BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen sejumlah dana dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Setiap investor atau orang yang melakukan investasi pada dasarnya mempertimbangkan hasil (return) atas investasi yang dilakukannya, atau yang disebut dengan imbal hasil. Instrumen investasi pada dewasa ini cukup banyak seperti perbankan (tabungan, deposito), mata uang (US-Dollar, Euro, Poundsterling), logam mulia (emas, berlian),pasar modal (saham, obligasi, reksadana), tanah, pendidikan, dan lain sebagainya. Dunia pasar modal yang menjanjikan, membuat banyak orang mulai berinvestasi di dunia pasar modal. Tujuan investor menanamkan dananya di pasar modal adalah untuk mendapatkan keuntungan return tertentu atau keuntunganseoptimalnya dengan resiko seminimal mungkin. Investasi pada umumnya dapat dikelompokan dalam dua golongan utama, yaitu investasi dalam bentuk real assets dan investasi dalam bentuk financial assets (Bodie, 2006:65). Real assets umumnya bersifat tangible (berwujud) seperti tanah, emas, bangunan, dan lain sebagainya. Financial assets dapat berupa saham, obligasi, deposito, dan sejenisnya yang diperdagangkan dipasar uang dan pasar modal. Pasar uang (financial market) adalah pasar yang memperdagangkan instrument-intrumen utang berjangka pendek (kurang dari satu tahun), sedangkan pasar modal / capital market adalah pasar yang memperdagangkan instrumentinstrumen saham dan utang berjangka panjang (Obligasi, Reksadana, SUN atau Surat Utang Negara, ORI atau Obligasi Ritel Indonesia, dan sebagainya) (www.bi.go.id). 1
2 Pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber dana bagi perusahaan, terutama perusahaan yang telah go public. Perusahaan akan mendapatkan berbagai keuntungan melalui pasar modal, seperti likuiditas, pemenuhan kebutuhan dana, sumber modal, dan akses yang luas terhadap berbagai tipe investor. Keuntungan yang akan didapat investor melalui pasar modal adalah sumber dana tambahan yang berasal dari capital gain (selisih harga jual dan beli) dan deviden (alokasi keuntungan perusahaan kepada pemegang saham). Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal atau investor (Husnan, 2006:5). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen keuangan di atas. Menurut Cheng dalam Thobrarry (2009) dikatakan bahwa investasi dipasar modal dipengaruhi oleh informasi yang didapatkan dari analisis teknikal dan atau analisis fundamental. Analisis Teknikal adalah suatu analisis atau metode pendekatan suatu harga saham, valas, kontrak berjangka, indeks, dan beberapa instrument keuangan lain yang berdasarkan pada pola pergerakan harga komoditi yang berulang atau analisis terhadap pergerakan dimasa lampau (menggunakan data historis). Analisis fundamental adalah metode analisis menggunakan kekuatan fundamental dari suatu negara. Secara umum kekuatan fundamental suatu negara ditujukan dengan data-data ekonomi bersangkutan termasuk berita, laporan bisnis, indikasi kebijakan pemerintah, serta laporan lainya termasuk rumor.
