Manajemen Rantai Pasok Benih Cabai Rawit (Kasus di Yayasan Idep, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar)

dokumen-dokumen yang mirip
MANAJEMEN RANTAI PASOK BENIH CABAI RAWIT. (Kasus di Yayasan Idep, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar)

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah Tenaga Kerja Penduduk Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2014)

Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ.

PENDAHULUAN. semakin berkembangnya zaman, maka semakin tinggi pula tingkat inovasi

BAB II KERANGKA TEORETIS. pemasaran (yang sering disebut dengan istilah saluran distribusi). Saluran

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

Manajemen Rantai Pasok Jamur Tiram di Kota Denpasar

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN PROGRAM STUDI : S1 SISTEM INFORMASI Semester : 5

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

Deskripsi Mata Kuliah

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

KONSEP SI LANJUT. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang cepat dan kompleks sebagai akibat dari

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangannya di perusahaan manufaktur, selain

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. secara finansial maupun didalam menjaga keharmonisan alam. Sektor pertanian

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN TEMBAKAU RAKYAT: Kasus Subak Cengcengan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Oleh Drs. Ketut Mudita, SP. M.Agb.

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM)

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

I. PENDAHULUAN. Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian merupakan bagian integral

Maqfirah Van Tawarniate 1, Elly susanti 1, Sofyan 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

BAB I PENDAHULUAN. bawang merah belum terasa nikmat (Rahayu, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

212 ZIRAA AH, Volume 40 Nomor 3, Oktober 2015 Halaman ISSN ELEKTRONIK

ALUR PIKIR DAN ENAM PILAR PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengatasi krisis ekonomi, Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia telah membuat Ketetapan MPR Nomor

28 ZIRAA AH, Volume 38 Nomor 3, Oktober 2013 Halaman ISSN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BERAS ORGANIK DI KABUPATEN SRAGEN Ragil Saputro, Heru Irianto dan Setyowati

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annum) DI DESA GOMBONG KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

POLA DISTRIBUSI PEMASARAN CABAI ( STUDI KASUS DI TIGA KECAMATAN KABUPATEN SEMARANG ) Oleh : SKRIPSI PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Manajemen Rantai Pasokan

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

No. Uraian Rata-rata/Produsen 1. Nilai Tambah Bruto (Rp) ,56 2. Jumlah Bahan Baku (Kg) 6.900,00 Nilai Tambah per Bahan Baku (Rp/Kg) 493,56

I. PENDAHULUAN. penghidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Secara umum, pengertian

ANALISIS RANTAI PASOK KOMODITI CABAI RAWIT DI KOTA MANADO. Nathallya Angel Josine Lyndon R. J. Pangemanan Caroline B. D. Pakasi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

DISTRIBUSI RANTAI PASOK TOMAT PT BIMANDIRI AGRO SEDAYA DI WILAYAH LEMBANG JAWA BARAT. Elina Sihombing

ANALISIS MARGIN PEMASARAN CABAI RAWIT MERAH DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

ANALISIS JALUR DISTRIBUSI PENJUALAN BUAH JERUK SIAM (Citrus nobilis) DI DESA TARO, KECAMATAN TEGALALANG, KABUPATEN GIANYAR

SCM dalam E-Business. 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang SCM pada e-business

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

MEMPELAJARI JALUR DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN STRAWBERRY DARI KECAMATAN BATURITI KE KOTA DENPASAR.

PERAN PEDAGANG PENGUMPUL DI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA. Husnarti Dosen Agribisnis Faperta UMSB. Abstrak

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Komoditi Kubis 2.2. Sistem Tataniaga dan Efisiensi Tataniaga

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

Tanggal : No. Responden : ANALISIS RANTAI PASOKAN (SUPPLY CHAIN) BUAH NAGA. 1. Nama :.. 2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan. 4. Alamat Rumah :...

