BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan untuk dikembangkan (Ali, 2000: 13). Dalam hal ini,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan mengikuti perkembangan fashion. Fashion dianggap dapat membawa

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

KONSEP MENUTUP AURAT DALAM AL-QUR AN SURAT AL-NŪR AYAT DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ini. Salah satu jalan dalam mengarungi kehidupan adalah dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan termasuk di dalamnya mengenai kehidupan manusia, yaitu telah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Riwayat Hidup dan Pendidikan Ahmad Musṭafā al-marāgī. Musṭafā bin Musṭafā bin Abdul Mu in al-qaḍī al-marāgī (Madjid,

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

MAHRAM. Pertanyaan: Jawaban:

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai perhiasan dan kecantikan bagi yang mengenakannya secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Berkaitan dengan tema penelitian ini yang berjudul Konsep Gaḍ al-

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan primer manusia sebagai makhluk sosial bahkan pada situasi tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

Bolehkah melaksanakan perkawinan seorang perempuan dengan seorang laki laki yang bapak keduanya saudara sekandung, yaitu seayah dan seibu?

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. samawi lain yang datang sebelumnya. Allah Swt. mewahyukan al-quran kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

mengorbankan nyawa seminimal mungkin.2

MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH

ار ا خ ط ب ا خ ذ ك ى ا ي ر اأ ة ف ق ذ ر أ ر ب غ ض ي ا ذ ع ا ن ك اح ا ف ه ف ع م. )ر ا اح ذ اب دا د(

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP PENGAMBILAN KEUNTUNGAN PADA PENJUALAN ONDERDIL DI BENGKEL PAKIS SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

Siapakah Mahrammu? Al-Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain

MANAJEMEN JATIDIRI ( MJ )

Akal Yang Menerima Al-Qur an, dan Akal adalah Hakim Yang Adil

Bersama : H. Ahmad Bisyri Syakur,Lc.MA.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. bagi umat Islam setelah puasa wajib. Disebut dianjurkan karena orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Definisi Operasional. membudayakan manusia. Melalui pendidikan segala potensi sumber daya manusia

HUBUNGAN SABAR MENURUT IMAM AL-GHAZALI DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN SPIRITUAL PESERTA DIDIK

Jawaban yang Tegas Dari Yang Maha Mengetahui dan Maha Merahmati

JUAL BELI TANAMAN HIAS MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Toko Eny s Green Desa Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali)

Pertama, batas kepatutan untuk suami yang melakukan masa berkabung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh kehidupan modern, wanita semakin hari semakin

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I. Pendidikan mampu mengubah manusia dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak baik

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di masa sekarang dan masa mendatang sangat dipengaruhi

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

SUMPAH PALSU Sebab Masuk Neraka

BAB I PENDAHULUAN. sebuah instansi, organisasi maupun lembaga-lembaga lainnya. Adapun

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah. Sekaligus memegang tugas-tugas dan fungsi ganda,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

Gay, Kaum Yang Melampaui Batas

KRITERIA MASLAHAT. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 6/MUNAS VII/MUI/10/2005 Tentang KRITERIA MASLAHAT

BAB I PENDAHULUAN. politik, sosial, dan lain sebagainya. Permasalahan-permasalahanan tersebut kerap

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan diri murid secara optimal. Pendidikan adalah proses merubah. pengajaran dan pelatihan (Suryani, 2012: 8).

BAB IV ANALISIS PENENTUAN NISBAH BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI BMT BINTORO MADANI DEMAK

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama

HADIS TENTANG MELIHAT PEREMPUAN SEBELUM DILAMAR. (Dalam Kitab al-ja>mi al-s{ah}i>h} al-tirmidhi> Nomer Indeks 1087) SKRIPSI. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. penutup aurat wanita kini sedang ramai dipergunakan sebagai trend center dunia

BAB I PENDAHULUAN. peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperoleh

FATWA DEWAN SYARI'AH NASIONAL NO: 81/DSN-MUI/III/2011 Tentang

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

TOLERANSI BERAGAMA MENURUT PANDANGAN HAMKA DAN NURCHOLISH MADJID

BAB I PENDAHULUAN. penduduk dunia merupakan remaja berumur tahun dan sekitar 900

PROGRAM ILMU SYARIAH KONSENTRASI HUKUM KELUARGA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 7/MUNAS VII/MUI/11/2005 Tentang PLURALISME, LIBERALISME DAN SEKULARISME AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. bergaul satu sama lain. Dalam pergaulan di masyarakat, interaksi sesama manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. produknya. Pemasaran mempengaruhi setiap orang dalam masyarakat. pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. guna meraih bekal-bekal keilmuan untuk keberlangsungan hidupnya. Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PEDAHULUAN. Pendidikan juga mengarahkan pada penyempurnaan potensi-potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

rukhs}oh (keringanan), solusi dan darurat.

