TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
TANAMAN PERKEBUNAN. Kelapa Melinjo Kakao

KAJIAN RUMAH PLASTIK PENGERING KOPRA KASUS DESA SIAW TANJUNG JABUNG TIMUR. Kiki Suheiti, Nur Asni, Endrizal

Indonesia merupakan produsen kelapa terbesar di dunia dengan luas tanaman. ton setara kopra). Namun, hal ini tidak lantas menjadikan Indonesia sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Tanaman salak memiliki nama ilmiah Salacca edulis reinw. Salak

TINJAUAN PUSTAKA. Di sektor produksi barang-barang dan jasa dihasilkan sedangkan di sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa atau juga dikenali sebagai nyiur dapat memiliki umur melebihi 25

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. antar negara yang terjadi pada awal abad ke-19, menyebabkan tanaman kedelai

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. atau Arecaceae dan anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini

KELAPA. (Cocos nucifera L.)

TINJAUAN PUSTAKA. di bawah permukaan laut. Kota ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan. Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka.

IDENTIFIKASI DAN ANALISIS MUTU MINYAK KELAPA DI TINGKAT PETANI PROVINSI JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh subur di Indonesia. Semua bagian pohon kelapa dapat dimanfaatkan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hampir semua bagian dari tanaman kelapa baik dari batang, daun dan

PENDAHULUAN. raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa merupakan komoditas penting bagi rakyat Indonesia dan

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

AGRIBISNIS KELAPA RAKYAT DI INDONESIA: KENDALA DAN PROSPEK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

UJI B/C DAN UJI EFISIENSI PEMASARAN GULA SEMUT TINGKAT SALURAN RANTAI PASOK DI KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

MENILIK KELAPA & MINYAKNYA UNTUK BERBAGAI PELUANG USAHA

METODOLOGI PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS

GMP PEMBUATAN KOPRA TINGKAT PETANI

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KOPRA (Kasus: Desa Silo baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan)

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sejarah persebarannya Belimbing termasuk satu jenis buah tropis

sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa mentah (Cruide Coconut Oil) dan

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. komoditas pertanian tersebut karena belum berjalan secara efisien. Suatu sistem

I. PENDAHULUAN. air. Karena alasan tersebut maka pemerintah daerah setempat biasanya giat

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nama latin Carica pubescens atau Carica candamarcencis. Tanaman ini masih

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

MAKALAH LINGKUNGAN BISNIS

PANEN DAN PENGOLAHAN HASIL KELAPA

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

Analisis pemasaran cengkeh di kabupaten Wonogiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOPRA (Studi Kasus di Desa Sindangsari Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

Yoyo Sunaryo Nitiwidjaja Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon. Kata Kunci : Faktor Internal dan Eksternal, Kelompok Tani, dan Produksi Bawang merah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. hidup. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai potensi untuk dikembangkan. Ternak ini berasal dari keturunan

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Agronomi Kelapa Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan jenis palem yang paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Kelapa termasuk family palmae, dari genus Cocos. Pohon kelapa memiliki akar serabut yang mencapai 4000-7000 helai pada pohon yang telah dewasa. Banyak sedikitnya perakaran tergantung pada keadaan pertumbuhan tanaman dan kesuburan tanah (Setyamidjaja, 1991). Pada tanaman dewasa dapat mempunyai 30-35 daun pada mahkotanya dengan panjang kurang lebih 6 meter. Daun yang segar beratnya 10-15 kg. Batang kelapa terbentuk bersamaan dengan pembentukan daun. Batang kelapa nampak dengan jelas setelah berumur 3-5 tahun dan daun pada bagian bawah telah gugur. Batang ini tidak berkambium, sehingga tidak mempunyai pertumbuhan sekunder, hal ini berakibat sekali batang telah terbentuk, maka tidak akan membesar lagi. Tanaman kelapa merupakan tanaman berumah satu. Bunga betina dan bunga jantan terdapat pada satu malai. Bunga jantan terdapat pada ujung malai dan bunga betina terletak pada dasar malai (Suhardiyono, 1988). Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai untuk pertumbuhan dan produksinya. Kelapa tergolong tanaman yang menyenangi matahari dan pertumbuhannya akan terhambat jika kekurangan sinar matahari. Lama penyinaran yang dikehendaki adalah 2.000 jam per tahun atau minimal 120 jam per bulan (Palungkun, 1999).

