PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA PANGKALPINANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008 NOMOR 10 SERI E

WALIKOTA BANJARMASIN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PARKIR

TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PEMERINTAH BUPATI MUSI RAWAS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENJUALAN PRODUKSI USAHA DAERAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG TONASE DAN PORTAL

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 11 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 49 TAHUN 2001 TENTANG B E C A DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 10 TAHUN 2002 (10/2002) TENTANG PENGATURAN PRAMUWISATA DAN PENGATUR WISATA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa BUPATI SUBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENGGUNAAN JALAN BAGI KENDARAAN YANG MELEBIHI MUATAN SUMBU TERBERAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 4 TAHUN 2003 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR BAWAH TANAH DAN AIR PERMUKAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 47 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KAPAL IKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG BARAT NOMOR : 05 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI (SIUJK)

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 16 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA DOKUMEN PENGADAAN BARANG / JASA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG KEGIATAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TEMPAT USAHA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 10 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PENYIMPANAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PENGUMPULAN DAN PENGIRIMAN LOGAM TUA DAN BARANG BEKAS

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJARMASIN TAHUN 2008 NOMOR 23

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN dan BUPATI BULUNGAN MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 10 TAHUN 2001 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGALISTRIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DAN PENGAWASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 34 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 19 Tahun : 2005 Serie : C Nomor : 4 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 15 TAHUN 2005 TENTANG PENJUALAN, PEMILIKAN DAN PENGGUNAAN GERGAJI RANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PERIZINAN USAHA JASA PRAMUWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 33 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

Transkripsi:

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa tenaga listrik sangat penting artinya bagi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat umum serta untuk mendorong peningkatan kegiatan ekonomi pada khususnya dan oleh karenanya usaha penyediaan tenaga listrik, pemanfaatan dan pengelolaannya perlu ditingkatkan, agar tersedianya listrik dalam jumlah yang cukup dan merata dengan mutu pelayanan yang baik dan handal; b. bahwa dalam rangka peningkatan pembangunan yang berkeseimbungan di bidang ketenagalistrikan diperlukan upaya untuk secara optimal memanfaatkan sumber-sumber energi agar dapat membangkitkan tenaga listrik sehingga menjamin tersedianya tenaga listrik; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Sarolangun Bangko dan Daerah Tingkat II Tanjung Jabung dengan mengubah Undang-Undang nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten di Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2755); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3317); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699);

2 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3833); 5. Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3903); 6. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 7. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1989 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3395) sebagaimana telah dibah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2005; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130-67 Tahun 2002 tentang Pengakuan Kewenangan Kabupaten dan Kota; 14. Keputusan Menteri ESDM Nomor 1455 K/40/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Tugas Pemerintahan di Bidang Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri, Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Umum dan Usaha Penunjang Tenaga Listrik;

3 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT dan BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. 3. Bupati ialah Bupati Tanjung Jabung Barat. 4. Penyidik Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disebut PPNS adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu dibidang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta penunjang tenaga listrik. 6. Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi skunder yang dibangkitkan, ditranmisikan dan didistribusikan untuk segala macam keperluan dan bukan listrik yang dipakai untuk komunikasi atau isyarat. 7. Penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan tenaga listrik mulai dari titik pembangkitan sampai dengan titik pemakaian. 8. Pemanfaatan tenaga listrik adalah penggunaan tenaga listrik mulai dari titik pemakaian. 9. Kuasa Usaha Ketengalistrikan adalah kewenangan yang diberikan oleh pemerintah kepada Badan Usaha Milik Negara yang diserahi tugas semata mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, dan diberi tugas untuk melaksanakan pekerjaan usaha penunjang tenaga listrik. 10. Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan yang selanjutnya desebut PKUK adalah Badan Usaha Milik Negara yang diserahi oleh pemerintah semata mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum.