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. tambah (value added) dari proses pengolahan tersebut. Suryana (2005: 6)

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN THE ANALYSIS OF FRESH MILK MARKETING IN KABUPATEN KLATEN

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian di Indonesia. Sektor pertanian meliputi subsektor

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN WORTEL DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) KABUPATEN KARANGANYAR

PERDAGANGAN KOMODITAS STRATEGIS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

BAB IV METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

Puryantoro Fakultas Pertanian - Universitas Abdurachman Saleh Situbondo

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

Transkripsi:

Manajemen Rantai Pasok Benih Cabai Rawit (Kasus di Yayasan Idep, Desa Batuan Kaler, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar) GUSTI AYU WIDISATRIANI, I WAYAN WIDYANTARA, DAN I.G.A.A.LIES ANGRENI Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana Jalan PB Sudirman 80232 Bali Email : igustiayuwidisatriani@yahoo.co.id Wayanwidyantara179@gmail.com Liesangreni@gmail.com Abstract Supply Chain Management of Chili Seeds (Case of Idep Foundation, Desa Batuan Kaler, Sub-district Sukawati, Gianyar regency) The purpose of this study is to find out about supply chain management of chili seeds from the producer to the consumer that is conducted and to find out about the efficiency of chili seeds supply chain management on Idep Foundation. The variables analyzed were supply chain and efficiency. There are three indicators in the supply chain variables, namely (1) the pattern of supply chain, (2) marketing margin and (3) the pattern of the value chain. While the efficiency variables consists of two indicators: (1) technical efficiency index and (2) economic efficiency index.based on the results of the analysis can be concluded that there are six kind of supply chain in Yayasan Idep that include Yayasan Idep as suplier, distributor, and retailer. Lowest supply chain contained in the supply chain that only involving suplier with Rp 5.200,00. While the supply chain that involving distributor and retailer has the same margin in the amount of Rp 6.900,00. The most technically efficient supply chain is the supply chain that involving suplier that is equal to 0 gr/km. While the most economically efficient supply chain contained in supply chain that involving distributor and retailer in the amount of Rp 1,02. Keywords: chili seeds, supply chain, marketing margins and efficiency 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pembangunan ekonomi nasional, sektor pertanian mendapat prioritas utama. Hal ini dikarenakan jika ditinjau dari berbagai segi, sektor pertanian merupakan sektor yang dominan dalam ekonomi nasional. Pembangunan pertanian bertujuan meningkatkan produksi pertanian tanaman pangan untuk mencapai swasembada pangan, meningkatkan produksi tanaman industri dan tanaman ekspor, mewujudkan agroindustri dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, serta berusaha meningkatkan pendapatan petani (Iqbal, 2008). http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa 289

Dalam rangka meningkatkan pendapatan petani, tidak dapat dihindari dari penggunaan benih unggul yang merupakan mata rantai pertama dalam proses budidaya tanaman. Peningkatan produksi pertanian pun banyak ditunjang oleh peran benih bermutu. Meski program perbenihan nasional telah berjalan sekitar 30 tahun, tetapi ketersediaan benih bersertifikat belum mencukupi kebutuhan potensialnya.benih menjadi salah satu faktor utama yang menjadi penentu keberhasilan dalam budidaya tanaman. Menurut FAO, peningkatan campuran varietas lain dan kemerosotan produksi sekitar 2,6 % tiap generasi pertanaman merupakan akibat dari penggunaan benih yang kurang terkontrol mutunya. Penggunaan benih bermutu dapat mengurangi resiko kegagalan budidaya karena bebas dari serangan hama dan penyakit, tanaman akan dapat tumbuh baik pada kondisi lahan yang kurang menguntungkan dan berbagai faktor tumbuh lainnya. (Wirawan, 2002). Pentingnya penggunaan benih bermutu merupakan salah satu unsur panca usaha pertanian yang utama dalam upaya peningkatan produksi karena tanpa penggunaan benih unggul yang bermutu, maka penerapan sarana produksi lainnya akan kurang bermanfaat bahkan menimbulkan kerugian petani (Deptan,1999). Sebagai Negara agraris, kebutuhan produk hortikultura cukup tinggi. Potensi ekonomi beberapa tanaman hortikultura sangat besar. Hortikultura adalah komoditas yang memiliki masa depan sangat cerah dari keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimilikinya dalam pemulihan perekonomian Indonesia waktu mendatang (Sunu, 2006). Salah satu komoditi hortikultura yang perlu mendapat perhatian adalah komoditi cabai rawit. Di Kabupaten Gianyar terdapat sebuah yayasan yang membudidayakan benih cabai rawit. Permintaan terhadap benih cabai tersebut cukup tinggi. Sehubungan dengan permintaan benih cabai yang cukup tinggi maka perlu dilakukan manajemen rantai pasok yang baik dalam Yayasan Idep ini agar mampu mencukupi kebutuhan pelanggan seefisien mungkin. 1.2 Tujuan penelitian Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen rantai pasok benih cabai rawit mulai dari produsen sampai ke konsumen yang diterapkan oleh Yayasan Idep. Untuk mengetahui efisiensi manajemen rantai pasok benih cabai rawit pada Yayasan Idep. 2. Metode Penelitian 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Yasayan Idep yang terletak di Desa Batuan Kaler Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar pada bulan Desember 2014 sampai bulan Mei 2015. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive sampling). 290 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa

2.2 Penetuan Sampel Penelitian Penentuan responden petani dalam penelitian ini dengan menggunakan metode sensus yaitu semua anggota populasi petani digunakan sebagai responden. Responden petani dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari populasi tersebut yaitu 20 orang petani. Pengambilan populasi pedagang yang tidak diketahui menggunakan metode snowballing. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam dalam penelitian ini ada dua lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul sebanyak 2 orang, dan pedagang pengecer sebanyak 5 orang. Dalam penelitian ini juga melibatkan informan kunci yaitu pihak-pihak yang bersangkutan pada Yayasan Idep. 2.3 Metode Pengumpulan Data, Variabel Penelitian dan Metode Analisis Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan observasi langsung ke tempat penelitian yaitu Yayasan Idep dan lokasi pembudidayaan benih cabai rawit di Kabupaten Bangli melalui wawancara langsung dengan responden dan informan kunci serta dokumentasi. Adapun variablevariabel dalam penelitian ini adalah analisis rantai pasok yaitu pola rantai pasok serta rantai nilai, dan efisiensi pemasaran baik secara teknis maupun ekonomis. Variabelvariabel tersebut akan dianalisis dengan metode analisis kuantitatif berupa marjin pemasaran dan efisiensi pemasaran, dan analisis kualitatif berupa pola rantai pasok dan rantai nilai. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Karakteristik Responden Petani Karakteristik responden penelitian disini dibagi menjadi karakteristik petani responden dan pedagang responden. Karakteristik petani responden dapat diuraikan menjadi lima yaitu identifikasi umur petani responden, pendidikan responden, status penguasaan lahan, pengalaman membudidayakan benih cabai rawit serta luas tanam cabai rawit. 1. Identifikasi umur petani responden Dari 20 orang petani responden yang bekerjasama dengan Yayasan Idep dalam membudidayakan benih cabai rawit diperoleh data ra-rata tumur petani dengan adalah 61 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum responden petani yang membudidayakan benih cabai rawit berada dalam golongan usia produktif. 2. Pendidikan responden Petani responden yang bekerjasama dengan Yayasan Idep dalam membudidayakan benih cabai rawit memiliki tingkat pendidikan dari SD, SLTP dan SLTA. Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar petani responden menempuh pendidikan sampai jenjang SLTA yaitu sejumlah 60% dari 20 orang petani responden. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa 291

