Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

dokumen-dokumen yang mirip
Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV)

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI UNTUK MENDUKUNG DAYA SAING LOGISTICS & SUPPLY-CHAIN NASIONAL

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Paket Kebijakan Ekonomi 9: Pemerataan Infrastruktur Ketenagalistrikan dan stabilisasi harga daging hingga ke desa

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implementasi ASEAN Economic Community 2015 yang merupakan

ABSTRAK. Kata kunci: Dwelling Time, Kelengkapan Administrasi, Kepemimpinan Pemerintahan

KEBIJAKAN PERGUDANGAN DI INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN PERDAGANGAN

PANDANGAN DWELLING TIME BERDASARKAN PRE-CLEARANCE, CUSTOMS CLEARANCE DAN POST CLEARANCE

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TINDAKAN KARANTINA terhadap MP OPTK/HPHK di TPK

Pesawat Polonia

PERUBAHAN KETENTUAN MANIFES. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO. Jakarta, 18 September 2013

SISTEM TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG EFISIENSI DISTRIBUSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 2015 TENTANG

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Nanda Nurridzki

2017, No logistik guna mengembangkan pertumbuhan ekonomi nasional, perlu menyesuaikan ketentuan permodalan badan usaha di bidang pengusahaan an

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

Yukki Nugrahawan Hanafi Ketua Umum DPP ALFI/ILFA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

PERAN PENYEDIA JASA LOGISTIK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

Pembenahan Pasokan Daging Sapi Melalui Sistem Logistik Nasional Senin, 10 Juni 2013

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA. Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013

EASE OF DOING BUSINESS TRADING ACROSS BORDER

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

Stimulus kegiatan Industri Logistik dan kendaraan niaga di Indonesia

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan L

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

LATAR BELAKANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN KEBIJAKAN PERDAGANGAN ANTARPULAU (PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 29 TAHUN 2017)

Bab I. Pendahuluan. Globalisasi mencerminkan hubungan tanpa batas antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA)

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

PROSES BISNIS KEPABEANAN DAN PEMANFAATAN INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KAWASAN EKONOMI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN PP-INSW SESUAI AMANAT PERPRES 76/2014 DAN PAKET KEBIJAKAN EKONOMI. Hotel Sahid Jakarta, 17 November 2016

BAB III NATIONAL SINGLE WINDOW

SEMINAR PUSTRAL UGM YOGYAKARTA, 20 DESEMBER Dr. NOOR MAHMUDAH, S.T., M.Eng. Dr. Noor Mahmudah 1

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 158/PMK.04/2017

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Penyakit Hewan Karantina dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina di Tempat Pemeriksaan Karantina; Mengingat : 1. Undang-Undang Nom


BAB V PENUTUP. rahim kedaulatan internal sebuah negara pantai / kepulauan atas territorial laut dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

PENYEDERHANAAN TATA NIAGA IMPOR: PENGALIHAN PENGAWASAN BORDER KE POST BORDER

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

RINGKASAN EKSEKUTIF. Januari 2015). 1 Isu-isu utama yang terangkum dalam Paket Bali adalah (1) pertanian, mencakup masalah

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XI

[ U.30 ] PENELITIAN FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI TERHAMBATNYA ARUS DISTRIBUSI BARANG PADA TERMINAL PETI KEMAS GEDEBAGE BANDUNG

Paket Kebijakan Ekonomi XI: Meningkatkan Daya Saing Nasional Dalam Pertarungan Ekonomi Global

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB V KESIMPULAN & SARAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Prospek Kawasan Penimbunan Pabean Terpadu (KPPT) Dalam Memperlancar Arus Barang Impor/Ekspor. Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2000 TENTANG KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh. Capt. Purnama S. Meliala, MM

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PERMEN-KP/2014 TENTANG SISTEM LOGISTIK IKAN NASIONAL

SOSIALISASI PERMENDAG NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERMENDAG NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG KETENTUAN IMPOR PDOUK TERTENTU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

