PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT SELAMA PRAPARTUM DAN MENYUSUI TERHADAP KINERJA ANAK BABI DI PETERNAKAN RAKYAT

dokumen-dokumen yang mirip
EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

TINGKAT APLIKASI STANDAR KEBUTUHAN NUTRISI TERHADAP KINERJA BABI RAS LEPAS SAPIH

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL DI KODYA KUPANG

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

PENAMBAHAN DAUN KATUK

PENGGUNAAN PELEPAH DAUN KELAPA SAWIT DENGAN PERLAKUAN FISIK, KIMIA, BIOLOGI DAN KOMBINASINYA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN

MATERI DAN METODE. Materi

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

MATERI DAN METODE. Materi

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

Respon Broiler terhadap Pemberian Ransum yang Mengandung Lumpur Sawit Fermentasi pada Berbagai Lama Penyimpanan

RESPONS KOMPOSISI TUBUH DOMBA LOKALTERHADAP TATA WAKTU PEMBERIAN HIJAUAN DAN PAKAN TAMBAHAN YANG BERBEDA

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

PENGARUH LAMA PEMBERIAN BUNGKIL INTI SAWIT (BIS) DALAM RANSUM TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK BABI LANDRACE

KAJIAN TEKNOLOGI BUDIDAYA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN TERNAK BABI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Papua 2

(PRODUCTIVITY OF Two LOCAL DUCK BREEDS: ALABIO AND MOJOSARI RAISED ON CAGE AND LITTER HOUSING SYSTEM) ABSTRACT ABSTAAK PENDAHULUAN

Kususiyah, Urip Santoso, dan Rian Etrias

PENGARUH PEMBERIAN PREMIK PER-ORAL TERHADAP PERFORMANS ANAK BABI MENYUSU

Penampilan Kelinci Persilangan Lepas Sapih yang Mendapat Ransum dengan Beberapa Tingkat Penggunaan Ampas Teh

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

SKRIPSI BUHARI MUSLIM

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

MATERI DAN METODE. Materi

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

Pengaruh Pemberian Pakan Terbatas terhadap Produktivitas Itik Silang Mojosari X Alabio (MA): Masa Pertumbuhan sampai Bertelur Pertama

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

Pengaruh Pemberian Zeolit dalam Ransum Terhadap Performans Mencit (Mus musculus) Lepas Sapih

Jurnal Zootek ( Zootek Journal ) Vol. 37 No. 1 : (Januari 2017) ISSN

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

HASIL DAN PEMBAHASAN

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

BAB III METODE PENELITIAN. energi metabolis dilakukan pada bulan Juli Agustus 2012 di Laboratorium Ilmu

PERTUMBUHAN PRA-SAPIH KAMBING PERANAKAN ETAWAH ANAK YANG DIBERI SUSU PENGGANTI

KAJIAN PENGOLAHAN JERAMI PADI SECARA KIMIA DAN BIOLOGI SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENAMPILAN SAPI PERANAKAN ONGOLE

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

PENGARUH PENGGUNAAN POLLARD DAN ASAM AMINO SINTETIS DALAM PAKAN AYAM PETELUR TERHADAP KONSUMSI PAKAN, KONVERSI PAKAN, DAN PRODUKSI TELUR

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

IMBANGAN HIJAUAN-KONSENTRAT OPTIMAL UNTUK KONSUMSI RANSUM DAN PRODUKSI SUSU SAPI PERAH HOLSTEIN LAKTASI

PEMBERIAN KONSENTRAT DENGAN LEVEL PROTEIN YANG BERBEDA PADA INDUK KAMBING PE SELAMA BUNTING TUA DAN LAKTASI

ENERGI METABOLIS DAN DAYA CERNA BAHAN KERING RANSUM YANG MENGANDUNG BERBAGAI PENGOLAHAN DAN LEVEL CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

PENGARUH KANDUNGAN ENERGI DALAM KONSENTRAT TERHADAP KECERNAAN SECARA IN VIVO PADA DOMBA EKOR GEMUK

Penampilan Reproduksi Induk Babi Landrace yang Dipelihara Secara Intensif di Kabupaten Badung

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PENGGUNAAN PAKAN PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH MENGGUNAKAN SUPLEMEN KATALITIK

