V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Kota Depok 5.1.1 Letak dan Keadaan Geografi Secara astronomi, Kota Depok terletak pada koordinat 6 o 19 00 sampai 6 o 28 00 Lintang Selatan dan 106 o 43 00 sampai 106 o 55 30 Bujur Timur, dengan luas wilayah 200,29 kilo meter persegi. Kota Depok berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputan Kabupaten Tangerang di sebelah utara, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Cibinong Kabupaten Bogor di sebelah selatan, Kecamatan Gunung Sindur dan Parung Kabupaten Bogor di sebelah barat, Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor dan Kecamatan Pondok Gede Bekasi di sebelah timur. Kondisi wilayah bagian utara umumnya berupa dataran rendah, sedangkan di wilayah bagian Selatan umumnya merupakan daerah perbukitan dengan ketinggian 40 sampai 140 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng antara dua sampai 15 persen. Wilayah dengan kemiringan lereng antara delapan sampai 15 persen tersebar dari Barat ke Timur. Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 persen terdapat di sepanjang sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan Sungai Angke. Kemiringan lereng antara delapan sampai 15 persen potensial untuk pengembangan perkotaan dan pertanian, sedangkan kemiringan lereng yang lebih besar dari 15 persen potensial untuk dijadikan sebagai benteng alam yang berguna untuk memperkuat pondasi. Wilayah Kota Depok termasuk dalam daerah beriklim tropis dengan perbedaan curah hujan yang cukup kecil dan dipengaruhi oleh iklim musim.
Secara umum musim kemarau antara bulan April sampai September dan musim hujan terjadi antara Oktober sampai Maret. Kondisi curah hujan di seluruh wilayah di daerah Depok relatif sama, dengan rata-rata curah hujan sebesar 327 mm per tahun. 5.1.2 Kondisi Demografi Perkembangan jumlah penduduk Kota Depok berlangsung cepat. Laju pertumbuhan penduduk rata-rata 3,70 persen per tahun setelah ditata menjadi enam Kecamatan. Jumlah Penduduk di Kota Depok pada Tahun 2006 berdasarkan data dari BPS 2007 adalah 1.470.250 jiwa. Sehingga dengan luas wilayah yang ada yaitu 207,29 kilo meter persegi maka kepadatan penduduk rata-rata adalah 7.340 jiwa per kilo meter persegi. Kepadatan penduduk pada masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Depok 2006. Kecamatan Luas wilayah (km 2 ) Penduduk (jiwa) Kepadatan Penduduk Sukmajaya 45,69 166.311 3.639 Pancoran Mas 29,83 268.204 8.991 Sawangan 34,13 341.438 10.004 Cimanggis 53,54 404.693 7.558 Beji 14,30 139.992 9.789 Limo 22,80 149.612 6.562 Total 200,29 1.470.250 7.340 Sumber : BPS Kota Depok 2007 Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa pada tahun 2006 Kecamatan Sawangan merupakan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk tertinggi, yaitu sebesar 10.004 jiwa per kilometer persegi. Kecamatan Cimanggis memiliki jumlah penduduk terbanyak. Hal ini didukung dengan keberadaan Kecamatan
Cimanggis yang memiliki luas wilayah terbesar, yaitu sebesar 53,54 kilometer persegi Sesuai dengan karakteristik perkotaannya yang masih mencirikan kombinasi perkotaan, wilayah Kota Depok belum seluruhnya terbangun. Kawasan yang masih kosong berupa kebun campuran/tegalan dan pesawahan masih cukup luas, yaitu sekitar 51 persen dari luas wilayahnya, sedangkan kawasan perumahan dan kampung luasnya sekitar 5.900 hektar atau 29 persen, dan kawasan yang digunakan untuk kegiatan industri, jasa dan perusahaan meliputi areal seluas 1.100 hektar (± 6 persen). Ditinjau dari penyebaran lokasi kegiatannya, kegiatan industri sebagian besar berkembang di Kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya (wilayah kota bagian timur), yaitu sepanjang Jalan Raya Bogor, sedangkan kawasan pertanian masih banyak terdapat di Kecamatan Sawangan, Kecamatan Pancoran Mas bagian selatan dan sedikit di Kecamatan Limo (wilayah kota bagian barat). Kegiatan perkantoran, jasa, perdagangan dan kegiatan pendidikan berkembang di wilayah kota bagian tengah, terutama di sepanjang Jalan Margonda. Kawasan perumahan banyak berkembang di wilayah kota bagian utara yang berdekatan dengan Jakarta, yaitu Kecamatan Limo, Beji, Sukmajaya, dan Pancoran Mas bagian utara. 