V. HASIL DAN ANALISIS

2015, No Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Kebijakan Percepatan Pembangunan Industri Perikanan Nasional

2017, No Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Adanya perbedaan kekayaan alam serta sumber daya manusia

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Laporan Publik Paket Kebijakan Ekonomi (Tahap XV) PENGEMBANGAN USAHA DAN DAYA SAING PENYEDIA JASA LOGISTIK NASIONAL Jakarta, 15 Juni 2017

A. Latar Belakang: PENGANTAR PAKET KEBIJAKAN EKONOMI XV 1. Biaya logistik nasional relatif tinggi di kawasan Asia (24,6% dari PDB, 2014), dimana kontribusi terbesar pembentuk biaya logistik adalah ongkos transportasi sebesar 72%, dan memberikan inflasi sebesar 12,11% (Januari, 2017). Selain itu, porsi biaya logistik sekitar 40% dari harga ritel barang. 2. Konektivitas angkutan barang belum berkembang di seluruh Indonesia yang membuat sering terjadinya kelangkaan barang, harga yang bergejolak, dan serbuan impor. 3. Potensi peluang pasar bagi usaha penyedia jasa logistik di Indonesia sangat besar. Penelitian Frost and Sullivan, bussiness consultant, menyebutkan bahwa kegiatan logistik di Indonesia tahun 2016 diperkirakan mencapai Rp. 2.400T, yang meliputi: jasa transportasi, penyimpanan, dan delivery sebesar Rp. 498,3T serta kegiatan logistik dari sektor manufaktur, pertanian, konstruksi, pertambangan, dsb sebesar Rp. 1.901,3T dengan peningkatan 15,2 % sampai tahun 2019. Potensi ini harus diraih oleh penyedia jasa logistik nasional. 4. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sistem logistik nasional dan tingginya biaya logistik, antara lain: a. Komoditas Utama: Belum berkembangnya keterpaduan pusat atau sentra distribusi barang secara nasional, terutama barang pokok dan barang penting, sehingga sering terjadi kelangkaan stock, fluktuasi dan disparitas harga yang tinggi antar wilayah dan antar pulau. b. Infrastruktur Transportasi: Belum terbangunnya sistem transportasi yang terintegrasi (multimoda) untuk menterhubungkan atau konektivitas angkutan barang dari pedesaan, perkotaan, intra pulau, antar pulau, dan ekspor. c. Pelaku & Penyedia Jasa Logistik (PJL): Masih lemahnya kemampuan PJL nasional untuk bersaing dengan PJL asing dalam menyediakan jasa logistik yang efisien. d. Sumber Daya Manusia (SDM): Masih terbatasnya SDM Indonesia yang memiliki sertifikasi kompetensi dan kualifikasi di sektor logistik, baik pada tingkat okupasi operator, manajerial/analis, maupun ahli. e. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK): Belum terbangunnya sistem informasi online (e-logistics dan e-licensing) yang terintegrasi untuk menyediakan informasi dan data yang berkaitan dengan sumber penyediaan dan permintaan barang, perkembangan harga, ketersediaan transportasi, serta pelayanan birokrasi. f. Regulasi: Masih belum harmonisnya regulasi/birokrasi di sektor logistik, baik antara Pemerintah Pusat maupun dengan Pemerintah Daerah, sehingga terjadi tumpang tindih regulasi dan birokrasi yang tidak mendukung sistem logistik yang efisien. 1

