BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kampus Telkom Applied Science School memiliki sejumlah peminatan, salah satunya Network Programming. Beberapa matakuliah di peminatan tersebut yaitu Lingkungan dan Virtualisasi Cloud Computing, Pengembangan Aplikasi Cloud Computing dan Rekayasa Cloud Computing. Pada matakuliah tersebut terdapat kegiatan praktikum yang membutuhkan perangkat seperti server dengan spesifikasi minimal RAM 4 GB, dan processor Intel/AMD with VT. Akan tetapi karena keterbatasan Infrastructure, konfigurasi dan instalasi sehingga pada saat praktikum, mahasiswa menggunakan laptop masing-masing. Hal ini mengakibatkan banyak masalah yang terjadi seperti kerusakan laptop, error sistem operasi, hang, proses komputasi lambat, dan keterbatasan feature yang disediakan oleh provider cloud computing google app engine. Untuk membantu kegiatan praktikum tersebut maka dibutuhkan perangkat seperti RAM, prosesor dan media penyimpanan dengan spesifikasi minimal RAM 4 GB, processor Quad core dan hardisk 300 GB. Oleh karena itu dibutuhkan layanan cloud dalam bentuk Infrastructure as a Service. Keuntungan dalam membangun Infrastructure as a Service bisa mengurangi resource server yang dibutuhkan, menyediakan penyimpanan, perangkat keras yang berbasis cloud. Cloud computing adalah model komputasi, dimana sumber daya seperti daya komputing, penyimpanan, jaringan dan perangkat lunak disediakan sebagai layanan di internet. Infrastructure as a Service adalah sistem bagian dalam cloud computing yang menyediakan kebutuhan Infrastructure untuk membangun virtualisasi. Aplikasi yang berorientasi cloud computing di bidang IaaS adalah OpenStack. OpenStack menyediakan layanan komputasi, penyimpanan, jaringan, dan panel kontrol berbasis web dengan sebuah layanan identitas bersama. Berdasarkan hal diatas, untuk mengatasi permasalahan perlu dibangun IaaS. Sistem IaaS yang akan dibangun memiliki beberapa level yang mendukung penggunaan 1
seperti Storage dan PaaS. Selain berfungsi sebagai Storage dan PaaS, IaaS yang digunakan di praktikum dapat digunakan untuk virtualisasi komputer sehingga mahasiswa dapat menikmati berbagai layanan seperti PaaS dan Storage. IaaS akan menjamin proses PaaS, storage dan virtualisasi sehingga dapat mempermudah proses kegiatan mahasiswa dalam praktikum. Untuk itu dibutuhkan sebuah pengelompokkan data sistem atau disebut cluster high availability yang bisa menjaga supaya proses yang berlangsung tidak mengalami data loss yang terdapat di satu node. Oleh karena itu pada proyek akhir ini, diusulkan judul Membangun Infrastructure as a Service menggunakan OpenStack dengan konfigurasi high availability. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dibahas lebih lanjut di dalam proyek akhir ini adalah bagaimana cara membangun layanan IaaS yang mendukung kegiatan praktikum peminatan NP. 1.3 Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan proyek akhir ini adalah : 1. Membangun IaaS menggunakan OpenStack. 2. Konfigurasi IaaS untuk mendukung PaaS. 3. Membangun cluster server dengan konfigurasi high availability pada IaaS. 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan-batasan masalah dalam pengerjaan proyek akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Tidak membahas tentang security. 2. IaaS dijalankan pada lingkungan jaringan local (Private cloud). 3. Tidak membahas pengguna layanan disisi client. 2
4. IaaS dibangun tidak menggunakan sistem billing. 5. Karakteristik untuk high availability dibangun mengantisipasi data loss. 6. High availability dibangun menggunakan 1 storage server. 1.5 Definisi Operasional IaaS merupakan teknologi cloud computing yang berfungsi untuk membangun virtualisasi. IaaS digunakan untuk membagi infrastructure untuk penguna yang nantinya akan menjalankan virtualisasi dan di atasnya dijalankan platfrom dan storage. IaaS dibangun multinode dengan konfigurasi high availability untuk mencegah gangguan node dari node yang mengalami data loss. 1.6 Metode Pengerjaan Metode yang digunakan didalam pengerjaan proyek akhir ini menggunakan metode Wartefall Model yang disebut dengan model klasik software engineering. Pada metode ini terdapat 5 (Lima) tahap untuk pengerjaan yaitu Analisi, Design, Coding, Testing, Maintenance. Konsep metode ini menekankan perencanaan tahap awal untuk memastikan keberhasilan di dalam pembangunan. Pembangunan mengalir ke bawah melalui tahapan. Gambar 1-1 Waterfall Model menurut Addison Wesley 3
1. Analisis Pada tahap ini dilakukan pencarian informasi dan petunjuk-petunjuk yang berhubungan dengan proyek akhir yang di laksanakan, serta berdiskusi dengan pembimbing akademik mengenai proyek akhir yang di bangun. Mengumpulkan kebutuhan didalam pengerjaan proyek akhir kemudian di analisis. Mendefinisikan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh IaaS yang akan dibangun. 2. Design Setelah melakukan analisis, tahap ini penulis melakukan perancangan untuk membangun IaaS didalam proyek akhir. 3. Coding Di dalam coding berhubung dengan pengerjaan proyek akhir ini tidak ada coding, maka tahap ini melakukan konfigurasi-konfigurasi dengan melakukan perintah tertentu agar sistem berjalan sesuai dengan perencanaan. 4. Testing Melakukan pengujian terhadap coding dan konfigurasi sebelumnya yang telah dilakukan, apakah sesuai dengan yang direncanakan atau belum. 5. Maintenance Merupakan tahapan pemeliharaan terhadap sistem yang telah penulis buat. Akan tetapi disini penulis hanya akan melakukan pengerjaan sampai dengan tahapan testing ataupengujian saja. 4
1.7 Jadwal Pengerjaan Dalam pengerjaan proyek akhir ini, penulis membuat sebuah jadwal pengerjaan yang akan menjadi acuan dalam pengerjaannya. Table 1-1 Jadwal Pengerjaan Analisis Design Coding Kegiatan Testing Pembuatan Laporan Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5