5.1.3 Kondisi Ekonomi Dari data tahun 2006, kontribusi yang cukup signifikan membangun perekonomian Kota Depok yaitu sektor industri pengolahan (38,39 persen). Kegiatan perdagangan besar dan eceran menjadi penyumbang terbesar kedua bagi total ekonomi daerah, yaitu sekitar 24,96 persen, kemudian diikuti oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran (30,54 persen), sektor jasa-jasa (8,01 persen), sektor pengangkutan dan komunikasi (5,72 persen), sektor bangunan (5,81 persen). Sedangkan sektor lainnya (11,53 persen) meliputi sektor keuangan, pertanian, listrik, dan gas rata-rata tiga persen. Saat ini perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa terkonsentrasi di poros pusat kota di Jalan Margonda Raya, poros Jalan Arief Rahman Hakim, Nusantara, dan Dewi Sartika, Jalan Akses UI, Jalan Raya Bogor-Cimanggis, Jalan Raya Parung-Sawangan, Pusat Cinere-Limo, dan pusat-pusat lingkungan. Perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa ini diikuti dengan perkembangan pendapatan penduduk Kota Depok yang mencapai empat juta rupiah per kepala keluarga pada tahun 2006. Dilihat dari kegiatan ekonomi daerah, perputaran uang dari lapangan usaha industri membukukan nilai Rp 1,86 trtiliun atau menyumbang 38,39 persen terhadap total perekonomian daerah. Kegiatan industri yang sudah ada, khususnya kelompok industri kimia dan barang dari bahan kimia berskala menengah dan besar berlokasi di sepanjang Jalan Raya Bogor-Jakarta, kecamatan Cimanggis dan Sukmajaya. Industri kecil yang sudah berkembang adalah industri rumahan seperti garmen dan konveksi di Kecamatan Pancoran Mas. 5.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden Responden pada penelitian ini berjumlah 100 rumah tangga yang berada di Kota Depok. Jumlah responden ditentukan berdasarkan proporsi jumlah rumah tangga yang ada pada tiap kecamatan. Responden dipilih secara accidental pada tiap kecamatan, berdasarkan faktor ketersediaan elemen dan kemudahan untuk
mendapatkannya. Responden merupakan konsumen yang pernah mengkonsumsi kecap merek Bango, ABC dan Nasional sejak satu tahun kebelakang. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan data responden seperti pada Tabel 19-27. Tabel 19. Pengelompokkan Usia Responden Kecap Manis di Kota Depok (2008) Pengelompokkan Total Pendidikan Bango ABC Nasional (%) <26 9 21,4 5 15,6 3 11,5 17 27-32 6 14,3 8 25 2 7,69 16 33-38 8 19 6 18,8 4 15,4 18 39-44 6 14,3 4 12,5 2 7,69 12 45-50 5 11,9 7 21,9 5 19,2 17 51-56 5 11,9 2 6,25 5 19,2 12 >57 3 7,14 0 0 5 19,2 8 Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah responden dengan usia 33-38 tahun, yaitu sebanyak 18 orang. Namun jika dilihat dari proporsi terhadap jumlah masing-masing responden merek kecap, kebanyakan konsumen kecap Bango berumur kurang dari 26 tahun dengan persentase 21,4 persen. Kebanyakan konsumen kecap ABC berumur 27 sampai 32 tahun dengan persentase 25 persen, sedangkan kebanyakan konsumen kecap Nasional berumur lebih dari 45 tahun. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumen untuk menentukan keputusan pembelian. Pendidikan turut mempengaruhi persepsi konsumen terhadap atribut-atribut produk yang ditawarkan di pasar. Karena itu, informasi mengenai tingkat pendidikan
responden kecap manis di Kota Depok perlu diketahui. Informasi ini disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Pengelompokkan Pendidikan Responden Kecap Manis di Kota Depok (2008) Pengelompokkan Total Pendidikan Bango ABC Nasional (%) Sekolah Dasar 6 14,3 7 21,9 5 19,2 18 SLTP 5 11,9 6 18,8 7 26,9 18 SLTA 16 38,1 8 25 8 30,8 32 Diploma 6 14,3 6 18,8 4 15,4 16 Sarjana 8 19 5 15,6 2 7,69 15 Pasca Sarjana 1 2,38 0 0 0 0 1 Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa responden yang paling banyak adalah yang berpendidikan terakhir SLTA yaitu sebanyak 32 orang. Secara spesifik dapat terlihat pula bahwa paling banyak konsumen tiap merek kecap berpendidikan terakhir SLTA dengan persentase 38,1 persen konsumen kecap Bango, 25 persen konsumen kecap ABC dan 30,8 persen konsumen kecap Nasional. Tingkat pembelian kebutuhan rumah tangga konsumen dari pendapatannya dapat diketahui salah satunya dari jumlah pengeluaran rumah tangga. Karena itu, informasi mengenai sebaran pengeluaran rumah tangga responden dalam penelitian ini perlu diketahui. Informasi mengenai pengeluaran rumah tangga responden kecap manis per bulan di Kota Depok.