Pertumbuhan tanaman kelapa sangat dipengaruhi oleh suhu, terutama saat berbuah. Suhu rendah tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa. Tanaman kelapa dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 m dpl. Suhu optimum yang dibutuhkan untuk pertumbuhannya adalah 27-28 C. Selain cuaca panas tanaman kelapa juga menyukai udara yang lembab. Namun, bila udara terlalu lembab dalam waktu lama pertumbuhan tidak akan baik (Palungkun, 1999). Lokasi yang cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa adalah daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata 1200-2500 mm per tahun dengan penyebaran yang merata sepanjang tahun. Bila terjadi kekeringan selama 3 bulan, maka tanaman akan kritis. Sebaliknya bila rata-rata curah hujannya terlalu tinggi, tanaman juga sulit melakukan penyerbukan (Palungkun, 1999). Tanaman kelapa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik tanah alluvial, laterit, berpasir, tanah liat, maupun tanah berbatu. Namun tanah yang baik untuk tanaman kelapa adalah tanah alluvial. Derajat kemasaman (ph) tanah yang terbaik untuk pertumbuhan kelapa adalah 6,5-7,5. Namun demikian kelapa masih dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai ph 5-8 (Palungkun, 1999). Pada mulanya hanya ada dua varietas kelapa yang dikenal, yaitu varietas dalam (tall variety) dan varietas genjah (dwarf varety). Kelapa varietas dalam diantaranya adalah kelapa dalam afrika barat (west African tall) kelapa dalam bali, kelapa dalam palu, dan kelapa dalam tenga. Sedangkan varietas genjah diantaranya adalah kelapa genjah nias kuning (nias yellow dwarf), kelapa genjah malaya kuning (Malaya yellow dwarf), dan kelapa genjah Malaya merah (Malaya

red dwarf). Dengan perkembangan ilmu pemuliaan tanaman, maka muncul lagi varietas baru, yaitu kelapa hibrida yang merupakan hasil persilangan antara varietas genjah (ibu) dengan varietas dalam (bapak) (Palungkun, 1999). Kelapa merupakan tanaman tropis yang telah lama dikenal masyarakat Indonesia. Kelapa dikenal sebagai tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Berikut adalah bagian-bagian dari pohon kelapa yang bisa dimanfaatkan oleh manusia : 1) Daging buah Daging buah kelapa bisa diolah menjadi produk kebutuhan rumah tangga seperti bumbu dapur, santan, kopra, minyak kelapa, dan kelapa parut kering. 2) Air Air kelapa dapat digunakan untuk berbagai keperluan, selain sebagai penyegar tenggorokan, juga dapat diolah menjadi sirup, nata de coco, dan lain-lain. 3) Batang Batang tanaman yang sudah tua dapat digunakan untuk bahan bangunan, jembatan, kerangka papan perahu, atau kayu bakar. Agar dapat digunakan sebagai bahan bangunan, batang kelapa dibelah dahulu menjadi beberapa bagian, kemudian dihaluskan hingga menyerupai balok-balok atau silinder. 4) Tempurung Tempurung kelapa dimanfaatkan untuk berbagai industri, seperti arang tempurung dan karbon aktif yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas dan uap. 5) Daun

Daun-daun yang muda sering dipakai sebagai hiasan janur atau bungkus ketupat, sedangkan yang tua dijadikan atap, lidinya untuk sapu, tusuk sate dan lain-lain. 6) Bunga Bunga kelapa yang belum mekar dapat disadap untuk menghasilkan nira kelapa. Nira ini bermanfaat untuk berbagai produk, antara lain gula kelapa, asam cuka, nata de coco dan lain-lain. 7) Sabut Sabut ini merupakan kulit dari buah kelapa dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri, seperti karpet, keset, sikat, bahan pengisi jok mobil, tali dan lain-lain. (Palungkun, 1999) 2.1.2. Tinjauan Sosial Ekonomi Kopra Kopra adalah daging buah yang dikeringkan. Kopra merupakan salah satu produk turunan kelapa yang sangat penting. Pada tahun 2005 volume ekspor kopra hampir mencapai 50 ribu ton, dan nilai ekspor kopra menempati peringkat tiga setelah minyak kelapa dan minyak goreng dalam volume dan nilai ekspor produk turunan kelapa (Jai, 2011). Ekspor kelapa dalam bentuk kopra pertama kali dilakukan pada tahun 1884 tanpa campur tangan pemerintah Belanda. Barulah di tahun 1915 hak monopoli perdagangan kopra diberikan kepada Moluksche Handel Mij. Setelah terjadi perang di Eropa, pemerintah Belanda pada tahun 1940 mengubahnya menjadi Het Copra Fonds dengan hak monopoli perdagangan kopra khususnya di daerah

