KINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN KALIMANTAN SELATAN

dokumen-dokumen yang mirip
Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

PENGARUH SURGE FEEDING TERHADAP TAMPILAN REPRODUKSI SAPI INDUK SILANGAN PERANAKAN ONGOLE (PO) SIMENTAL

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERAH EKS-IMPOR DAN LOKAL PADA TIGA PERIODE KELAHIRAN DI SP 2 T, KUTT SUKA MAKMUR GRATI, PASURUAN

PEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL?

PERBEDAAN PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PO DAN BRAHMAN CROSS DI BERBAGAI LOKASI DI JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

PERBAIKAN TEKNOLOGI PEMELIHARAAN SAPI PO INDUK SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS INDUK DAN TURUNANNYA PADA USAHA PETERNAKAN RAKYAT

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE TERHADAP SERVICE PER CONCEPTION DAN CALVING INTERVAL SAPI POTONG PERANAKAN ONGOLE DI KECAMATAN BABAT KABUPATEN LAMONGAN

I. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PO DENGAN SKOR KONDISI TUBUH YANG BERBEDA PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT DI KABUPATEN MALANG

IR. SUGIONO, MP. Lahir : JAKARTA, 13 Oktober 1961

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

Perbaikan Performans Produksi dan Reproduksi Sapi Jabres

I. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu

TEKNOLOGI PAKAN PROTEIN RENDAH UNTUK SAPI POTONG

PENGGUNAAN BAHAN PAKAN LOKAL SEBAGAI UPAYA EFISIENSI PADA USAHA PEMBIBITAN SAPI POTONG KOMERSIAL: Studi Kasus di CV Bukit Indah Lumajang

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

POTENSI SUMBERDAYA PAKAN DI WILAYAH PROPINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*

V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY

TEKNIS BUDIDAYA SAPI POTONG

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI SILANGAN SIMPO dan LIMPO YANG DIPELIHARA DI KONDISI LAHAN KERING

MEMILIH BAKALAN SAPI BALI

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

Jauhari Efendy. Loka Penelitian Sapi Potong Jln. Pahlawan No.2 Grati Pasuruan Jawa Timur ABSTRACT ABSTRAK

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang

POTENSI SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) KEBUMEN SEBAGAI SUMBER BIBIT SAPI LOKAL DI INDONESIA BERDASARKAN UKURAN TUBUHNYA (STUDI PENDAHULUAN)

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGEMBANGAN PERBIBITAN KERBAU KALANG DALAM MENUNJANG AGROBISNIS DAN AGROWISATA DI KALIMANTAN TIMUR

COMPARISON REPRODUCTION PERFORMANCE OF IMPORTED HOLSTEIN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR

Pengembangan Kelembagaan Pembibitan Ternak Sapi Melalui Pola Integrasi Tanaman-Ternak

PENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat

I. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

KAJIAN MENGURANGI ANGKA KEMATIAN ANAK DAN MEMPERPENDEK JARAK KELAHIRAN SAPI BALI DI PULAU TIMOR. Ati Rubianti, Amirudin Pohan dan Medo Kote

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

PENGGEMUKAN SAPI POTONG POLA LOW EXTERNAL INPUT SUSTAINABLE AGRICULTURE

PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

INDEK FERTILITAS SAPI PO DAN PERSILANGANNYA DENGAN LIMOUSIN

menghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat

Adrial dan B. Haryanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jalan G. Obos Km.5 Palangka Raya

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

PEMBIBITAN SAPI LOKAL (PO) DI PETERNAKAN RAKYAT (DESA BODANG KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG)

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

TABEL 2.1. ESTIMASI KETERSEDIAAN PANGAN JAWA TENGAH 2013 ASEM _2012

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

KAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).