5. Kebijakan logistik dalam Paket Kebijakan yang sebelumnya (Paket I-XIV) telah banyak memberikan dampak positif bagi kegiatan ekonomi Indonesia, seperti: (i) sampai saat ini sudah terdapat 30 PLB yang bertujuan untuk memudahkan mendapatkan Supply Bahan Baku Industri dan etalase produk ekspor; (ii) Single Identity Importir (API satu-satunya tanda pengenal importir), bertujuan untuk mengurangi proses birokrasi dalam pengurusan impor barang, terutama bahan baku dan simplifikasi perizinan ekspor-impor, bertujuan untuk menurunkan LARTAS dari 51% (September 2015) menjadi 32% (Mei 2016) dan menurunkan dwelling time dari rata-rata 6,7 hari (tahun 2014) menjadi 2,9 hari (2016); (iii) berkembangnya ekspor produk perikanan (ekspor tuna fillet ke Amerika sebanyak 1 kontainer), produk turunan kelapa (12 kontainer untuk ekspor kelapa ke RRT), dan produk UKM lainnya terutama di wilayah Indonesia bagian timur. 6. Dalam Paket XV difokuskan pada Perbaikan Sistem Logistik Nasional untuk mempercepat Pengembangan Usaha dan Daya Saing Penyedia Jasa Logistik Nasional, yang meliputi kebijakan: a. Pemberian Kesempatan Meningkatkan Peran dan Skala Usaha, dengan kebijakan yang memberikan peluang bisnis untuk angkutan dan asuransi nasional dalam mengangkut barang ekspor impor, serta meningkatkan usaha galangan kapal/pemeliharaan kapal di dalam negeri. b. Kemudahan Berusaha dan Pengurangan Beban Biaya bagi Usaha Penyedia Jasa Logistik Nasional, dengan kebijakan antara lain: (i) mengurangi biaya operasional jasa transportasi; (ii) menghilangkan persyaratan perizinan angkutan barang; (iii) meringankan biaya investasi usaha kepelabuhanan; (iv) standarisasi dokumen arus barang dalam negeri; (v) mengembangkan pusat distribusi regional; (vi) kemudahan pengadaan kapal tertentu; dan (vii) mekanisme pengembalian biaya jaminan peti kemas; dsb. c. Penguatan Kelembagaan dan Kewenangan Indonesia National Single Window (INSW), dengan kebijakan, antara lain: (i) memberikan fungsi independensi badan INSW untuk dapat mengembangkan sistem elektronik pelayanan dan pengawasan ekspor impor, kepabeanan, dan kepelabuhan di seluruh Indonesia; (ii) mengawasi kegiatan ekspor impor yang berpotensi sebagai illegal trading; (iii) membangun single risk management untuk kelancaran arus barang dan penurunan dwelling time; dan (1v) sebagai competent authority dalam integrasi ASEAN Single Window dan pengamanan pelaksanaan FTA. d. Penyederhanaan Tata Niaga untuk mendukung kelancaran arus barang, dengan membentuk Tim Tata Niaga Ekspor Impor dalam rangka mengurangi LARTAS dari 49% menjadi sekitar 19% atau mendekati rata-rata non tariff barrier negara-negara ASEAN sebesar 17%. Penjelasan secara lengkap lihat matriks terlampir. 2