wilayah Indonesia Timur. Kelembagaan ini menyediakan rumah pengasapan kopra yang disebut Keur Master. Keberadaan lembaga ini baik struktur dan fungsinya tidak mewakili kepentingan petani sebagai produsen kopra. Pendudukan Jepang di Indonesia mengubah lembaga ini dengan nama Jajasan Kopra (Dewan Kelapa Indonesia, 2009). Kopra menjadi tanaman unggulan di beberapa daerah seperti Lampung, Makasar, Maluku dll. Adapun Sentra produksi kopra berada di daerah Riau, Jambi, Lampung, Bangka Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Makasar, Manado, Gorontalo, Donggala, Toli-toli, Bali, Lombok dan Maluku. Daerah sentra penghasil kopra di Bangka Tengah yakni Desa Kurau dan Penyak. Di daerah seperti Manggarai, Maumere, Bajawa, Ende hingga Larantuka merupakan sentra poduksi yang cukup besar. Rata-rata produksinya bisa mencapai 300 ton tiap bulan (Suhardiyono, 1988). Karakteristik produk pertanian yaitu: 1) Perishable goods (product) artinya produk pertanian yang mudah busuk, rusak atau tidak tahan lama. Misalnya sayur-sayuran, buah-buahan, ikan yang dihasilkan (di panen/ di tangkap) pada pagi hari hanya beberapa jam saja sudah layu, layu berarti penurunan kualitas dan efeknya, harga jual jadi turun. Sifat mudah rusak ini yang membuat hasil-hasil pertanian di dalam pengangkutannya banyak mengalami kerusakan ( layu, pecah dan sebagainya). 2) Seasonal product (Berproduksi secara musiman) artinya dihasilkan secara musiman sehingga untuk meningkatkan produksi tidak dapat dilakukan sehendak orang. Produk pertanian dikatakan bersifat musiman dikarenakan

ketika panen raya, produksi pertanian meningkat sementara permintaan pasar tidak mengalami peningkatan, sehingga harga jual rendah dan petani mengalami kerugian. 3) Bulky atau voluminous product. Yang berarti produk usahatani/ pertanian sifatnya memakan ruangan atau tempat yang relatif besar sedangkan nilai produk itu sendiri relatif rendah. (Sihombing, 2011). Karakteristik produksi pertanian yaitu : 1) Varying cost of production (biaya produksi yang bermacam-macam) Adapun produksi dari hasil pertanian juga memiliki biaya produksi yang beraneka ragam yang mana juga memiliki produk olahan jadi. 2) Quality variation (variasi mutunya sangat tinggi) Hasil produksi pertanian juga memiliki mutu yang harga untuk dikembangkan sebagai hasil industri yang mana harus memenuhi syarat mutu yang diminta dari segi fisik (bentuk, tingkat kematangan, kebersihan warna), organoleptik (warna, rasa, aroma), dan kimia (kadar air dan kandungan mikroba). Sehingga hasil produk olahan tersebut dapat dikonsumsi masyarakat dan dapat diekspor 3) Geographic concentration of production (konsentrasi geografi produksi) Konsentrasi geografis produksi dimaksudkan bahwa pada pemakaian produk, sikap terhadap produk yang artinya bahwa produk pertanian memiliki keunggulan masing-masing. (Sihombing, 2011).

Petani kopra selama ini masih jauh dari sejahtera. Setiap hari mereka memproduksi kopra, hanya untuk melunasi hutang-hutangnya. Uang yang diperoleh oleh petani kopra memang tidak mencukupi untuk dapat hidup layak, untuk menyekolahkan anak-anaknya, untuk mendapatkan perawatan kesehatan yang maksimal. Petani selalu terjerat oleh kopra yang dihargai sangat rendah. Selama ini petani belum ada alternatif lain untuk mengolah daging kelapa selain menjadi kopra, kopra inilah selama ini yang menjadi andalan penghidupan petani (Mashuri, 2010). Karakteristik petani kopra meliputi umur, pengalaman dan pendidikan formal yang pernah diikuti. Umur mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kemampuan kerja seseorang. Umur sangat berhubungan erat dengan kemampuan fisik petani dalam mengerjakan usahataninya. Umumnya semakin bertambah umur seseorang akan diikuti dengan semakin menurunnya kemampuan fisiknya untuk mengerjakan pekerjaan dibebankan kepadanya. Data umur dapat dipakai sebagai dasar untuk mengelompokkan petani ke dalam kelompok umur produktif atau kelompok umur yang sudah tidak produktif lagi (Patty, 2010). Pengalaman berusahatani yaitu lamanya petani menekuni kegiatan usahataninya. Petani yang telah memiliki pengalaman kerja yang lebih, biasanya akan memberikan hasil dan kemampuan kerja yang lebih baik dibandingkan dengan yang belum berpengalaman. Umumnya petani telah mengenal metode pengolahan kopra sejak masih muda, karena pengolahan kopra pada usahatani kelapa rakyat merupakan hal yang ditekuni secara turun temurun dengan teknologi yang

