BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

PROSES PEMBUATAN BOTOL MILKY DI PT. LURINA PLASTIK INDUSTRIES, CIKARANG

PERANCANGAN DAN FABRIKASI MESIN EXTRUSI SINGLE SCREW

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH MESIN PERALATAN PENGOLAHAN PANGAN (Ekstruder)

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI POKOK. 1. Kalor Jenis dan Kapasitas Kalor 2. Kalorimeter 3. Kalor Serap dan Kalor Lepas 4. Asas Black TUJUAN PEMBELAJARAN

BAB III PROSES PRODUKSI KABEL PADA MESIN EKSTRUDER 15 JA

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Es krim adalah sejenis makanan semi padat. Di pasaran, es krim

I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan kalor jenis berbagai logam

BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK

BAB II LANDASAN TEORI

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Polimer terbentuk oleh satuan struktur secara berulang (terdiri dari susunan monomer) H H H H H

9/17/ KALOR 1

11.1 Pemrosesan Material Plastik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pirolisator merupakan sarana pengolah limbah plastik menjadi

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

PROSES PERANCANGAN MANUFAKTUR PEMBUATAN MATA PISAU DINAMIS MESIN PENCACAH BOTOL PLASTIK. Oleh WENDI ROSYANTO

TEKNOLOGI PEMASAKAN EKSTRUSI

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

BAB 10 KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR

PEMBERDAYAAN PETANI MELALUI RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT PELLET KOMPOS KOTORAN SAPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR KERJA (LAPORAN ) PRAKTIKUM IPA SD PDGK 4107 MODUL 5. KALOR PERUBAHAN WUJUD ZAT dan PERPINDAHANNYA PADA SUATU ZAT

PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING.

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

STABILITAS BENTUK DAN DIMENSI PLASTIK POLYPROPYLENE TERHADAP KECEPATAN PUTARAN SCREW MESIN EKSTRUSI

PROSES PENGERJAAN PANAS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (a) (b) (c) (d) Gambar 4.1 Tampak Visual Hasil Rheomix Formula : (a) 1, (b) 2, (c) 3, (d) 4

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Pendahuluan PENGEMBANGAN MESIN INJEKSI PLASTIK SKALA INDUSTRI KECIL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

LABORATORIUM TERMODINAMIKA DAN PINDAH PANAS PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012

LAMPIRAN I. Tes Hasil Belajar Observasi Awal

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB II LANDASAN TEORI

BAGAIMANA HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN KIMIA SEHARI-HARI DENGAN STRUKTUR PARTIKEL PENYUSUNNYA? Kegiatan 2.1. Terdiri dari

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB II LANDASAN TEORI

MARDIANA LADAYNA TAWALANI M.K.

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Senyawa Polimer. 22 Maret 2013 Linda Windia Sundarti

7. Menerapkan konsep suhu dan kalor. 8. Menerapkan konsep fluida. 9. Menerapkan hukum Termodinamika. 10. Menerapkan getaran, gelombang, dan bunyi

KATA PENGANTAR. Tangerang, 24 September Penulis

PROSES INJECTION MOLDING PADA PEMBUATAN FRONT FENDER SPIN 125 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR. : Achmad Muttaqin NPM :

FISIKA TERMAL Bagian I

Abstrak. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh keausan ring piston terhadap kinerja mesin diesel

No. Karakteristik Nilai 1 Massa jenis (kg/l) 0, NKA (kj/kg) 42085,263

SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB

- - KALOR - - Kode tujuh3kalor - Kalor 7109 Fisika. Les Privat dirumah bimbelaqila.com - Download Format Word di belajar.bimbelaqila.

