Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 1 : (2002)

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

176 Elis Nina Herliyana et al. J. Silvikultur Tropika. Elis Nina Herliyana 1, Laila Fithri Maryam 1 dan Yusuf Sudo Hadi 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Iceawetan Kayu Plastik Polivinil Stirena terhadap Serangan Rayap Kayu Kering

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ketahanan Kayu Sengon terhadap Pycnophorus sanguineus dan Pleurotus djamor untuk Uji Standar Nasional Indonesia (SNI)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KETAHANAN KAYU RAMBUTAN (Nephelium spp. L.) DAN KAYU PINUS (Pinus merkusii Jungh. et de Vr.) IMPREGNASI STIRENA TERHADAP RAYAP MAR IIN

PEMBUATAN PAPAN PARTIKEL MENGGUNAKAN PEREKAT POLIVINIL ACETAT (PVAc) DENGAN BAHAN PENGAWET BORAKS DAN IMPRALIT COPPER KHROM BORON (CKB)

METODE PENELITIAN. Kualitas Kayu Jabon (Anthocephalus cadamba M.) dilaksanakan mulai dari bulan. Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara.

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

OPTIMASI KADAR HIDROGEN PEROKSIDA DAN FERO SULFAT

STABILISASI DIMENSI KAYU DENGAN APLIKASI PARAFIN CAIR

RETENSI DAN PENETRASI EKSTRAK BIJI PINANG (Areca catechu L.) SEBAGAI BAHAN PENGAWET NABATI KAYU MAHANG. Macaranga gigantea Mull. Arg.

METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIK PAPAN KOMPOSIT GIPSUM SERAT IJUK DENGAN PENAMBAHAN BORAKS (Dinatrium Tetraborat Decahydrate)

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

KEAWETAN ALAMI KAYU MERANTI MERAH

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VII No. 2 : 1-6 (2001)

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN CUKA KAYU GALAM PADA PENGAWETAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SERANGAN RAYAP

Agrium, April 2011 Volume 16 No 3

Ujung No.1 Kampus USU Medan b Dosen Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Pertanian, USU

PEMBAHASAN UMUM Perubahan Sifat-sifat Kayu Terdensifikasi secara Parsial

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

Pengaruh Pengkaratan Logam terhadap Pelapukan

SIFAT FISIS KAYU: Berat Jenis dan Kadar Air Pada Beberapa Jenis Kayu

SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU POLI ETILEN GLIKOL DAN POLISTIREN DARI MANGIUM (Acacia mangium Willd.) DAN TUSAM (Pinus merkusii Jungh.

PAPAN PARTIKEL DARI CAMPURAN LIMBAH ROTAN DAN PENYULINGAN KULIT KAYU GEMOR (Alseodaphne spp)

ASETILASI KAYU RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.), CEMPEDAK (Artocarpus integer Merr.), DAN RAMBAI (Baccaurea montleyana Muell. Arg) HASIL PENELITIAN

WAKTU OPTIMAL HIDROLISIS SENYAWA KITIN DALAM JANGKRIK DAN RAYAP

TEKNOLOGI KOMPOSIT KAYU SENGON DENGAN PERKUATAN BAMBU LAMINASI

PENDAHULUAN. Latar belakang. digunakan pada industri antara lain sebagai polimer pada industri plastik cetakan

HASIL DAN PEMBAHASAN

JAMUR TIRAM SEBAGAI JAMUR UJI KEAWETAN ALAMI KAYU KARET DAN SENGON DENGAN METODE STANDAR NASIONAL INDONESIA DAN STANDAR INDUSTRI JEPANG.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian I. Optimasi Proses Asetilasi pada Pembuatan Selulosa Triasetat dari Selulosa Mikrobial

Oleh/By. Sihati Suprapti & Krisdianto ABSTRACT. attack. The resistance of four plantation wood species (Acacia aulacocarpa A. Cunn.

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

KEAWETAN DAN KETERAWETAN KAYU EKALIPTUS (Eucalyptus urophylla) UMUR 7 TAHUN DARI AREAL HPHTI PT. TOBA PULP LESTARI, Tbk

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan Bahan Baku

HASIL DAN PEMBAHASAN

Luthfi Hakim 1 dan Fauzi Febrianto 2. Abstract

KONTRAK PERKULIAHAN ANALISIS INSTRUKSIONAL GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN SATUAN ACARA PENGAJARAN KISI-KISI TES

PENENTUAN KOEFISIEN ABSORBSI BUNYI DAN IMPEDANSI AKUSTIK DARI SERAT ALAM ECENG GONDOK (EICHHORNIA CRASSIPES) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TABUNG

III. METODOLOGI PENELITIAN

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hasil hutan tidak hanya sekadar kayu tetapi juga menghasilkan buahbuahan

PENGARUH PENGERINGAN ALAMI DAN BUATAN TERHADAP KUALITAS KAYU GALAM UNTUK BAHAN MEBEL

PAPAN PARTIKEL TANPA PEREKAT DARI BAMBU ANDONG DAN KAYU SENGON MENGGUNAKAN PERLAKUAN OKSIDASI SUHASMAN

Pengaruh Bahan Kimia dan Waktu Perendaman terhadap Kekuatan Tarik Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) sebagai Perlakuan Pengawetan Kimia

MORFOLOGI DAN POTENSI. Bagian-Bagian Kayu - Kulit kayu - Kambium - Kayu gubal - Kayu teras - Hati - Lingkaran tahun - Jari-jari

Key words: acetic acid, wood acetylation, termites, WPG, ASE

Karlinasari et al. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 2(1): (2009)

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

PENENTUAN UKURAN PARTIKEL OPTIMAL

PENGARUH KETEBALAN KAYU, KONSENTRASI LARUTAN DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP HASIL PENGAWETAN KAYU