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

KARAKTERISTIK UKURAN ORGAN DALAM KARKAS ITIK GENOTIPE PEKING x ALABIO DAN PEKING x MOJOSARI

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERFORMANS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPRODUKSI SUSU SAPI PERAH LAKTASI MELALUI PERBAIKAN PAKAN DAN FREKUENSI PEMBERIANNYA

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

RESPON PRODUKSI SUSU SAPI FRIESIAN HOLSTEIN TERHADAP PEMBERIAN SUPLEMEN BIOMINERAL DIENKAPSULASI SKRIPSI PIPIT

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

Ade Trisna*), Nuraini**)

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

BOBOT LAHIR DAN PERTUMBUHAN ANAK KAMBING PERANAKAN ETAWAH SAMPAI LEPAS SAPIH BERDASARKAN LITTER ZISE DAN JENIS KELAMIN

MATERI DAN METODE. Metode

PENAMPILAN DOMBA LOKAL YANG DIKANDANGKAN DENGAN PAKAN KOMBINASI TIGA MACAM RUMPUT (BRACHARIA HUMIDICOLA, BRACHARIA DECUMBENS DAN RUMPUT ALAM)

Kususiyah, Urip Santoso, dan Debi Irawan. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

PEMANFAATAN LIMBAH SAYUR FERMENTASI TERHADAP PERSENTASE KARKAS PADA DOMBA LOKAL

PRODUKTIVITAS BERBAGAI GALUR BABI RAS IMPOR SELAMA PERIODE LAKTASI

Pengaruh Penggunaan Rumput Kebar (Biophytum petsianum Clotzch) dalam Konsentrat Berdasarkan Kandungan Protein Kasar 19% terhadap Penampilan Kelinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kampung Super dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2016 dikandang

ABSTRAK. Kata kunci : Imbangan Pakan; Efisiensi Produksi Susu; Persistensi Susu. ABSTRACT

USAHA PEMBESARAN ITIK JANTAN DI TINGKAT PETANI DENGAN PENINGKATAN EFISIENSI PAKAN

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

PENGARUH PENGGANTIAN RANSUM KOMERSIAL DENGAN AMPAS TAHU TERHADAP KECERNAAN PAKAN PADA BABI RAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

BAB III MATERI DAN METODE. Februari 2017 di kandang, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

PEMANFAATAN KULIT DAGING BUAH KOPI YANG DIAMONIASI PADA PAKAN DOMBA TERHADAP PERSENTASE NON KARKAS DOMBA LOKAL JANTAN LEPAS SAPIH SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

RINGKASAN. : Ir. Anita S. Tjakradidjaja, MRur.Sc. : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS.

PERUBAHAN TERHADAP KADAR AIR, BERAT SEGAR DAN BERAT KERING SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PENGGUNAAN TAPE KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PAKAN KAMBING SEDANG TUMBUH SKRIPSI WINA J. SIHOMBING