FISIKA TERMAL(1) Yusron Sugiarto

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

RANCANG BANGUN MESIN PEMERAS KOPRA DENGAN KAPASITAS 3 LITER/JAM

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

ANALISA PELEBURAN LIMBAH PLASTIK JENIS POLYETHYLENE TERPHTALATE (PET) MENJADI BIJI PLASTIK MELALUI PENGUJIAN ALAT PELEBUR PLASTIK

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Jenis-jenis polimer. Berdasarkan jenis monomernya Polimer yang tersusun dari satu jenis monomer.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN ANALISA

IV. ANALISA PERANCANGAN

1 By The Nest We do you. Question Sheet Physics Suhu Kalor dan Perpindahannya

BERKAS SOAL OLIMPIADE BIDANG STUDI FISIKA

KALOR DAN KALOR REAKSI

BOTOL PLASTIK. Gisca Agustia Citara Gusti Riri Arnold Constantine

BAB II DASAR TEORI. harus dilakukan secara cermat dengan memperhatikan faktor-faktor yang. serta dapat menghasilkan hasil penepungan yang optimal.

METODOLOGI PENELITIAN

Optimasi Penerapan Teknologi Ekstrusi pada Prototipe Mesin Daur Ulang Limbah Styrofoam

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Momentum, Vol. 9, No. 1, April 2013, Hal ISSN ANALISA KONDUKTIVITAS TERMAL BAJA ST-37 DAN KUNINGAN

PENGARUH PEMANASAN BAHAN BAKAR DENGAN RADIATOR SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KINERJA MESIN BENSIN

KALOR. hogasaragih.wordpress.com

KONSENTRASI OTOMOTIF JURUSAN PENDIDIKAN TEKIK MOTOR

Pemodelan Distribusi Suhu pada Tanur Carbolite STF 15/180/301 dengan Metode Elemen Hingga

Transkripsi:

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Proses ekstrusi dimulai dengan memasukan bahan baku, seperti pellet plastik dan serpihan plastik ke dalam hopper. Kemudian butiran plastik disampaikan maju dengan screw yang berputar melalui barrel yang dipanaskan. Pada saat bahan plastik melewati saluran screw, secara bertahap plastik dipanaskan dan meleleh oleh panas geser yang dihasilkan oleh sekrup berputar, serta yang dilakukan dari pemanas di sekitar barrel menggunakan panas bantuan (T Alfery, 2011). 2.2 PRINSIP KERJA MESIN EXTRUSI Ekstrusi adalah proses yang berkesinambungan selama bahan baku plastik meleleh dan dibentuk menjadi panjang terus menerus dari produk plastik dengan profil konstan crosssectional, dan produk kemudian dapat dipotong menjadi panjang yang diinginkan oleh peralatan pemotong ( cruser ). Ekstruder yang biasanya tersedia dipasaran adalah dari jenis ekstruder ulir tunggal (single screw extruder/sse) dan ekstruder ulir ganda (twin /TSE) yang dapat digunakan secara luas pada produksi bahan-bahan makanan komersial.model twin screw extruder (TSE) lebih sering dipilih oleh perusahaan-perusahaan pengolah makanan. Model ini

6 merupakan pilihan yang tepat untuk melakukan diversifikasi jenis-jenis makanan, dikarenakan kemampuannya yang baik dalam mengatur daya tekan mekanis dan daya giling efektif pada adonan di dalam selubung mesin ekstruder (barrel) (Baianu, 1992). Karena termoplastik dapat melunak dan dibuat mengalir dengan aplikasi panas, mereka dapat dibuat oleh proses seperti injection molding, ekstrusi, dan blow molding (compression molding). (M.R Kamal, W. Patterson, 2011). Teknologi ekstrusi merupakan teknologi yang cukup tua. Pada tahun 1797 di Inggris, Joseph Bramah menciptakan mesin untuk membuat pipa tanpa sambungan yang diperkirakan sebagai mesin ekstrusi pertama. Tidak lama kemudian produkproduk lain seperti sabun, macaroni dan bahan-bahan bangunan diproses menggunakan mesin yang sama. Pada mesin ini untuk menggiling dan mencampur bahan digunakan piston yang dioperasikan oleh tangan. Karena keterbatasan proses yang dilakukan ekstruder terdahulu maka ekstruder yang menggunakan ulir (screw) diciptakan untuk kebutuhan industri kabel. Konsep awal yang diketahui mengenai ekstruder ulir tunggal ditemukan di tahun 1873 pada suatu gambar rancangan milik Phoenix Gummiwerke A.G. (Andrew, 2010 ). Gambar 2.1 Mesin Ekstrusi termoplastik Sumber: Paul Troester, 1935