B. Tujuan dan Manfaat Kebijakan ini Diharapkan Dapat Segera: 1. Memberikan Peluang Pasar Kepada Pengusaha Pelayaran, Ocean Insurance, dan Pemeliharaan Kapal Nasional; 2. Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Penyedia Jasa Logistik; 3. Memperkuat Kelembagaan Indonesia National Single Window (INSW). C. Sasaran Kebijakan: 1. Membuka peluang pelayaran nasional melayani angkutan ekspor impor sekitar USD. 600 Juta/Tahun, investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru senilai USD. 700 Juta, asuransi angkutan sebesar 1%-2%, pinjaman perbankan DN sebesar USD. 560 Juta, dan kesempatan kerja baru sebanyak 2.000 pelaut. 2. Meningkatkan daya saing galangan kapal DN dengan memberikan insentif 0% Bea Masuk impor 115 jenis suku cadang dan komponen kapal laut, termasuk menjaga keberlangsungan hidup 1.800 Perusahaan Pelayaran. 3. Memberi peluang lebih besar kepada pelayaran nasional untuk melayani angkutan khusus seperti, kapal tanker dan bulker. 4. Memberikan peluang bisnis lebih besar bagi pelaku logistik nasional, dengan kebijakan yang dapat menghemat biaya angkutan barang melalui udara hingga 30%, beban biaya transportasi (laut, darat, udara) sebesar 15%, dan beban administrasi/operasional perusahaan logistik lainnya. 5. Meningkatkan peranan Pemda dalam pengembangan Sistem Logistik Daerah (SISLOGDA) untuk mengendalikan inflasi dan mengurangi kerusakan produk pasca panen sebesar 30% dengan membangun Pusat Distribusi Regional dan Standar Pengangkutan Barang. 6. Memperkuat wewenang dan lembaga INSW untuk mendukung efisiensi logistik dan kelancaran ekspor impor, termasuk kepastian dwelling time yang rendah. D. Pokok-Pokok Kebijakan (18 Kebijakan): 1. Menghilangkan dan menerbitkan berbagai peraturan menteri (12 permen, 2 Surat Edaran, 1 surat Menko) yang dapat mendorong perluasan usaha dan meningkatkan daya saing penyedia jasa logistik nasional dalam membangun dan mengembangkan Sistem Logistik Nasional. 2. Merevisi 3 Perpres yang disatukan menjadi 1 Perpres menyangkut INSW untuk mempercepat pengembangan dan penerapan pelayanan otomasi perizinan eksporimpor, kepabeanan, dan Kepelabuhanan melalui penguatan kelembagaan dan kewenangan Indonesia National Single Window (INSW) 3. Menerbitkan 1 Inpres, untuk Penguatan Peran Otoritas Pelabuhan dalam mengelola kelancaran arus barang dim pelabuhan. 4. Menerbitkan 1 Keputusan Menko Perekonomian tentang Tim Tata Niaga Ekspor Impor. 3

E. Cakupan Paket Kebijakan Ekonomi XV I. MEMBERIKAN PELUANG PASAR KEPADA PENGUSAHA PELAYARAN, OCEAN INSURANCE, DAN PEMELIHARAAN KAPAL NASIONAL 1. Kebijakan angkutan dan asuransi barang ekspor/impor oleh perusahaan pelayaran nasional, bertujuan untuk membuka peluang pelayaran nasional melayani angkutan ekspor impor sekitar USD. 600 Juta/tahun, investasi perkapalan sekitar 70-100 unit kapal baru senilai USD. 700 Juta, asuransi angkutan sebesar 1%-2%, pinjaman perbankan DN sebesar USD. 560 Juta, dan kesempatan kerja baru sebanyak 2.000 pelaut. 2. Revitalisasi Industri Galangan Kapal, Peralatan Kepelabuhanan & Pelayaran Nasional, bertujuan untuk meningkatkan daya saing galangan kapal DN dengan memberikan insentif 0% Bea Masuk impor 115 jenis suku cadang dan komponen kapal laut. II. MENINGKATKAN DAYA SAING PERUSAHAAN PENYEDIA JASA LOGISTIK 3. Peningkatan Keamanan dan Efisiensi Pengiriman Kargo dan Pos Udara (Regulated Agent/ RA), bertujuan untuk meningkatkan keamanan pengiriman kargo dan pos udara, dan menghemat biaya angkutan barang melalui udara hingga 30%. 4. Sinkronisasi Pengaturan Persyaratan Perizinan Angkutan Barang oleh Daerah, bertujuan untuk memudahkan usaha angkutan barang dan menghindari pungutan liar dengan tetap memperhatikan kredibilitas perusahaan angkutan barang. 5. Rasionalisasi Persyaratan Modal Usaha dalam: (1) memperoleh Izin Angkutan Laut dan Izin Usaha Kepelabuhanan, bertujuan untuk mendorong revitalisasi dan pengembangan pelabuhan tanpa mengurangi pertimbangan kredibilitas perusahaan/badan usaha kepelabuhanan; (2) Memperoleh Izin Usaha Bongkar Muat Barang, untuk mendorong pelaku usaha untuk memperluas investasi usaha bongkar muat; (3) Memperoleh Izin Usaha Keagenan Kapal, untuk mendorong pelaku usaha untuk mengembangkan usaha keagenan kapal; (4) Memperoleh Izin Usaha Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, untuk mendorong pelaku usaha untuk mengembangkan usaha kepelabuhanan. 6. Menghilangkan Ketentuan Pembatasan Wilayah Kerja Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Asing, bertujuan untuk memberikan kepastian usaha. 7. Penyederhanaan Perizinan Penyelenggaraan Pos, bertujuan untuk mendorong perluasan usaha dan meningkatkan jumlah pelaku usaha jasa penyelenggara pos. 8. Penguatan Peran Otoritas Pelabuhan (OP) dalam Mengelola Kelancaran Arus Barang di Pelabuhan, bertujuan untuk menjamin kelancaran arus barang di pelabuhan agar dapat dengan mudah menjalankan amanat UU No.17 Tahun 2008 tentang Pelayaran 9. Peningkatan Efisiensi Biaya Kepelabuhanan dengan Mengurangi Biaya Pemindahan Barang (double handling) di Terminal, bertujuan untuk mengurangi beban biaya logistik di pelabuhan dan memberikan kepastian pelaku usaha terhadap proses custom clearance dan cargo release di pelabuhan. 4