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

TAFSIR SURAT AN-NAS Oleh: Abdul Aziz Abdul Wahid, Lc.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: Raja Graffindo

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk bergelar khalifah yang merupakan ciptaan Allah SWT dengan bentuk dan susuan sempurna yang terdiri atas jasmani dan rohani ini, manusia memiliki berbagai potensi atau daya dalam dirinya yang memungkinkan untuk dikembangkan (Ali, 2000: 13). Dalam hal ini, potensi-potensi tersebut, sudah terkandung saat manusia itu terlahir di muka bumi ini. Akan tetapi, potensi tersebut masih bersifat pilihan, artinya potensi tersebut bisa dikembangkan atau diupayakan menjadi potensi yang bernilai positif atau sebaliknya. Untuk itu, dibutuhkan sebuah proses yang berperan untuk mengembangkan dan mendayagunakan potensi tersebut agar dapat terarahkan pada hal yang positif (Bawani, 1987: 208). Dengan potensi yang terarah atau terbimbing pada hal positif, maka manusia akan menjadi pribadi utama dan cerdas dalam kehidupan, yang merupakan harapan dari seluruh manuisa agar kesempatan hidup di dunia ini menjadi berkah dan bermanfaat baik bagi diri maupun orang lain. Sebaliknya, potensi yang tidak terarah dalam diri manusia bisa menjadi bom waktu tersendiri yang dapat melukai dan menghancurkan kehidupan manusia sewaktu-waktu. Untuk menghindari bahaya tersebut, solusi tepat yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pendidikan atau bimbingan terhadap potensi dalam diri manusia. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad D. Marimba, bahwa pendidikan berperan sebagai upaya

2 bimbingan atau pendayagunaan yang dilakukan oleh si pendidik terhadap segala potensi jasmani dan rohani si terdidik, untuk menjadikannya sebagai pribadi dengan kepribadian yang utama (Aly, 1999: 2). Namun pada kenyataannya, hal ini tidak dapat dipungkiri bahwa dengan usaha pendidikan, belum cukup untuk mewujudkan manusia dengan pribadi sempurna, dan menyelesaikan persoalan dekadensi moral, yang sudah menjamur dikalangan masyarakat saat ini. Penurunan moral ini disebabkan karena berkembangnya teknologi yang membuat manusia didominasi oleh kecerdasan intelektual, sehingga pengetahuan spiritualnya menjadi tandus, dan mengakibatkan adanya kemerosotan moral (Suhartono, 2007: 64). Salah satu bukti konkrit adanya dekadensi moral saat ini adalah dengan meningkatnya pergaulan bebas, terutama dikalangan para remaja, yang dapat mengancam kehormatan dan menebarkan kerugian diberbagai lini kehidupan. Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia, tercatat pada tahun 2007 ada setidaknya 62 % para pelajar telah melakukan hubungan intim, dan 22,7% remaja Indonesia sudah melakukan aborsi (Siauw, 2013: 34). Hal ini menandakan betapa nafsu telah memperbudak manusia. Sehingga, ketika seseorang tidak dapat memimpin nafsu seks pada dirinya, maka ia tidak akan mungkin bisa berhasil memimpin orang lain, atau bahkan bangsa mereka. Padahal, remaja merupakan kunci dan gambaran kesusksesan masa depan bangsa ini.