1.1. UMUM. Statistik BPKH Wilayah XI Jawa-Madura Tahun

PERFORMANS PRODUKTIVITAS INDUK SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) BERANAK KEMBAR DAN TURUNANNYA DI KANDANG PERCOBAAN LOLIT SAPI POTONG, PASURUAN

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

POLA PEMBIBITAN SAPI POTONG LOKAL PERANAKAN ONGOLE PADA KONDISI PETERNAKAN RAKYAT

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

TABEL 4.1. TINGKAT KONSUMSI PANGAN NASIONAL BERDASARKAN POLA PANGAN HARAPAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Transkripsi:

KINERJA REPRODUKSI SAPI BRAHMAN CROSS DI TIGA PROVINSI DI INDONESIA: STUDI KASUS DI PROVINSI JAWA TIMUR, JAWA TENGAH DAN KALIMANTAN SELATAN (Reproductive Performance of Brahman Cross in Three Provinces in Indonesia: Case Study in East Java, Central Java and South Kalimantan) YENNY NUR ANGGRAENY, MARIYONO dan P.W. PRIHANDINI Loka Penelitian Sapi Potong, Jl. Pahlawan, Grati, Pasuruan 61084 Abstract Research conducted by survey in three provinces that have many Brahman Cross. They are in East Java (Jember Lumajang and), Central of Java (Pati and Ungaran District) and South Kalimantan (District Tanah Laut, and Hulu Sungai Tengah). Observation is the performance parameter includes anoestrus post partus (APP), service per conception (S/C), days open (DO) and calving interval (CI). East Java. Cow reproductive performance of Brahman Cross in Lumajang is maintained since the beginning in 2006. The parity is 2 3 times: S/C = 2.7 ± 1.6, time, APP = 263.35 + 149.74 days, days open = 287.11 ± 179.03 and CI = 473.96 ± 180.01 days. Cow reproductive performance of Brahman Cross in Jember Regency is maintained in the year since 2006. The parity is 2 times. S/C is 3.44 ± 2.5; APP was 187.20 ± 164.89, DO = 193.09 ± 174.94 and CI = 512.48 ± 48.05 days. Central Java. Reproductive performance of Brahman cow in Pati District Cross is maintained since the start in 2006 and had calving 2 3 times. Value of S/C at the second calving is 4 + 1.93 times while S/C on the three calving is 3 ± 1.50 times; APP = 229.23 ± 365 days; DO = 433 ± 244.69 days, CI for calving from the first to the second were 526.34 +136.47 day while CI from the second to three are 377.50 + 21.92. Cow reproductive performance of Brahman Cross in Semarang District is maintained since the beginning of the year 2007 2008. S/C = 1.65 + 1.10 times, APP is a 249 + 201.44 and the days open is 300.68 + 216.34 days, CI from the first to second calving were 564.95 ± 127.86 day whereas the CI from second to the three are 377.50 + 21.92. South Kalimantan. Value of S/C in the Tanah Laut regency 3.80 + 2.33 times, APP = 171 + 102.91 day, DO = 314 + 154.60 day. CI between first to second calving is 371 + 49 days. In Hulu Sungai Tengah regency. Value of service per conception (S/C) is 3.07 + 1.59 times. APP = 97.5 + 74.79 day, and DO = 263.22 + 152.93 days, CI from first to the second calving were 502.08 + 130.54 days. Key Words: Reproduction Performance, Brahman Cross ABSTRAK Penelitian dilakukan secara survei di tiga provinsi yang padat populasi sapi potong induk asal impor beserta turunannya di yaitu Jawa Timur (Kabupaten Lumajang dan Jember), Jawa Tengah (Kabupaten Pati dan Ungaran) dan Kalimantan Selatan (Kabupaten Tanah Laut Dan Hulu Sungai Tengah). Tujuan penelitian ini adalah memperoleh informasi kinerja reproduksi sapi Brahman Cross di Indonesia. Parameter pengamatan adalah performans reproduksi meliputi birahi sesudah melahirkan (anoestrus post partus/app), service per conception (S/C), days open (DO) dan calving interval (CI). Jawa Timur. Performans reproduksi induk sapi Brahman Cross di Kabupaten Lumajang adalah sejak mulai dipelihara pada tahun 2006 telah beranak 2 3 kali: S/C = 2,7 ± 1,6, kali, APP = 263,35 + 149,74 hari, days open = 287,11 ± 179,03 dan CI = 473,96 ± 180,01 hari. Performans reproduksi induk sapi Brahman Cross di Kabupaten Jember adalah sejak dipelihara pada tahun 2006 telah beranak 2 kali. S/C adalah 3,44 ± 2,5; APP adalah 187,20 ± 164,89, DO = 193,09 ± 174,94 dan CI = 512,48 ± 48,05 hari. Jawa Tengah. Performans reproduksi induk sapi Brahman Cross di Kabupaten Pati adalah sejak mulai dipelihara pada tahun 2006 dan sudah beranak 2 3 kali. Nilai S/C anak ke 1 = 4 ± 1,93 kali sedang S/C anak ke-2 adalah 526,34 ± 136,47 hari sedangkan CI antara anak ke-2 dan ke- 3 = 377,50 ± 21,92. Performans reproduksi induk sapi Brahman Cross di Kabupaten Semarang adalah sejak mulai dipelihara pada tahun 2007 2008. S/C = 1,65 ± 1,10 kali, APP adalah 249 ± 201,44 hari dan lama kosong adalah 300,68 ± 216,34 hari, CI antara anak ke-1 dan ke-2 adalah 564,95 ± 127,86 hari sedangkan CI anak ke-2 dan ke-3 adalah 377,50 ± 21,92. Kalimantan Selatan. Nilai S/C di Tanah Laut adalah 3,80 ± 2,33 73

