BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan atau juga disebut dengan nilai pasar perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Fakta menunjukkan bahwa nilai kekayaan yang ditunjukkan pada neraca tidak miliki hubungan dengan nilai pasar dari perusahaan. Hal ini disebabkan karena perusahaan memiliki kekayaan yang tidak bisa dilaporkan dalam neraca seperti manajemen yang baik, reputasi yang baik dan prospek yang cerah (Erlangga dan Suryandari, 2009). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan juga tinggi, nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga pada prospek perusahaan di masa depan. Nilai perusahaan juga didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat (Hasnawati, 2005 dalam Wijaya dan Wibawa, 2010). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan antara lain keputusan investasi, kebijakan hutang, profitabilitas, serta ukuran perusahaan. 9
10 Indikator-indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya adalah (Susanti, 2010 : 33) : a. PER (Price Earning Ratio) PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham. Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah : 1. Tingkat pertumbuhan laba 2. Dividend Payout Ratio 3. Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal. b. PBV (Price Book Value) Menurut Brigham (1999) dalam Susanti (2010:35) rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan rasio harga terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi: pertama, nilai buku sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang percaya terhadap estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara paling sederhana untuk membandingkannya. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara perusahaan-perusahaan menyebabkan PBV dapat dapat dibandingkan antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal apakah nilai perusahaan under atau overvaluation. Terakhir, pada kasus perusahaan yang memiliki earnings negative maka tidak memungkinkan untuk mempergunakan PER, sehingga penggunaan PBV dapat menutupi kelemahan PER yang ada pada PER dalam kasus ini (Murhadi,
11 2009:148). Namun ada beberapa kekurangan sehubungan dengan penggunaan rasio PBV yakni: satu, nilai buku sangat dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan. Apabila penggunaan standar akuntansi yang berbeda di antara perusahaan-perusahaan maka ini akan mengakibatkan rasio PBV tidak dapat diperbandingkan. Kedua, nilai buku mungkin tidak banyak artinya bagi perusahaan berbasis teknologi dan jasa karena perusahaan-perusahaan tersebut tidak memiliki asset nyata yang signifikan. Ketiga, nilai buku dari ekuitas akan menjadi negatif bila perusahaan selalu mengalami earnings yang negative sehingga akan mengakibatkan nilai rasio PBV juga negatif (Murhadi, 2009:148). PBV dirumuskan dengan : Price Book Value = Harga Saham Book Value B. Keputusan Investasi Menurut Brigham dan Houston (2001) isyarat atau signal adalah suatu tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa informasi yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain (Ratna dan Zuhrotun, 2006). Informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena pengaruhnya terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi tersebut penting bagi
12 investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran, baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan. Integritas informasi laporan keuangan yang mencerminkan nilai perusahaan merupakan sinyal positif yang dapat mempengaruhi opini investor dan kreditor atau pihak-pihak lain yang berkepentingan. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Signalling theory menyatakan pengeluaran investasi memberikan sinyal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Hasnawati, 2005). Peningkatan utang diartikan oleh pihak luar sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban di masa yang akan datang atau adanya risiko bisnis yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 1999). 1. Pengertian Investasi Segala macam aktivitas perusahaan untuk menanamkan sejumlah uang dengan aman termasuk dalam bentuk investasi. Investasi adalah pengeluaraan uang pada saat sekarang dengan perhitungan untuk memperoleh arus dana (kas) masuk bersih dimasa mendatang, investasi merupakan dana di tempakan dengan harapan akan dapat memelihara atau memperoleh nilai dan memberikan penghasilan atau return yang positif. Investasi ini merupakan penempatan sejumlah yang diharapkan
13 pada masa mendatang akan dapat menaikan nilai dana tersebut dan memberikan keuntungan atau penghasilan. Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investaasi pada finansial assets dan investasi pada real assets. Investasi pada finansial asset dilakukan di pasar uang,misalnya di pasar uang (SBPU), dan lainya. Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, warrant, opsi, dan yang lainnya. Sedangkan investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambang, perkebunan, dan yang lainnya. 2. Tujuan-tujuan Investasi Sedangkan tujuan investasi adalah mendapatkan sejumlah pendapatan keuntungan. Dalam konteks perekonomian, menurut Tandelilin (2001) ada beberapa motif mengapa seseorang melakukan investasi, antara lain adalah : a) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan datang. b) Mengurangi tekanan inflasi c) Sebagai usaha untuk menghemat pajak.
