. Persentase TKI, Keluarga Yang Tinggal di Bantaran Sungai, Keluarga yang Tinggal di Bawah Listrik Tegangan Tinggi, dan Keluarga yang Tinggal di Permukiman Kumuh Menurut Status Desa Tahun 2008 467

Analisis Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling) Model struktural yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu: Model SEM desa perkotaan Desa = 0.012*Eko + 0.052*Akses + 0.095*Edu + 0.33*Sosial 0.042*Health, (0.43) (0.056) (0.039) (0.062) (0.039) 0.28 0.92 2.40 5.38-1.09 Persamaan tersebut menunjukkan bahwa variabel yang signifikan berpengaruh langsung terhadap ketertinggalan desa untuk desa perkotaan adalah fasilitas pendidikan dan kondisi sosial masyarakat dengan hubungan yang positif. Semakin banyak fasilitas pendidikan di suatu desa maka pengukur ketertinggalan desa perkotaan (persentase penduduk miskin dan persentase keluarga yang menerima Askeskin) juga akan meningkat. Sementara itu, semakin baik kondisi sosial masyarakat maka pengukur ketertinggalan desa perkotaan (persentase penduduk miskin dan persentase keluarga yang menerima Askeskin) akan menurun. Model SEM desa perdesaan Desa = - 0.11*Eko + 0.22*Akses + 0.12*Edu - 0.16*Sosial + 0.32*Health, (0.080) (0.049) (0.029) (0.13) (0.043) -1.32 4.44 3.95-1.21 7.49 Untuk model desa perdesaan, variabel yang signifikan berpengaruh langsung terhadap ketertinggalan desa adalah kondisi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan aksesibilitas. Semakin banyak fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan di suatu desa maka pengukur ketertinggalan desa perdesaan (persentase penduduk miskin dan pesentase surat miskin/ SKTM yang dikeluarkan desa) juga akan meningkat. Sementara untuk aksesibilitas, semakin rendah aksesibilitas (semakin jauh) maka pengukur ketertinggalan desa perdesaan (persentase penduduk miskin dan pesentase surat miskin/ SKTM yang dikeluarkan desa) juga akan meningkat. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis deskriptif dan hasil pengujian hipotesis pada analisis Structural Equation Modeling (SEM), disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kemiskinan lebih banyak terjadi di daerah perdesaan daripada perkotaan karena dari semua pengukur variabel laten status ketertinggalan desa (persentase penduduk miskin, askeskin, dan persentase SKTM) lebih tinggi di perdesaan. Tingginya kemiskinan di perdesaan karena kurangnya sarana prasarana, rendahnya aksesibilitas, dan rendahnya kondisi sosial masyarakat. Untuk pengukur variabel laten fasilitas kesehatan, pendiidikan, 468

dan ekonomi menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitas lebih banyak tersedia di perkotaan. Tingkat aksesibilitas di perdesaan juga lebih rendah yang dapat dilihat dari lebih jauhnya dalam menjangkau semua fasilitas kebutuhan dasar. Sementara dari kondisi sosial masyarakat menunjukkan jika di perdesaan kondisi sosialnya lebih rendah karena banyaknya yang bermata pencaharian sebagai petani dan TKI sedangkan di perkotaan rendahnya kondisi sosial karena disebabkan masalah permukiman dan kepadatan penduduk. 2. Di daerah desa perkotaan, variabel yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap ketertinggalan desa yaitu kondisi fasilitas pendidikan dan kondisi sosial masyarakat. 3. Di daerah desa perdesaan, variabel yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap ketertinggalan desa yaitu aksesibilitas, kondisi fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Saran Berdasarkan interpretasi hasil dan kesimpulan yang diperoleh, saran yang diberikan penulis sebagai berikut: 1. Sebaiknya pemerintah mengadakan pembangunan yang merata bagi seluruh masyarakat, tidak hanya berpusat perkotaan. Agar kemiskinan baik di perdesaan maupun perkotaan dapat teratasi. 2. Apabila pemerintah ingin mengentaskan kemiskinan melalui penanggulangan desa tertinggal di daerah desa perkotaan terlebih dahulu dapat dilakukan melalui perbaikan kondisi fasilitas pendidikan dan kondisi sosial masyarakat. Sedangkan untuk daerah desa perdesaan dilakukan dengan mengadakan perbaikan pada aksesibilitas masyarakat, kondisi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. 3. Dalam penelitian ini masalah yang dikaji masih terbatas, oleh karena itu saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya agar mengembangkan lagi model yang terbentuk dengan menggali lebih luas variabel-variabel yang dapat berpengaruh terhadap status ketertinggalan desa sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih terhadap perkembangan pembangunan di Jawa Timur. 469

5. DAFTAR PUSTAKA Agusta, Ivanonich. (Agustus, 2007). Desa Tertinggal di Indonesia. Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 01(02), 233-252. 09 Februari 2011. http://www.jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1207233252. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (1995). Penelitian Data Dasar Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tertinggal (Sulawesi Tengah, Maluku dan Irian Jaya). Jakarta: Bappenas. Ghozali, Imam. (2008). Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS 16.0. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hidayat, Syarif. (2008). Pemodelan Desa Tertinggal di Jawa Barat Tahun 2005 dengan Pendekatan MARS [Tesis]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. Irawan, Puguh B. (2003). Kemiskinan Perkotaan: Dimensi, Permasalahan dan Alternatif Kebijakan. Jakarta: Warta Demografi tahun ke-33 No.4. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. (2010). Panduan Perhitungan Desa Tertinggal dan Rekapitulasi Desa Tertinggal. Jakarta: KPDT. Kementerian Pekerjaan Umum. (2010). Panduan Identifikasi Lokasi Desa Terpencil, Desa Tertinggal dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta: Kementerian PU. Mubyarto. (1994). Profil Desa Tertinggal Indonesia 1994. Jakarta: Aditya Media. Sumargo, Bagus. (2002). Validitas dan Reliabilitas Pengukuran Kemiskinan [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Wijanto, Setyo Hari. (2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wijaya, Tony. (2009). Analisis Structural Equation Modelling Menggunakan AMOS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 470