kali, APP = 171 ± 102,91 hari, DO = 314 ± 154,60 hari. CI antara anak ke-1 dan ke-2 = 371 ± 49 hari. Di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Nilai service per conception (S/C) adalah 3,07 ± 1,59 kali. APP = 97,5 ± 74,79 hari, dan DO = 263,22+152,93 hari, CI anak ke-1 dan ke-2 adalah 502,08 ± 130,54. Kata Kunci: Kinerja Reproduksi, Sapi Brahman Cross PENDAHULUAN Daging merupakan salah satu bahan pangan yang sangat penting dalam mencukupi gizi masyarakat dan merupakan komoditi yang mempunyai nilai ekonomi sangat strategis. Pemenuhan kebutuhan daging sapi nasional saat ini belum dapat dipenuhi oleh pasokan dalam negeri, hal ini disebabkan peningkatan permintaan tidak dapat diimbangi oleh pertambahan populasi dan peningkatan produksi (BADAN LITBANG PERTANIAN, 2005) sehingga dalam Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan 2005 2010 menetapkan daging sapi sebagai salah satu komoditas pangan strategis. Rencana aksi tersebut berupa program menuju kecukupan daging sapi 2010 yang bertujuan untuk mengakselerasi peningkatan produksi daging sapi dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor daging dan sapi bakalan (PUSLITBANG PETERNAKAN, 2006). Program aksi perbibitan sapi induk Brahman Cross ex-impor dilakukan untuk menyukseskan Program Swasembada Daging Sapi tahun 2010 dilakukan baik melalui peningkatan produktivitas maupun peningkatan populasi namun usaha ini menemui kendala pada populasi induk, sehingga alternative dalam peningkatan populasi tersebut adalah dengan mengimpor sapi induk Brahman Cross dari Australia. Sapi Brahman Cross di Negara asalnya (Australia) dipelihara secara ekstensif pada padang penggembalaan, tanpa tali hidung, hidup berkoloni dalam jumlah besar, perkawinan secara alami, pemberian pakan baik secara kuantitatif maupun kualitatif terpenuhi. Sapi Brahman Cross di Indonesia, setelah melalui proses adaptasi minimal 3 bulan di feed loter, sapi tersebut dibagikan pada masyarakat dalam kondisi bunting, bertali hidung dan masih dalam temperamen yang liar. Sapi Brahman Cross mulai diimport dari Australia pada tahun 1973 ditempatkan di Sulawesi. Hasil pengamatan di Sulawesi Selatan menunjukkan calf crops 42,54% dan pertambahan berat badan harian 0,38 kg/hari (HARDJOSUBROTO, 1984). Selanjutnya pada tahun 1975, sapi Brahman Cross didatangkan ke Pulau Sumba dengan tujuan utama untuk memperbaki mutu genetik sapi Ongole di Pulau Sumba. Impor sapi Brahman Cross induk ke Indonesia dilakukan secara besar-besaran mulai tahun 2006 dalam rangka percepatan pencapaian swasembada daging sapi 2010. Pemeliharaan sapi Brahman Cross ditingkat peternak memakai tali hidung, dikandangkan sendiri atau dalam kelompok kecil dalam tempat yang sempit, belum sepenuhnya adaptasi, pemberian pakan yang kuantitas dan kualitasnya tidak memenuhi. Akibat perbedaan manajemen pemeliharaan tersebut menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi (slow breeder) ditandai dengan tidak munculnya gejala birahi pada sapi yang belum bunting maupun setelah beranak. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi kinerja reproduksi sapi Brahman Cross di Indonesia MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan secara survei pada dua agroekosistem yaitu dataran tinggi dan dataran rendah di tiga provinsi yang padat populasi sapi potong induk asal impor beserta turunannya, yaitu Kalimantan Selatan, Jawa Timur dan Jawa Tengah/DI Yogyakarta. Setiap provinsi terdiri atas dataran rendah (tanah basah dan kering) dan tinggi (tanah basah dan kering) dengan masing-masing lokasi adalah 30 sampel. Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan koordinasi terlebih dahulu dengan beberapa dinas/instansi terkait (seperti Dinas Peternakan/BPTP/Ditjen peternakan) ke-3 propinsi yang berdasarkan data sekunder mempunyai sapi potong eks impor dan turunannya. Data ini digunakan sebagai dasar pertimbangan menentukan calon lokasi penelitian. Kabupaten/kecamatan/desa di propinsi terpilih yang mempunyai sapi potong 74