Tabel 21. Pengelompokkan Pengeluaran Rumah Tangga/Bulan Responden Kecap Manis di Kota Depok (2008) Pengelompokkan Total Pengeluaran Rumah Bango ABC Nasional (%) Tangga/Bulan (Rp) < 500.000 1 2,38 2 6,25 0 0 3 500.000 sampai < 1.000.000 13 31 14 43,8 9 34,6 36 1.000.000 sampai < 1.500.000 7 16,7 4 12,5 3 11,5 14 1.500.000 sampai < 2.000.000 5 11,9 3 9,38 5 19,2 13 > 2.000.000 16 38,1 9 28,1 9 34,6 34 Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa responden rata-rata memiliki pengeluaran kebutuhan rumah tangga per bulan paling banyak berkisar antara Rp. 500.000 sampai Rp. 1.000.000, yaitu sejumlah 36 responden. Namun jika dilihat dari proporsi terhadap jumlah masing-masing responden merek kecap, kebanyakan konsumen kecap Bango memiliki pengeluaran rumah tangga per bulan lebih dari Rp. 2.000.000 dengan persentase 38,1 persen. Kebanyakan konsumen kecap ABC memiliki pengeluaran rumah tangga per bulan antara Rp.500.000 sampai Rp. 1.000.000 dengan persentase 43,8 persen, sedangkan kebanyakan konsumen kecap Nasional memiliki pengeluaran rumah tangga per bulan antara Rp.500.000 sampai Rp. 1.000.000 dan lebih dari Rp. 2.000.000 dengan persentase masing-masing 34,6 persen. Daya beli konsumen terhadap suatu kebutuhan rumah tangga dapat diketahui salah satunya dari jumlah pendapatannya. Karena itu, informasi mengenai sebaran pendapatan responden dalam penelitian ini perlu diketahui. Informasi mengenai pendapatan responden kecap manis per bulan di Kota Depok dapat diketahui dari Tabel 22.
Tabel 22. Pengelompokkan Pendapatan Rumah Tangga per Bulan Responden Kecap Manis di Kota Depok (2008) Pengelompokkan Total Pendapatan /Bulan (Rp) Bango ABC Nasional (%) < 500.000 4 9,52 6 18,8 4 15,4 14 500.000 sampai < 1.000.000 10 23,8 8 25 5 19,2 23 1.000.000 sampai < 2.500.000 12 28,6 8 25 8 30,8 28 2.500.000 sampai < 5.000.000 7 16,7 4 12,5 6 23,1 17 > 5.000.000 9 21,4 6 18,8 3 11,5 18 Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa paling banyak responden memiliki pendapatan berkisar Rp. 1.000.000 sampai kurang dari Rp. 2.500.000. Namun jika dilihat dari proporsi terhadap jumlah masing-masing responden merek kecap, kebanyakan konsumen kecap Bango memiliki Pendapatan Rumah Tangga per Bulan antara Rp 1.000.000 sampai Rp. 2.500.000 dengan persentase 28,6 persen. Kebanyakan konsumen kecap ABC memiliki Pendapatan Rumah Tangga per Bulan antara Rp 500.000 sampai Rp. 1.000.000 dan antara Rp 1.000.000 sampai Rp. 2.500.000 dengan persentase masing-masing 25 persen, sedangkan kebanyakan konsumen kecap Nasional memiliki Pendapatan Rumah Tangga per Bulan antara Rp 1.000.000 sampai Rp. 2.500.000 dengan persentase 30,8 persen. Tingkat Konsumsi responden terhadap produk kecap dipengaruhi oleh beberapa hal. Salah satu diantaranya adalah jumlah anggota rumah tangga responden. Semakin banyak jumlah anggota rumah tangga responden, maka kemungkinan besar tingkat konsumsi terhadap produk kecap akan semakin tinggi. Tabel 23 menunjukkan pengelompokkan jumlah anggota rumah tangga responden kecap manis di Kota Depok.
