BAB I PENDAHULUAN. pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan

dokumen-dokumen yang mirip
Budaya Supir Angkot di Kota Bandung. Kelompok 10 B Antropologi

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari-hari. Angkutan kota atau yang biasa disebut angkot adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini, kebutuhan akan adanya sistem informasi yang

BAB III PERKEMBANGAN KOTA DAN KARAKTERISTIK SARANA ANGKUTAN UMUM KOTA BANDUNG. III.1.1. Pertumbuhan Penduduk dan Luas Wilayah

BAB III PROSUDER PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode

BUDAYA SOPIR ANGKUTAN KOTA DI KOTA BANDUNG

Lampiran. Lampiran Data Kota Bandung

PRIORITAS PENANGANAN PERMASALAHAN TRANSPORTASI PADA JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR. Oleh : TRI AJI PEFRIDIYONO L2D

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB II KARAKTERISTIK KORIDOR CIBIRU-DAGO

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus ibukota dari Provinsi Jawa Barat yang mempunyai aktifitas Kota

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembangunan jalan diharapkan mampu untuk memenuhi

BAB III METODE PENELITIAN. informasi mengenai kecelakaan lalu lintas. Dalam penelitian ini menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

BAB IV ANALISIS 4.1 Analisis Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah Syarat Penentuan Rute Truk Pengangkut Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

KAJIAN INTEGRASI RUTE ANGKUTAN UMUM DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

STUDI KINERJA OPERASI DAMRI DI KOTA BANDUNG Disusun oleh: Render bakti Diputra Dosen pembimbing: Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Negara berkembang mirip dengan Negara lainnya. Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia negara yang sedang berkembang, pembangunannya terus

I. PENDAHULUAN. kebijakan di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang berada

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

Gambar II.1 bis sekolah gratis kota Bandung (Sumber : Dokumen pribadi 2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Penerapan Greedy pada Jalan Jalan Di Bandung Yuk! V1.71

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah membutuhkan jasa angkutan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

KINERJA OPERASI ANGKOT RUTE CIUMBULEUIT ST. HALL

BAB III LANDASAN TEORI. mengetahui pelayanan angkutan umum sudah berjalan dengan baik/ belum, dapat

BAB 5 KESIMPULAN PENGARUH PEMBANGUNAN PASUPATI TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN CIMAHI-BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

1. Pendahuluan MODEL PENENTUAN JUMLAH ARMADA ANGKUTAN KOTA YANG OPTIMAL DI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kemacetan adalah situasi keadaan tersendatnya atau terhentinya lalu lintas yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan tranportasi darat saat ini khususnya di jalan raya, dirasakan

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah maka akan bertambah pula taraf hidup masyarakat di daerah tersebut. Hal

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. raya adalah untuk melayani pergerakan lalu lintas, perpindahan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Atika Permatasari, 2013

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas yang dilakukan oleh semua lapisan masyarakat disetiap bidangnya. Salah

BAB III GAMBARAN UMUM TRANS METRO BANDUNG KORIDOR 2 CICAHEUM-CIBEUREUM

BAB I PENDAHULUAN. Kota Kupang merupakan bagian dari wilayah negara Indonesia, terletak di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB 1 PENDAHULUAN. kian meningkat dalam aktivitas sehari-harinya. Pertumbuhan sektor politik,

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi adalah suatu usaha pemindahan manusia, hewan atau barang dari satu

Perancangan Sistem Transportasi Kota Bandung dengan Menerapkan Konsep Sirkuit Hamilton dan Graf Berbobot

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. moda transportasi (jarak pendek antara 1 2 km) maupun dengan moda

BAB I PENDAHULUAN. sistem transportasi seimbang dan terpadu, oleh karena itu sistem perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

usaha pemenntah pusat maupun daerah dalam melaksanakan pembangunan fisik dan

DATA KECAMATAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

Sumber: Automology.com. Ir. BAMBANG PRIHARTONO,MSCE JAKARTA, 10 JANUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang. memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna

BAB I PENDAHULUAN. Mobil Penumpang (emp) adalah faktor yang menunjukkan pengaruh berbagai tipe

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Mobilitas yang disebabkan oleh siswa yang. membawa kendaraan pribadi terus bertambah. Hal tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan perkotaan saat ini telah menjadi kawasan sangat luas dengan

BAB 4 ANALISIS IDENTIFIKASI TUNDAAN DI WILAYAH STUDI

Pengaplikasian Graf dalam Menentukan Rute Angkutan Kota Tercepat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat di Indonesia sudah terlalu nyaman dengan kondisi sekitarnya, termasuk apa saja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Warpani ( 2002 ), didaerah yang tingkat kepemilikan kendaraaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan industri jasa yang memiliki fungsi pelayanan publik dan misi pengembangan nasional, yang secara umum menjalankan fungsi sebagai pendukung pertumbuhan ekonomi, pengembangan wilayah, dan pemersatu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pengembangan transportasi berpedoman pada sistem transportasi nasional (Sistranas), diarahkan untuk mendukung perwujudan Indonesia yang lebih sejahtera sejalan dengan upaya perwujudan Indonesia yang aman dan damai serta adil dan demokratis. bahwa: Hal ini sejalan dengan apa yang diungkap oleh Nasution (1996: 12), Peranan transportasi tidak hanya untuk melancarkan arus barang dan mobilitas manusia namun juga membantu tercapainya pengalokasian sumber-sumber ekonomi secara optimal. Transportasi merupakan sektor penting sebagai penunjang pengembangan (the promoting sector) dan pemberi jasa (the servicing sector) bagi perkembangan ekonomi. Fasilitas transportasi harus disediakan mendahului proyek-proyek pengembangan lainnya. Karena itu, jasa transportasi harus cukup tersedia secara merata dan terjangkau oleh masyarakat untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan kota. Pengembangan ekonomi membutuhkan jasa angkutan yang cukup serta memadai. Menurut Salim (1993:1),

2 Tanpa adanya transportasi sebagai sarana penunjang tidak dapat diharapkan tercapainya hasil yang memuaskan dalam usaha pengembangan ekonomi suatu negara. Untuk tiap tingkatan perkembangan ekonomi diperlukan kapasitas angkutan yang optimum. Akan tetapi penentuan kapasitas dan tingkatan investasi bukan merupakan hal yang mudah. Sebagai dampak laju pertumbuhan ekonomi yang pesat saat ini semakin tinggi kebutuhan penduduk untuk melakukan pergerakanpun menjadi semakin meningkat. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan di Indonesia diperkirakan meningkat dari tahun ke tahun akibat tingginya tingkat urbanisasi. Seperti yang diungkapkan oleh Tamin (2000: 491) bahwa, Tingginya urbanisasi secara tidak langsung dapat dikatakan akibat tidak meratanya pertumbuhan wilayah Indonesia, antara daerah pedalaman dengan daerah perkotaan. Semakin besarnya perbedaan antara tingkat pertumbuhan wilayah menyebabkan semakin tingginya tingkat urbanisasi, yang pada gilirannya akan menimbulkan beberapa permasalahan perkotaan, khususnya transportasi. Selain permasalahan urbanisasi, masalah transportasi yang paling utama adalah kemacetan lalu lintas. Seperti yang di ungkapkan oleh Sutomo (2005: 118) bahwa, Permasalahan kemacetan yang sering terjadi di kota-kota besar biasanya ditimbulkan karena kebutuhan transportasi lebih besar dibandingkan prasarana transportasi yang tersedia atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Meningkatnya kebutuhan hidup, banyak orang yang memilih kendaraan pribadi untuk beraktifitas dan meninggalkan kendaraan umum, karena orang menganggap bahwa dengan menggunakan kendaraan pribadi aktifitas yang akan dilakukan akan semakin mudah, tepat waktu, aman dan menghemat biaya untuk perjalanan berlalu lintas. Untuk mengimbangi dan menekan laju peningkatan pengguna angkutan pribadi, harus dilakukan perbaikan sistem angkutan umum berdasarkan kemampuan angkut yang besar, kecepatan yang tinggi, keamanan dan kenyamanan perjalanan yang memadai, karena digunakan secara massal, haruslah dengan biaya perjalanan yang terjangkau. Pengguna angkutan pribadi merasa dirugikan akibatnya

3 angkutan umum makin ditinggalkan, masyarakat luas merasa cara operasi cenderung mengganggu kelancaran lalulintas dan kemacetan yang makin akut akibat berpindahnya pengguna ke kendaraan pribadi terutama sepeda motor. Usaha pemerintah untuk memecahkan masalah transportasi perkotaan telah banyak dilakukan. Tamin (2000: 493) mengemukakan bahwa, Usaha pemerintah untuk memecahkan masalah transportasi perkotaan, baik dengan meningkatkan kapasitas jaringan jalan yang ada maupun dengan pengembangan jaringan jalan baru, ditambah dengan rekayasa dan manajemen lalulintas terutama pengaturan efisien transportasi angkutan umum dan penambahan armadanya. Tetapi, berapapun besarnya biaya yang dikeluarkan, kemacetan dan tundaan tetap tidak bisa dihindari. Hal ini disebabkan karena kebutuhan akan transportasi terus berkembang pesat, sedangkan perkembangan penyediaan fasilitas transportasi sangat rendah sehingga tidak bisa mengikutinya. Tahapan terpenting dalam berbagai perencanaan dan kebijakan transportasi adalah masalah pemilihan sarana. Sebab hal ini menyangkut efisiensi pergerakan di wilayah perkotaan, ruang yang harus disediakan kota untuk dijadikan prasarana transportasi dan banyaknya sarana transportasi yang dapat dipilih oleh penduduk. Pemilihan sarana merupakan model terpenting dalam perencanaan transportasi. Hal ini disebabkan karena peran kunci dari angkatan umum dalam berbagai kebijakan transportasi. Secara sederhana sarana berkaitan dengan jenis transportasi yang digunakan. Hal-hal yang dipertimbangkan untuk memilih suatu sarana transportasi juga bermacam-macam. Untuk suatu lingkup lokal (misal: kota dan sekitarnya), memilih sarana transportasi tersebut mungkin cukup mudah karena selain jalur yang tersedia sedikit, sarana transportasi yang tersedia pun hanya sedikit.

4 Perkembangan jumlah kendaraan di Kota yang pesat ini telah menimbulkan banyak permasalahan, salah satunya transportasi. Masalah transportasi yang saat ini sangat terasa di Kota adalah tidak nyamannya lalu lintas karena banyak terjadi kemacetan. Dari semua akses masuk ke Kota, semuanya rawan macet, baik dari arah selatan, barat, utara, timur, dan tenggara yang berasal dari daerah sekitar Kota (Kabupaten, Kabupaten Barat, Kota Cimahi, dan Kabupaten Sumedang). Kemacetan di jalan raya adalah problem yang biasa mendera kota besar di Indonesia, terutama pada jam-jam sibuk (rush hour) pagi dan sore hari. Sebutlah Jakarta,, Surabaya, Medan, dan kota lainnya mempunyai masalah yang hampir sama tentang kemacetan ini. Beragam program juga telah dilaksanakan pemerintah kota-kota setempat untuk meminimalisasi kemacetan yang ada. Menurut Tamin (2000: 369), Kemacetan dan tundaan di daerah perkotaan merupakan masalah yang sangat kritis yang dihadapi banyak kota besar, misal. Permasalahan ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti urbanisasi, pertumbuhan penduduk yang pesat, laju pertumbuhan ekonomi, dan pertumbuhan lalulintas yang tinggi. merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi, yaitu sekitar 14.300 jiwa/km 2 (Sensus Tahun 2010). Dalam beberapa tahun terakhir Kota menunjukkan penambahan jumlah penduduk yang besar, padahal di sisi lain luas administratif wilayahnya relatif tetap. Kepadatan penduduk dan peningkatan jumlah penduduk di Kota dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