3 Dalam pasar modal, salah satu instrument yang diperdagangkan adalah saham. Saham adalah bukti kepemlikan atas laba, aset, dan modal suatu perusahaan. Indeks harga saham adalah indikator atau cerminan pergerakan harga saham. Indeks merupakan salah satu pedoman bagi investor untuk melakukan investasi di pasar modal, khususnya saham. Saat ini Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, salah satunya IHSG. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah indeks yang menampilkan perkembangan keseluruhan pergerakan harga saham perusahaan yang terdapat pada pasar modal yang mengacu kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan adanya IHSG investor dapat menilai kinerja pasar yang berhubungan dengan harga saham dan volume transaksi secara harian. IHSG mempunyai tiga manfaat utama, yaitu: sebagai penanda arah pasar, pengukur tingkat keuntungan, dan tolok ukur kinerja portofolio. Berikut data historis pertumbuhan IHSG periode tahun 1992 sampai dengan tahun 2013, yakni: Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan IHSG periode 1992 2013 (Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2013)
4 Berdasarkan data empiris diatas memperlihatkan perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mulai tahun 1992 hingga tahun 2013. Perkembangan IHSG cenderung mengalami peningkatan, meskipun pada setiap periode waktunya mengalami fluktuasi. Pada grafik tersebut fluktuasi paling tinggi terjadi pada periode tahun 2008/2009 dimana nilai indeks mengalami penurunan yang sangat drastis, dari nilai 2.688 menjadi 1.111, kemudian awal tahun 2009 nilai IHSG terus mengalami peningkatan. Pada periode waktu 2012/2013 pun nilai IHSG masih mengalami fluktuasi. Secara teoritical dam temuan dilapangan, fluktuasi suatu indeks disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kondisi ekonomi, kondisi indutri, dan kinerja perusahaan (Husnan, 2006:35). Berikut data perkembangan faktor fundamental ekonomi makro dan IHSG sebagai berikut: Gambar 1.2 Perkembangan Faktor Fundamental Ekonomi dan IHSG Periode 2008-2014 (Sumber: Olahan Peneliti, 2015)
5 Berdasarkan grafik diatas faktor fundamental ekonomi makro tidak selalu sejalan dengan perubahan grafik IHSG atau tidak konsisten pada teoritical. Inflasi terhadap IHSG memberikan dampak yang berlawanan arah tetapi pada tahun 2010, 2012, & 2014 kenaikan inflasi berdampak terhadap kenaikan IHSG pula. Kenaikan nilai PDB diharapkan dapat meningkatkan nilai IHSG, tetapi pada tahun 2008 & 2013, kenaikan PDB tidak dapat meningkatkan IHSG. Nilai kurs berdampak terbalik terhadap IHSG, namun pada tahun 2008, 2009, 2010, & 2013 kurs berdampak searah terhadap IHSG. Harga minyak dunia yang meningkat dapat meningkatkan nilai IHSG dan sebaliknya, akan tetapi pada tahun 2012, 2013, & 2014 penurunan harga minyak dunia tidak diikuti oleh penurunan IHSG. Terakhir harga emas dunia, bahwa kenaikan harga emas dunia berdampak pada kenaikan nilai IHSG pula, tetapi pada tahun 2012 & 2014 penurunan harga emas dunia tidak berdampak pada penurunan IHSG Berdasarkan analisa dan data tersebut, maka bisa disimpulkan kondisi dari perekonomian secara makro dapat mempengaruhi kinerja dari IHSG baik secara langsung maupun tidak. Selain faktor fundamental ekonomi, kondisi stabilitas, politik, dan sosial suatu negara juga memberikan dampak terhadap kinerja Pasar Modal tidak terkecuali Bursa Saham. Hal-hal diataslah yang sering diperhatikan oleh investor yang akan berinvestasi di Pasar Modal atau Bursa Saham. Mengingat Pasar Modal Indonesia masih dianggap sedang berkembang dengan baik, sehingga tidak dipungkiri bahwa investor asing ternyata tertarik untuk menginvestasikan dananya di Pasar Modal Indonesia. Sekalipun peranan dan jumlah investor domestik semakin meningkat akan tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa terdapat kebiasaan dari investor domestik untuk melakukan strategi follower pada investor asing atau setidaknya investor domestik menggunakan perilaku investor asing sebagai acuan (Cahyono, 2000:93).