3 Untuk itu, petunjuk dalam pendidikan Islam yang sudah berabadabad lalu tersusun dalam pedoman al-qur an dan Sunnah, menjadi solusi dan kekuatan tersendiri untuk meningkatkan kesadaran beragama dalam menghadapi permasalahan yang menghinggapi masyarakat saat ini, termasuk problem pergaulan bebas. Dalam Islam, salah satu solusi yang perlu digalakkan kembali bagi permasalahan tersebut, yaitu dengan menjaga pergaulan, terutama pergaulan antara laki-laki dan perempuan, dan disempurnakan dengan aturan menahan pandangan atau gaḍ al-baṣar. Meskipun manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak dan berbuat, yang dinilai dengan pahala dan dosa, manusia memiliki kewajiban untuk menanggung konsekuensi yang bersifat pribadi dan menyeluruh, baik yang beriman atau tidak (Ali, 2000: 16). Dalam hal ini yang dimaksud dengan perintah gaḍ al-baṣar bukan bertujuan untuk membatasi kebebasan potensi manusia untuk melihat, akan tetapi mengarahkan salah satu potensi dalam diri manusia, yaitu potensi al-abṣar (melihat) agar tidak terjerumus dalam jurang kebinasaan, yaitu perzinaan. Perintah gaḍ al-baṣar atau menjaga pandangan terhadap seluruh hal-hal yang jelas keharamannya untuk dilihat, seperti aurat seseorang yang bukan mahram, telah dijelaskan dalam Q.S. an-nūr ayat 30 sebagai berikut: و ق ل ل ل م ؤ م ن ات ي غ ض ض ن م ن أ ب ص ار ه ن و ي ف ظ ن ف ر وج ه ن و ل ي ب د ين ز ين ت ه ن إ ل م ا ظ ه ر م ن ه ا... Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya... (Q.S. an-nūr: 30).

4 Pada ayat tersebut, Allah SWT dengan sifat kasih dan sayangnya untuk melindungi manusia dari bahaya akan hal yang merugikan, memberikan bimbingan terhadap kebebasan melihat bagi manusia, agar tidak tersesat dan tetap berada pada kemaslahatan, sehingga membuahkan pahala. Menurut Islam, manusia dengan kemerdekaan dari Allah SWT untuk mengembangkan dan menggunakan seluruh potensi yang ada dalam dirinya ini, tidak boleh melampaui batasan tanggung jawab yang telah ditentukan oleh Allah SWT, yaitu yang sesuai dengan al-qur an dan Sunnah (Ali, 2000: 17). Dalam hal ini, Allah SWT sebagai pencipta manusia, mengetahui benar tentang nurani manusia yang mudah tersesat, dan Allah SWT tidak akan membiarkan kebebasan tersebut membuat manusia larut dalam kesesatan yang merugikan. Maka, Allah SWT melalui perantara Nabi Muhammad SAW, membimbing manusia agar mengarahkan kebebasannya sesuai dengan ketentuannya, yaitu apa saja yang terdapat dalam al-qur an dan Sunnah. Dan itulah tugas manusia untuk selalu berusaha memahami akan hakikat ajaran Islam yang sesungguhnya, karena tidak semua manusia dapat mudah memahami inti pokok ajaran Islam yang berisikan kemaslahatan ini. Adapun dalam pengaplikasiannya terhadap kehidupan sehari-hari, terdapat penerapan yang berbeda-beda dari perintah gaḍ al-baṣar dalam hubungan seorang muslim dengan seorang muslimah yang bukan mahramnya, atau sebaliknya. Menurut seorang tokoh pendiri Hizb at-taḥrīr,

5 yaitu Taqiyuddin an-nabhānī, beliau berpendapat bahwa solusi praktisnya adalah seorang pria harus menjaga pandangannya, baik ada atau tidaknya hawa nafsu saat berhadapan dengan wanita yang bukan mahramnya (An- Nabhānī, 2012: 81). Sedangkan pendapat lainnya, yakni menurut al-marāgī, beliau berpendapat bahwa seseorang menundukkan pandangannya terhadap segala hal yang diharamkan oleh Allah SWT, termasuk memandang dengan dorongan syahwat seksual seksual pada aurat laki-laki atau aurat perempuan yang tidak dihalalkan untuk memandangnya, maka hukumnya adalah haram, dan sebaliknya apabila memandangnya tanpa dorongan syahwat seksual, maka hal tersebut tidaklah haram (Al-Marāgī, 1946: 99). Dari penjelasan mengenai praktik gaḍ al-baṣar dalam kegiatan sehari-hari, pada dasarnya perintah tersebut berfungsi sebagai sadd ażżarā i, yaitu menyumbat atau menghambat sesuatu yang bisa atau dimungkinkan menjadi jalan menuju kerusakan maupun kebinasaan, yaitu perzinaan dan hal maḍārat lainnya (Madjid, 1994: 120). Namun kenyataannya, tidak semua manusia memahami bahkan menerapkan aturan mengenai gaḍ al-baṣar dalam kehidupan kesehariannya. Hal ini ditujukan dengan adanya data dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) yang menunjukkan bahwa pada tahun 2010 di Jabotabek, jumlah remaja yang telah hilang keperawanannya mencapai angka 51%, dengan rincian perkotanya adalah Surabaya 54%, Medan 52%, Bandung 47%, dan Yogyakarta 37% (Siauw, 2013: 34). Dari data tersebut, sesungguhnya dalam al-qur an yaitu QS an-nur ayat 30 telah disebutkan