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN KONSENTRAT SELAMA PRAPARTUM DAN MENYUSUI TERHADAP KINERJA ANAK BABI DI PETERNAKAN RAKYAT TIURMA PASARIBU, I, M. SILALAHII, D. ARrrONANGI, dan K. MANIHURUK2 1 Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002, Indonesia 2 Subbalai Penelitian Ternak Sei Putih, Sumatera Utara, Indonesia (Diterima dewan redaksi 18 Juli 1995) ABSTRACT PAsARmu, T.,M.SnALAm, D. ARrroNANG, K. MANniURUK. 1996.The effect of concentrate supplement feed during prepartum and pre-weaning on the performances of piglets kept by small holders. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1(3) : 169-173. An experiment has been conducted to study the effect of concentrate feeding supplement on the performances of piglets. Fourty two sows kept individually were used in the experiment. Treatments were assigned to 3x2 factorial completely randomized design consisting of breed (local, crossed and exotic) and feeding (with and without concentrate diets). The experiment results shown that number of piglets at birth and weaning and liveability of piglets had no different between all treatments (breed and feeding supplement). The average weight gain of piglets at birth litter and at weaning, growth rate, feed consumption along suckling per head or per kg weaning pig have different results between breed and feeding approved. Key words : concentrate, prapartum, lactation and piglets performance ABSTRAK PASARIBu, T., M. SILALAHI. D. ARnDNANG, dan K. MANBiURUK. 1996. Pengaruh pemberian konsentrat selama prapartum dan menyusui terhadap kineda anak babi di peternakan rakyat. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner 1(3) : 169-173. Suatu penelitian untuk mempelajari pengaruh perbaikan ransum (pemberian konsentrat) terhadap kinerja anak babi telah dilakukan. Sebanyak 42 ekor induk babi pada petemakan rakyat yang dipelihara dalam kandang individual digunakan dalam percobaan dengan rancangan acak lengkap berpola faktorial 3 x 2 dengan faktor galur babi lokal, persilangan, dan ras dan faktor makanan (tanpa dan dengan konsentrat). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah anak dan besamya litter saat lahir dan disapih, serta daya hidup anak hingga disapih tidak berbeda; untuk rataan bobot anak dan bobot litter saat lahir dan disapih, pertambahan bobot badan, konsumsi ransum induk selama mengasuh anak, per ekor sapihan atau per kg sapihan menunjukkan perbedaan antara galur dan pemberian pakan. Kata kunci : konsentrat, prapartum, menyusui, dan kinerja anak babi PENDAHULUAN Sejak dibukanya ekspor babi tahun 1986, optimisme peternak merebut pasar sangat besar seperti terlihat dari meningkatnya kapasitas produksi akibat perluasan dan pembangunan usaha, meningkatnya mutu penanganan dan modernisasi perkandangan, sarana dan manajemen kesehatan babiperusahaan. Selama lima tahun pertama (1986-1990) kegiatan ekspor cukup membanggakan yang ditandai oleh jumlah ekspor yang meningkat dan ragam produk bertambah, selain babi potong,juga babi panggang dan suckling pigs. Selanjutnya (1990 - sekarang), ternyata terjadi kelesuan oleh harga yang tidak menguntungkan lagi, akibat kecenderungan harga jual menurun sementara biaya makanan meningkat terus. Akibatnya produksi dijual di pasar lokal yang menimbulkan dampak lain, yakni merosotnya harga pasar lokal sehingga banyak usaha gulung tikar, sementara masalah polusi oleh pertumbuhan pemukiman sekitar peternakan semakin meningkat. Siklus ini sering berulang dan cukup mengganggu dalam masalah petenakan babi, sebagaimana dilaporkan SILALAHI et al. (1995). Mereka juga berkesimpulan untuk menekan biaya melalui efisiensi dan menyarankan pula agar peluang babi rakyat dibuka untuk ekspor. Bagaimana caranya sangat berkaitan dengan kemampuan pemerintah menyempurnakan persyaratan ekspor yang dapat dipenuhi rakyat, demikian juga keikutsertaan perusahaan untuk membina peternakan rakyat sebagai mitranya. Bagaimanapun keragaman potensi produksi babi ras di Indonesia cukup potensial (SILALAHI dan ARITONANG, 1994), demikian juga babi lokal (Toba) seperti dilaporkan ARITONANG (1988), ARITONANG et al. (1994). Hanya saja sistem pemeliharaannya harus diperbaiki dan disimpulkan sebagaimana dilaporkan 169