eks-impor dengan populasi cukup tinggi, akan diprioritaskan menjadi lokasi kegiatan. Teknik pengambilan data dilapangan, dilakukan bersama instansi terkait dengan melakukan pengamatan langsung ke ternak dan wawancara ke peternak atau ke key person/petugas terkait. Parameter pengamatan adalah performans reproduksi meliputi performans reproduksi meliputi birahi sesudah melahirkan (anoestrus post partus/app), service per conception (S/C), days open (DO) dan calving interval (CI). Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif. Jawa Timur HASIL DAN PEMBAHASAN Program aksi perbibitan sapi induk Brahman Cross ex-impor dilakukan untuk menyukseskan Program Percepatan pencapaian Swasembada Daging Sapi tahun 2010. Pengembangan kawasan pembibitan sapi Brahman Cross dilakukan di pedesaan yang di fasilitasi melalui pengadaan bibit ternak dengan pola pengembangan bergulir. Aksi perbibitan sapi Brahman Cross di provinsi Jawa Timur dilakukan mulai tahun 2006 sebanyak 192 ekor yang disebarkan di 3 Kabupaten yaitu Jember, Lumajang dan Probolinggo. Pada tahun 2007 sebanyak 700 ekor disebarkan di 5 Kabupaten yaitu Ngawi, Nganjuk, Lamongan, Mojokerto dan Probolinggo. Pada tahun 2008 dilakukan penebaran di 6 Kabupaten yaitu Madiun, Kediri, Blitar, Tulungagung dan Trenggalek. Arah program kegiatan perbibitan sapi Brahman Cross di Provinsi Jawa Timur adalah dengan pembentukan Village Breeding Centre melalui upaya pemurnian bibit sapi Brahman Cross dengan pola grading up menggunakan semen beku pejantan sapi Brahman sampai generasi 3. Hasil pengamatan terhadap performans reproduksi sapi Brahman Cross di 2 kabupaten di Propinsi Jawa Timur ditampilkan pada Tabel 1. Sapi Brahman Cross Induk di Kabupaten Lumajang mulai dipelihara pada tahun 2006 dan sudah beranak 2 3 kali. Nilai service per conception (S/C) adalah 2,7 ± 1,6, kali. Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 263,35 ± 149,74 hari. Lama kosong adalah Days Open 287,11 ± 179,03 dan selang beranak 473,96 ± 180,01 hari. Tabel 1. Performans reproduksi sapi Brahman Cross di Jawa Timur (Lumajang dan Jember) Uraian Lumajang Jember S/C (kali) 2,7 ± 1,6 3,44 ± 2,5 (n = 30) APP (hari) 263,35 ± 149,74 (n = 27) DO (hari) 287,11 + 179,03 (n = 27) CI (hari) 473,96 ± 180,01 (n = 25) 187,20 ±164,89 193,09 ± 174,94 512,48 ± 48,05 S/C: service per conception; APP: anoestrus post partus; DO: days open; CI: calving interval Performans reproduksi sapi Brahman Cross induk di Kabupaten Jember dilakukan di daerah dataran rendah pada 30 ekor ternak. Ternak mulai dipelihara pada tahun 2006 dan sudah beranak 2 kali. Nilai service per conception (S/C) adalah 3,44 ± 2,5; timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 187,20 ±164,89, lama kosong adalah 193,09 ± 174,94 dan selang beranak 512,48 ± 48,05 hari. Informasi berat badan, skor kondisi tubuh, jenis dan konsumsi pakan sapi Brahman Cross di Kabupaten Jember dan Kabupaten Lumajang Jawa Timur ditampilkan pada Tabel 2. Jenis pakan yang diberikan pada sapi Brahman Cross di Kabupaten Jember adalah rumput Gajah, rumput lapang, jerami jagung, pucuk tebu dan dedak. Total konsumsi segar adalah 32,80 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energy dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 8,65 kg; 0,76 kg dan 4,51 kg. Kebutuhan bahan kering (BK), (TDN) adalah 7,7 kg; 0,814 kg dan 4,6 kg. Brahman Cross di Kabupaten Lumajang adalah rumput Gajah, rumput lapang, pucuk tebu dan dedak. Total konsumsi segar adalah 40,93 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energi dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 10,23 kg; 0,87 kg dan 5,16 kg. Kebutuhan bahan kering (BK), (TDN) adalah 7,972 kg; 0,831 kg dan 4,702 kg. 75