4 11. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri yang selanjutnya disebut IUKS adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik yang memberikan kegunaan bagi kepentingan sendiri. 12. Izin Usaha Penyediaan Tenaga listrik Untuk Kepentingan Sendiri yang selanjutnya disebut IUKS adalah izin yang diberikan Bupati kepada Koperasi, Swasta, BUMN/BUMD atau lembaga negara lainnya untuk melakukan usaha penyediaan tenga listrik untuk kepentingan sendiri. 13. Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri yang selanjutnya disebut PIUKS adalah Koperasi, Swasta, BUMN/BUMD atau lembaga negara lainnya yang telah mendapat izin dari Bupati untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri. 14. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum yang selanjutnya disebut IUKU adalah usaha pembangkitan, transmisi dan distribusi tenaga listrik yang memberikan kegunaan bagi kepentingan umum. 15. Izin Usaha Penyediaan Tenaga listrik Untuk Kepentingan Umum yang selanjutnya disebut IUKU adalah izin yang diberikan Bupati kepada Koperasi, Swasta, BUMN/BUMD untuk melakukan usaha penyediaan tenga listrik untuk kepentingan umum. 16. Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum yang selanjutnya disebut PIUKU adalah Koperasi, Swasta, BUMN/BUMD telah mendapat izin dari Bupati untuk melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. 17. Usaha penunjang tenaga listrik adalah usaha yang menunjang penyediaan tenaga listrik. 18. Sistem Tenaga listrik adalah rangkaian instalasi tenaga listrik dari pembangkitan, transmisi dan distribusi yang dioperasikan secara serentak dalam rangka penyediaan tenaga listrik. 19. Instalasi Tenaga Listrik selanjutnya disebut instalasi adalah bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-mesin, saluran-saluran dan perlengkapannya yang digunakan untuk pembangkitan konversi, transformasi, distribusi dan pemanfaatan tenaga listrik. 20. Pembangkitan tenaga listrik adalah kegiatan memproduksi tenaga listrik. 21. Transmisi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber pembangkitan kesuatu sistim distribusi atau kepada konsumen, atau penyaluran tenaga listrik antar system. 22. Distribusi tenaga listrik adalah penyaluran tenaga listrik dari sistim transmisi atau dari sistim pembangkitan kepada konsumen. 23. Jaringan distribusi adalah jaringan tenaga listrik yang bertegangan kerja sampai dengan 35.000 volt. 24. Jaringan transmisi adalah jaringan tenaga listrik yang bertegangan diatas 35.000 volt. 25. Pembangkit adalah pembangkit tenaga listrik termasuk gedung dan perlengkapan yang dipakai untuk maksud itu beserta alat lat yang diperlukan. 26. Penggunaan utama adalah penggunaan tenaga listrik yang dibangkitkan secara terus-menerus untuk melayani sendiri tenaga listrik yang diperlukan.

5 27. Penggunaan cadangan adalah penggunaan tenaga listrik yang dibangkitkan sewaktu-waktu dengan maksud untuk menjamin keandalan penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan sendiri. 28. Penggunaan darurat adalah penggunaan tenaga listrik yang dibangkitkan hanya pada saat terjadi gangguan penyediaan tenaga listrik dari pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) atau Pemegang Izin Usaha Penyediaan Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum (PUKU). 29. Penggunaan sementara adalah penggunaan tenaga listrik yang dibangkitkan untuk kegiatan yang bersifat sementara, termasuk dalam pengertian ini pembangkit yang relatif mudah dipindah- pindahkan (jenis portable). 30. Grid nasional/regional adalah sistim saluran tenaga listrik tegangan menengah, tegangan tinggi dan tegangan ekstra tinggi untuk kepentingan umum dan milik PKUK. 31. Konsultasi yang berhubungan dengan penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik yang selanjutnya disebut konsultasi ketenagalistrikan adalah segala kegiatan yang bersifat non fisik yang meliputi studi kelayakan, perencanaan, rekayasa, pengawasan, inspeksi dan pengujian dibidang penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik. 32. Pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan adalah segala kegiatan fisik pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan pemasangan instalasi ketenagalistrikan termasuk pengadaannya yang berdasarkan pada perencanaan tertentu. 33. Pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan adalah segala kegiatan yang meliputi pemeriksaan, perawatan, perbaikan dan pengujian atas instalasi pembangkit, jaringan transmisi, jaringan distribusi dan instalasi pemanfaatan tenaga lsitrik sehingga penggunaannya aman, serta segala gangguan dan kerusakan dapat diketahui, dicegah dan diperkecil. 34. Perencanaan adalah suatu kegiatan membuat rancangan yang berupa suatu berkas gambar instalasi dan uraian teknik yang digunakan sebagai dasar untuk pembangkitan, konversi, transformasi, pendistribusian dan pemanfaatan tenaga listrik. 35. Pengujian adalah kegiatan pengukuran dan penilaian untuk kerja suatu instalasi hasil pembangunan dan pemasangan termasuk hasil pemeliharaan. 36. Pengawasan adalah kegiatan dalam rangka mengawasi pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan pemasangan, dan pemeliharaan instalasi ketenagalistrikan. 37. Penanggung jawab teknis adalah seseorang yang bersertifikat Penanggung Jawab Teknik dan ditunjuk pimpinan perusahaan untuk bertanggung jawab secara teknis atas semua kegiatan perusahaan yang berhubungan dengan kegiatan usaha penunjang penunjang tenaga listrik. 38. Tenaga ahli adalah seseorang yang mempunyai sertifikat keahlian khusus yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan konsultasi, pembangunan dan pemasangan atau pemeliharaan instalasi ketenagalistrikan yang berhubungan dengan penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik. 39. Uji laik operasi adalah pengujian yang dilakukan untuk melindungi keselamatan umum, keselamatan kerja, keamanan instalasi, terpenuhinya standarisasi, kelestarian fungsi lingkungan, Kelayakan ekonomi dan kelaikan teknis.