TwRMA PASARIBU et al. : Pengaruh Pemberian Konsentrat selama Prapartum dan Menyusui terhadap Kinerja Anak Babi oleh ARITONANG et al. (1995) dan MANURUNG (1994) yang sangat baik dampaknya bagi peningkatan pendapatan peternak rakyat. Dari berbagai saran perbaikan dan penyempurnaan sistem pemeliharaan babi rakyat, maka tahap awal penelitian ini memulai perbaikan makanannya dan melihat pengaruhnya pada produktivitas anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari respon kinerja anak babi asuhan induk babi rakyat terhadap perbaikan makanan induknya. Sasaran kegiatan adalah prestasi produktivitas induk babi yang diukur dari daya hidup anak, pertumbuhan, kualitas anak dan efisiensi penggunaan makanan. Keadaan umum MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Rampah Deli Serdang Sumatera Utara, yang dikerjakan sejak Agustus 1994 hingga Pebruari 1995. Penelitian dilakukan di kandang peternak dengan rancangan acak lengkap berpola faktorial 3 x 2 (3 galur babi : lokal, persilangan, dan ras dan 2 tingkat pemberian pakan : tanpa dan dengan konsentrat) pada 42 induk dengan 7 induk per ulangan. Babi lokal adalah babi Toba, persilangan adalah pejantan babi ras (Yorkshire) dengan babi lokal (Toba) sebagai induk. Babi ras adalah babi impor dengan ciri dominan Yorkshire. Konsentrat disusun agar ransum memenuhi kebutuhan nutrisi induk babi sesuai dengan rekomendasi NRC (1991). Konsentrat ini ditambahkan pada pakan yang tersedia di peternakan, setelah dicampur diberikan pada babi sebanyak 3% dari bobot badan induk pada awal kebuntingan (45 hari setelah kawin). Setelah melahirkan ditambah 50 g/ekor anak hidup. Setiap dua minggu ditingkatkan 50 g/ekor anak yang biasanya diberikan pada siang dan sore hari dalam bentuk pasta dicampur air. Hipotesis uji adalah perbaikan makanan akan meningkatkan produktivitas anak babi yang berbeda antar galur. Kriteria ukur meliputi jumlah anak, bobot badan anak, pertumbuhan, konsumsi pakan selama mengasuh anak. Analisis data menggunakan rancangan acak lengkap pola faktorial 3 x 2 (STEEL dan TORRIE, 1960). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari seluruh induk babi yang digunakan dalam percobaan ini tidak ditemui adanya kesulitan dalam proses melahirkan. Jumlah anak yang dilahirkan berturut-turut untuk babi lokal, persilangan dan babi ras adalah 99, 91 dan 95 ekor. Pengujian secara statistik tidak berbeda (P>0,05), namun apabila dilihat dari perlakuan ransum terlihat bahwa induk babi yang diberi konsentrat menampilkan jumlah anak lebih banyak (5,3%) dibandingkan dengan tanpa pemberian konsentrat. Dilihat dari aspek makanan yang dibandingkan dengan kebutuhan (label 1) ternyata bahwa komposisi nutrisi ransum yang disajikan pada perlakuan tanpa konsentrat masih menunjukkan kadar energi dan protein yang rendah dan belum mendukung kebutuhan metabolisme pertumbuhan, sehingga produktivitas babi yang dihasilkan belum optimal menurut potensinya sebagaimana diduga oleh para peneliti sebelumnya (HOLDEN et al., 1968 ; ARITONANG, 1988). Dalam penelitian ini analisis statistik tidak memperlihatkan interaksi yang nyata (P>0,05) pada semua parameter yang diuji. Hal ini berarti tiap galur babi (lokal, persilangan dan ras) memberi respons yang sama Tabel 1. Uraian Susunan bahan, komposisi nutrisi dan rekotnendasi kebutuhan nutrisi babi induk percobaan Perlakuan ramum TK DK Bahan makanan (%) Konsentrat Bungkil kedele 7,0 Tepungikan 7,0 Premix 0,1 Non konsentrat Dedak N1-75 60 Tepungjagung 0-10 12 Ikan busuk b 0-3 - Onggok b 5-10 5 Sisa dapur ` 2-5 - Daunan(duk,bdt,bdu)` 5-10 6 Garam dapur 0.1-0,5 0,4 Kapur 0-1,0 0,5 Rekomendasi' PHHB Lakf8u Komposisi Nutrisid Bahan Kering (%) 85,7-88,8 87,9 - - Met. Energi(kkaYkg) 2,1-2.3 2,5 3,25 3,25-3,36 Protein War (%) 9,5-12,1 15,6 14 15-16 Lemak War (%) 10,3-11,2 10,2 5 5 Serat War (%) 9.1-98 8,2 8 7 Abu : 4.3-0 5,3 Ca (%) 0,7 0,7-0,8 P(%) 0,5 0,5-0,6 Beta-N (%) 51,5-52,1 45,5 Keterangan TK = tanpa konsentrat DK = dengan konsentrat PHHB = a b pertengahan bunting hingga beranak NRC (1991) dimasak c dimasak terdiri dari bebempa bahan al. : duk = daun ubi kayu, bdt = batang dan daun talas, bdu = batang dan daun ubi jalar d Perhitungan menurut tabel ARITONANG (1988) tanpa menghitung c 170