10. Standarisasi Dokumen Pergerakan Arus Barang Dalam Negeri (Manifes Domestik) Berbasis Elektronik, yang terintegrasi dengan sistem INSW, bertujuan untuk tersedianya informasi pergerakan arus barang domestik (melalui darat, laut, dan udara) secara elektronik dan mempermudah koordinasi dan pengawasan pergerakan barang antar pulau. 11. Peningkatan Kapasitas Pelayaran Nasional Melalui Fasilitas Pengadaan Kapal Bekas Tertentu di atas Usia 15 s.d. 30 Tahun untuk Angkutan Khusus, bertujuan untuk memberi peluang lebih besar kepada pelayaran nasional untuk melayani angkutan khusus seperti kapal tanker dan bulker. 12. Pengembangan Tim SISLOGDA sebagai kelembagaan yang mendukung kebijakan SISLOGNAS dan konektivitas nasional termasuk pelaksanaan program TPID untuk Efisiensi Rantai Pasok Komoditi Penting di Daerah, bertujuan untuk meningkatnya kelancaran pasokan komoditas barang pokok dan penting di daerah, dan memudahkan pengendalian dan pemantauan inflasi daerah serta pengembangan peta transportasi barang 13. Pedoman/Standar Kepatuhan Container Handling (Voluntary Self- Compliance) antar pengirim, pengangkut, dan trucking untuk mengurangi risiko kerusakan peti kemas, bertujuan untuk memberikan kepastian mekanisme tanggung jawab pengembalian uang jaminan peti kemas oleh agen perusahaan pelayaran kepada consignee atau forwarder. 14. Penguatan Kelembagaan dan Kewenangan Indonesia National Single Window (INSW), bertujuan untuk memperkuat wewenang dan lembaga INSW untuk mendukung efisiensi logistik dan kelancaran ekspor impor. 15. Pembentukan Tim Tata Niaga Ekspor Impor, bertujuan untuk mengurangi LARTAS dari 49% menjadi sekitar 19% atau mendekati rata-rata non tariff barrier negara-negara ASEAN sekitar 17%. F. Perkembangan Penyelesaian Paket Kebijakan Ekonomi XV Dari total 18 kebijakan, sebanyak 14 kebijakan sudah diterbitkan, antara lain: 1. Surat Mendagri kepada Kepala Daerah No. 551.51/3056/OTDA tentang Percepatan Penyelesaian Regulasi Paket Kebijakan Ekonomi XV: Sinkronisasi Pengaturan Persyaratan Perizinan Angkutan Barang oleh Daerah; 2. Permenhub No. 24 Tahun 2017 tentang Pencabutan Persyaratan Kepemilikan Modal Badan Usaha di Bidang Pengusahaan Angkutan Laut, Keagenan Kapal, Pengusahaan Bongkar Muat dan Badan Usaha Pelabuhan, dengan menghilangkan 4 (empat) persyaratan: (1) Persyaratan Modal Dasar Izin Usaha Angkutan Laut; (2) Persyaratan Modal Dasar Izin Usaha Bongkar Muat; (3) Persyaratan Modal Dasar Izin Usaha Keagenan Kapal; (4) Persyaratan Modal Dasar Izin Usaha Penyelenggaraan Pelabuhan Laut, yang bertentangan dengan Undang- Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; 3. Permenhub No. 130 Tahun 2016 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi : Menghilangkan Ketentuan Pembatasan Wilayah Kerja Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi Asing; 4. Permenkominfo No. 7 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pemberian Izin Penyelenggaraan Pos: Penyederhanaan Perizinan Penyelenggaraan Pos; 5