masih sangat tradisional. Ini menyebabkan faktor pengalaman akan sangat penting artinya bagi petani (Patty, 2010). Tingkat pendidikan petani akan mempengaruhi keberhasilan usahatani yang dijalankannya. Umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan petani, akan semakin mudah menerima dan menerapkan teknologi baru dalam usahatani, sehingga diharapkan tingkat keberhasilan usahatani dapat ditingkatkan. Secara umum petani pernah mengikuti pendidikan formal, meskipun terbatas pada pendidikan dasar dan menengah (Patty, 2010). 2.1.3. Teknis Pengolahan Kopra Dari Buah Kelapa Salah satu hasil olahan kelapa yang banyak diusahakan oleh masyarakat indonesia adalah kopra. Komoditi ini umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa. Kopra dihasilkan dari daging buah kelapa yang dikeringkan. Daging buah kelapa tua segar mempunyai kandungan air sekitar 50% dan lemak 30%. Setelah menjadi kopra kandungan lemaknya menjadi 60-65, air 5-7%, zat organis (karbohidrat, selulose, protein) 20-30%, dan mineral 2-3% (Palungkun, 1999). Sebelum dilakukan pengolahan kopra, buah kelapa yang baru dipetik disimpan dulu selama beberapa hari. Keuntungan yang diperoleh dengan melakukan penyimpanan buah kelapa antara lain : 1) Pengupasan sabut menjadi lebih mudah 2) Daging buah kelapa menjadi keras, sehingga kopra yang dihasilkan berkualitas baik

3) Tempurung menjadi lebih kering, sehingga pada waktu dibakar tidak banyak menimbulkan asap. (Suhardiyono, 1988). Tahapan-tahapan pembuatan kopra adalah sebagai berikut : 1) Pengupasan sabut Pengupasan sabut dilakukan dengan menggunakan alat yang terbuat dari besi berbentuk seperti linggis. Pengupasan dilakukan sampai bagian demi bagian sabutnya dikupas sehingga diperoleh kelapa butir. 2) Pembelahan kelapa butiran Pembelahan butiran kelapa dilakukan dengan golok atau kampak. Air kelapanya ditampung dan digunakan untuk diproses dan menghasilkan produk lain. 3) Pengeringan Buah kelapa yang sudah dibelah harus segera dikeringkan. Jika tetap berair permukaan daging buah akan berlendir dan berwarna kuning. Cara pengeringan buah kelapa digolongkan dalam 2 cara, yaitu pengeringan dengan sinar matahari dan pengeringan buatan. a) Pengeringan menggunakan sinar matahari Pengeringan daging buah kelapa menurut cara ini dilakukan dengan menjemur daging buah kelapa secara langsung di bawah terik matahari selama 3-5 hari, apabila cuaca cerah dan pengeringan berjalan dengan baik, maka kopra yang dihasilkan berwarna putih segar. Biasanya pengeringan lanjutan dilakukan secara buatan terutama apabila cuaca buruk. Pengeringan dapat berlangsung selama 7-9 hari.