6 Menurut Tandelilin (2007:211) menyebutkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara saham dan kondisi fundamental ekonomi makro, dan menunjukan bahwa perubahan pada harga saham selalu terjadi sebelum adanya perubahan ekonomi. Ada dua alasan yang mendasari perubahan tersebut. Pertama harga saham yang terbentuk merupakan cerminan ekspektasi investor terhadap earning, dividen, dan tingkat bunga yang terjadi. Dengan demikian, harga saham yang terbentuk mereflesikan ekspektasi invenstor terhadap kondisi ekonomi dimasa depan, bukan kondisi ekonomi saat ini. Kedua, kinerja pasar modal akan bereaksi terhadap perubahan-perubahan fundamental ekonomi makro seperti perubahan nilai kurs rupiah, inflasi, ataupun pertumbuhan ekonomi. Faktor fundamental ekonomi makro secara penelitian telah terbukti memiliki pengaruh terhadap keputusan investasi di beberapa Negara. Tandelilin (2007: 211) merangkum beberapa faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap investasi disuatu negara, diantaranya pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga, dan nilai kurs. Pengamatan terhadap perubahan indikator makro ekonomi ini, dipercaya bisa membantu investor dalam memutuskan investasi nya di pasar modal. Melihat pergerakan IHSG yang mengalami fluktuasi selama beberapa tahun terakhir, dan didorong oleh kondisi kepemilikan saham yang didominasi oleh investor asing serta kondisi mengenai keterkaitan dan hubungan antara pasar modal dengan faktor makro ekonomi serta dari argumentasi pendapat para ahli, tentunya secara kasat mata dan logika hal tersebut menunjukkan bahwa pergerakan IHSG kemungkinan bukanlah merupakan pergerakan yang sematamata bersifat spekulatif. Hal ini tentunya perlu untuk dibuktikan secara ilmiah. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya ternyata terdapat pendapat mengenai beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan indeks saham suatu negara, diantaranya adalah tingkat harga komoditas dunia terutama energi, nilai tukar mata uang, tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi dan lain sebagainya.
7 Selain hal diatas, terdapat beberapa penelitian terdahulu mencoba untuk meneliti bahwa kondisi fundamental makro ekonomi mempengaruhi indeks harga saham. Hasil penelitian terdahulu menunjukan adanya research GAP antara peneliti-peneliti tersebut, sehingga dapat dijadikan landasan penelitian ini. Berikut ringkasan hasil penelitian terdahulu, yaitu: seperti penelitian yang dilakukan oleh Kewal (2012), Sisbintari (2009), dan Valadkhani, et al (2006) menunjukan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham, akan tetapi hasil penelitian Krisna dan Ni Gusti (2013), Riantani dan Maria (2013) menunjukan hasil yang berbeda yaitu inflasi berpengaruh signifikan. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang mengukur pendapatan suatu negara dan dapat dijadikan indikator pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap Indeks Saham. Hasil penelitian oleh Hismendi et al (2013), Park (1997), dan Sisbintari (2009) menunjukan bahwa PDB berpengaruh signifikan terhadap pergerakan Indeks Harga Saham. Namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Kewal (2012) menunjukan sebaliknya, bahwa nilai PDB yang ada, tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham yang diteliti. Nliai kurs yang juga sering menjadi acuan para investor dan ekonom mengenai kondisi kuat-lemahnya fundamental suatu negara diajadikan acuan penelitian. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hismendi et al (2013) dan Valadkhani, et al (2006) menujukan bahwa nilai kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks suatu saham. namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Amansyah (2013), Liauw (2013), Silim (2012), Sisbintari (2009), Riantani dan Maria (2013) menunjukan bahwa nilai kurs berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham.
8 Sementara itu harga minyak dunia Kilian dan Cheobeon (2007); Lawrence (2013); Silim (2012); Hayo dan Ali M. (2004) menunjukan bahwa harga minyak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan indeks saham, tetapi berdasarkan penelitian Sutanto et al (2013) menujukan harga minyak dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks saham. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Silim (2012); Sutanto et al (2013); Smith (2001) menunjukan bahwa harga emas dunia berpengaruh signifikan terhadap pergerakan harga saham. Namun berdasarkan penelitian berdasarkan Lawrence (2013) menunjukan bahwa hasil yang tidak berpengaruh signifikan terhadap indeks harga saham, sehingga berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan masih terjadi research GAP pada hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat dijadikan landasan penelitian berikutnya Berdasarkan uraian diatas maka, penulis tertarik untuk mengukur variabel Fundamental Makro Ekonomi serta pengaruhnya terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Untuk itu peneliti menyusun penelitian ini dengan judul : Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Ekonomi Makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Periode 2008 2014 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, diketahui ada beberapa faktor yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan, yaitu: faktor fundamental ekonomi makro Serta adanya research gap dari beberapa penelitian terdahulu tentang variabel fundamental ekonomi makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
9 1. Bagaimana perkembangan faktor fundamental makro ekonomi (tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar RP/USD, harga minyak dunia, serta harga emas dunia) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? 2. Bagaimana pengaruh faktor fundamental makro ekonomi (tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar RP/USD, harga minyak dunia, dan harga emas dunia) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara bersama pada periode 2008 2014? 3. Bagaimana pengaruh faktor fundamental makro ekonomi (tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar RP/USD, harga minyak dunia, dan harga emas dunia) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara parsial pada periode 2008 2014? 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud dari penelitian ini adalah untuk diajukan sebagai salah satu syarat menyelesaikan program studi Manajemen S1, Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama Bandung. Serta memberi gambaran sekaligus masukan mengenai pengaruh faktor fundamental ekonomi makro (inflasi, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar-US, pertumbuhan ekonomi, harga minyak dunia, dan harga emas dunia) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. Terkait dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perkembangan faktor fundamental makro ekonomi (tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar RP/USD, harga minyak dunia, dan harga emas dunia) serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)? 2. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh faktor fundamental makro ekonomi (tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar RP/USD, harga minyak dunia, dan harga emas dunia) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara bersama periode 2008 2014?