3. Status penguasaan lahan Lahan merupakan faktor produksi yang mempunyai kedudukan paling penting. Hal ini terbukti dari besarnya balas jasa yang diterima oleh lahan dibandingkan faktor-faktor produksi lainnya (Mubyarto, 1995). Hasil penelitian menunjukkan bahwa 20 orang petani responden berstatus sebagai pemilik lahan 100%. 4. Pengalaman responden membudidayakan benih cabai rawit Hasil penelitian menunjukkan bahwa petani responden membudidayakan benih cabai rawit ini belum terlalu lama. Hal ini dapat dilihat bahwa sebanyak 20 orang petani responden atau keseluruhan dari petani responden telah berpengalaman membudidayakan benih cabai rawit ini selama 2 tahun. Hal ini dikarenakan Yayasan Idep selaku pihak yang diajak bekerjasama oleh petani responden memulai usaha pembudidayaan benih cabai rawit ini sejak 2 tahun lalu. 5. Luas tanam cabai rawit Dari 20 orang petani responden atau keseluruhan petani responden memiliki luas tanam cabai rawit dibawah 1 are yaitu 0,5 are. 3.2 Karakteristik Responden Pedagang Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah pedagang sebanyak tujuh orang, yang terdiri atas dua orang pedagang pengumpul, dan lima orang pedagang pengecer. Dalam penelitian ini Yayasan Idep selaku pihak yang diajak bekerjasama oleh petani merupakan pedagang besar. Karakteristik responden pedagang yang akan diuraikan adalah kelompok umur, jenis kelamin, pendidikan dan lamanya berdagang benih cabai rawit. 1. Identifikasi responden pedagang berdasarkan kelompok umur Keseluruhan usia responden pedagang pengumpul, dan pedagang pengecer dalam penelitian ini berkisar 15 sampai dengan 64 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa keselurahan pedagang responden berada dalam golongan usia produktif. 2. Identifikasi responden pedagang berdasarkan jenis kelamin Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 57% pedagang responden merupakan perempuan. Seluruh pedagang pengumpul dalam penelitian ini adalah perempuan, begitu pula dengan pedagang pengecer. Sebanyak 3 orang atau 60% dari pedagang pengecer adalah perempuan. 3. Identifikasi responden pedagang berdasarkan pendidikan Pendidikan formal responden untuk keseluruhan pedagang pengumpul yaitu tamat SLTA. Sedangkan untuk pedagang pengecer sebagian besar yaitu sekitar 80% nya memiliki pendidikan formal tamat perguruan tinggi (S1). 292 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa

4. Identifikasi responden pedagang berdasarkan lamanya berdagang Pengalaman dalam menjual benih cabai rawit ini juga merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap kemampuan pedagang dalam mengembangkan pemasaran benih cabai rawit. Dalam penelitian ini, karena Yayasan Idep baru mengembangkan usaha budidaya benih ini kurang lebih selama 2 tahun jadi tentu saja pengalaman pedagang respon dalam berjualan benih tergolong masih baru berkisar dari 1 sampai 1,5 tahun. 3.3 Kemitraan Petani Pembudidaya Benih cabai Rawit dengan Yayasan Idep Menjalin kemitraan yang erat menjadi salah satu pilar kegiatan dalam menunjang kinerja operasional perusahaan. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Dalam penelitian ini, Yayasan idep bekerjasama dengan 20 orang petani untuk membudidayakan benih hortikultura. Melalui kesepakatan-kesepakatan yang telah disetujui antara kedua belah pihak maka kerjasama ini dapat berlangsung. Keseluruhan petani yang bekerjasama dengan Yayasan Idep ini akan menjual benih yang mereka budidayakan kepada Yayasan Idep dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Untuk benih cabai rawit Petani menjual benih seharga Rp 1,500,- /gram kepada Yayasan Idep. Bahan baku dan sarana produksi dalam pembudidayaan benih pun diperoleh dari Idep. Jadi penentuan komoditi apa yang akan di tanam oleh petani ditentukan oleh Yayasan Idep. 3.4 Pelaku Rantai Pasok pada Tingkat Pedagang Pada komoditas benih cabai rawit, pelaku rantai pasok di tingkat pedagang terbagi ke dalam beberapa level yang terdiri atas pedagang pengumpul sebanyak 2 orang dengan rata-rata penjualan yang dilakukan pedagang pengumpul ini adalah 2.000 gram/minggu, dengan harga jual Rp 7.800,00/gram dan 5 orang pedagang pengecer dengan rata-rata volume penjualan 1.800 gram/minggu. 3.5 Manajemen Rantai Pasok Benih Cabai Rawit Menurut Indrajit (2003), rantai pasok merupakan suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan dan penyaluran barang tersebut. Simichi-Levi dan David (2000) menyatakan manajemen rantai pasok sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, dan tempat penyimpanan lainnya (distributor, retailer, dan pengecer) secara efisien, sehingga produk dapat dihasilkan dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat, lokasi yang tepat, dan waktu yang tepat untuk menurunkan biaya dan memenuhi kebutuhan pelanggan. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa 293