b) Pengeringan buatan Cara pengeringan ini umumnya digunakan pada daerah-daerah yang curah hujannya tinggi dan sering terjadi cuaca buruk. Umumnya pengeringan buatan dilakukan dengan 2 cara yaitu: - Pengeringan dengan panas api atau pengasapan langsung Pada pengeringan ini, daging buah akan mengadakan kontak langsung dengan gas-gas atau panas yang timbul dari pembakaran yang berasal dari sumber api. Biasanya cara ini disebut dengan pengasapan. Pengasapan dapat dilakukan diruangan terbuka atau tertutup. - Pengeringan dengan panas tidak langsung Pada pengeringan ini, daging buah tidak berhubungan langsung dengan sumber panas. Pengeringan dilakukan di dalam ruang pengering yang dilengkapi pipa pemanas dan plat pemanas. Cara ini hanya membutuhkan waktu 1-2 hari saja dan kualitas kopra yang diperoleh pun cukup baik karena tidak berbau asap. Ruang yang digunakan untuk pemanasan terdiri dari 2 macam yaitu : lade oven yaitu ruangan tempat pengeringan yang tertutup dan kedalamnya dialirkan panas. Kopra yang masih basah disusun dalam kotakkotak yang telah tersedia. Pemanasan dilakukan dengan suhu 40-80 C. dan plaat oven adalah ruangan pengeringan yang berupa dapur setinggi 1 m yang di atasnya terdapat besi plat yang berlubang-lubang. Pada dapur tersebut dibuatkan cerobong asap. Sehingga ketika pengeringan asap akan keluar melalui cerobong dan panas keluar melalui plat besi. (Palungkun, 1999).

Umumnya penilaian kopra dilakukan berdasarkan atas : - Warna : putih, sehingga kandungan asam lemak bebasnya rendah dan minyak yang diperoleh berkualitas baik - Besar dan tebal : semakin besar dan tebal kopranya semakin baik. Kopra yang cukup besar dan tebal diharapkan menghasilkan minyak yang lebih banyak - Kebersihan : kopra bersih dan bebas kotoran seperti arang, hangus, dan kotoran yang ikut saat pengangkutan dan penyimpanan. - Kadar air : kadar air harus rendah dan bebas dari cendawan. Kopra yang cukup kering kadar airnya 5-7%. (Palungkun, 1999). Dalam perdagangan kopra internasional belum ditetapkan standar mutu kopra. Mutu kopra biasanya merupakan kesepakatan antara produsen dan pembeli. Di Indonesia mutu kopra ditentukan berdasarkan Standar Industri Indonesia sebagai berikut : - Mutu A mengandung : Air maksimum 5%, Lemak maksimum 65%, Asam lemak bebas maksimum 5%, tidak mengandung bagian berjamur dan berulat lebih dari 8% - Mutu B mengandung : Air maksimum 5%, Lemak maksimum 60%, Asam lemak bebas maksimum 5%, tidak mengandung bagian berjamur dan berulat lebih dari 8% - Mutu C adalah kopra yang tidak memeluhi syarat untuk mutu A dan mutu B. tidak mengandung bagian berjamur dan berulat lebih dari 8%. (Suhardiman, 1999).

Mutu kopra yang dihasilkan oleh produsen di daerah pedesaan, terutama di daerah sentra produksi kopra belumlah memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan di dalam Standar Industri Indonesia, terutama yang menyangkut kadar air dan kadar lemaknya. Keengganan para produsen di daerah pedesaan ini untuk meningkatkan mutu kopra pada umumnya disebabkan oleh tidak adanya premi atau perbedaan harga yang wajar antara kopra yang bermutu baik dan kopra yang bermutu rendah (Suhardiyono, 1988). 2.2. Landasan Teori Komoditi pertanian pada umumnya dihasilkan sebagai bahan mentah dan mudah rusak (perishable), sehingga perlu penyimpanan, perawatan dan pengolahan. Proses pengolahan hasil pertanian dapat meningkatkan guna komoditi pertanian. Salah satu konsep yang sering digunakan membahas pengolahan komoditi ini adalah nilai tambah (Soekartawi, 2002). Komponen pengelolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut: 1) Meningkatkan nilai tambah Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Bagi pengusaha, kegiatan pengolahan menjadi kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik

maka nilai tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. 2) Kualitas hasil Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri. 3) Penyerapan tenaga kerja Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan. 4) Meningkatkan keterampilan Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar. 5) Peningkatan pendapatan Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan hasil penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar. (Soekartawi, 1999). Pada pengolahan hasil pertanian dapat dikatakan juga adanya diversifikasi vertikal yaitu kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan (memasukkan) tambahan