6 adanya perintah untuk gaḍ al-baṣar dan menjaga farj (kemaluan). Sehingga, apabila dalam penjagaan terhadap farj ini dilalaikan, maka perintah untuk gaḍ al-baṣar tentu telah dilanggar sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini penting untuk dilakukan, mengingat adanya dampak dari konsep gaḍ al-baṣar dalam dunia pendidikan Islam, sebagai salah satu jawaban atas kerusakan moral dalam pergaulan yang dialami khusus oleh para remaja, dan masyarakat pada umumnya. Salah satu hubungan dari konsep gaḍ al-baṣar dengan dunia pendidikan adalah perlunya penanaman konsep gaḍ al-baṣar dalam model pembelajaran koedukasi. Di samping itu, pendidikan saat ini begitu erat kaitannya dengan teknologi, misalnya penggunaan internet dan media social bagi pendidikan. Dalam hal ini, manusia akan dimudahkan untuk mengakses berbagai info, termasuk hal-hal yang berbau pornografi, baik dari gambar, video, cerita, dan lainnya. Dari sinilah, penanaman dan pemahaman konsep gaḍ al-baṣar bukan hanya diaplikasikan secara nyata dalam pergaulan antara lawan jenis saja, akan tetapi terhadap hal-hal haram lain secara keseluruhan, seperti mengakses situs atau gambar berbau pornografi, yang bisa menyebabkan kecanduan bagi si pengakses dan secara perlahan dapat merusak mental, pergaulan, dan menjerumuskannya dalam perzinaan. Untuk itu, dalam penelitian ini, peneliti akan menawarkan pemikiran seorang mufassir ternama yang memiliki intelegensi tinggi dalam menafsirkan ayat-ayat al-qur ān, yaitu al-marāgī yang telah menelaah perintah gaḍ al-baṣar dalam kitab tafsinya, yaitu Tafsir al-marāgī. Menurut

7 al-marāgī, perintah gaḍ al-baṣar berlaku saat memandang dengan syahwat seksual terhadap segala hal yang haram untuk dilihat, termasuk aurat lakilaki atau aurat perempuan yang tidak dihalalkan (Al-Marāgī, 1946: 99). Dari pandangan al-marāgī inilah, konsep gaḍ al-baṣar tersebut dinilai lebih moderat, sehingga relevan untuk digalakkan dan diterapkan dalam dunia pendidikan Islam saat ini. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok permasalahan, yaitu: 1. Bagaimana konsep gaḍ al-baṣar menurut penafsiran al-marāgī? 2. Bagaimana relevansi praktik konsep gaḍ al-baṣar al-marāgī dengan pendidikan Islam? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah: 1. Untuk mengkaji konsep gaḍ al-baṣar menurut penafsiran al-marāgī. 2. Untuk menganalisis sejauh mana relevansi praktik konsep gaḍ al-baṣar al-marāgī pendidikan Islam. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan secara teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan dan memperkaya khazanah ilmu

8 pengetahuan, khususnya dibidang tafsir mengenai makna gaḍ al-baṣar dan relevansinya dengan kemampuan interaksi sosial menurut Islam. Adapun kegunaan praktisnya adalah, bahwa penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada lembaga persantren, para muballig, maupun para tokoh agama, yang hendak memberikan pencerahannya kepada masyarakat mengenai gaḍ al-baṣar. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan ini merupakan rangkaian pembahasan yang termuat dan tercakup dalam isi skripsi ini yang antara satu bab dengan bab lain saling berkaitan. Adapun pembahasan dalam penelitian ini disusun menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut: Bab Pertama, adalah Pendahuluan yang berisi Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab Kedua, adalah Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori. Bab Ketiga, adalah Metode Penelitian. Bab Keempat, adalah Hasil dan Pembahasan. Pertama, Biografi al- Marāgī, uraian singkat mengenai Tafsir al- Marāgi, karya-karya al-marāgī. Kedua, penafsiran dan pemikian al-marāgī terhadap ayat-ayat yang membahas tentang gaḍ al-baṣar. Ketiga, Analisis konsep gaḍ al-baṣar menurut al-marāgī untuk mengetahui relevansinya dengan pendidikan Islam.

9 Bab Kelima, adalah Penutup yang terdiri dari Kesimpulan, Saran atau Rekomendasi, dan Kata Penutup.