7 2.3 KOMPONEN UTAMA MESIN EKSTRUSI (EXTRUDER) Secara global, cara kerja dari mesin extrusi ini hampir sama dengan mesin injection molding. hanya saja perbedaanya tipis sekali, kalau pada mesin injection molding mesin injection dalam mencetak satu persatu dan cetakannya berpisah dengan tabung screwnya, sedangkan pada mesin ekstrusi dalam mencetak biasanya akan berkesinambungan dan hasilnya akan di potong oleh pisau agar menjadi butiran atau pellet plastik agar mudah dalam pengemasannya. Berikut adalah komponen utama yang harus diperhatikan dalam merancang mesin ekstrusi: 1. Screw Mekanisme screw membuat perpindahan panas yang relative cepat antara barrel yang panas dan material plastik dingin. Pada saat berputar, material dari hopper tertarik Mesin extrusi ini mempunyai bagian-bagian utama berupa poros ber ulir screw. Berfungsi untuk mendorong dan menekan pellet plastik hingga keluar dari cetkan (die). Gambar 2.2 Skema satu screw. Dalam prosesnya bahan baku pp ( polyproline ) Berbentuk pellet dimasukan kedalam hopper dan digerakan dengan menggunakan sebuah poros ber ulir yang berbentuk helickal ( Screw conveyor ) kemudian di antarkan hingga ke cetakan (die). poros berulir seperti pada gambar 2 dari tiga bagian utama yaitu :

8 Bagian masuk ( feding section ) Bagian ini mempunyai diameter ulir yang konstan dan daerah tempat bahan mengalir tentu saja konstan, yang membawa bahan baku menuju bagian kompresi (bagian pelumatan / penglihatan ). Bagian Kompresi ( compression section ) Pada Bagian kompresi ini, diameter screw meningkat secara kontiniu sedangkan sebaliknya daerah bebas alir dari bahan makin mengecil. disini Bahan polimer dilunakan/ diliatkan. Pada daerah ini juga bahan polimer di panaskan sehingga suhu tertentu agar bahan polimer dapat mengalir dengan lancar, sedangkan untuk menjaga agar barrel tidak kelebihan panas, maka di pasang pengatur suhu barrel pada suhu tertentu. Setelah melewati bagian kompresi, bahan kemudian di bawa pada bagian akhir. Bagian Akhir (metering Section) Bagian ini sama dengan daerah pemasukan Yang mempunyai daerah bebas alirnya konstan, namun daerah bebas aliran lebih kecil, disini Bahan akan mengalami kenaikkan Suhu Lagi karena Tekanan Geser clan gesekan pada daerah ini cukup besar. mengisi saluran screw dan didorong menuju kea rah nozzle. Agar jalanya material menjadi lancer, permukaan screw harus lebih halus dari barrel. 2. Barrel Barrel sudah menjadi satu-kesatuan dengan screw, selain sebagai wadah pengaduk barrel juga sebagai penghantar panas heater yang terpasang pada dinding barrel. 3. Cetakan (Dies) Setiap keluaran pencetakan pada mesin ekstrusi, dies bermacam-macam jenis dan bentuknya. Tergantung pengaplikasiannya dalam percetakan.