5 No Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Luas Wilayah (Km 2 ) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) 1 2002 2.142.194 167,29 12.805 2 2003 2.228.268 167,29 13.320 3 2004 2.232.624 167,29 13.346 4 2005 2.270.970 167,29 13.505 5 2006 2.296.848 167,29 13.729 6 2007 2.329.928 167,29 13.927 7 2008 2.374.198 167,29 14.192 8 2009 2.390.050 167,29 14.286 9 2010 2.394.873 167,29 14.308 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota, 2010. Berdasarkan tabel 1.1 tersebut setiap tahun jumlah penduduk di Kota bertambah sekitar 31.423 jiwa atau 1,68 % dari jumlah penduduk tahun 2010. Seiring dengan pertumbuhan penduduk di Kota maka semakin banyak pula pengguna sarana transportasi yang di gunakan penduduk untuk beraktifitas baik itu dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum yang menyebabkan semakin padatnya lalu lintas di Kota. Berdasarkan data dari Dinas Perhubungan Kota (2010) ruas-ruas jalan jalan utama di Kota dan mengalami kemacetan diantaranya Jl. Jend. Sudirman, Jl. Asia Afrika, Jl. Jend. Ahmad Yani, Jl. Raya Ujungberung, Jl. Soekarno Hatta, Jl. Dr. Junjunan, Jl. Pasteur, Jl. Cikapayang, Jl. Surapan, Jl. PHH Mustofa, Jl. Setiabudhi, Jl. Sukajadi, Jl. HOS.Cjokroaminoto (Pasirkaliki), Jl.

6 Gardujati, Jl. Astana Anyar, Jl. Pasir Koja, Jl. K.H. Wahid Hasyim (Kopo), Jl. Moch. Toha, Jl. Trs. Buah Batu, Jl. Terusan Kiaracondong, Jl. Moch. Ramdan, Jl. Terusan Pasir Koja, dan Jl. Gedebage. Berikut data sekolah menengah atas di Kota. Untuk memecahkan masalah kemacetan lalu lintas, diperlukan manajemen jalan agar dapat melaksanakan peranya dengan baik sesuai dengan fungsi dan kapasitasnya. pemecahan masalah kemacetan lalu lintas memerlukan tinjauan dari berbagai hal baik dari aspek manajemen jalan maupun penyediaan sarana angkutan umum. Kenyamanan pelayanan juga penting karena pengguna jalan lebih menikmati angkutan umum. Apabila hal itu terjadi, tingkat penggunaan kendaraan pribadi dapat terkurangi. Menurut Dinas Pendidikan Kota 2011, SMA yang tersebar di kota terdapat 134 SMA Negeri dan Swasta, yakni 27 SMA Negeri dan 107 SMA Swasta yang tersebar di tiap daerahnya masing-masing. Namun dari tiap daerah tersebut terdapat lokasi atau daerah yang dilewati untuk pergi dan pulang sekolah tidak lancar atau macet. Berikut data sekolah menengah atas Negeri di Kota. Berikut trayek-trayek angkutan umum yang berada di Kota.

7 Tabel 1.2 Rute Angkutan Umum di Kota No. Trayek Panjang Trayek (km) Jumlah Kendaraan SK Wali kota SK DIS HUB Beroperasi Koperasi Jenis Trayek/Rute 1 Abdul Muis - Cicaheum via Binong 16,3 355 394 325 Kobanter Baru Trayek utama 2 Abdul Muis - Cicaheum via Aceh 11,55 100 100 86 idem Trayek utama 3 Abdul Muis Dago 22 275 270 244 idem Tayek utama sekunder 4 Abdul Muis Ledeng 16 245 244 223 idem Trayek utama 5 Abdul Muis Elang 9,75 101 101 91 idem Trayek utama 6 Cicaheum Ledeng 14,25 214 217 159 idem Trayek Langsung 7 Cicaheum Ciroyom 17 206 204 191 idem Trayek Langsung 8 Cicaheum - Ciwastra Derwati 17 200 200 169 Kobutri Trayek Langsung 9 Cicaheum Cibaduyut 16,1 150 149 110 idem Trayek Utama Sekunder 10 Stasiun Hall Dago 10 52 51 43 Kobanter Baru Trayek utama Sekunder 11 Stasiun Hall Sadang Serang 18 150 129 108 idem Trayek Utama Sekunder 12 St. Hall - Ciumbuleuit via Eyckman 9,8 53 53 49 Kobutri Trayek Utama Sekunder 13 St.Hall-Ciumbuleuit via Cihampelas 8,3 30 30 27 idem Trayek Utama Sekunder 14 Stasiun Hall Gede Bage 21 200 200 173 Kobanter Baru Trayek Utama 15 Stasiun Hall Sarijadi 10,2 60 60 54 Kopamas Trayek Utama Sekunder 16 Stasiun Hall Gunung Batu 8,5 40 40 37 Idem Trayek Utama 17 Margahayu Raya Ledeng 19,8 125 125 117 Kobanter Baru Trayek Langsung 18 Dago - Riung 20,6 201 201 173 Idem Trayek Langsung 19 Pasar Induk Caringin Dago 19,85 125 125 107 Idem Trayek Langsung 20 Panghegar Permai Dipati Ukur Dago 19,35 155 155 149 Idem Trayek Langsung

8 No. Trayek Panjang Trayek (km) Jumlah Kendaraan SK Wali kota SK DIS HUB Beroperasi Koperasi Jenis Trayek/Rute 21 Ciroyom Sarijadi via sukajadi 11,75 88 88 79 Kobutri Trayek Langsung 22 Ciroyom - Bumi Asri 8,35 115 115 96 Kobanter Baru Trayek Langsung 23 Ciroyom Cikudapateuh 12,9 125 125 120 Idem Trayek Langsung 24 Sederhana Cipagalo 16,05 275 275 256 Idem Trayek Langsung 25 Sederhana Cijerah 8,9 62 62 53 Kobutri Trayek Langsung 26 Sederhana Cimindi 9 45 45 42 Kopamas Trayek Langsung 27 Ciwastra - Ujung Berung 13,4 27 27 26 Kobutri Trayek Langsung 28 Cisitu Tegallega 13,95 82 82 71 Kobanter Baru Trayek Langsung 29 Cijerah - Ciwastra Derwati 22,3 200 200 188 Idem Trayek Langsung 30 Elang Gede Bage - Ujung Berung 22,45 100 100 86 Kobanter Baru & Kobutri Trayek Langsung 31 Abdul Muis Mengger 10,55 25 24 19 Kobanter Baru Trayek Utama Sekunder 32 Cicadas Elang 18,05 300 300 255 Idem Trayek Langsung 33 Antapani Ciroyom 13,7 150 150 137 Idem Trayek Langsung 34 Cicadas - Cibiru Penyileukan 13,65 200 200 160 Idem Trayek Langsung 35 Bumi Panyileukan Sekemirung 24,35 118 117 107 Idem Trayek Langsung 36 Sadang Serang Caringin 18,1 190 190 168 Idem Trayek Langsung 37 Cibaduyut - Karang Setra 16,6 200 200 172 Idem Trayek Langsung 38 Cibogo Atas Elang 7 25 25 25 Kopamas Trayek Langsung Total 5.436 5.373 4.695 Sumber :Dinas Perhubungan Jawa Barat 2010

9 Berdasarkan tabel 1.3 di atas jelas terlihat bahwa dari ke 38 trayek yang ada di Kota panjang trayek terpanjang adalah trayek angkutan umum Bumi Panyileukan Sekemirung dengan panjang trayek 24,35 km. Sedangkan panjang trayek terpendek adalah trayek angkutan umum Cibogo Atas Elang dengan panjang trayek 7 km. Jumlah kendaraan keseluruhan menurut SK Walikota adalah 5.436, menurut SK Dinas Perhubungan 5.373, sedangkan jumlah keseluruhan kendaraan yang beroperasi adalah 4.695. Berikut peta rute angkutan kota di Kota.

