TASAR. Mempelajari Mutu Protein Beras Semi Instan yang Diperkaya Isolat Protein Kedelai. Di bawah bimbingan Hadi Riyadi dan Rizal Damanik.

dokumen-dokumen yang mirip
STUD1 KERAGAAW MUBU DAN KEAMANAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. berlanjut hingga dewasa bila tidak diatasi sedari dini.

PENGARUH PEMBERIAN DIET YANG MENGANDUNG CRACKERS DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG ASIA SEBAGAI SUMBER. Oleh : ESTHER YUNIANTI

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama 6 bulan kehidupan pertama bayi. Hal ini dikarenakan ASI

KAJIAN HUBUNGAN NILAI KIMJAWI PROTEIN TERHADAP PROTEIN EFFICIENC lt4tio PADA BERBAGAI FORMULA BAHAN MAKANAN CAMPURAN SKRIPSI OLEH : UDYA OCTAYIA

Makanan Sehat Bergizi Seimbang Untuk Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Nama :... Tanggal Pengujian :... Atribut Sensori : Aroma

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 16. SISTEM PENCERNAANLatihan Soal 16.1

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizinya belum sesuai dengan kebutuhan balita. zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

PENDAHULUAN. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

POLA PEbfBERIAN MAKAN DAM PREFERENSI MAKANAN YAfdBAHAS WHAK DB BiWAEI UMIBW DUA TAMUN Dl DESA DAN Dl KOTA

PENGARUH PEMUASAAN TERHADAP KONSUMSI, BOBOT TUBUH, DAN LAMA HIDUP TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii L.) DAN TIKUS POHON (Rattus tiomanicus Miller)

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

POLA DAW MUTU BlOLOGl MAKANAN SUKU YETUR, SUKU KEMAK DA19 SUKU MARAE Dl KABUPATEM BELU PROPIWSI NUSA TEBGGARA TlMUE

POLA DAW MUTU BlOLOGl MAKANAN SUKU YETUR, SUKU KEMAK DA19 SUKU MARAE Dl KABUPATEM BELU PROPIWSI NUSA TEBGGARA TlMUE

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan. Komponen ini memberikan kontribusi. dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga

SUBSTITUSI TEPUNG PISANG AWAK MASAK(Musa paradisiaca var. awak) DAN KECAMBAH KEDELAI (Glycine max ) PADA PEMBUATAN BISKUIT SERTA DAYA TERIMA.

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) ke arah peningkatan kecerdasan dan produktivitas kerja.

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

Hasil Studi Biaya Pangan. Kerjasama BAPPENAS & WFP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan dalam unsur

TENTANG KATEGORI PANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Oleh FEBRlYANTl A

Oleh FEBRlYANTl A

EVALUASl KONSUMSl MAKANAN VEGETARIAN DAN NON-VEGETARIAN

PENGARUH PEMBERIAN TAHU ClNA YANG MENGANDUNG FORMALIN. TERHADAP KONDlSl FlSlOLOGIS DAN MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menunjang pertumbuhan yang optimal dan dapat mencegah penyakitpenyakit

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan. terjangkau dan aman dikonsumsi bagi setiap warga untuk menopang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang sehat semakin bertambah umur semakin bertambah tinggi

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

Ingatlah bahwa pemberian MP ASI ini bertujuan mengenalkan variasi, tekstur serta rasa baru. Selera makan juga bervariasi setiap hari, hari ini dia men

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

Dr. Ir. Ch. Wariyah,M.P.

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

PENGARUM PEWVIMPANAN DAN PEMANASAM TERWADAP KARAKTERlSTlK FISI I( DAN lnderawl SERTk RANDUNGAN ZAT GIZl KOTILEDON KEDELAI (Slycina mar)

BAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

No Jabatan Jumah (orang) Kepala Instalasi Gizi Petugas konsultasi

ANALISIS KUALITAS PROTEIN SECARA BIOLOGI PADA TEPUNG CAMPURAN BERAS-PISANG AWAK MASAK

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi yang berkualitas dapat diwujudkan apabila makanan yang. kesadaran terhadap pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman.