9 4. ELemen pemanas (Heater) Elemen pemanas adalah komponen yang menghasilkan panas untuk pemprosesan plastik pada mesin ekstrusi ini.elemen ini terdiri dari tiga buah dan dipasang pada barrel. Elemen ini diletakan pada bagian pengumpan (feed section), penekan (compression section) dan bagian pengaduk (metering section).untuk pengaturan temperature proses plastinisasi, elemen pemanas ini dihubungkan ke box control temperatur termokopel. 5. Motor Penggerak Unit penggerak (driver unit) untuk mesin ekstrusi ini merupakan sebuah motor listrik 1- phasa dengan putaran 1420 rpm, daya 1 HP, dan tegangan sebesar 220 Volt. Motor dihubungkan ke gearbox reduksi melalui melalui sebuah puli dan sabuk untuk mereduksi putaran. 6. Motor dan Tranmission Gear box Fungsinya untuk mengubah putaran tinggi yang dihasilkan oleh motor listrik / mesin diesel menjadi putaran lambat namun lebih kuat. Untuk gearbox sendiri ada berbagai macam type, untuk masing-masing type bisa dibedakan dengan ukurannya seperti misalnya type -60 lebih kecil daripada gearbox yang berukuran type-80. 2.4 TAHAP TAHAP DALAM PROSES EKSTRUSI Proses pengolahan ekstrusi dibagi menjadi tiga tahap yaitu pra-ekstrusi, ekstrusi dan tahap setelah ekstrusi (post-extrusion). Tahap pra-ekstrusi, plumeran dan melting. Tahap ekstrusi, mesin yang digunakan ialah berbagai jenis ekstruder dan beragam aksesorisnya sesuai kebutuhan pengolah. Produk yang keluar dari tahap ini disebut ekstrudat dan tergantung dari kebutuhan kita atau jenis ekstruder yang digunakan, ekstrudat ini dapat merupakan produk akhir ekstrusi ataupun juga produk yang harus diolah lagi lebih lanjut.

10 Tahap setelah ekstrusi (post-extrusion). Mesin yang tersedia untuk proses ini ialah mesin pengering dan pendingin yang semuannya disesuaikan dengan kebutuhan pengolah. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi di bidang ekstrusi yang pesat akhir-akhir ini, maka selain dapat berfungsi sendiri terpisah dari ekstruder, mesin-mesin tersebut juga dapat dipasangkan pada ekstruder. 2.4.1 Kecepatan Extrusi Dalam menentukan output screw tergantung desainner dari pihak pembuat screwnya. Dalam proses desain bisa terjadi keberhasilan dan kegagalan tergantung dari ujicoba yang dilakukan pihak pemesan. : Merupakan Factor factor umum yang menentukan kecepatan output Mesin adalah: Diameter screw (semakin besar diameter screw semakin besar output screw) Putaran Screw (RPM) samakin cepat semakin besar output dari screw yang di hasilkan Hambatan die, jika die mempunyai hambatan kecil maka output screw extruder akan keluar maksimal tidak ada yang tertahan Faktor factor desain Screw yang menentukan kecepatan output dari screw adalah: (Dimana factor desain adalah menentukan jika diameter dan speed sudah tertentu/sama, maka dengan usaha merubah desain screw akan terjadi perubahan yang cukup besar. Berikut factor fundamental yang membuat kecepatan output screw bisa bertambah Gambar 2.3 Desain Extruder (Baianu, 1992)

11 Pitch (S) adalah jarak antar ulir, semakin panjang jarak Pitch suatu screw makan semakin cepat perpindahan material yang didapat dilakukan screw, sehingga output screw semakin tinggi. Scew standar panjang pitch adalah sama diameter screw jika screw 50mm kebanyakan screw Picth adalah 50mm. Depth (H) adalah kedalaman screw, semakin dalam H (depth) maka volume bahan akan semakin cepat di transfer sehingga output semakin tinggi, factor H ini tidak bisa lebih dalam karena diameter bisa semakin kecil dan resiko patah pada screw. Grooved adalah celah pada awal extruder dimana membantu masukan bahan, untuk screw High speed sudah harus memakai celah tsb. Dengan menambah masukan bahan maka output akan meningkat. 2.4.2 Temperatur Parameter kunci pada proses Extrude molding adalah temperature leleh (mencair) dan temperature di dalam cetakan. Efektivitas biaya dipengaruhi dari waktu yang dihabiskan untuk siklus yang meliputi injeksi, pendinginan, dan pergerakan dari unit klem N. Catalin, 2010. Daftar temperature proses yang direkomendasikan untuk termoplastik dan elastomer termoplastik ditunjukkan pada table 2.1 buku Johannaber, 1997. Data yang ditunjukkan merupakan pengaturan temperatur untuk daerah pemanasan pada plasticating unit dari mesin extrude molding, serta untuk pengaturan temperature pada nozzle dan suhu pendinginan pada cetakan. Besarnya temperatur untuk melelehkan material termoplastik berkisar dari yang terendah sebesar 130 C sampai yang tertinggi sebesar 400 C. 2.4.3 Pemanas Elektrik Besarnya daya heater tergantung dari jenis material yang akan dipanaskan, massa benda yang akan dipanaskan, dan waktu yang ingin ditempuh dalam mencapai suhu tertentu.untuk menentukan besarnya daya heater nantinya, menggunakan rumusan dari produsen heater sebagai berikut:

