BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Tarigan. bahasa tertentu sebagai alat komunikasinya.

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan aset masa depan yang menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. Bagi manusia normal, kegiatan berbicara merupakan suatu kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara makro menurut Sumaatmadja (1997:56) merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran saintifik dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran tematik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai hubungan yang erat dengan ketrerampilan-keterampilan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan, karena pendidikan merupakan sarana yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN. seutuhnya, sangatlah tepat. Konsep Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

Kata Kunci : Model Interaktif dan Pembelajaran IPS

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada pelajaran Fisika di SMP Negeri 3 Satu Atap Pangkalan Susu, belum

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa untuk memahami nilai-nilai, norma, dan pedoman bertingkah laku karena

dan mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat (Hamalik, 2008: 79).

Neneng Kusmijati Guru Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Purwokerto

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

A. Deskripsi Proses Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. dihubungkan oleh sel-sel saraf yang milyaran jumlahnya. Dalam pendekatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Roni Rodiyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anita Novianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB 4 KESIMPULAN. 79 Universitas Indonesia. Materi dan metode..., Muhammad Yakob, FIB UI, 2009

I. PENDAHULUAN. Menurut Hasbullah (2009:2). Kegiatan pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan wadah kegiatan sebagai pencetak

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dikuasai dan dipahami oleh guru, yaitu kemampuan menggunakan berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya. pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi.

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tentang fenomena-fenomena alam. Fenomena-fenomena alam dikemas berupa

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan baik.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang sekolah dasar dan menengah pertama, ilmu geografi terintegrasi lingkup IPS terpadu, sehingga bersatu dengan ilmu sosial yang lain seperti sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Ketika memasuki pendidikan jenjang menengah atas ilmu geografi dipelajari secara terpisah menjadi mata pelajaran tersendiri. Banyaknya materi dan proses belajar mengajar dalam waktu sedikit tetapi malah akan membuat siswa merasa jenuh. Kegiatan pembelajaran geografi itu sendiri sering dilakukan dengan metode satu arah, di mana guru menjadi satu-satunya sumber ilmu dan posisi siswa menjadi pendengar yang pasif yang hanya bisa menerima pelajaran yang diberikan. Karena dengan metode seperti itu guru beranggapan bahwa jam pelajaran yang sedikit bisa efesien. Sehingga di sini guru harus kreatif menciptakan strategi yang tepat agar siswa termotivasi untuk selalu ingin belajar. Strategi merupakan istilah lain dari pendekatan, metode atau cara. Menurut Udin S. Winataputra dan Tita Rosita (1995:124) istilah strategi secara harfiah adalah akal atau siasat, sedangkan strategi pembelajaran diartikan sebagai urutan langkah atau prosedur yang digunakan guru untuk membawa siswa dalam suasana tertentu

2 untuk mencapai tujuan belajarnya. Seperti isi dari komponen-komponen utama yang selalu terdapat dalam suatu proses belajar, yaitu : 1. Siswa yang terus berusaha mengembangkan dirinya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuan sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya. 2. Tujuan di mana apa yang diharapkan yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan atau kebutuhan yang harus dipenuhi atau sistem nilai yang harus tampak dalam perilaku dan merupakan karakteristik kepribadian peserta didik (seperti yang ditetapkan oleh peserta didik, guru, atau masyarakat) yang seyogyanya diterjemaahkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan yang terencana dan dapat dievaluasi (terukur). 3. Guru yang selalu mengupayakan terciptanya situasi yang tepat sehingga memungkinkan terjadinya proses pengalaman belajar pada diri siswa dengan mengerahkan segala sumber dan menggunakan strategi belajar mengajar yang tepat. Peran guru dalam proses pembelajaran mempunyai hubungan erat dengan cara mengaktifkan siswa dalam belajar. Mengaktifkan siswa dalam belajar merupakan cara belajar siswa aktif, yang di mana pembelajaran melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Adapun aktifitas yang tampak dalam proses belajar adalah mengumpulkan,