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Pedagang besar (Yayasan Idep) berperan mengumpulkan benih cabai rawit dari petani. Pedagang besar melakukan sortasi dan pengemasan terlebih dahulu sebelum dijual ke pedagang pengumpul dan pengecer. Pedagang pengumpul berperan mengumpulkan benih cabai rawit dari pedagang besar kemudian dijual kepada pedagang pengecer. Pedagang pengecer berperan mengumpulkan benih cabai rawit yang dibeli dari pedagang pengumpul, dan pedagang besar setelah itu menjual ke konsumen. 3.5.1 Pola Rantai pasok Benih Cabai Rawit pada Yayasan Idep Menurut Pujawan (2005), pada suatu rantai pasok terdapat tiga macam aliran yang harus dikelola. Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir (downstream). Kedua, aliran uang (fnansial) yang mengalir dari hilir ke hulu. Ketiga, aliran informasi yang terjadi dari hulu ke hilir atau sebaliknya. Dalam penelitian ini terdapat enam rantai pasok yang dimanfaatkan oleh Yayasan Idep dalam menyalurkan benihnya dengan melibatkan tiga macam aliran yaitu aliran produk atau barang, aliran financial dan aliran informasi. Aliran produk dalam rantai pasok benih cabai rawit pada Yayasan Idep yaitu : 1. Produsen Yayasan idep Pedagang pengepul Pedagang pengecer Konsumen 2. Produsen Yayasan idep Pedagang pengepul Pedagang pengecer Konsumen 3. Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen 4. Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen 5. Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen 6. Produsen Yayasan idep Konsumen Aliran finansial merupakan perpindahan uang yang mengalir dari hilir ke hulu. Aliran keuangan mengalir dari konsumen hingga ke petani produsen. Berdasarkan Gambar 5.1, tentang pola aliran dalam rantai pasokan benih cabai rawit menunjukkan bahwa keuangan mengalir dari konsumen sampai kepada petani produsen. Sistem pembayaran dilakukan secara tunai dan akan terjadi transaksi apabila ada kesepakatan dan kesesuaian produk dengan harga yang ditawarkan. Aliran informasi merupakan aliran yang terjadi baik dari hulu ke hilir maupun sebaliknya dari hilir ke hulu. Informasi yang mengalir berkaitan dengan stok benih, jumlah permintaan, harga benih, maupun informasi terkait peraturan penyimpanan benih. 3.5.2 Marjin Pemasaran Adapun data mengenai marjin pemasaran pada masing-masing rantai pasok dapat dilihat pada Tabel 1. Dibawah ini. 294 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa

Tabel 1. Marjin Pemasaran Masing-masing Pada Komoditas Benih Cabai Rawit di Yayasan Idep Tahun 2015. No Lembaga pemasaran I II Marjin pemasaran (Rp/gram) III IV V VI 1 Pedagang besar ( Idep) 5200 5200 5200 5200 5200 5200 2 Pedagang pengumpul 1100 1100 0 0 0 0 3 Pedagang pengecer 600 600 1700 1700 1700 0 Jumlah 6900 6900 6900 6900 6900 5200 Sumber : diolah dari data primer Tabel 1, menginformasikan bahwa nilai marjin terendah terdapat pada saluran enam yaitu sebesar Rp 5.200,00/gram. Hal ini disebabkan karena saluran pemasaran enam paling pendek dibandingkan dengan lima saluran pemasaran lainnya. Sedangkan lima saluran pemasaran lainnya memiliki nilai marjin yang sama yaitu sebesar Rp 6.900,00/gram. 3.5.3 Pola Rantai Nilai Setiap rantai pasok terdapat proses penambahan nilai. Oleh karena itu harga jual pada setiap rantai akan lebih besar daripada harga pembelian, sebagai akibat dari penambahan biaya. Rantai nilai disini menunjukkan nilai jual benih cabai rawit pada setiap pelaku usaha, sehingga dapat diketahui nilai yang dapat ditambahkan pada setiap tahapan. Dalam setiap rantai nilai pada masing-masing saluran, penambahan nilai tertinggi terdapat pada pedagang besar (Yayasan Idep) yaitu sebesar Rp 5.200,00. 3.6 Efisiensi pada Rantai Pasok Benih Cabai Rawit Efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan (Hasibuan, 1984). Tabel 2. Perbandingan Efisiensi Teknis dan Ekonomis pada Setiap Rantai Pasok No Uraian Rantai Pasok I II III IV V VI 1 Volume Penjualan (gr) 3000 1000 3000 1000 1000 440 2 Harga Jual Petani (Rp/gr) 1500 1500 1500 1500 1500 1500 3 Harga Jual Konsumen (Rp/gr) 8400 8400 8400 8400 8400 6700 4 Total Keuntungan (Rp) 3491.14 3491.14 3481.13 3372.8 3397.8 1997.8 5 Total Biaya (Rp) 3408.86 3408.86 3418.87 3527.2 3502.2 3202.2 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa 295