14 3. Pengertian Keputusan Investasi Keputusan investasi merupakan factor penting dalam fungsi keuangan perusahaan. Menurut Fama ( 1978 ) dalam Hidayat ( 2010 ) nilai perusahaan sematamata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa keputusan investasi itu penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimumkan kemakmuran pemegang saham hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan. (Arie Afzal, 2012 ). Keputusan investasi yang didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi di masa yang akan datang dengan (net present value) positif. Keputusan investasi dalam penelitian ini diproksikan dengan PER (Price Earning Ratio), dimana PER menunjukkan perbandingan antara closing price dengan laba per lembar saham (earning per share), Myers, (1977) dalam Wijaya dan Wibawa, (2010) PER dirumuskan dengan : Price Earning Ratio = Harga saham Earning Per Share
15 C. Kebijakan Hutang 1. Pengertian Hutang Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan hutang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa. Hutang adalah kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi pada waktu lalu dan harus dibayar dengan kas, barang dan jasa di waktu yang akan datang (Jusuf, 2001). Menurut Nurwahyudi dan Mardiyah (2004) bahwa Hutang adalah pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa yang akan datang karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan ekonomi dapat berbentuk uang,aktiva,jasa-jasa atau dilakukannya pekerjaan tertentu. Hutang mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklain aktiva perusahaan.
16 2. Pengertian Kebijakan Hutang Kebijakan hutang mempunyai pengaruh pendisiplinan perilaku manajer. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran kebangkrutan mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga sehingga mengurangi free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri. Tingkat penggunaan hutang dari suatu perusahaan dapat ditunjukkan oleh salah satunya menggunakan rasio hutang terhadap ekuitas (DER), yaitu rasio jumlah hutang terhadap jumlah modal sendiri. DER dirumuskan dengan : Debt Equity Ratio = Total Hutang Total Ekuitas
17 D. Profitabilitas Menurut Sutrisno (2009:222), Profitabilitas adalah hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Menurut Munawir (2007:240), menjelaskan pula bahwa Profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Bagi perusahaan umumnya mempunyai tujuan paling utama adalah mendapatkan keuntungan yang maksimal. Tetapi masalah profitabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bagi perusahaan tersebut telah bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan membandingkan laba usaha perusahaan tersebut atau dengan kata lain adalah menghitung profitabilitasnya. Kusumawati (2005) mengatakan, profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada masa mendatang dan merupakan indikator dari keberhasilan operasi perusahaan. Horne dan John (2005) mengatakan bahwa, rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis yaitu, rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan (margin laba kotor dan margin laba bersih), dan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi yaitu return on asset (ROA) return on equity (ROE). Return on equity (ROE) merupakan tingkat pengembalian ekuitas pemilik perusahaan. Ekuitas pemilik adalah jumlah aktiva bersih perusahaan. Sehingga
18 perhitungan ROE sebuah perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ROE = Laba bersih 100 % Total Ekuitas ROE sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan indikator yang sangat penting bagi para investor. ROE dibutuhkan investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan dividen. Pemilihan ROE sebagai proksi dari profitabilitas adalah karena dalam ROE ditunjukkan, semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba investor yang ditanam pada perusahaan (Horne dan John,2005). E. Firm Size Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total assets yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah asset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan
19 yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan. ( Yangs Analisa, 2011 ). Penelitian mengenai hubungan antara ukuran perusahaan dengan nilai perusahaan sudah dilakukan oleh Desemliyanti (2003) dan Vebrianawati (2002). Ia meneliti tiga variabel yang dianggap mempengaruhi nilai perusahaan, yakni ukuran perusahaan (total aset), hutang dan bunga. Ukuran perusahaan dinilai dengan rumusnya adalah : Firm Size = log of total assets. F. Peneliti Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Adapun penelitian-penelitian terdahulu tersebut antara lain: Lihan Rini Puspo Wijaya dan Anas Wibawa (2010), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini berhasil memberikan konfirmasi empiris bahwa keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Umi Murtini (2008), penelitian ini tentang pengaruh manajemen keuangan terhadap nilai perusaahaan. Dari penelitian ini dapat diketahui bahwa penentuan kebijakan manajemen keuangan yang tepat diharapkan dapat mencapai tujuan perusahaan, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan dimana idealya setiap keputusan