Jurnal 11mu Ternak dan Veteriner Vol. 1 No. 3 Th 1996 terhadap perbaikan makanan sebagaimana disajikan pada Tabe12. Jumlah anak Dari seluruh induk yang digunakan dalam percobaan ini diperoleh rataan anak lahir hidup untuk babi lokal, persilangan, dan ras sebesar 7,1 ekor, 6,5 ekor, dan 6,4 ekor. Anak babi yang hidup hingga disapih adalah 6,3 ekor, 6,1 ekor, dan 6,0 ekor dari masing-masing 14 ekor induk. Demikian juga pada perlakuan ransum bahwa dari masing-masing 21 ekor induk ternyata tanpa pemberian konsentrat dibandingkan dengan pemberian konsentrat menunjukkan rataan anak lahir 6,4 ekor dan 7,1 ekor, sedangkan yang disapih adalah 5,6 ekor dan 6,6 ekor (Tabe12). Perbedaan-perbedaan tersebut secara statistik tidak nyata (P>0,05). Demikian juga bila dilihat dari jumlah anak lahir per induk (litter size) dan jumlah anak sapih untuk babi lokal, persilangan, dan ras. Namun pada perlakuan ransum terlihat dalam pemberian konsentrat ada kecenderungan memperbesar litter size lahir dan saat umur disapih. Menurut MILLER et al. (1969) rendahnya angka kelahiran babi ras ini disebabkan oleh rendahnya kualitas pakan, terutama energi dan protein selama periode awal kebuntingan. Bobot badan anak babi Bobot lahir pada babi lokal lebih rendah (5,4 kg) bila dibandingkan dengan babi persilangan (6,3 kg) dan babi ras (9,3 kg). Demikian juga bobot saat sapih babi lokal (28,7 kg) nyata lebih rendah (P<0,01) daripada babi persilangan (35,4 kg) dan babi ras (49,7 kg). Namun, dalam beberapa penelitian yang diadakan di laboratorium ada kemungkinan pemacuan pertumbuhan sel dapat ditingkatkan dengan nutrisi yang baik. Pemberian konsentrat pada babi menunjukkan bobot total atau rataan yang sangat nyata (P<0,01) lebih tinggi daripada tanpa pemberian konsentrat, kecuali rataan bobot lahir. Hal ini menunjukkan bahwa peranan nutrisi pada peningkatan bobot badan babi sangat diperlukan, yang diperlukan pada periode foetus. Menurut MILLER et al. (1969), selama kebuntingan induk babi membutuhkan kira-kira 285 g protein per hari. Ini disesuaikan dengan konsumsi ransum dengan kadar 15-18 % protein. Pada masa menyusui menunjukkan masa yang lebih kritis, kekurangan protein selama menyusui menurunkan produksi susu (HOLDEN et al., 1968 ; ELLIOTT et al., 1971) dan menurunkan konsentrasi protein dalam kolostrum, tetapi tidak pada susu (ELLIOTT et al., 1971) yang dapat berpengaruh pada pertumbuhan anak babi. Kekurangan protein pada induk selama kebuntingan dapat mempengaruhi bobot badan anak pada saat lahir yang diikuti dengan perkembangan pertumbuhan anak yang hanya mengkonsumsi susu induk, sehingga bila protein susu induk rendah akan berakibat pula terhadap pertumbuhan anak babi selama menyusui sampai sapih yang berpengaruh terhadap bobot anak pada saat lahir dan scat sapih. Tabel 2. Kinerja produksi babi selama percobaan Perlakuan Parameter Bangsa Ransum L P R TIC DK kk 1. Jumlah induk babi percobaan (ekor) 14 14 14 21 21-2. Jumlah anak lahir (ekor) 99 91 95 135 150-3. Jumlah anak disapih (ekor) 88 85 84 118 139-4. Jumlah anak lahir per induk (ekor) 7,1 ± 1,4 6,5 ± 1,6 6,4 ± 1,4 6,4± 1,4 7,1 ± 1,4 23,1 5. lumlah anak disapih per induk (ekor) 6,3 ± 1,8 6,1 ± 1,5 6,0 ± 1,4 5,6± 1,7 6,6 ± 1,3 26,8 6. Total bobotanak lahir (kg) 5,4 t 2,1 8 6,3 ± 2,0e 9,3 ± 2,3A 6,3 ± 2,4q 7,7 ± 2,8P 30,0 7. Total bobotanak sapih (kg) 28,7 t 8,98 35,4±8,48 49,7t11,8A 32,6±11,1 4 43,2±12,9P 25,1 8. Rataan bobot lahir anak (kg) 0,75 t 0,190 0,99 ± 0,278 1,39 t 0,26A 1,00 ± 0,37 1,08 ± 0,37 25,5 9. Rataan bobotsapih anak (Kg) 4,53 t 0,67 5,95±0,988 8,31t1,08 A 5,94±1,044 6,59±1,72P 30,0 10. Pertambahan bobot badan anak (g) 68 ± 12C 89 ± 148 124 ± 18A 88 ± 284 98 ± 26P 16,7 11. Daya hidup anak hingga disapih (%) 88 ± 14 93±12 89±10 87±14 93±9 14,9 12. Konsumsi ransum induk selama mengasuh anak (kg) 165 ± 228 157 ± 22c 252 ± 23A 185 ± 48 197 ± 48 12,5 13. Konsumsi ransum indukper ekor anak sapihan (kg) 28 ± 68 27 ± 58 43 ± 7A. 35 ± 10P 31 ± 94 19,2 14. Konsutnsi ransum indukper kg anak sapihan (kg) 6,3 ± 2,0' 4,6±0,98 5,3±1,0A8 6,1±1,8P 4,7±0,84 25,3 Keterangan Huruf yang berbeda pada baris tiap perlakuan menyatakan berbeda, huruf besar menyatakan perbedaan sangat nyata (P<0,01) dan huruf kecil nyata (P<0,05). L= lokal; P = persilangan; R = ras ; TK = tanpa konsentrat ; DK = dengan konsentrat; KK = koefisien keragaman,