12 Q = m x c x T 860 x t x ɳ (2.1) Dimana : Q : Daya heater, kwatt C : Panas jenis material yang dipatahkan kc kg m : Massa bareel ( kg ) ΔT : Kenaikan suhu ( C ) T : Waktu pemanasan ( jam ) ɳ : Efisiensi, 0,1 0,5 2.4.4 Kalor Kalor adalah sesuatu yang dipindahkan diantara sebuah sistem dan sekelilingnya sebagai akibat dari hanya perbedaan temperatur. Konsep kalor sebagai sebuah zat yang jumlah seluruhnya tetap konstan akhirnya tidak mendapat dukungan eksperimen (Wiley, 1978). Rumus untuk menghitung jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikan suhu atau merubah suhu adalah sebagai berikut : Q = m.c. T (2.2) Dimana : Q m c : Jumlah kalor yang diserap atau dilepas (J) : Massa zat (kg) : Kalor jenis Zat (J/kg⁰C)

13 T : Perubahan Suhu (suhu awal-suhu kedua) Tabel dibawah memperlihatkan besar kalor jenis untuk beberapa zat pada suhu 20 o C. Sampai batas tertentu, nilai kalor jenis (c) bergantung pada suhu (sebagaimana bergantung sedikit pada tekanan), tetapi untuk perubahan suhu yang tidak terlalu besar, c seringkali dianggap konstan. Tabel 2.1 Kalor Jenis Dan Kapasitas Kalor Pada Zat Zat Kalor Jenis (c ) kkal/kg C J/kg C Alumnium 0,25 900 Tembaga 0,093 390 Kaca 0,20 840 Besi atau baja 0,11 450 Timah hitam 0,031 130 Mamer 0,21 860 Perak 0,056 230 Kayu 0,4 1.7 Alkohol (etil) 0,58 2.4 Air raksa 0,033 140 Air Es (-5 C) 0,50 2.1 Cair (15 C) 1,00 4.86 Uap (110 C) 0,48 2.02 Tumbuh manusia (ratarata) 0,83 3.47 Protein 0,4 1.7 2.4.5 Konduktifitas Termal (Cengel, 2002). Konduktivitas termal di lambangkan dengan k. satuan konduktivitas termal adalah Watt per meter drajat Celcius (W/m 0 C). sebagai rumusan persamaan dasar tentang konduktivitas termal yang di sajikan pada Tabel 2.1. bahan yang mempunyai nilai konduktivitas termal tinggi dinamakan konduktor, sedangkan bahan yang nilai konduktivitas termal rendah disebut isolator.

14 Tabel 2.2 konduktivitas termal pada 0 0 C (Holman, 1997) 2.4.6 Perpindahan Kalor Konduksi Pada pengoperasian yang konstan,tidak ada perubahan temperatur pada waktu dan titik tertentu. Oleh karena itu perpindahan panas yang masuk ke dalam pipa harus sama dengan perpindahan panas yang keluar. Dengan kata lain, perpindahan panas pada pipa adalah konstan (Cengel, 2002). Perpindahan panas konduksi pada pipa/ silinder dirumuskan sebagai berikut: q = k T A (2.3) Dimana : Q K A : Perpindahan kalor (Watt) : Konduktifitas thermal : Luas benda kerja ( m²)

15 T : Gradien suhu kearah perpindahan kalor 2.4.7 Daya Penggerak Pada saat proses molding, terdapat gaya ( F ) yang dibutuhkan untuk mendorong material plastik dan ada juga pergerakan ( v) dari elemen pendorong. Maka dari kondisi ini dapat diketahui daya ( P power ) yang dibutuhkan pada saat ekstrusi. Karena direncanakan untuk mengganti piston dengan motor sebagai unit pendorong, makan daya ini nanti akan dibutuhkan untuk pertimbangan pemilihan motor. 2.5 SIFAT TERMAL PLASTIK Bahan Plastik Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam proses pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur (T m ), temperatur transisi (T g ) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah temperatur di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami pembesaran volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan kelenturannya. Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan. Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal melampaui energi yang mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di atas 1,5 kali dari temperatur transisinya. Data sifat termal yang penting pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada tabel berikut