6 Jarak (km) 8 6 6 5 6.5 0 7 Indeks Efisiensi Teknis (Rp/gr/km) 9.09 20.45 6.84 17.64 22.76 0.00 8 Indeks Efisiensi Ekonomis Rp (π/c) 1.024 1.024 1.018 0.96 0.97 0.62 Nilai indeks efisiensi teknis yang paling rendah terdapat pada rantai pasok enam yaitu sebesar 0 gr /km. Hal ini menyatakan bahwa rantai pasok tiga sudah dikatakan efisien secara teknis karena nilainya paling rendah. Nilai indeks efisiensi ekonomis yang paling tinggi terdapat pada rantai pasok satu dan dua yaitu sebesar Rp 1,024. Hal ini menyatakan bahwa rantai pasok satu dan dua sudah dikatakan efisiensi secara ekonomis dimana satu unit biaya lebih besar maka dikatakan efisien secara ekonomis. 4. Penutup 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis manajemen rantai pasok pada Yayasan Idep maka dapat disimpulkan 1. Terdapat enam rantai pasok yang dimanfaatkan oleh Yayasan Idep dalam menyalurkan benih cabai rawit yaitu : a) Produsen Yayasan idep Pedagang pengepul Pedagang pengecer Konsumen b) Produsen Yayasan idep Pedagang pengepul Pedagang pengecer Konsumen c) Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen d) Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen e) Produsen Yayasan idep Pedagang pengecer Konsumen f) Produsen Yayasan idep Konsumen 2. Rantai pasok yang paling efisien secara teknis yang memiliki nilai terendah terdapat pada rantai pasok yang melibatkan Yayasan Idep saja sebagai pedagang besar yaitu sebesar 0 gr /km. Sedangkan efisiensi secara ekonomis terdapat pada rantai pasok yang melibatkan Yayasan idep selaku pedagang besar, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer yaitu sebesar Rp 1,02. 4.2 Saran 1. Yayasan Idep sebaiknya lebih meningkatkan lagi produksi benih cabai rawitnya sehingga penjualan benih cabai rawitnya secara langsung dapat lebih ditingkatkan, karena rantai pasok enam merupakan rantai pasok yang paling efisien dan efektif bagi Yayasan Idep. Apabila Yayasan Idep mampu meningkatkan penjualannya secara langsung, maka hal ini dapat meminimalkan biaya transportasi. 296 http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa

2. Mengingat kebutuhan benih di Bali yang cukup tinggi, sebaiknya target pasar dalam pemasaran benih cabai rawit ini tidak hanya di seputaran Kabupaten Gianyar dan Denpasar, tetapi juga nantinya bisa dipasarkan ke seluruh Bali. 5. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini, yaitu kepada Yayasan Idep khususnya Bapak Wayan, Bu Desak dan Kak Ngurah Pagan serta para petani dan pedagang yang bekerjasama dengan Yayasan Idep, dosen pembimbing, orang tua dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu. Daftar Pustaka Deptan. 1999. Kebijakan Pembangunan Pertanian. Jakarta: Departemen Pertanian. Hasibuan, Malayu S.P, 1984, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Gunung Agung. Indrajit, RE dan R. Djokopranoto. 2003. KonsepManajemen Supply Chain : Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. Jakarta: PT Grasindo. Iqbal, M. Dan T. Sudaryanto. 2008. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam Prespektif Kebijakan Pembangunan Pertanian. Analisis Kebijakan Pertanian, Volume 6 No. 2, Juni 2008: 155-173. Mubyarto.1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Pujawan, N. 2005. Supply Chain Management. Surabaya: Guna Widya. Simchi-Levi, David. 2003, Designing and Managing the Supply Chain Concepts, Strategies and Case Studies, 2nd ed., International Edition. McGraw- Hill/Irwin. New York. Sunu dan Wartoyo. 2006. Dasar Horticultura. Surakarta: Jurusan Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. Wirawan,B dan S.Wahyuni. 2002. Memproduksi Benih Bersertifikat. Jakarta: Penebar Swadaya. http://ojs.unud.ac.id/index.php/jaa 297