WALIKOTA PROBOLINGGO

GIZI BAYI DAN BALITA. CATUR SAPTANING W, S.Gz, MPH

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. makanan (Anonim, 2008). Sementara masalah gizi di Indonesia mengakibatkan

dibawah usia 5 tahun (Anonim, Kompas, Mei 2005). Hal ini juga golongan masyarakat rentan gizi (Sediaoetama,1999).

I. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NUTRIENT, GIZI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RUSAKNYA NILAI GIZI BAHAN PANGAN

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tingginya prevalensi gizi buruk dan gizi kurang, masih merupakan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, dianggapnya strategis dan sering mencakup hal-hal yang bersifat

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Produk olahan yang paling strategis untuk dikembangkan dalam. rangka menunjang penganekaragaman (diversifikasi) pangan dalam waktu

STUD1 PENGOLAHAN DAN KARAKTERISTIK MUTU SARI KACANG HIJAU. Ole h FARUKIL ULUM F

STUD1 PENGOLAHAN DAN KARAKTERISTIK MUTU SARI KACANG HIJAU. Ole h FARUKIL ULUM F

1. Pendidikan ibu : 1. Tidak sekolah 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. Tamat Akademi/Perguruan Tinggi

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Konsep Batita atau Tooddler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

KATA PENGANTAR. Lampiran 1. Angket Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat, sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

Transkripsi:

TASAR. Mempelajari Mutu Protein Beras Semi Instan yang Diperkaya Isolat Protein Kedelai. Di bawah bimbingan Hadi Riyadi dan Rizal Damanik. Makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan yang diberikan pada bayi yang berumur 3-36 bulan di mana pada masa ini kebutuhan bayi semakin meningkat sementara zat gizi yang disediakan Air Susu Ibu tidak lagi mencukupi Adapun tujuan dari pemberian makanan pendamping AS1 ini adalah agar anakanak tetap terpenuhi ltecukupan akan energi, protein dan zat gizi lain untuk tumbuh normal. Sehubungan dengan terjadinya krisis moneter, masalah gizi pada balita semakin meningkat terutama masalah gizi kurang. Hal ini terlihat pada kasus-kasus busung lapar yang bermunculan di berbagai daerah dan jumlah bayi yang mengalami KEP maupun defisiensi mikronutrien semakin meningkat Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu protein secara biologis dari beberapa jenis beras semi instan yang diperkaya isolat protein kedelai sebagai makanan pendamping ASI. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Analisis Makanan dan Laboratorium Percobaan Hewan, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya ICeluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dari bulan Pebruari sampai Maret 1999. Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah beras semi instan (beras Cianjur, beras Saigon dan beras IR-64) yang telah mengalami penambahan isolat protein kedelai. Beras semi instan tersebut diperoleh dari program penelitian Pengembangan Teknologi Tepat Guna Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP- ASI) dari Pangan Lokal serta kasein sebagai kontrol dalam uji mutu protein. Mutu protein diuji melalui analisis biologis dengan menggunakan tikus putib (Rattus novergicus) strain LMR-Wistar dengan parameter yang digunakan meliputi Net Protein Ratio (NPX), Protein Efficiency Ratio (PER), Nilai Cerna (NC), Nilai Biologi w), dan Net Protein Ufilization (NPU). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap dengan delapan kali ulangan (Sudjana, 1990) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan dari respon masing-masing perlakuan maka dilakukan uji Sidik Ragam. Apabila dari hasil uji Sidik Ragam diperoleh hasil yang berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis ransum masingmasing kelompok perlakuan tidak memberikan perbedaan yang nyata pada nilai pertumbuhan berdasarkan uji Sidik Ragam, kelompok perlakuan beras Saigon (75,34 gr), beras Cianjur (75,Ol gr), beras IR-64 (71, 81 gr) dan ransum kasein (63,50 gr). Perbedaan jenis ransum tidak memberikan perbedaan nyata berdasarkan hasil uji Sidik Ragam pada nilai PER masing-masing kelompok perlakuan. Ransum Kasein (PER = 2,1 I), beras Cianjur (PER = 2,23), beras Saigon (PER = 2,28) dan beras IR-64 (PER = 2,07). Begitu pula pada nilai NPR, perbedaan jenis ransum