10 3. Untuk menganalisa seberapa besar pengaruh faktor fundamental makro ekonomi (tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar RP/USD, harga minyak dunia, dan harga emas dunia) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) secara parsial periode 2008 2014? 1.4 Kegunaan Penelitian Dengan melakukan penelitian terhadap pengaruh faktor fundamental ekonomi makro (inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar RP/USD, harga minyak dunia, dan harga emas dunia) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan, maka diharapkan penelitian ini dapat meberikan manfaat baik secara teoritis dan secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh berbagai variable fundamental ekonomi makro terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil penelitian ini, diantaranya: a. Bagi Investor Memberikan gambaran umum tentang keadan saham perusahaan public mengenai pengaruh faktor fundamental ekonomi makro terhadap IHSG, sehingga investor pada saham dapat menentukan strategi perdagangan di pasar modal. b. Bagi Pemerintah Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pihak-pihak yang terkait dalam mengambil suatu kebijakan yang akan berpengaruh terhadap IHSG.
11 c. Bagi peneliti Lain Sebagai landasan penelitian selanjutnya dan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian yang sama dimasa yang akan datang. d. Bagi Penyusun Dapat membuka wawasan baru melalui analisis faktor fundamental ekonomi makro baik nasional dan internasional dalam kaitannya terhadap bursa saham, sehingga penyusun bisa membandingkan antara teori dan praktiknya. e. Bagi Pembaca Diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai karakteristik IHSG dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 1.5 Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory, yaitu suatu penelitian yang memiliki tujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan hubungan sebab-akibat antar dua variabel atau lebih Soehartono (2002:33). Sedangkan bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif, yaitu penelitian yang menguraikan sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari suatu objek penelitian Nazir (2011:54). Tujuannya dari penelitian ini untuk mengumpulkan fakta dan menguraikannya secara menyeluruh dan teliti sesuai dengan persoalan yang akan dipecahkan. Serta pengujian kuantitatif, karena data yang diperoleh nantinya berupa angka, sehingga angka yang diperoleh akan dianalisis lebih lanjut dalam analisis data. Analisis data yang ada dilakukan secara statitika. Analisis statistik adalah suatu cara pengelolaan data agar menjadi informasi dengan menggunakan alat statistik sebagai pengolahnya. Alat statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
12 Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik (Uji Multikolineritas, Uji Autokorelasi, & Uji heteroskedasitas), Uji Korelasi, Koefisien Determinasi, Analisis Regresi. Serta uji signifikansi untuk menguji hipotesis yang dibuat mengunakan Uji-F (secara bersama) dan Uji-t (secara parsial). 1.6 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui peninjauan pustaka dengan mempelajari literatur-literatur terkait seperti buku, jurnal & artikel, serta media lainya yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs-situs keuangan dan berita. Tempat penelitian berlangsung di Universitas Widyatama serta waktu penelitian dimulai dari bulan September 2014 sampai dengan Maret 2015.