20 yang diambil oleh manajemen keuangan akan berpengaruh terhadap nilai keuangan. Dengan menggunakan analisis regresi, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai perusahaan dipengaruhi oleh kebijakan investasi dan kebijakan pendanaan tetapi diketahui bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Darminto (2008), melakukan penelitian dengan judul pengaruh faktor eksternal dan berbagai keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa Keputusan investasi pada aktiva riel berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan arah hubungannya positif. Rasio current aassets dengan fixed assets sebagai indikator investasi aktiva riel sangat dominan mempengaruhi nilai perusahaan. Kebijakan dividen berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan arah hubungannya positif. Dividend yildmratio merupakan indikator kebijakan dividen yang tidak mempengaruhi nilai perusahaan, begitu juga dividend payout ratio dan rasio dividen per share tidak signifikan mempengaruhi nilai perusahaan. Penelitian Linda Purnamasari (2009), mengenai interdependensi antara keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen. Penelitian ini mampu membuktikan bahwa pada persamaan profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, keputusan pendanaan dan keputusan dividen secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan investasi. Dari uraian tersebut di atas, maka ringkasan penelitian terdahulu dapat diketahui pada tabel berikut ini :
21 Tabel 2.1 Ringkasan Peneliti Terdahulu No Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian 1 Lihan Rini Puspo Wijaya dan Anas Wibawa (2010) 2 Linda Purnamasari (2009) 4 Umi Murtini (2008) 5 Darminto (2010) Keputusan Investasi, Keputusan pendanaan dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan. interdependensi antara keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen. Kebijakan Investasi Kebijakan Pendanaan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Keputusan Investasi Keputusan Pendanaan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Deviden berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, keputusan pendanaan dan keputusan dividen secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan investasi. Kebijakan Investasi, Kebijakan Pendanaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan, sedangkan Kebijakan Dividen tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, serta Kebijakan Dividen berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan Sumber: Peneliti Terdahulu
22 G. Rerangka Pemikiran 1. Pengaruh Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Menurut Wahyudi dan Pawestri (2006), nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham sangat dipengaruhi oleh peluang-peluang investasi. Jika perusahaan dapat mempergunakan sumber dana investor untuk berinvestasi dengan baik, maka akan menghasilkan profit yang baik pula, dan ini menarik para investor untuk lebih banyak menginvestasikan dana mereka ke perusahaan tersebut. Fama (1978) menyatakan bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat ini menyatakan bahwa keputusan investasi ini penting, karena untuk mencapai tujuan perusahaan hanya dihasilkan melalui kegiatan perusahaan. Hasnawati (2005) menemukan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan sebesar 12,25% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hasil penelitian dari Wijaya dan Bandi (2010) juga menyatakan hal yang serupa yaitu kebijakan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. H 1: keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 2. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Kebijakan hutang mempunyai pengaruh pendisiplinan perilaku manajer. Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan
23 kesulitan kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran kebangkrutan mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan bunga sehingga mengurangi free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan diri sendiri. Hal ini dapat meningkatkan kinerja perusahaan, sehingga perusahaan dapat dinilai baik oleh investor. H 2: kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Menurut Soliha (2002), Profit perusahaan yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik, sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Permintaan saham yang meningkat akan membuat nilai perusahaan yang meningkat. H 3: profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. 4. Pengaruh Firm Size Terhadap Nilai Perusahaan Menurut Soliha dan Taswan (2002) dalam Eka Nuraina (2012), perusahaan yang besar dapat dengan mudah mengakses ke pasar modal, kemudahan untuk mengakses ke pasar modal ini berarti perusahaan memiliki fleksibilitas & kemampuan untuk mendapatkan dana yang lebih besar, Hal ini membuat investor tertarik untuk menginvestasikan saham pada perusahaan tersebut, maka nikai perusahaan akan meningkat. H 4: firm size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
24 Dari penjelasan tersebut, maka dapat dibuat kaitan antara keputusan investasi, kebijakan hutang, profitabilitas dan firm size terhadap nilai perusahaan dengan rerangka pemikiran : Keputusan Investasi Kebijakan Hutang Nilai Perusahaan Profitabilitas Firm Size Gambar 2.1 Rerangka Pemikiran
25 H. Hipotesis Dari perumusan masalah yang ada, kerangka pemikiran terdahulu dan penelitian terdahulu, dalam peneliti ini hipotesis yang diajukan dan akan di uji adalah sebagai berikut : H 1: Apakah keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? H 2: Apakah kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? H 3: Apakah profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? H 4: Apakah firm size berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan? H 5: Apakah keputusan investasi, kebijakan hutang, profitabilitas dan firm size berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan?