KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya)

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK

Anang Suhardianto Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan FMIPA Universitas Terbuka. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I. PENDAHULUAN. ini belum mampu memenuhi kebutuhannya secara baik, sehingga kekurangannya

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya sehari-hari. Berdasarkan data

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

PENDAHULUAN. mereka berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 2,76% per tahun terutama didukung oleh pertumbuhan produksi yang cepat

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia (Ganesha Enterpreneur Club, Pola Tanam Padi Sri, Produktifitas

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PADI SAWAH DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN SEMIDANG ALAS MARAS KABUPATEN SELUMA

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

V. DAMPAK SUBSIDI PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADOPSI PUPUK ORGANIK DI PROVINSI LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam segala sisi kehidupannya memiliki tingkat kebutuhan yang

METODE PENELITIAN. penelitian. Kota Medan. 21 Kecamatan. 2 Kecamatan. Kec. Medan Kota Kelurahan Sitirejo (60 RT)

BAB I PENDAHULUAN. sektor yang penting yaitu sebagian besar penggunaan lahan. Pertanian di Indonesia dapat berjalan dengan baik karena didukung adanya

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

I. PENDAHULUAN. membentuk sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang berkualitas. Menurut

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR SOSIAL EKONOMI YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT PADI SAWAH DITINJAU DARI SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN

METODE PENELITIAN Desain, Lokasi, dan Waktu Jenis dan Teknik Pengambilan Contoh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan metode survey melalui pengamatan langsung di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam segala sisi kehidupannya memiliki tingkat kebutuhan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan upaya sadar dan terancang untuk melaksanakan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

Gambar 2 Metode Penarikan Contoh

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Karakteristik Keluarga : Besar Keluarga Pendidikan Suami Pekerjaan Suami Pendapatan Keluarga Pengeluaran Keluarga. Persepsi Contoh terhadap LPG

I. PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk hidup adalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

TINGKAT PENERAPAN TEKNOLOGI PADA USAHATANI PADI SAWAH SYSTEM

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PETANI PADI DALAM PEMANFAATAN SUMBER PERMODALAN: STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

SKRIPSI MUTIARA VIANI SINAGA

BAB I PENDAHULUAN. dan berusaha, memberi sumbangan pada pengembangan wilayah. Misi. memberi sumbangan yang besar kepada pembangunan nasional (Abdoel

I. PENDAHULUAN. peradaban manusia. Padi adalah komoditas tanaman pangan yang menghasilkan

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

KETAHANAN PANGAN: KEBIJAKAN KETAHANAN PANGAN NASIONAL

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu dan Lokasi Penelitian

Herman Subagio dan Conny N. Manoppo Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

METODE PENELITIAN. Populasi dan Teknik Pengambilan Contoh

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pertanian dalam proses pembangunan melalui peningkatan kualitas. yang bergizi seimbang dan permintaan pasar global.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

III. KERANGKA PEMIKIRAN Adaptasi petani terhadap Perubahan Iklim. Menurut Chambwera (2008) dalam Handoko et al. (2008)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

Rib,, PERMINTAAN DAN PENAWARAN KOMODITI PAD1. Oleh : JONATARULI P SIDABALOK L A280167

III. METODE PENELITIAN

Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Skala Kecil Di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang. B.

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

I. PENDAHULUAN. lainnya, baik dalam bentuk mentah ataupun setengah jadi. Produk-produk hasil

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

menggunakan BLP Organik dan setelah menggunakan BLP Organik.

Transkripsi:

1 KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI PENGHASIL BERAS ORGANIK (Kasus di Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya) Hepi Hapsari 1, Endah Djuwendah 1, Eliana Wulandari 1 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran e-mail : hapsari.hepi@yahoo.co.id Abstrak. Laju pertumbuhan penduduk yang cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas bahan pangan pokok, setidaknya sama dengan laju pertumbuhan penduduk. Tuntutan ini mendorong munculnya sistem pertanian produktif yang berkelanjutan, dan ramah lingkungan seperti pertanian organik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat ketahanan pangan rumahtangga petani penghasil beras organik, dan untuk mengidentifikasi penguasaan lahan dalam mendukung ketahanan pangan rumahtangga petani. Metode penelitian desain kuantitatif dengan teknik survey cross sectional. Responden penelitian adalah rumahtangga petani penghasil beras organik yang tergabung dalam Kelompok Tani Jembar Karya dan Jembar II, Desa Margahayu, Kec. Manonjaya, Kab. Tasikmalaya. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar (85,2 %) responden tergolong tahan pangan dan tidak miskin dengan rata-rata pendapatan Rp 462.500,- per kapita per bulan. Faktor-faktor determinan yang mempengaruhi ketahanan pangan adalah pendapatan, pengetahuan usahatani organik, produktivitas lahan, penguasaan lahan dan pengolahan limbah. Agar terpenuhi kebutuhan hidup minimal, maka luas penguasaan lahan tiap rumahtangga petani sekitar 9.492 m 2. Agar terpenuhi kecukupan energi, maka luas penguasaan lahan tiap rumahtangga 1.740 m 2. Luas penguasaan lahan di tingkat kecamatan maupun tingkat kabupaten tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beras, dengan asumsi seluruh penduduk hanya mengkonsumsi beras yang dihasilkan wilayah setempat. Kata kunci : ketahanan pangan, petani, beras organik PENDAHULUAN Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk. Tuntutan ini mendorong munculnya system pertanian modern yang memiliki ciri-ciri ketergantungan yang tinggi pada : (1) pupuk sintetis; (2) bahan kimia sintetis untuk pengendali hama, penyakit dan gulma; dan (3) varietas unggul untuk tanaman monokultur. Sistem pertanian modern tersebut memang terbukti ampuh dalam menjawab tantang tersebut. Menurut FAO (1989) dalam Sutanto (2002), penggunaan pupuk yang sepadan dan seimbang di Negara-negara yang sedang berkembang dapat meningkatkan hasil pangan 50 60 persen, bahkan pengamat pertanian dunia mengemukakan bahwa kenaikan produksi pangan dunia sejalan dengan penggunaan pupuk kimia.

2 Melihat kondisi tersebut, salah satu ancaman yang besar terhadap kualitas dan kuantitas pertanian adalah hilangnya kesuburan tanah karena cara-cara bertani yang tidak memperhatikan kesehatan lingkungan. Untuk itu diperlukan system pertanian yang sesuai dengan asas-asas lingkungan sehingga dapat menjamin kesehatan lingkungan dan berkelanjutan dalam pemanfaatn sumberdaya alam bagi generasi yang akan datang. Ciri utama pertanian berkelanjutan yang berawwasan lingkungan adalah : (1) mampu meningkatkan hasil pertanian dan menjamin kebutuhan masyarakat; (2) mampu menghasilkan gizi dengan kualitas yang tinggi dengan minimalisasi bahan kimia yang membahayakan bagi yang mengkonsumsinya; dan (3) tidak mengurangi dan merusak terhadap kesuburan lahan pertanian, termasuk di dalamnya tidak menimbulkan erosi tanah (Saepurrohman, 2005). Salah satu tawaran solusi untuk menciptakan sistem pertanian yang ramah lingkungan adalah pertanian organik. Dengan biaya produksi yang menurun dan hasil yang cenderung meningkat maka petani organik memiliki peluang untuk meningkatkan pendapatannya sehingga akses petani terhadap pangan juga meningkat. Jika dilihat definisi ketahanan pangan menurut Undang-undang No.7 tahun 1996, akses terhadap pangan sangat penting bagi rumah tangga petani karena hal itu diperlukan agar dapat hidup secara produktif dan sehat Penduduk Indonesia demikian tergantung pada beras, sedikit saja terjadi gangguan pasokan, harga jual beras meningkat. Pemerintah sangat berkeinginan untuk berswasembada beras. Upaya tersebut akhirnya membuahkan hasil, pada tahun 1985, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Namun, untuk meningkatkan produksi hingga tercapai swasembada beras tersebut segala daya upaya ditempuh oleh pemerintah dengan mengeluarkan kebijakan intensifikasi pertanian di seluruh Indonesia.Para petani di Tasikmalaya pun hingga saat ini masih menerapkan kebijakan tersebut. Teknik bercocok tanam tradisional yang ramah lingkungan benar-benar ditinggalkan dan digantikan dengan cara bertani modern dengan penggunaan pupuk dan pestisida sintetis yang ternyata berdampak buruk terhadap kesuburan tanah. Menyadari hal tersebut, pada tahun 2002, Ketua Gapoktan Simpatik Tasikmalaya mencoba menerapkan cara bertani padi secara organik. Namun demikian permasalahannya adalah penguasaan lahan oleh petani tidak memadai. Rumah tangga petani di Kabupaten Tasikmalaya hanya menguasai lahan rata-rata 0,34 ha (BPS, 2010).

3 Tujuan Penelitian ini adalah menganalisis tingkat ketahan pangan rumah tangga petani penghasil beras organik dan mengidentifikasi penguasaan lahan dalam mendukung ketahanan pangan rumah tangga. Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk semakin meningkatkan ketahanan pangan petani dan semangat mengembangkan budaya pertanian organik. METODE PENELITIAN Metode penelitian menggunakan desain kuantitatif dengan teknik survey cross sectional. Populasi penelitian adalah rumahtangga petani penghasil beras organik yang tergabung dalam Kelompok Tani Jembar Karya dan Jembar II Desa Margahayu, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya. Sampel dipilih secara acak dengan ukuran 30 rumahtangga dengan pertimbangan agar nilai-nilai terdistribusi normal. Data diolah menggunakan SPSS 11.5 dan SAS for Windows. Untuk melihat hubungan antar variabel digunakan analisis korelasi dan untuk menentukan faktorfaktor determinan dari variabel-variabel bebas yang memperoleh ketahanan pangan digunakan analisis regresi linear berganda. Persamaan umum yang digunakan adalah sebagai berikut: Y = β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 + β 4 X 4 + β 5 X 5 + β 6 X 6 + β 7 X 7 + β 8 X 8 + β 9 X 9 + β 10 X 10 +E Y Β X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 X 9 X 10 E = peubah tidak bebas (ketahanan pangan yang diukur berdasarkan Tingkat kecukupan Energi. = koefisien regresi = peubah bebas pertama (penguasaan lahan) = peubah bebas kedua (modal kerja) = peubah bebas ketiga (kerjasama) = peubah bebas keempat (pendidikan formal kepala keluarga) = peubah bebas kelima (pendidikan non formal kepala keluarga) = peubah bebas keenam (tujuan penerapan pertanian organik) = peubah bebas ketujuh (pengelolaan limbah) = peubah bebas kedelapan (pengetahuan bertani secara organik) = peubah bebas kesembilan (produktivitas beras organik) = peubah bebas kesepuluh (pendapatan) = galat

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji regresi : Y = 46,870 + 2,7E-0,5X 1 + 0,146X 2 +0,103X 3 + 1,963X 4 + 5,794X 5 + 2,173X 6 Tabel 1. Sebaran rumah tangga menurut kategori peubah yang menentukan Ketahanan pangan (UNICEF 1997; Yambi & Kavishe 2002) Peubah n % Penguasaan lahan Gurem ( < 0,5 ha, dengan rasio luas/anggota rumah tangga 0,0014 0,125) 59 96,7 Menengah ( 0,5 0,9 ha, dengan rasio luas/anggota rumah tangga 0,125 0,175) 2 3,3 Modal kerja Rendah (Rp.6.003.000,00 Rp.7.975.066,00) 44 72,1 Sedang (Rp.7.975.067,00 Rp.9.948.332,00) 9 14,8 Tinggi (Rp.9.948.333,00 Rp.11.921.000,00) 8 13,1 Kerjasama Pasif (nilai 1) 7 11,5 Agak aktif (nilai 2) 35 57,4 Aktif (nilai 3) 19 31,1 Pendidikan formal kepala keluarga Tidak sekolah 23 37,7 SD 38 62,3 Pendidikan non formal kepala keluarga Tidak pernah (nilai 1) 9 14,8 Pernah sedang (nilai 2) 36 59,0 Pernah baik (nilai 3) 16 26,2 Tujuan penerapan pertanian organik Tidak berkelanjutan (nilai 3,0 4,9) 6 9,8 Kurang berkelanjutan (nilai 5,0 6,9) 31 39,3 Berkelanjutan (nilai 7,0 9,0) 24 50,9 Pengelolaan limbah Kurang menyokong pertanian organik (nilai 3,0 4,9) 7 11,5 Menyokong pertanian organik (nilai 5,0 6,9) 37 60,7 Sangat menyokong pertanian organik (nilai 7,0 9,0) 17 27,9 Pengetahuan bertani secara organik Rendah (nilai < 60 ) 9 14,8

5 Sedang (nilai 60 80) 32 52,5 Tinggi (Nilai > 80) 20 32,8 Produktivitas beras organik Rendah (30.00 49,62 kw/ha/th) 8 9,8 Sedang ( 49,63 69,25 kw/ha/th) 6 9,8 Tinggi (69,26 88,89 kw/ha/th) 49 80,3 Pendapatan Miskin (< Rp.300.000,00/kapita/bulan 9 14,8 Tidak miskin ( > Rp.300.000,00/kapita/bulan 52 85,2 Tingkat Kecukupan Energi (TKE) < 70% (tidak tahan pangan) 9 14,8 70 90% (tahan pangan) 17 27,9 > 90% (tahan pangan) 35 57,4 Sebagian besar (85,2 %) rumahtangga petani tergolong tidak miskin dan tahan pangan. Uji regresi menunjukkan bahwa ketahanan pangan dipengaruhi positif sangat nyata oleh penguasaan bertani organik, produktivitas beras organik, penguasaan lahan, tujuan bertani organik dan pengolahan limbah. Semakin banyak pengolahan limbah untuk pupuk organik tersedia, semakin besar produktivitas beras dan semakin tinggi ketahanan pangan rumahtangga. Rumahtangga yang tidak tahan pangan, menguasai lahan lebih kecil daripada rumahtangga yang tahan pangan. Karena lahannya sempit maka sember pangan dan pendapatan juga rendah. Rumahtangga ini harus mencari sumber pendapatan tambahan untuk meningkatkan ketahanan pangannya. Tabel 2. Keragaan rumah tangga petani berdasarkan peubah yang berpengaruh nyata. Pendapatan (Rp/kapita/bulan) - Biaya usahatani (Rp/Ha/musim tanam) - Hasil penjualan beras (Rp/Ha/musim tanam) -/B/C ratio Peubah Rata-rata SD Min Max Pengetahuan usahatani organik (nilai) 462.374 160.843 127.600 660.675 7.453.656 1.749.247 6.003.000 11.921.000 10.992.861 1.883.810 4.500.000 13.333.500 1,54 0,40 0,51 2,20 76,74 9,04 59 89

6 Produktivitas beras organik 73,29 12,56 30 88,89 (ku/ha/th) Produksi beras organik 18,25 8,75 4,50 40 (ku/th) Tujuan penerapan pertanian 2,30 0,64 1,00 3,00 Organik (nilai) Penguasaan lahan (Ha) 0,244 0,106 0,125 0,525 Pengelolaan limbah (nilai) 2,16 0,61 1,00 3,00 Tabel 3. Keragaan unsur-unsur penentu luas lahan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal Unsur-unsur Ideal Rata-rata SD Min Max Produksi beras rumah tangga 18,25 8,75 4,5 40 (kwintal/tahun) Produksi beras rumah tangga 73,29 12,56 30 88,89 (kwintal/ha/tahun) Jumlah anggota keluarga (orang) 5,4 1,9 2 12 Penguasaan lahan per kapita (m 2 ) 318 84 251 744 Penguasaan lahan per rumah tangga (m 2 ) 1.740 789 627 3.718 Tabel 4. Luas lahan (Ha) yang diperlukan keluarga untuk dapat memenuhi Kebutuhan hidup minimal menurut jumlah anggota rumah tangga Klasifikasi jumlah Anggota rumah tangga Kecil 2-3 Sedang 4-5 Besar 6 12 Jumlah anggota rumah tangga (n) Luas lahan yang diperlukan dengan rumus N x 0,17 Ha 2 0,34 3 0,51 4 0,68 5 0,85 6 1,02 7 1,19 8 1,36 9 1,53 10 1,70 11 1,87 12 2,04

