RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 87/PUU-XI/2013 Kemudahan Memperoleh Lahan Pertanian dan Kelembagaan Petani I. PEMOHON 1. Indonesian Human Rights Committee For Social Justice (IHCS), dalam hal ini diwakili oleh Gunawan selaku Ketua Eksekutif, sebagai Pemohon I; 2. Serikat Petani Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Henry Saragih selaku Ketua Umum, sebagai Pemohon II; 3. Farmer Initiatives for Ecological Livelihoods and Democracy (FIELD), dalam hal ini diwakili oleh Widyastama Cahyana selaku Direktur Eksekutif, sebagai Pemohon III; 4. Aliansi Petani Indonesia (API), dalam hal ini diwakili oleh Muhammad Nur Uddin selaku Sekretaris Jenderal, sebagai Pemohon IV; 5. Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA), dalam hal ini diwakili oleh Iwan Nurdin selaku Sekretaris Jenderal, sebagai Pemohon V; 6. Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (KIARA), dalam hal ini diwakili oleh Abdul Halim selaku Sekretaris Jenderal, sebagai Pemohon VI; 7. Yayasan Bina Desa Sadajiwa (Bina Desa), dalam hal ini diwakili oleh Dwi Astuti selaku Direktur Pelaksana, sebagai Pemohon VII; 8. Indonesia for Global Justice (IGJ), dalam hal ini diwakili oleh Muhammad Riza Adha Damanik selaku Direktur Eksekutif, sebagai Pemohon VIII; 9. Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP), dalam hal ini diwakili oleh Witoro selaku Ketua Badan Pengurus, sebagai Pemohon IX; 10. Perkumpulan Sawit Watch, dalam hal ini diwakili oleh Nurhanudin Achmad selaku Direktur, sebagai Pemohon X; 11. Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), dalam hal ini diwakili Abet Negro Tarigan selaku Direktur Eksekutif, sebagai Pemohon XI; 12. Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KONTRAS), dalam hal ini diwakili oleh Haris Azhar selaku Koordinator Badan Pekerja, sebagai Pemohon XII. KUASA HUKUM B.P. Beni Dikty Sinaga, S.H., dkk. II. III. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Pasal 59, Pasal 70 ayat (1), dan Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani terhadap UUD 1945 KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah:
1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi 2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang -Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 4. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON Para Pemohon adalah badan hukum privat yang merasa hak-hak konstitusionalnya dirugikan atau berpotensi dirugikan dengan berlakunya Pasal 59, Pasal 70 ayat (1), dan Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani. Kerugian konstitusional yang dimaksud adalah berlakunya Pasal 59, Pasal 70 ayat (1), dan Pasal 71 ayat (1) Undang -Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani menghalangi tujuan organisasi para Pemohon terlebih lagi komunitas yang diadvokasi oleh para Pemohon seperti petani gurem dan petani tak bertanah akan terhalangi aksesnya kepada jaminan kepastian hak atas tanah dan kemerdekaan berserikatnya, akses anggota-anggota SPI (Pemohon II) terhadap program - program subsidi pemerintah dan bantuan dibidang pertanian dan pangan pada tingkat nasional akan terhalangi, berpotensi memusnahkan tradisi musyawarah dikalangan petani, dan sebagainya. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA MATERIIL Norma yang diujikan, yaitu: Pasal 59 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Kemudahan bagi Petani untuk memperoleh lahan Pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (3) huruf a diberikan dalam bentuk hak sewa, izin pengusahaan, izin pengelolaan atau izin pemanfaatan
Pasal 70 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Kelembagaan Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) terdiri atas: a) Kelompok Tani; b) Gabungan Kelompok Tani; c) Asosiasi Komoditas Pertanian; dan d) Dewan Komoditas Pertanian Nasional Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 Petani berkewajiban bergabung dan berperan aktif dalam Kelembagaan Petani sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (1) B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945 Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu : Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum Pasal 28E ayat (3) UUD 1945 Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya Pasal 28H ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan Pasal 28I ayat (2) UUD 1945 Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu Pasal 33 ayat (2) UUD 1945 Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Pasal 59 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan pengelolaan, atau izin pemanfaatan bertentangan dengan Pasal 33 ayat (2) UUD 1945; 2. Pasal 59 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan
pengeloaan, atau izin pemanfaatan bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) UUD 1945; 3. Pasal 59 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan pengeloaan, atau izin pemanfaatan bertentangan dengan Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28H ayat (2) UUD 1945; 4. Pasal 70 ayat (1) Undang -Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani menyebabkan ketidakpastian hukum dan bertentangan dengan Pasal 28 ayat (1) UUD 1945; 5. Pasal 70 ayat (1) Undang -Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani menyebabkan diskriminasi, sehingga bertentangan dengan Pasal 28I UUD 1945; 6. Pasal 71 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani sepanjang kata :berkewajiban bertentangan dengan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945. VII. PETITUM 1. Menerima dan mengabulkan seluruh permohonan pengujian ini; 2. Menyatakan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani sepanjang frasa Hak sewa, izin pengusahaan, izin pengelolaan, atau izin pemanfaatan bertentangan dengan UUD 1945; 3. Menyatakan Pasal 70 ayat (1) Undang -Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani bertentangan dengan UUD 1945; 4. Menyatakan Pasal 71 ayat (1) Undang -Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani sepanjang kata berkewajiban bertentangan dengan UUD 1945; 5. Menyatakan Pasal 59 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani sepanjang frasa hak sewa, izin pengusahaan, izin pengelolaan, atau izin pemanfaatan tidak mempunya kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya; 6. Menyatakan Pasal 70 ayat (1) Undang -Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukumnya; 7. Menyatakan ketentuan Pasal 71 ayat (1) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani sepanjang kata berkewajiban tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat dengan segala akibat hukunya; 8. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara sebagaimana mestinya.. Atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).
Catatan: Perubahan pada Petitum angka 4, dengan menghilangkan Pasal 28E ayat (3) UUD 1945.