3 menunjukan, memahami, menerapkan, menganalisis, dan menilai. Sedangkan proses belajar yang baik adalah yang mampu mengaktifkan potensi diri siswa yang terlibat. Berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan studi pendahuluan, pengajaran geografi ternyata pada pembelajaran di sekolah sebagian besar guru masih menggunakan model pembelajaran yang tidak bervariasi. Guru selalu memposisikan diri sebagai satu-satunya sumber ilmu, dan posisi siswa sebagai pendengar pasif yang hanya bisa menerima pelajaran yang diberikan. Dengan model pembelajaran yang monoton seperti itu tentu akan menghambat tumbuhnya kreativitas siswa dan menciptakan suasana belajar yang menjenuhkan. Melihat kenyataan dalam proses pendidikan yang berlangsung selama ini, terdapat kesan kuat bahwa proses pembelajaran yang berlangsung kurang memperhatikan potensi individual dan potensi kinerja otak dan emosi. Padahal pendidikan yang bagus itu harus mengaktifkan tidak hanya otak kiri tetapi juga otak kanan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 1 Cikembar, mata pelajaran geografi masih menggunakan metode yang satu arah, yaitu di mana siswa mendengarkan, kebanyakan siswa cenderung diam, dan siswa jarang bertanya dan mengeluarkan pendapat. Kondisi demikian mengakibatkan siswa kurang aktif dan mengalami kejenuhan dalam belajar, sehingga akan berdampak pada hasil belajar siswa. Untuk mengatasi persoalan tersebut diperlukan upaya guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menarik dan mempunyai inovasi

4 pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk memperoleh pengetahuan geografi sehingga dapat mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran khususnya, dan tujuan pendidikan nasional pada umumnya. Dengan mengamati kenyataan di lapangan tersebut, penulis mencoba memikirkan suatu inovasi yang dilakukan agar geografi di kelas menjadi lebih menarik, menyenangkan serta menstimulus kreativitas siswa. Peneliti mencoba menerapkan sebuah strategi belajar aktif (active learning). Dalam pembelajaran aktif terjadi perubahan peran guru yang tadinya sebagai penyampai atau pengalih pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge) serta merupakan satu-satunya sumber belajar, berubah peran menjadi pembimbing, pembina, pengajar dan pelatih. Dalam kegiatan pembelajaran, guru akan bertindak sebagai fasilitator yang bersikap akrab dengan penuh tanggung jawab serta memperlakukan siswa sebagai mitra dalam menggali dan mengolah informasi menuju tujuan belajar mengajar yang telah direncanakan. Salah satu teknik dari model pembelajaran aktif yang akan peneliti gunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa adalah teknik active debate yang merupakan suatu perpaduan keterampilan menyimak dan berbicara yang dapat memberikan keleluasaan kepada seluruh siswa untuk mengemukakan pendapat dengan cara berpikir kritis tentang suatu masalah dari berbagai sisi, sesuai kemampuan dan pengetahuannya. Bagi pembelajaran geografi teknik ini berguna untuk menumbuhkan sifat kreatif pada diri anak, Ruseffendi (1991: 239) berpendapat bahwa:

5 Sifat kreatif akan tumbuh dalam diri anak bila ia dilatih, dibiasakan sejak kecil untuk melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan dan memecahkan masalah. Jadi guru dapat menunjang pertumbuhan kreatif anak dengan menyelenggarakan banyak kegiatan yang menggunakan metode-metode mengajar dan menyediakan beragam materi pelajaran. Dan dalam penilaian kita supaya membuang kebiasaan kita memberikan penilaian kurang baik terhadap siswa yang berpendapat lain, mengajukan pertanyaan yang tidak relevan atau menjawab pertanyaan menyimpang dari biasanya. Dengan demikian melalui pengembangan model pembelajaran dengan teknik active debate diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor sekaligus memotivasi siswa agar tidak merasa malu dan ragu untuk mengungkapkan pendapatnya sehingga dengan diterapkannya teknik active debate dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian bagaimana pengaruh teknik active debate dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi khususnya pada pokok bahasan hidrosfer. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh teknik active debate dengan metode diskusi, peneliti melakukan penelitian berjudul Pengaruh Teknik Active Debate Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Geografi (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X Semester 2 Sub Pokok Bahasan Hidrosfer Di SMA Negeri Cikembar). B. Rumusan Masalah

6 Untuk memberikan arahan yang jelas terhadap masalah yang diteliti berdasarkan latar belakang masalah, penulis akan mencoba meneliti masalah dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran pada kelompok eksperimen yang menggunakan teknik active debate? 2. Apakah ada perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol yang menggunakan pembelajaran teknik diskusi? 3. Apakah ada perbedaan sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen yang menggunakan teknik active debate dan kelompok kontrol yang menggunakan teknik diskusi? C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis hasil kegiatan siswa dalam pembelajaran geografi dengan menggunakan teknik active debate dan teknik diskusi. 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan antara hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran teknik active debate dengan hasil belajar siswa yang tidak menggunakan pembelajaran teknik diskusi.