TIURMA PASARMU et al. : Pengaruh Pemberian Konsentratselama Prapartum dan Menyusui terhadap Kinerja Anak Babi Pertambahan bobot badan Laju pertumbuhan badan anak babi selama penelitian terlihat untuk babi lokal, persilangan dan ras sebesar 68 g, 89 g dan 124 g per hari, sedangkan berdasarkan perlakuan pakan yang tidak diberi konsentrat dan yang diberi konsentrat masing-masing adalah 88 g dan 98 g. Dari hasil uji statistik diketahui bahwa pertambahan bobot badan sangat nyata (P<0,01) untuk semua perlakuan. Pertambahan bobot badan babi ras 6,32% lebih tinggi dibandingkan dengan babi persilangan dan 29,17% dibandingkan dengan babi lokal, sedangkan babi yang mendapat konsentrat 5,38% lebih berat dibandingkan dengan babi tanpa konsentrat. Pertumbuhan anak babi akan lambat bila kekurangan protein dan pada umumnya kekurangan protein merupakan hal terbesar yang terjadi pada babi, karena yang didapatkan umumnya berasal dari bahan pakan jagung, butir-butiran, akar/umbi-umbian yang rendah protein (POND dan MANER, 1974). Babi lokal yang mempunyai morfologi kecil dan pertumbuhan yang lambat serta sistem pemeliharann yang belum terkontrol dan lingkungan yang berubahubah tidak mendukung pertumbuhan ternak. Daya hidup anak Daya hidup anak babi selama penelitian berturutturut 'untuk babi lokal, persilangan dan ras adalah sebesar 88%, 93% dan 89%. Dari hasil ini terlihat kecenderungan babi persilangan mempunyai daya hidup lebih tinggi dibandingkan dengan babi dari galur lainnya walaupun secara statistik tidak berbeda nyata (P>0,05). Demikian juga untuk perlakuan tanpa konsentrat dan perlakuan konsentrat (daya hidup masingmasing 87% dan 93%) terlihat kecenderungan bahwa babi yang mendapat perlakuan konsentrat mempunyai daya hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa konsentrat, walau tidak nyata (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nutrisi sangat berperanan penting, selain untuk pertumbuhan juga untuk daya tahan hidup atau kesehatan ternak. Konsumsi ransum dan efisiensi pakan Konsumsi ransum induk selama mengasuh anak (56 hari) untuk babi lokal, persilangan dan ras masingmasing adalah sebesar 165 kg, 157 kg dan 252 kg yang satu sama lain berbeda sangat nyata (P<0,01). Apabila dilihat efisiensinya, maka per ekor anak sapihan untuk babi lokal, persilangan dan ras adalah berturut-turut 28 kg, 27 kg dan 43 kg, yang dalam hal ini babi ras mengkonsumsi jauh lebih banyak dan berbeda sangat nyata (P<0,01) dibandingkan dengan bangsa lain. Akan tetapi, untuk per kg babi sapihan besarnya berturut-turut 6,3 kg, 4,6 kg, dan 5,3 kg, yang dalam hal ini babi persilangan sangat nyata (P<0,01) lebih efisien daripada babi lokal. Kenyataan ini menunjukkan bahwa pemeliharaan babi persilangan jauh lebih efisien. Demikian juga dilihat dari perbaikan ransum, tanpa konsentrat dan dengan konsentrat, maka jumlah konsumsi induk adalah 185 kg dan 197 kg yang tidak