Tabel 2. Jenis dan konsumsi pakan, berat badan dan skor kondisi tubuh sapi Brahman Cross di Kabupaten Jember dan Lumajang provinsi Jawa Timur Jenis pakan Konsumsi pakan (KG) Jember Lumajang Rumput lapang 23,93 21,58 Rumput Gajah 0,00 14,14 Tebon 8,17 0 Pucuk tebu 0,40 4,67 Dedak 0,31 0,54 Konsumsi total segar 32,80 40,93 Konsumsi total BK 8,65 10,23 Konsumsi total PK 0,76 0,87 Konsumsi total TDN 4,51 5,16 Berat badan sapi Brahman Cross induk 350 ± 6,77 367 ± 8,5 Skor kondisi tubuh (SKT) 5,23 ± 0,67 5,00 ± 0,21 Jawa Tengah Aksi perbibitan sapi Brahman Cross di provinsi Jawa Tengah dilakukan mulai tahun 2006 sebanyak 192 ekor yang disebarkan di 3 kabupaten yaitu: Pati (84 ekor), Kudus (84 ekor), Magelang (84) ekor, Tegal (84 ekor) Banyumas (84 ekor), Banjarnegara (84 ekor) dan Grobogan 74 ekor. Pada tahun 2007 disebarkan di Kabupaten Klaten (150 ekor), Boyolali (99 ekor), Purworejo (50 ekor), Purbalingga (100 ekor), Wonogiri (99 ekor). Penyebaran pada tahun 2008 di lakukan di Kabupaten Semarang dilakukan: Semarang (50 ekor), Temanggung (135 ekor), Wonosobo (150 ekor), Brebes (150 ekor) dan Kebumen 150 ekor. Hasil pengamatan terhadap performans reproduksi sapi Brahman Cross di 2 kabupaten di Provinsi Jawa Tengah ditampilkan pada Tabel 3. Survei sapi Brahman Cross induk di Provinsi Jawa Tengah di lakukan di Kabupaten Pati dan Kabupaten Semarang. Survei reproduksi sapi Brahman Cross induk di Kabupaten Pati dilakukan pada 30 ekor ternak. Ternak mulai dipelihara pada tahun 2006 dan sudah beranak 2 3 kali, Nilai S/C anak ke-1 adalah 4 ± 1,93 kali sedangkan S/C anak ke 2 adalah 3 ± 1,50 kali, Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 365 ± 229,23 hari dan lama kosong adalah 433 ± 244,69 hari. Jarak beranak antara anak ke 1 dan ke 2 adalah 526,34 + 136,47 hari sedangkan jarak beranak antara anak ke 2 dan ke 3 adalah 377,50 + 21,92. Survei lanjutan reproduksi sapi Brahman Cross induk di Jawa Tengah untuk agroekosistem dataran tinggi dilakukan di Kabupaten Semarang (Desa Tambakboyo, Desa Barukan, Desa Gedang Anak,) terhadap 30 ekor ternak. Ternak mulai dipelihara pada tahun 2007 2008. Sapi Brahman Cross Induk pengadaan tahun 2007 sebanyak 35 ekor, 88,7% (31 ekor induk) telah beranak lebih dari 1 kali, Sebanyak 35% (28 ekor pedet) mati pada usia prasapih. Sampai dengan September 2009 populasi sapi Brahman Cross dan turunannya sebanyak 61 ekor (56 ekor betina, 5 jantan). Nilai service per conception (S/C) Tabel 3. Performans reproduksi sapi Brahman Cross di Jawa Tengah (Pati dan Ungaran) Uraian Pati Ungaran S/C anak -2 (kali) 4 ± 1,93 (n = 28) 1,65 ± 1,10 (n = 78) S/C anak -3 (kali) 3 ± 1,50 (n = 12) APP (hari) 365 ± 229,23 (n = 24) 249 ± 201,44 (n = 58) DO (hari) 433 ± 244,69 (n = 23) 300,68 ± 216,34 (n = 57) CI anak 2 (hari) 565 ± 127,86 (n = 20) 526,34 ± 136,47 (n = 39) CI anak 3 (hari) 3,78 ± 21,92 (n = 2) 408,13 ± 67,25 (n = 7) S/C: service per conception; APP: anoestrus post partus; DO: days open; CI: calving interval 76