kegiatan atau perlakuan terhadap komoditas setelah panen, sehingga para petani/produsen bersangkutan dapat memperoleh nilai tambah dari komoditas yang dihasilkan. Melalui kegiatan ini (penyimpanan, pengeringan, pengolahan, pengangkutan), nilai tambah yang semula dinikmati oleh pihak lain (pengolah, pedagang) sekarang diterima oleh petani produsen bersangkutan, sehingga dengan demikian pendapatan petani dapat ditingkatkan (Suryana, 1995). Peningkatan nilai tambah dari suatu produk agribisnis pada dasarnya tidak terlepas dari aplikasi teknologi yang tepat dan sistem manajemen yang professional. Besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi yang digunakan dalam proses produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan. Suatu perusahaan dengan teknologi yang lebih baik akan meningkatkan produk dengan kualitas yang lebih baik pula, sehingga harga produk olahan akan lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperoleh (Suryana, 1995). Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditas karena mengalami proses pengolahan, pengangkutan ataupun penyimpanan dalam suatu produksi. Dalam proses pengolahan, nilai tambah dapat didefinisikan sebagai selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan input lainnya, tidak termasuk tenaga kerja. Sedangkan marjin adalah selisih antara nilai produk dengan harga bahan bakunya saja. Dalam marjin ini tercakup komponen faktor produksi yang digunakan yaitu tenaga kerja, input lainnya dan balas jasa pengusaha pengolahan (Hayami et al., 1987).

Menurut Hayami et al. (1987), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat dikategorikan menjadi dua yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku, dan nilai input lain. Perhitungan nilai tambah yang diperoleh dari proses pengolahan suatu produk dapat menggunakan Metode Hayami. Kelebihan dari analisis nilai tambah dengan menggunakan Metode Hayami adalah pertama, dapat diketahui besarnya nilai tambah, nilai output, dan produktivitas, kedua, dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik-pemilik faktor produksi, serta ketiga, prinsip nilai tambah menurtu Hayami dapat diterapkan untuk subsistem lain diluar pengolahan, misalnya untuk kegiatan pemasaran (Suprapto, 2006). Suatu agroindustri diharapkan mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi selain mampu untuk memperoleh keuntungan yang berlanjut. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan merupakan selisih antara nilai komoditas yang mendapat perlakuan pada suatu tahap dengan nilai korbanan yang harus dikeluarkan selama proses produksi terjadi. Nilai tambah yang diperoleh lebih dari 50% maka nilai tambah dikatakan besar dan sebaliknya, nilai tambah yang diperoleh kurang dari 50% maka nilai tambah dikatakan kecil (Sudiyono, 2004). Agroindustri pengolahan kopra merupakan pengolahan hasil produk olahan sehingga agroindustri adalah bagian dari subsistem agribisnis. Agroindustri adalah

industri yang berbahan baku utama dari industri pertanian. Agroindustri pada konteks ini menekankan pada food processing management dalam suatu produk olahan, yang bahan baku utamanya adalah produk pertanian. Dalam lingkup agroindustri ini digunakan teknologi untuk mampu memberikan nilai tambah yang relatif tinggi terhadap produk yang dihasilkan (Husodo dkk, 2004). Pemasaran adalah suatu proses sosial dengan individu dan kelompok dengan kebutuhan dan keinginan dalam menciptakan, penawaran, dan perubahan nilai barang dan jasa secara bebas dengan lainnya (Kotler, 1993). Rangkaian proses penyaluran produk dari produsen hingga sampai ke konsumen akhir disebut saluran pemasaran. Saluran pemasaran menurut bentuknya dibagi dua yaitu : a) Saluran distribusi langsung (direct channel of distribution) yaitu penyaluran barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara, seperti penjualan di tempat produksi, penjualan di toko/gerai produsen, penjualan dari pintu ke pintu, penjualan melalui surat. b) Saluran distribusi tak langsung (indirect channel of distribution) yaitu bentuk saluran distribusi yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk menyalurkan barang atau jasa kepada konsumen (Rahim, 2008). Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil komoditas pertanian tergantung pada beberapa faktor yaitu : 1) Jarak antara produsen dan konsumen

Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, semakin panjang saluran yang ditempuh produk 2) Cepat tidaknya produk rusak Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran pemasaran yang pendek dan cepat. 3) Skala produksi Bila produksi berlangsung dengan ukuran-ukuran kecil, maka jumlah yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini tidak akan menguntungkan bila produsen langsung menjual ke pasar 4) Posisi keuangan pengusaha Produsen yang mempunyai modal yang banyak cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran (Rahim, 2008). Menurut Rahim (2008), Salah satu karakteristik produk pertanian adalah perishable yang artinya produk pertanian yang mudah busuk, rusak atau tidak tahan lama. Kopra merupakan produk pertanian yang tidak mudah busuk, tahan lama dan dapat disimpan. Kopra adalah produk pertanian yang sedikit diusahakan oleh masyarakat lainnya. Pemasaran kopra tertutup karena banyak yang tidak tahu. Struktur pasar pemasaran kopra ini adalah pasar Oligopoli. Pasar oligopoli adalah pasar yang didalamnya terdapat beberapa penjual terhadap satu komoditi sehingga tindakan satu penjual akan mempengaruhi tindakan penjual lainnya. Sifat ini menyebabkan