7 3. Menganalisis sebelum dan sesudah pada kelompok eksperimen yang menggunakan teknik active debate dan kelompok kontrol yang menggunakan teknik diskusi. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi siswa, guru, dan penulis, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi siswa, diharapkan tidak merasa jenuh lagi terhadap pembelajaran geografi karena dengan adanya pembelajaran menggunakan teknik active debate diharapkan dapat melatih siswa lebih komunikatif, aktif dalam berpendapat, mengeluarkan ide, gagasan dan merangsang daya pikir siswa agar mampu menanggapi masalah dari berbagai sisi 2. Bagi guru, diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan tidak membosankan bagi siswa, meningkatkan keaktifan siswa dengan jalan merangsang daya pikir siswa serta menciptakan pemerataan kemampuan siswa serta menciptakan inovasi lain dalam pengembangan metode pembelajaran geografi. E. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini perumusannya sebagai berikut: 1. Hipotesis Kerja atau Hipotesis Alternatif (H 1 )

8 Terdapat pengaruh yang signifikan antara pengguna teknik active debate terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Geografi. 2. Hipotesis Nol (H o ) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara pengguna teknik active debate terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Geografi. F. Definisi Operasional Adapun beberapa kata kunci yang perlu dijelaskan dalam judul penelitian ini untuk menghindari penafsiran-penafsiran yang berbeda, maka penulis akan menjelaskan definisi operasional sebagai berikut: 1. Teknik Active Debate (debat aktif) adalah cara atau alat untuk mencapai suatu tujuan (lebih bersifat implementatif) dalam pembelajaran geografi dengan cara menyajikan tema yang kontroversi yang menarik untuk saling mengungkapkan argumen untuk menetapkan baik tidaknya suatu usul tertentu yang didukung oleh satu pihak yang disebut pendukung atau afirmatif dan ditolak, disangkal oleh pihak lain yang disebut penyangkal atau negatif. Teknik active debate merupakan salah satu variasi dari metode pembelajaran aktif (active learning) dalam pembelajaran geografi, Teknik active debate dapat memfasilitasi siswa untuk berani mengomentari, menyanggah, mengkritik sesuai dengan posisi dan peran yang dimainkannya.

9 2. Metode diskusi adalah suatu cara mengajar yang dicirikan oleh suatu keterkaitan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau problem dimana para peserta diskusi dengan jujur berusaha untuk mencapai atau memperoleh suatu keputusan atau pendapat yang disepakati bersama. Diskusi juga dapat diartikan sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih kelompok. Biasanya komunikasi antara kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya akan memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut. 3. Keaktifan Siswa merupakan hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan sehingga proses belajar yang ditempuh benar-benar memperoleh hasil yang optimal, karena pada dasarnya tidak ada belajar tampa keaktifan siswa. Keaktifan siswa disini lebih di mana siswa mampu beragumen, bertanya, dan menjawab pertanyaan. 4. Hasil belajar adalah hasil proses belajar yang dapat ditunjukan dalam skor yang dicapai pada pre test dan post test. 5. Kelompok eksperimen adalah suatu kelompok yang dikenakan perlakuan dalam hal ini menggunakan teknik active debate. Kelompok eksperimen di sini adalah siswa kelas X-7 di SMA Negeri 1 Cikembar. 6. Kelompok kontrol adalah suatu kelompok pembanding terhadap kelompok eksperimen yang juga mendapat pengamatan, dalam hal ini kelompok kontrol

10 dalam proses pembelajarannnya menggunakan pembelajaran teknik diskusi. Kelompok kontrol di sini adalah siswa kelas X-6 di SMA Negeri 1 Cikembar.