adalah 1,65 ± 1,10 kali. Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 249 + 201,44 hari dan lama kosong adalah 300,68 + 216,34 hari, Jarak beranak antara anak ke 1 dan ke 2 adalah 564,95 ± 127,86 hari sedangkan jarak beranak antara anak ke 2 dan ke 3 adalah 377,50 + 21,92 jarak beranak 408,13 + 67,25. Informasi berat badan, skor kondisi tubuh, jenis dan konsumsi pakan sapi Brahman Cross di Kabupaten Pati dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis dan konsumsi pakan, berat badan dan skor kondisi tubuh sapi Brahman Cross di Kabupaten Pati dan Ungaran Provinsi Jawa Timur Jenis pakan Konsumsi Pakan (KG) Pati Ungaran Rumput Gajah 11,16 0,00 Rumput lapang 11,94 25,79 Jerami padi 13,00 18,95 Jerami kacang tanah 2,13 0,00 Jerami jagung 1,94 0,00 Pucuk Tebu 0,16 0,00 Dedak 1,40 0,92 Singkong 0 1,71 Ampas singkong 1,00 0,00 Konsentrat 0,64 0,53 Total konsumsi pakan segar 45,08 47,89 Konsumsi BK 14,64 16,56 Konsumsi PK 1,05 1,08 Konsumsi TDN 6,92 7,39 Berat badan sapi Brahman Cross induk 450,55 ± 10,67 450 ± 11,12 Skor kondisi tubuh 4,97 ± 1,12 5,26 ± 0,75 Brahman Cross di Kabupaten Pati adalah rumput Gajah, rumput lapang, jerami padi, jerami kacang tanah, jerami jagung, pucuk tebu, dedak, ampas singkong dan konsentrat pabrik. Total konsumsi segar adalah 45,08 kg, konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energi dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 14,64 kg; 1,05 kg dan 6,92 kg, Kebutuhan bahan kering (BK), (TDN) adalah 9,2 kg; 0,911 kg dan 5,3 kg. Brahman Cross di Kabupaten Ungaran adalah rumput lapang, jerami padi, singkong dan konsentrat pabrik. Total konsumsi segar adalah 47,89 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energi dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 47,89 kg; 1,08 kg dan 7,39 kg, Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) adalah 9,2 kg; 0,911 kg dan 5,3 kg. Kalimantan Selatan Hasil pengamatan terhadap performans reproduksi sapi Brahman Cross di 2 kabupaten di Propinsi Kalimantan Selatan ditampilkan pada Tabel 5. Survei sapi Brahman Cross induk di Provinsi Kalimantan Selatan di lakukan di Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Tanah Laut mewakili agroekosistem dataran rendah. Nilai S/C di Tanah Laut adalah 3,80 ± 2,33 kali. Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 171 ± 102,91 hari dan lama kosong adalah 314 ± 154,60 hari. Jarak beranak antara anak ke 1 dan ke 2 adalah 371 ± 49 hari. Survei lanjutan reproduksi sapi Brahman Cross induk di daerah beragrosistem dataran tinggi dilakukan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Nilai service per conception (S/C) adalah 3,07 ± 1,59 kali. Timbulnya birahi pertama setelah beranak adalah 97,5 ± 74,79 hari dan lama kosong adalah 263,22 ± 152,93 hari. Jarak beranak antara anak ke-1 dan ke-2 adalah 502,08 ± 130,54. Jenis konsumsi pakan, berat badan dan skor kondisi tubuh sapi Brahman Cross di Kalimantan Selatan ditampilkan pada Tabel 6. Brahman Cross di Kabupaten Tanah Laut adalah rumput lapang, dedak dan konsentrat. Total konsumsi segar adalah 45,08 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energi dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 63,50 kg; 77