(1) Usaha Ketenagalistrikan meliputi : a. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik; dan b. Usaha Penunjang Tenaga Listrik. 6 BAB II USAHA KETENAGALISTRIKAN Pasal 2 (2) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, terdiri dari Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri dan untuk kepentingan umum. (3) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat meliputi jenis usaha sebagai berikut : a. Pembangkit tenaga listrik; b. Transmisi tenaga listrik; dan c. Distribusi tenaga listrik. (4) Usaha Penunjang Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, terdiri dari : a. Konsultasi Ketenagalistrikan. 1. Perencanaan ketenagalistrikan; dan 2. Pengawasan ketenagalistrikan. b. Pembangunan dan pemasangan peralatan ketenagalistrikan. c. Pemeliharaan peralatan ketenagalistrikan. 1. Perawatan peralatan ketenagalistrikan; dan 2. Pengujian ketenagalistrikan Pasal 3 (1) Setiap usaha ketenagalistrikan sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) harus memiliki Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk Kepentingan Sendiri, Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dan Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik. (2) Terhadap Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri sampai dengan 200 KVA dilakukan hanya dengan wajib daftar ke Pemerintah Kabupaten. (3) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri dengan Kapasitas 200KVA Keatas hanya dapat dilakukan dengan IUKS.

7 BAB III USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI Pasal 4 (1) Setiap Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri yang penggunaan energinya primernya terbatas dalam wilayah Kabupaten hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri dari Bupati. (2) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan menurut sifat penggunaan pembangkit tenaga listrik yaitu : a. Penggunaan Utama; b. Penggunaan Cadangan; c. Penggunaan Darurat; d. Penggunaan Sementara. (3) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri dapat diberikan kepada : a. Badan Usaha Milik Negara; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Koperasi; d. Swasta; e. Lembaga pemerintah lainnya. Pasal 5 (1) Masa berlaku Wajib Daftar Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri ditetapkan selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan kepada Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa berlaku izin habis. (2) Wajib Daftar Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri berakhir apabila : a. Habis masa berlakunya; b. Izin dicabut / dibatalkan; c. Izin dikembalikan kepada pemberi izin. d. Terjadi perubahan pada izin yang diberikan. (3) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri dapat dialihkan kepada pihak lain setelah mendapatkan persetujuan tertulis dari Bupati.

8 Pasal 6 Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri dapat menjual kelebihan tenaga listriknya kepada pelanggan tertentu atau umum dengan terlebih dahulu mendapatkan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum (IUKU) dari Bupati. Pasal 7 Sebelum instalasi dioperasikan secara komersial harus dilakukan uji laik operasi dan lingkungan atas instalasi oleh pejabat yang berwenang yang dituangkandalam Berita Acara Laik Operasi dan merupakan bagian tidak terpisahkan dengan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri. BAB IV USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN UMUM Pasal 8 (1) Setiap Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum yang tidak masuk jaringan transmisi (grid) nasional regional dapat dilaksanakan setelah mendapat Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dari Bupati. (2) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dapat diberikan kepada: a. Badan Usaha Milik Negara; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Koperasi; d. Swasta. Pasal 9 (1) Masa berlaku Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum ditetapkan selama 15 (lima belas) tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan kepada Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa berlaku izin habis. (2) Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum berakhir apabila : a. Habis masa berlakunya; b. Izin dicabut / dibatalkan; c. Izin dikembalikan kepada pemberi izin. d. Terjadi perubahan pada izin yang diberikan.