10 Gambar 1.1 Peta Trayek Angkutan Umum Kota

11 Menurut Dinas Perhubungan Kota 2010, terdapat 30 sumber atau faktor yang menyebabkan kemacetan di Kota, antara lain disebabkan oleh kondisi jalan (panjang, lebar, kualitas), jumlah kendaraan pribadi yang terus bertambah, jarak persimpangan yang terlalu dekat, adanya pasar tumpah, tidak adanya ruang parkir, banyaknya angkot (angkutan kota), pengemudi yang kurang disiplin, dan akibat adanya pusat perbelanjaan atau mall. Ketersediaan sistem transportasi dan perkembangan kota atau wilayah secara lebih luas, harus seimbang agar tidak kehilangan manfaatnya pengembangan maupun kekurangan sarana dan prasarana pengembangan yang justru akan menimbulkan permasalahan baru yang lebih kompleks. Untuk mengimbangi atau mungkin menekan laju kepemilikan dan penggunaan kenderaan pribadi sebaiknya dilakukan perbaikan angkutan umum. Seperti yang diungkapkan oleh Syawaluddin (2007: 86), Perbaikan dapat berupa peningkatan kemampuan angkut yang besar, kecepatan yang tinggi, keamanan dan kenyamanan perjalanan yang memadai. Dikarenakan pengguna angkutan pribadi cenderung meningkat dengan berbagai alasan maka perlu dilakukan usaha untuk memperbaiki sistem transportasi secara menyeluruh. Akan tetapi karena keterbatasan dana maka dilakukan skala prioritas dengan segala konsekuensi yang mengikutinya. Kecenderungan kinerja angkutan umum dapat menurun akibat peningkatan jumlah kenderaan pribadi di jalan raya yang mengakibatkan kecepatan rata-rata akan terus menurun. Hal ini mengakibatkan jumlah orang yang diangkut per arah dan per jam akan berkurang. Penggunaan jalan perlu kembali dipertimbangkan mengingat kemampuan daya angkut yang besar. Kecepatan rata-rata yang cukup tinggi dan tingkat kenyamanan yang baik. Karena itu, untuk mengatasi masalah

12 kemacetan lalu lintas yang disebabkan oleh kemampuan jaringan jalan yang relatif tetap, di sisi lain pertumbuhan jumlah kendaraan terus meningkat dan juga kondisi kehidupan ekonomi masyarakat yang semakin meningkat atau semakin tingginya pendapatan akan semakin besar peluang masyarakat menggunakan kendaraan pribadi dan meninggalkan kendaraan umum. Selain itu faktor yang mempengaruhi pemilihan sarana transportasi ketersediaan atau gaya hidup pribadi akan semakin kecil pula ketergantungan pada angkutan umum. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian hubungan peserta didik SMA terhadap pemilihan sarana transportasi di Kota. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan penulis, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk di Kota yang terus meningkat mengakibatkan banyaknya pengguna jalan yang tidak diimbangi dengan penambahan jaringan jalan, serta meluapnya volume kendaraan baik itu kendaraan pribadi maupun kendaraan umum dari tahun ke tahun yang terus bertambah. Karena itu, penulis mengambil masalah utama, yaitu Adakah Hubungan Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Dengan Pemilihan Sarana Transportasi di Kota?. Secara lebih rinci masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Adakah hubungan aksesibilitas peserta didik SMA dengan pemilihan sarana transportasi di Kota?