setiap perusahan harus mengambil keputusan dengan hati-hati dalam mengubah harga, bentuk barang, corak produksi dan sebagainya (Pratama, 2009). Dalam sistem pemasaran hasil pertanian ada tiga kelompok perantara yang terlibat: pengumpul, pedagang besar, dan pedagang eceran. Dengan demikian, tingginya marjin pemasaran melalui lembaga pemasaran akan berhubungan dengan kebijaksanaan pedagang perantara yang terlibat. Dilihat dari fungsinya, pedagang tersebut terlibat dalam pelaksanaan fungsi pemasaran baik fungsi pertukaran seperti penjualan dan pembelian, fungsi fisik seperti pengangkutan dan penyimpanan, maupun fungsi fasilitas seperti standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana (Ginting, 2006). Marketing pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran biasanya melakukan fungsi-fungsinya yang berbeda sehingga share margin diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda (Sudiyono, 2004). Biaya pemasaran komoditas pertanian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan atau aktivitas usaha pemasaran komoditas pertanian. Biaya pemasaran komoditas pertanian meliputi biaya transportasi, atau biaya angkut, biaya pungutan retribusi, dan lain-lain. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran (pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan sebagainya) dan efektifitas pemasaran yang dilakukan, serta macam komoditasnya (Rahim, 2008).

Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat, semakin panjang rantai tata niaga dan semakin besar biaya pemasaran komoditi tersebut. Secara teknis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga suatu barang hasil pertanian maka : a) Biaya tata niaga semakin rendah b) Margin tata niaga juga semakin rendah c) Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah d) Harga yang diterima produsen semakin tinggi (Daniel, 2002). Margin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Perhitungan margin pemasaran digunakan untuk melihat setiap saluran pemasaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang mengakibatkan adanya perbedaan harga ditingkat produsen dan di tingkat konsumen (Sudiyono, 2004). Margin pemasaran dapat tersusun melalui kurva permintaan dan kurva penawaran, karena melalui mekanisme permintaan dan penawaran akan terbentuk harga di tingkat pengecer dan harga di tingkat produsen (Sihombing, 2011). Berikut adalah kurva permintaan primer dan turunan, kurva penawaran primer dan turunan serta margin pemasaran

Mo Pr Pf Kurva Penawaran Turunan Kurva Penawaran Primer Kurva Permintaan Primer Kurva Permintaan Turunan Q* Jumlah Q Gambar 1. Kurva permintaan primer dan turunan, kurva penawaran primer dan serta margin pemasaran turunan Dari gambar di atas ditunjukkan bahwa kurva permintaan primer yang berpotongan dengan kurva penawaran turunan membentuk harga di tingkat pengecer (Pr), sedangkan kurva permintaan turunan berpotongan dengan kurva penawaran primer membentuk harga di tingkat petani (Pf). Margin tata niaga merupakan selisih harga di tingkat pengecer dengan harga di tingkat petani (M = Pr Pf) dengan asumsi jumlah produk yang ditransaksikan di tingkat petani sama dengan jumlah produk di tingkat pengecer yaitu sebesar Q* (Sihombing, 2011). Price spread adalah perbedaan harga dari barang yang sama yang berada pada 2 middleman atau pedagang perantara yang berbeda. Price spread ataupun margin yang diterima oleh petani dari harga konsumen merupakan suatu indikator umum dalam mengukur tingkat kesejahteraan kemakmuran petani (Sihombing, 2011). Elastisitas transmisi merupakan perbandingan perubahan nisbi dari harga di daerah pengecer dengan perubahan harga ditingkat petani. Pada umumnya nilai elastisitas transmisi lebih kecil daripada satu, yang artinya pada volume dan harga