tidak memberikan perbedaan yang nyata berdasarkan uji Sidik Ragam. Ransum kasein (NPR = 3,01), beras Cianjur (hfr = 3,20), beras Saigon (NPR= 3,25) dan beras IR-64 (NPR = 3,25). Perbedaan jenis ransum memberikan perbedaan yang nyata pada nilai biologis masing-masing kelompok tikus. Ransum kasein (NB = 95,29 %) memberikan perbedaan yang nyata dengan ransum beras Saigon (NB = 92,72 %) dan ransum beras IR-64 (NB = 92,65 %) sedangkan dengan ransum beras Cianjur (NB =94,37 %) tidak memberikan perbedaan yang nyata. Ransum beras Cianjur tidak memberikan perbedaan yang nyata dengan ransum beras Saigon dan ransum beras IR-64. Hal ini dapat diartikan bahwa ransum kasein memiliki nilai biologis yang paling baik dibandingkan beras Saigon dan beras IR-64 tetapi tidak berbeda dengan nilai biologis beras Cianjur. Sedangkan untuk ketiga jenis beras semi instan memiliki nilai biologis yang sama baiknya. Perbedaan jenis ransum memberikan perbedaan yang nyata pada nilai cerna masing-masing kelompok perlakuan. Ransum kasein (NC = 91,91 %) memberikan perbedaan nyata dengan ketiga jenis beras semi instan. Ransum beras Cianjur (NC = 90,13 %) tidak memberikan perbedaan yang nyata dengan ransum beras Saigon (NC = 89,77 %) dan ransum beras IR-64 (NC = 88,61 %). Hal ini berarti bahwa ransum kasein memiliki nilai cerna yang paling baik dibandingkan dengan nilai cerna beras semi instan. Sedangkan ketiga jenis beras semi instan memiliki nilai cerna yang sama baiknya. Perbedaan jenis ransum memberikan perbedaan yang nyata pada nilai NPU masing-masing kelompok perlakuan. Ransum Kasein (NPU = 87,58 %) memberikan perbedaan nyata dengan ransum beras Saigon (NPU = 83,18 %) dan ransum beras IR-64 (NPU = 82,15 %) tetapi tidak memberikan perbedaan nyata dengan ransum beras Cianjur (NPU = 85,19 %). Ransum beras Cianjur memberikan perbedaan nyata dengan ransum beras IR-64 sedangkan dengan ransum beras Saigon tidak memberikan perbedaan nyata. Hal ini berarti bahwa ransum kasein memiliki nilai NPU paling baik, namun tidak berbeda dengan beras Cianjur. Beras Cianjur dan beras Saigon memiliki nilai NPU paling baik jika dibandingkan dengan beras IR-64. Dilihat dari segi konsumsi, baik ransum, protein, lemak, mineral, selulosa, vitamin dan masukan energi, pada masing-masing kelompok tikus perlakuan diperoleh angka yang bervariasi. Namun demikian berdasarkan uji Sidik Ragam menyatakan tidak terdapat perbedaan yang nyata pada tingkat konsumsi masingmasing kelompolc perlakuan. Begitu pula dengan tingkat pertumbuhan per zat gizi yang dikonsumsi diperoleh angka yang bervariasi. Uji Sidik Ragam menyatakan tidak terdapat perbedaan pada masing-masing kelompok perlakuan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa beras semi instan Cianjur dan Saigon memiliki mutu protein yang paling baik. Beras ini memiliki nilai cerna, nilai biologis dan Net Protein Ufilizntion yang lebih besar dibandingkan beras semi instan lainnya. Eleras Saigon memiliki nilai PER dan NPR yang paling tinggi yang kemudian diikuti beras Cianjur dan beras IR-64. Ditinjau dari kemampuan dalam menunjang per!umbuhan beras semi instan Saigon memiliki hasil yang paling baik. Namun demikian, dari hasil uji Sidik Ragam tidak terdapat perbedaan nyata di antara kelompck perlakuan.