5. Permenhub No. 25 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 116 Tahun 2016 tentang Pemindahan Barang Yang Melewati Batas Waktu Penumpukan (Long Stay) di Pelabuhan Utama Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar: Peningkatan Efisiensi Biaya Kepelabuhanan dengan Mengurangi Biaya Pemindahan Barang (double handling) di Terminal; 6. Permendag No. 29/M-DAG/PER/5/2017 tentang Perdagangan Antar Pulau: Standarisasi Dokumen Pergerakan Arus Barang Dalam Negeri (Manifes Domestik) Berbasis Elektronik; 7. Surat Menko Perekonomian kepada Mendagri: No: S-87/M.EKON/04/2017 tentang Pembentukan Tim Sistem Logistik Daerah (SISLOGDA) 8. Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Laut No: LIM.003/40/11/DJPL-17: Pedoman Pengurangan Risiko Kerusakan Peti Kemas 9. Keputusan Menko Perekonomian No. 71 Tahun 2017 tentang Tim Tata Niaga Ekspor Impor: untuk mengurangi LARTAS Terdapat 2 (dua) kebijakan di tingkat presidential yang draftnya sudah selesai, namun perlu proses Presidential: 10. Perpres: Penguatan Kelembagaan dan Kewenangan Indonesia National Single Window (INSW) untuk Meningkatkan Efisiensi Logistik 11. Inpres: Penguatan Peran Otoritas Pelabuhan (OP) Terdapat 4 (empat) kebijakan di tingkat ministerial yang draftnya sudah selesai, namun masih dalam tahap finalisasi: 12. Rancangan Permendag tentang Ketentuan Penggunaan Angkutan Laut dan Asuransi Nasional untuk Ekspor dan Impor Barang Tertentu, dengan mewajibkan angkutan dan asuransi barang ekspor (batubara & CPO) dan impor (beras) serta komoditi lain yang ditetapkan Pemerintah, untuk menggunakan perusahaan pelayaran dan asuransi nasional. 13. Rancangan Permenkeu tentang Pembebasan Bea Masuk 115 jenis suku cadang dan komponen kapal laut, untuk meningkatkan efisiensi produksi kapal nasional dan jasa perawatan galangan kapal 14. Revisi Permenhub No.153 Tahun 2015 tentang Pengamanan Kargo dan Pos serta Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos yang Diangkut dengan Pesawat Udara, sesuai ketentuan ICAO Annex 17 15. Revisi Permendag No. 127 Tahun 2015 tentang Ketentuan Impor Barang Modal dalam Keadaan Bukan Baru, khususnya kapal keperluan tertentu menjadi di atas usia 15 sampai dengan 30 tahun 6