Tabel 23. Pengelompokkan Jumlah Anggota Rumah Tangga Responden Kecap Manis di Kota Depok (2008) Pengelompokkan Total Jumlah Anggota Bango ABC Nasional (%) Rumah Tangga (Resp) < 4 12 28,6 14 43,8 11 42,3 37 4 sampai 7 28 66,7 15 46,9 13 50 56 > 7 2 4,76 3 9,38 2 7,69 7 Berdasarkan Tabel 23 dapat diketahui bahwa jumlah anggota rumah tangga digolongkan menjadi tiga bagian yaitu kurang dari empat orang, empat sampai tujuh orang, dan lebih dari tujuh orang. Secara spesifik dapat terlihat bahwa paling banyak konsumen tiap merek kecap memiliki jumlah anggota rumah tangga antara empat sampai tujuh orang dengan persentase 66,7 persen konsumen kecap Bango, 46,9 persen konsumen kecap ABC dan 50 persen konsumen kecap Nasional Proses keputusan pembelian selalu dimulai dengan pengenalan kebutuhan yaitu pada saat konsumen merasakan dan mulai mengenali kebutuhan akan suatu produk. Kesadaran akan kebutuhan yang harus dipenuhi membuat konsumen berusaha mencari produk yang dapat mengatasi masalah mereka rasakan. Dalam penelitian ini, konsumen mulai mencari kecap manis pada saat konsumen menyadari manfaat yang diperoleh bila mengkonsumsi kecap manis. Manfaat yang dirasakan konsumen dalam mengkonsumsi kecap manis dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Manfaat Mengkonsumsi Kecap Manis Manfaat Mengkonsumsi Kecap Manis Bango ABC Nasional Tot % Menambah cita rasa masakan 29 69 23 71.9 22 84,6 74 Memberi selingan santapan 9 21,4 6 18,8 3 11,5 18 Kandungan Gizi yang tinggi 4 9,52 2 6,25 0 0 6 Lainnya 0 0 1 3,13 1 3,85 2 Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa sebagian besar manfaat dari kecap manis yang responden pilih adalah untuk menambah cita rasa masakan dengan persentase 74 persen. Sebanyak 69 persen konsumen Bango, 71,9 persen konsumen kecap ABC, dan 84,6 persen konsumen kecap Nasional menyatakan manfaat yang dicari dari mengkonsumsi kecap manis yaitu untuk memberikan selingan santapan. Setelah diketahui manfaat yang dicari, maka ada beberapa alasan tertentu yang mendorong konsumen dalam melakukan pembelian kecap manis. Alasanalasan ini menjadi motivasi bagi responden untuk mengkonsumsi kecap manis. Hal-hal yang menjadi motivasi responden untuk mengkonsumsi kecap manis disajikan pada Tabel 25. Tabel 25. Motivasi Responden Mengkonsumsi Kecap Manis Motivasi Responden Mengkonsumsi Kecap Bango ABC Nasional Manis Persen (%) Rasa sesuai selera 32 76,2 23 71,9 15 57,7 70 Kemasan menarik 1 2,38 1 3,13 0 0 2 Harga murah 3 7,14 4 12,5 11 42,3 18 Mudah didapat 4 9,52 4 12,5 0 0 8 Ingin mencoba 2 4,76 0 0 0 0 2
Berdasarkan Tabel 25 diketahui bahwa motivasi terbesar yang mendasari responden dalam mengkonsumsi kecap manis adalah rasa yang disukai responden dengan persentase 70 persen. Sebanyak 76,2 persen konsumen Bango, 71,9 persen konsumen kecap ABC, dan 57,7 persen konsumen kecap Nasional menyatakan bahwa motivasi terbesar yang mendasari responden dalam mengkonsumsi kecap manis adalah rasa yang disukai. Ini menunjukkan atribut rasa pada kecap manis dinilai penting oleh konsumen.