16 Tabel 2.3 Data Temperatur Transisi Dan Temperatur Lebur Plastik Jenis Bahan T m (ºC) T g (ºC) Temperatur kerja maks. (ºC) PP 168-175 -20 81 100 HDPE 130-137 59 110 LDPE 98-115 -25 100 220 PA 260 50 100 PET 245-265 73 80 65 ABS 110 85 PS 74 105 50 85 PMMA 85 105 50 90 PC 150 246 PVC 75 105 85 100 2.6 Sifat Material Plastik a. Polypropylene ( PP ) - Density/massa jenis pada ( 70 0 F ) : 0.9 gr/c - Massa jenis rendah - ketahanan temperatur sampai 110 0 C - Mengambang di air - PP tahan terhadap asam dan basa organik lemah, alkohol, Oli, deterjen. - Kalau dibakar, kecepatannya slow berbau diesel dengan warna nyala api Blue biru dengan ujung Yellow kuning. - Material ulet, permukaan licin tidak bisa di cat / plating dan ditempeli sticker. - Mudah deformasi saat di eject di moldnya. - Temp proses melt (melebur) pada : 420-520 0 F - Temp proses molding (pencetakan) : 60-150 0 F - Contoh aplikasinya : bagian dalam mesin cucu pakaian, rumah pompa, kontainer, koper, mainan, dll

17 b. Polvinly Chloride ( PVC ) - PVC tahan terhadap Asam, basa, alkohol, grease, bensin. - PVC tidak tahan terhadap perubahan cuaca. - kalau dibakar, kecepatannya lambat berbau hydrochloric dengan warna nyala api kuning dengan tepian api berwarna hijau. - Material U PVC ( Hard PVC ) : rigid dan keras, tahan terhadap larutan kimia tinggi - Material P PVC ( Soft PVC ) : Ulet, fleksibel - Density/ massa jenis : 1.29-1.44 gr/cm3 - tenggelam dalam air. - Temp proses Injeksi : 180 210 0 C - Temp Proses Blow : 180 210 0 C - Temp Proses ekstrusi : 170-200 0 C - Penggunaan PVC : Hard PVC : Pipa saluran air, Botol, Fitting, - Soft PVC : Seal / penyekat, Kaki boneka, selang. c. Polyacetal / Polyoxymethylene ( POM ) - Kalau dibakar, kecepatannya slow berbau asam cuka (tajam menyengat) dengan warna nyala api kuning dengan letupan. Berjelaga dan berasap hitam. - Tahan terhadap temperature. - Daya serap air rendah. - Material : keras, ulet. - Density/massa jenis : 1.42 gr/cm3 Tenggelam dalam air. - Temp proses Injeksi : 200 210b 0 C. - Temp Proses Blow : 180 0 C. - Temp Proses ekstrusi : 180 190 0 C. - Penggunaan: Roda gigi/ gear, baut, mur, roda. d. Polyethylene(PE) - Density pada ( 70 0 F ) : 0.94 gr/cc - Mengambang dalam air. - Kalau dibakar, kecepatannya fast berbau parafin dengan warna nyala api biru dengan ujungnya kuning. Melebur. - Material Ulet.

18 - Isolasi yang sangat baik - PE tahan terhadap : asam, basa, larutan garam, air, alcohol. - Density / massa jenis : 0.92-0.955 gr/cm3. - Temp proses Injeksi : LDPE : 160 260 0 C, HDPE : 200 280 0 C. - Temp Proses Blow : LDPE : 140 0 C, HDPE : 160 190 0 C. - Temp Proses ekstrusi : LDPE : 140 0 C, HDPE : 180 250 0 C. - Penggunaan : Isolasi kawat dan kabel, pipa pemanas, tempat botol (krat), box baterai.