input konstan maka perubahan nisbi harga ditingkat pengecer tidak akan melebihi perubahan nisbi harga ditingkat petani (Sudiyono, 2004). Sistem tata niaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat yaitu mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani kepada konsumen dengan biaya semurahmurahnya dan mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan produksi dan tataniaga barang tersebut (Mubyarto, 1989). Cara-cara mempertinggi efisiensi tata niaga dalam mengurangi ongkos tata niaga yaitu dengan menentukan besar dan jumlah perusahaan-perusahaan yang melakukan fungsi tata niaga dalam tingkat optimum, sehingga ongkos akan lebih minim atau tetap sehingga efisien dan memperbaiki cara kerja dari masing-masing lembaga dalam penjualan harga (Sihombing, 2011). Cara-cara memperbaiki efisiensi tata niaga dengan mengurangi profit yaitu dengan mengurangi kemungkinan adanya resiko (bidang teknis) seperti: packing, handling, transport, dan lain-lain yang lebih baik dan mengurangi profit bahanbahan tata niaga itu sendiri (Sihombing, 2011). 2.3. Kerangka Pemikiran Kopra adalah salah satu hasil olahan kelapa yang banyak diusahakan oleh masyarakat. Kopra umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak kelapa. Kopra dihasilkan dari daging buah kelapa yang dikeringkan. Pembuatan kopra yang dilakukan oleh masyarakat masih melakukan pengeringan dengan menggunakan matahari, sehingga belum menghasilkan kopra dengan

mutu yang baik. Pembuatan kopra ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah. Besarnya nilai tambah tergantung dari teknologi yang digunakan dalam proses produksi dan adanya perlakuan lebih lanjut terhadap produk yang dihasilkan. Pengolahan dengan teknologi yang baik akan menghasilkan produk dengan kualitas yang lebih baik pula, sehingga harga produk olahan akan lebih tinggi dan akhirnya akan memperbesar nilai tambah yang diperoleh. Peningkatan nilai produk tersebut dapat meningkatkan pendapatan para pelaku di dunia pengolahan pangan, terutama para petani. Agar pendapatan yang diperoleh menguntungkan, maka petani harus mengupayakan penerimaan yang tinggi dan biaya produksi yang rendah. Untuk mencari berapa besar nilai tambah kopra maka digunakan metode Hayami. Pada umumnya, petani tidak menjual langsung hasil olahannya kepada konsumen. Petani menjual kopra kepada pedagang pengumpul. Pedagang pengumpul menjualnya kepada kilang minyak yang dianggap sebagai konsumen akhir. Selama proses itu, masing-masing lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran, misalnya pembelian, penjualan, sortasi, transportasi, penyimpanan dan lain-lain. Pedagang pengumpul mempunyai posisi yang kuat dalam pemasaran kopra. Pedagang pengumpul memiliki modal yang besar dan mampu menentukan harga pembelian dan harga penjualan dalam batas-batas tertentu sehingga menghasilkan sejumlah keuntungan yang diinginkan. Dalam memasarkan kopra diperlukan biaya pemasaran. Jika biaya pemasaran kecil maka pendapatan masing-masing yang diterima adalah besar. Biaya pemasaran komoditi pertanian biasanya diukur secara kasar dengan share margin

dan price spread. Biaya pemasaran ini diperlukan oleh lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran mulai dari produsen hingga konsumen. Pedagang perantara dalam rantai pemasaran kopra yang dilalui sedikit, maka dikatakan bahwa saluran pemasaran kopra tersebut pendek. Saluran pemasaran yang pendek akan memperkecil biaya pemasaran dan marjin pemasaran dan ini dibebankan kepada konsumen. Semakin pendek jarak lembaga pemasaran yang digunakan produsen sampai ke konsumen akhir, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh dan sebaliknya semakin panjang mata rantai yang dilalui dari produsen sampai ke konsumen akhir maka semakin rendah keuntungan yang diperoleh produsen. Dari sini dapat dilihat efisien tidaknya suatu tata niaga dan juga elastisitas transmisi harga tata niaga tersebut. Dengan semakin efisiennya tata niaga kopra maka diharapkan dapat memperbaiki tataniaga.

Secara skematis kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut : Buah Kelapa Metode Hayami Nilai Tambah Pengolahan Kopra Petani Pedagang pengumpul konsumen Tata Niaga Fungsi Pemasaran Biaya Pemasaran Margin Pemasaran Transmisi Harga Price Spread Share Margin Efisiensi Pendapatan Pendapatan Masing-masing Kebijakan/ Perbaikan Tata Niaga Gambar 2. Skema kerangka pemikiran Keterangan : = menyatakan hubungan = menyatakan saluran pemasaran

2.4. Hipotesis Penelitian Berdasarkan landasan teori yang dibuat, maka hipotesis penelitian ini dibuat sebagai berikut: 1) Pengolahan buah kelapa menjadi kopra memiliki nilai tambah yang relatif tinggi. 2) Pemasaran kopra di daerah penelitian tidak efisien.