Tabel 5. Performans reproduksi sapi Brahman Cross di Kalimantan Selatan (Tanah Laut & Hulu Sungai Tengah) Uraian Tanah Laut Hulu Sungai Tengah S/C anak 2 (kali) 3,80 ± 2,33 (n = 44) 3,07 ± 1,59 (n = 14) APP (hari) 171 ± 102,91 (n = 44) 97,5 ± 74,79 (n = 8) DO (hari) 314 ± 154,60 (n = 42) 263,22 ± 152,93 (n = 9) CI anak 2 (hari) 371 ± 49 (n = 9) 502,08 ± 130,54 (n = 12) S/C: service per conception; APP: anoestrus post partus; DO: days open; CI: calving interval. Tabel 6. Jenis dan konsumsi pakan, berat badan dan skor kondisi tubuh Jenis pakan Tanah Laut Konsumsi pakan (KG) Hulu Sungai Tengah Rumput lapang 47 69,29 Rumput Gajah 12,5 0 Jerami padi segar 5 0 Dedak 0,5 0 Konsentrat 0,25 0 Ketela pohon 0,25 0 Total konsumsi pakan segar 63,5 69,29 Konsumsi BK 13,97 14,50 Konsumsi PK 0,98 1,02 Konsumsi TDN 7,00 7,10 Berat badan 476,54 ± 10,67 489 ± 20,25 Skor kondisi tubuh 5,71 ± 0,49 7,20 ± 0,33 0,98 kg dan 7,00 kg, Kebutuhan bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrient (TDN) adalah 9,564 kg; 0,9349 kg dan 5,456 kg Brahman Cross di Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah rumput lapang, dedak dan konsentrat. Total konsumsi segar adalah 69,29 kg. Konsumsi bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan energy dalam total digestible nutrient (TDN) masing-masing adalah 16,56 kg; 1,08 kg dan 7,39 kg. Kebutuhan bahan kering (BK), (TDN) adalah 9,746 kg; 0,95 kg dan 5,53 kg. Pembahasan Tujuan awal dari impor sapi induk Brahman Cross adalah untuk meningkatkan populasi baik induk maupun pedet yang lahir di Indonesia. Namun tujuan tersebut belum bisa terpenuhi disebabkan performans reproduksi sapi induk Brahman Cross dan viabilitas pedet yang rendah. Performans reproduksi yang rendah tercermin dari tingginya nilai S/C, panjangnya APP dimana pada akhirnya menyebabkan jarak beranak yang panjang. PAMBUDI (2009) menyatakan karena performans reproduksi yang rendah pada sapi Brahman Cross disebabkan oleh perbedaan manajemen pemeliharaan antara di Australia dan di Indonesia. Sapi Brahman Cross di Negara asalnya (Australia) dipelihara secara ekstensif pada padang penggembalaan, tanpa tali hidung, hidup berkoloni dalam jumlah besar, perkawinan secara alami, pemberian pakan baik secara kuantitatif maupun kualitatif terpenuhi. Pemeliharaan sapi 78

Brahman Cross ditingkat peternak memakai tali hdung, dikandangkan sendiri atau dalam kelompok kecil dalam tempat yang sempit, belum sepenuhnya adaptasi, pemberian pakan yang kuantitas dan kualitasnya tidak memenuhi. Akibat perbedaan manajemen pemeliharaan tersebut menyebabkan terjadinya gangguan reproduksi (slow breeder) ditandai dengan tidak munculnya gejala birahi pada sapi yang belum bunting maupun setelah beranak, masa estrus yang lebih pendek yaitu 6,7 ± 0,8 serta munculnya gangguan pada ovarium seperti corpus luteum persistence, hipofungsi ovary dan cystic foliculair. VANDEPLASSHE (1982) menyatakan bahwa APP yang panjang disebabkan oleh makanan yang kurang berkualitas, temperature lingkungan yang panas, infeksi parasit, penyakit reproduksi, tubuh yang kurus dan stress akibat menyusui. Pada sapi induk, skor kondisi tubuh (SKT) merupakan petunjuk yang bagus untuk menentukan status kecukupan nutrisi dan produktivitas bila dibandingkan dengan berat badan. Skor kondisi tubuh yang ideal untuk menunjang reproduksi yang normal adalah > 4 sampai 8 (WINUGROHO dan TELENI, 1993). Berdasarkan hasil pengamatan di tiga provinsi SKT pada sapi Brahman Cross mempunyai SKT4,97 ± 1,12 (Pati) hingga 7,20 ± 0,33 yang ideal untuk menunjang reproduksi. Meskipun sapi Brahman Cross induk mempunyai SKT ideal untuk menunjang reproduksi namun performans reproduksinya menunjukkan hasil yang tidak maksimal ditunjukkan dengan buruknya nilai S/C, APP, DO dan CI, akibatnya banyak sekali sapi induk Brahman Cross yang dijual kemudian ditukar dengan sapi local oleh peternak pemelihara. Performans reproduksi sapi Brahman Cross yang di impor dari Australia pada tahun 1973 di Sulawesi Selatan mempunyai nilai calf crop hanya 42,54%. Berdasarkan pengamatan terhadap SKT dan performans reproduksi sapi induk Brahman Cross induk di 3 propinsi diduga adaptasi yang rendah terhadap pola pemeliharaan di Indonesia, akibatnya terjadinya gangguan reproduksi (slow breeder) ditandai dengan tidak munculnya gejala birahi pada sapi yang belum bunting maupun setelah beranak dan masa birahi yang pendek. Pemendekan periode APP pada sapi Brahman Cross salah satunya dapat dilakukan dengan: (1) pemberian vitamin ADE 3 ml intra musculair dengan selang 3 hari selama 45 hari; (2) dipelihara dalam kandang kelompok dengan manajemen kawin alam. KESIMPULAN Sapi Brahman belum mampu beradaptasi pada manajemen pemeliharaan di Indonesia ditandai buruknya performans reproduksinya sehingga informasi reproduksi sapi Brahman Cross diharapkan dapat digunakan untuk menentukan strategi peningkatan efisiensi reproduksi sapi Brahman Cross induk. Disarankan usaha untuk memperbaiki reproduksinya adalah dengan introduksi kandang kelompok dengan manajemen kawin alam, aplikasi hormon serta pemberian mikromineral. DAFTAR PUSTAKA BADAN LITBANG PERTANIAN. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Sapi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. HARDJOSUBROTO, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. HARDJOSUBROTO, W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta. MARTOJO, H. 1988, Performans Sapi Bali dan Persilangannya, Seminar Ekspor Ternak Potong, Jakarta, Kumpulan Makalah. PAMBUDI, G.T. 2009. Sejarah dan Pertumbuhan Sapi Brahman Cross di Indonesia. ternakonline. wordpress.com/.../sejarah-dan-pertumbuhansapi-brahman-cross-di-indonesia/5 Mei 2010 PUSLITBANG PETERNAKAN. 2006. Rencana Tindak, Program Menuju Kecukupan Daging Sapi 2010, Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta. WINUGROHO, M. 2002. Strategi pemberian pakan tambahan untuk memperbaiki efisiensi reproduksi induk sapi. J. Litbang Pertanian, 21(21) Juli, 2003 79