7 Luas penguasaan lahan untuk memenhi kebutuhan hidup minimal diartikan sebagai penguasaan lahan oleh rumahtangga petani yang luasnya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal. Oleh karena kebutuhan hidup manusia tidak hanya makan, maka kebutuhan hidup minimal di sini sudah termasuk kebutuhan kehidupan lainnya. Untuk menghitung luas lahan yang diperlukan guna memenuhi kebutuhan hidup minimal tersebut, diasumsikan bahwa seluruh hasil panen beras organik digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal, yaitu sebesar Rp 10.000,- per orang/hari menurut standar BPS atau US$ 1,00 perkapita per hari menurut standar Bank Dunia. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan maka disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Rumah tangga petani penghasil beras organik yang termasuk tahan pangan sebesar 85,2 % dan yang tidak tahan pangan 14,8 %. 2. Faktor-faktor determinan yang mempengaruhi ketahanan pangan adalah pendapatan, pengetahuan bertani secara organik, produktivitas beras organik, tujuan penerapan ketentuan dalam pertanian organik, penguasaan lahan, dan pengelolaan limbah. 3. Agar rumah tangga petani penghasil beras organik terpenuhi kebutuhan: a. Hidup minimal maka luas lahan tiap anggota rumah tangga sekitar 1.735 m 2 dan tiap rumah tangga sekitar 9.492 m 2. b. Rata-rata kecukupan energi maka luas penguasaan lahan tiap anggota rumah tangga sekitar 318 m 2 dan tiap rumah tangga sekitar 1.740 m 2. 4. Luas penguasaan lahan oleh rumah tangga petani penghasil beras organik yang tergolong tahan pangan, tidak mencukupi untuk memnuhi kebutuhan hidup manusia seutuhnya, mulai dari pangan, sandang, dan papan, sekali pun pada taraf minimal (dengan asumsi Rp 10.000,00 per kapita per hari) 5. Luas lahan sawah baik di tingkat Kecamatan Manonjaya, maupun di tingkat Kabupaten Tasikmalaya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan beras.

8 Saran Berdasarkan simpulan tersebut maka disarankan agar : 1) Pemberian subsidi lahan bagi petani miskin dengan memperhitungkan jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan, dengan dasar perhitungan 318 m 2 untuk tiap anggota rumah tangga; 2) Terjadinya defisit penguasaan lahan baik di tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten, maka perlu dilakukan pengendalian alih fungsi lahan pertanian dari lahan pertanian yang tersisa ditetapkan sebagai lahan abadi. DAFTAR PUSTAKA Andoko A. 2004. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta : Penebar Swadaya. Anonim. 2010. Laporan Tahunan dan Rencana Strategis. Dinas Pertanian Kabupaten Tasikmalaya. [FAO] Food Agriculture Organization. 2007. FAO Statistical Yearbook. Rome: FAO, The United Nation.. Manguniat IJ. 2005. Penentuan Sampel dalam : Masri Singarimbun, Effendi S, editor. Metode Penelitian Survey. Jakarta LP3ES. Hlm 171. Purwasasmita, M. 2012. Padi SRI Organik Indonesia. Jakarta : Penebar Swadaya. Rachman HPS, Ariani M. 2002. Ketahanan Pangan: Konsep, Pengukuran, dan Strategi. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Vol 20, No. 1, Juli 2002: 12-24. Sukandar D, Briawan D, Heryanto Y, Ariani M, Andrestian MD. 2001. Kajian Indikator Ketahanan Pangan Tingkat Rumah Tangga di Propinsi Jawa Tengah. Bogor: Pusat Studi Kebijakan Pangan dan Gizi, Lembaga Penelitian, Institut Pertanian Bogor. Sutanto R. 2012. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. UU RI No.7 th. 1996. Undang-undang Pangan. Jakarta: Sinar Grafika.