9 Pasal 10 Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum batal demi hukum apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak izin diberikan pembangunannya belum dimulai. Pasal 11 Sebelum instalasi dioperasikan secara komersial harus dilakukan uji laik operasi dan lingkungan atas instalasi oleh pejabat yang berwenang yang dituangkan dalam Berita Acara Laik Operasi dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum. BAB V USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK Pasal 12 (1) Setiap Usaha Penunjang Tenaga Listrik hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik dari Bupati (2) Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik dapat diberikan kepada : a. Badan Usaha Milik Negara; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Koperasi; d. Swasta; e. Perseroan. Pasal 13 (1) Masa berlaku Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik ditetapkan selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang dengan mengajukan permohonan kepada Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari sebelum masa berlaku izin habis. (2) Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik berakhir apabila : a. Habis masa berlakunya; b. Izin dicabut / dibatalkan; c. Izin dikembalikan kepada pemberi izin. d. Terjadi perubahan pada izin yang diberikan.

10 BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 14 (1) Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri, Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dan Pemegang Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik mampunyai hak untuk melakukan kegiatan usaha sesuai dengan izin yang telah diberikan. (2) Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri, Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum dan Pemegang Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik mempunyai kewajiban : a. Bertanggung jawab atas segala akibat yang terjadi dari pelaksanaan izin; b. Menyampaikan laporan secara berkala kepada Bupati; c. Melakukan ketentuan ketentuan teknik, keamanan dan keselamatan serta kelestarian fungsi lingkungan. BAB VII NAMA, SUBJEK DAN OBJEK RETRIBUSI Pasal 15 Dengan nama Retribusi Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri, Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik dan Tanda Daftar Instalasi Listrik dipungut retribusi. Pasal 16 Subjek Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang diberikan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri, Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik, Tanda Daftar Instalasi Listrik. Pasal 17 Objek Retribusi adalah kegiatan pemberian Izin Usaha Penyeediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri, Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik, Tanda Daftar Instalasi Listrik.

11 BAB VIII GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 18 Retribusi Izin Usaha Penyeediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri, Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik dan Tanda Daftar Instalasi Listrik digolongkan sebagai Retribusi Perizinan tertentu. BAB IX PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 19 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan menarik biaya guna untuk menutupi biaya penyelenggaraan pemberian izin. (2) Biaya sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi biaya pengecekan, pemeriksaan dan biaya transportasi dalam rangka pembinaan dan pengawasan. BAB X BESARNYA TARIF RETRIBUSI Pasal 20 Besarnya tarif retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 19 adalah sebagai berikut : a. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri, sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah). b. Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum sebesar Rp. 4.000.000,- (empat juta rupiah). c. Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik, sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah). d. Tanda Daftar Instalasi Listrik, sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah)

12 BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 21 (1) Pelaksanaan pembinaan dan pengawasan terhadap pemberian Izin Usaha Penyeediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Sendiri, Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum, Izin Usaha Penunjang Tenaga Listrik dan Tanda Daftar Instalasi Listrik dilakukan oleh Bupati. (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini dilakukan sejak izin diberikan. Pasal 22 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud Pasal 21 dapat berupa : a. Menetapkan pedoman dengan memperhatikan peraturan perundang undangan yang berlaku; b. Memberikan bimbingan serta pelatihan; dan c. Melakukan inspeksi terhadap instalasi ketenagalistrikan. BAB XII KETENTUAN PIDANA Pasal 23 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan dan / atau denda sebesarbesarnya Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana yang dimaksud ayat (1) pasal ini adalah pelanggaran. BAB XIII PENYIDIKAN Pasal 24 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah : 13 a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah tersebut; c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; d. Memeriksa buku buku, catatan catatan dan dokumen dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; g. Menyuruh behenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf c; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; i. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan perkara pidana kepada Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib menghentikan penyidikannya dalam hal peristiwa sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf a tidak terdapat cukup bukti dan/atau peristiwanya bukan merupakan tindak pidana. (5) Pelaksanaan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB XIV KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Hal-hal lain yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

14 Pasal 26 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Diundangkan di Kuala Tungkal pada tanggal 20 Nopember 2006 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT dto M. THAMSIR, B Ditetapkan di Kuala Tungkal pada tanggal 20 Nopember 2006 BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, dto S A F R I A L LEMBARAN DAERAH KAB. TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR : 12 TANGGAL : 20 NOPEMBER 2006 SERI : C NOMOR : 9