13 2. Adakah hubungan gaya hidup peserta didik SMA dengan pemilihan sarana transportasi di Kota? C. Tujuan Penelitian Adapun penelitian yang dilakukan ini dimaksudkan untuk: 1. Untuk mengetahui hubungan aksesibilitas peserta didik SMA dengan pemilihan sarana transportasi di Kota. 2. Untuk mengetahui hubungan gaya hidup peserta didik SMA dengan pemilihan sarana transportasi di Kota. D. Manfaat Penelitian Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, maka diharapkan memberikan nilai guna, di antaranya yaitu: 1. Sebagai suatu studi banding antara teori-teori yang pernah didapatkan dibangku kuliah serta literatur-literatur lainnya dengan praktek sesungguhnya yang terjadi di lapangan. 2. Sebagai bahan pengayaan dalam proses belajar mengajar pada materi tentang jalan dan transportasi. 3. Sebagai bahan masukan kepada pemerintah Kota agar lebih memberikan arahan tentang respon transportasi angkutan umum. 4. Sebagai sumber informasi bagi pengembangan penelitian sejenis dikemudian hari.

14 E. Definisi Operasional Penelitian ini diberi judul Hubungan Peserta Didik Sekolah Menengah Atas Terhadap Pemilihan Sarana Transportasi Di Kota. Supaya menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu dijelaskan beberapa definisi yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu: 1. Peserta Didik Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagaimana yang dikutip oleh Murip Yahya (2008:113), dijelaskan bahwa yang dimaksud peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Peserta didik dalam hal ini adalah anggota masyarakat yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian, yang berada di Kota. 2. Transportasi Menurut Salim (1993: 6), transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Perkembangan dan pembentukan suatu kota tidak bisa lepas dari peranan sistem transportasi yang terdapat pada suatu kota tersebut. Perencanaan transportasi mutlak diperlukan didalam suatu perencanaan kota, sebab tanpa adanya perencanaan transportasi maka dapat dipastikan akan timbul ketidakteraturan dalam menjalankan aktivitas di kota tersebut.

15 Transportasi merupakan bagian dalam penelitian ini, karena banyak masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi, sehingga terjadi kepadatan lalulintas oleh kendaraan pribadi yang di miliki oleh masyarakat umumnya peserta didik khususnya di Kota yang menyebabkan kemacetan dan polusi udara. 3. Sarana Transportasi Menurut kamus besar Bahasa Indonesia yang di maksud dengan sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan, alat, media. Sarana transportasi merupakan alat transportasi darat yang digunakan oleh manusia untuk mencapai kemudahan. Alat transportasi ini bertujuan untuk pengangkutan barang atau manusia oleh berbagai jenis kendaraan yang sesuai dengan kemajuan teknologi. Sarana transportasi dalam hal ini adalah kendaraan yang digunakan untuk berangkat ke sekolah, apakah dengan menggunakan sarana transportasi umum atau sarana transportsi pribadi. Semakin banyak manusia semakin banyak barang dan orang untuk bergerak, sehingga semakin padat pula jaringan transportasi. Maka dari itu penelitian ini meneliti apakah banyak masyarakat yang menggunakan transportasi umum dalam beraktifitas atau kendaraan milik pribadi. 4. Aksesibilitas Aksesibilitas menurut Nasution (2008:97), menyatakan tentang kemudahan orang dalam menggunakan suatu sarana transportasi tertentu dan bisa berupa fungsi dari jarak maupun waktu. Suatu sistem transportasi sebaiknya bisa diakses dengan mudah dari berbagai tempat dan pada setiap saat untuk

16 mendorong orang menggunakan dengan mudah. Aksesibilitas dalam hal ini adalah yang menjadi objek penelitian yang di dalamnya meneliti tentang jarak, waktu tempuh dan kondisi jalan yang di lalui. 5. Gaya Hidup Menurut Kotler (2002: 192) gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang mengekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Gaya hidup dalam penelitian ini adalah apakah peserta didik di fasilitasi atau tidak dalam penggunaan sarana transportasi untuk pulang dan pergi ke sekolah atau dalam jenis kendaraan dan biaya angkutan.