berbeda. Akan tetapi untuk per ekor anak sapihan adalah 35 kg dan 31 kg serta per kg sapihan adalah 6,1 kg dan 4,7 kg yang berbeda nyata (P<0,05). Hal ini membuktikan bahwa pemberian konsentrat jauh lebih efisien dibandingkan dengan tanpa konsentrat. KESIMPULAN DAN SARAN Jumlah anak, litter size saat lahir dan disapih serta daya hidup anak tidak berbeda antar galur dan oleh perbaikan makanan. Galur babi yang menunjukkan bobot anak, bobot litter dan pertumbuhan terbesar adalah babi ras, diikuti oleh babi persilangan dan lokal, sedangkan untuk konsumsi pakan per kg sapihan paling efisien adalah babi persilangan. Pemberian konsentrat diperlukan untuk meningkatkan kinerja babi. Dalam penelitian selanjutnya diharapkan dapat diteliti pengaruh tingkat protein pada spesies babi berbeda pada tahap prapartum dan menyusui. DAFTAR PUSTAKA ARITONANG. D., 1988. Penuntun Kebutuhan Nutrisi Babi. Balai Penelitian Temak Bogor. ARITONANG. D., M. SILALAHI, dan A. NAINGGOLAN. 1994. Studi aspek biologis dan tatalaksana pemeliharaan babi Toba di dataran tinggi dan rendah. Proc. Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-hasil Penelitian. Semarang : Klepu : 398-404. ARITONANG, D., M. SILALAHI, dan T. IVIANURUNG. 1995. Penampilan beberapa galur babi lokal di Indonesia. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Balai Penelitian Temak. Ciawi. Bogor. Hal. 63-68. ELuoTT, R. F., G.W. VANDER NooT, R. L. GILBREATH, and H. FISHER. 1971. Effect of dietary protein level on composition changes in sow colostrum and milk. J. Anim Sci. 32 :1128. HOLDEN. P. J., E. W. LUCAS, V. C. SPEER. and V. W. HAYS. 1968. Effect of protein level during pregnancy and lactation on reproductive performance in swine. J. Anim Sci. 27 :1587. MU.LER, G. M.,D. E. BECKER, A. H. JENSEN, B. G. HARMON, and H.W. NORTON. 1969. Effect ofprotein intake on nitrogen retentention by swine during late pregnancy. J. Anim. Sci. 28 :204. 172

Jurnal 11mu Ternak dan Veteriner Vol. 1 No. 3 Th 1996 MtwURUNG, A. 1994. Sistem pemelihaman temak babi dalam upaya peningkatan pendapatan petani di Nusa Tenggara Timur. Proc. Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-basil Penelitian. Semarang. Klepu : 405-410. N.R.C. 1991. Nutrient Requirement of Domestic Animal. Nutrient requirement of swine. NAS. Washington DC. PoND, W. G. and J. H. MANER. 1974. Swin e Production in Temperate and Tropical Environments. p. 165-170. SB.ALAHI, M. dan D. ARrroNANG. 1994. Perbedaan produktivitas berbagai galur babi bibit ras impor. Proc. Pertemuan Nasional Pengolahan dan Komunikasi Hasil-basil Pertanian. Semarang. Klepu : 391-197.. SILALAH1, M., T. PASARIBU, A TIKUPADANG, dan D. ARrrONANG. 1995.Evaluasi penanganan suckling pigs untuk ekspor di Sumatera Utara. Buletin khusus Sub Balai Penelitian Temak Gowa. Hal. 1-10. STEm, R.G.D and J.H.TORRIE. 1960. Principles and Procedures of Statistic. Me. Graw - Hill Book Company Inc. New York.