TANIN. IWAN RISNASARI Shut Fakultas Pertanian Jurusan Ilmu Kehutanan Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

UJI POTENSI FUNGI PELAPUK PUTIH PADA KAYU KARET LAPUK (Hevea brasilliensis Muell. Arg) SEBAGAI PENDEGRADASI LIGNIN

(The Change of Wood Acidity during Drying Process)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sidang Tugas Akhir. Penyaji: Afif Rizqi Fattah ( ) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. Hosta Ardyananta ST, M.Sc.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

dengan Bahan Pengawet Boric Acid Equivalent (Ganitri and Mahoni Wood Preservation using Boric Acid Equivalent with Cold Immersion Method)

METODOLOGI PENELITIAN

UJI RETENSI DAN EFEKTIVITAS TANAMAN KUMIS KUCING

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil analisis P-larut batuan fosfat yang telah diasidulasi dapat dilihat pada Tabel

I. PENDAHULUAN. seiring dengan meningkatnya konsumsi di masyarakat. Semakin pesatnya

Kayu lapis untuk kapal dan perahu

15. Silverstein. RM., Bassler. GC dan Morill. TC., (1991), Spectrometric Identification of Organic Compound, Jhon willey & sons, Inc, New York, 5.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. V, No. 1 : (1999)

PENGARUH PENAMBAHAN UNSATURATED POLYESTER RESIN TERHADAP MUTU BETON K-350 EFFECT OF ADDITION UNSATURATED POLYESTER RESIN IN MIXED CONCRETE K-350

IDENTIFIKASI JAMUR PERUSAK KAYU

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

Analisis Sifat Kimia dan Fisika dari Maleat Anhidrida Tergrafting pada Polipropilena Terdegradasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

7 HIDROLISIS ENZIMATIS DAN ASAM-GELOMBANG MIKRO BAMBU BETUNG SETELAH KOMBINASI PRA-PERLAKUAN SECARA BIOLOGIS- GELOMBANG MIKRO

PERESAPAN BAHAN PENGAWET. 1. Faktor-faktor terhadap Peresapan

Modul Mata Kuliah S1. Mata ajaran Kimia Kayu. Tim Pengajar: Prof.Dr.Ir. Wasrin Syafii Ir. Deded Sarip Nawawi, M.Sc

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT PINANG (Areca catechu L. Fiber) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN SIFAT FISIS BAHAN CAMPURAN SEMEN GIPSUM

BEBERAPA SIFAT FISIK GUBAL ANGSANA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Bahan

SIFAT PENYERAPAN BAHAN PENGAWET PADA BEBERAPA JENIS KAYU BANGUNAN

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai dengan SNI no. 03 tahun 2002 untuk masing-masing pengujian. Kayu tersebut diambil

TINJAUAN PUSTAKA. struktural seperti papan pelapis dinding (siding), partisi, plafon (celing) dan lis.

KARAKTERISTIK CAMPURAN BATUBARA DAN VARIASI ARANG SERBUK GERGAJI DENGAN PENAMBAHAN ARANG TEMPURUNG KELAPA DALAM PEMBUATAN BRIKET

PENGARUH KOMPOSISI FACE-CORE TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIS ORIENTED STRAND BOARD DARI BAMBU DAN ECENG GONDOK

PERBAIKAN SIFAT KAYU KELAS KUAT RENDAH DENGAN TEKNIK PENGEMPAAN

ABSTRAK. Kata kunci : papan partikel, konsentrasi bahan pengawet, asap cair, kayu mahoni, kayu sengon PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. kayu jati sebagai bahan bangunan seperti kuda-kuda dan kusen, perabot rumah

PENINGKATAN DAYA TAHAN BAMBU DENGAN PROSES PENGASAPAN UNTUK BAHAN BAKU KERAJINAN

Kadar Zat Ekstraktif dan Susut Kayu Nangka ( Arthocarpus heterophyllus ) dan Mangium ( Acacia mangium

Transkripsi:

Jurnal Manajemen Hutan Tropika Vol. VIII No. 1 : 31-38 (22) Artikel (Article) KETAHANAN KOMPOSIT KAYU PLASTIK POLISTIRENA TERHADAP SERANGAN JAMUR PELAPUK COKLAT Tyromyces palustris Decay Resistance of Wood Polymer Composite (WPC) Against Brown Rot Fungi Tyromyces palustris I G. K. TAPA DARMA 1), YUSUF SUDO HADI 2), dan ANDRI TRI ATMOJO 3) ABSTRACT Wood specimens, 5 x 25 x 15 mm were impregnated in styrene and vinil acetate solutions at four concentration levels, using tertbutyl hydroperoxide as acatalyst. The specimens were dried at 6 O C for 48 hours after which the solution was polymerized in situ. All specimens, including untreated specimens as control and specimens impregnated with Impralit CKB, were exposed to monoculture a brown rot fungus Tyromyces palustris, a brown rot fungus for 3 months. All wood polymer composite (WPC) specimens obviously showed higher resistance compared with the control. At four concentration levels, WPC of tusam showed excellent result with weight loss value less than specimens treated with Impralit CKB. WPC of karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) and sengon (Paraserianthes falcataria) showed good resistance at high styrene concentration level. PENDAHULUAN Kayu merupakan komposit alami yang tersusun atas komponen-komponen selulosa, hemiselulosa dan lignin, serta sedikit kandungan zat ekstraktif dan mineral. Disamping sebagai material penting bagi manusia, kayu juga merupakan sumber bahan organik utama bagi pertumbuhan sejumlah organisme seperti rayap dan jamur pelapuk kayu. Untuk melindungi kayu dari serangan organisme perusak, usaha pengawetan kayu mutlak diperlukan. Saat ini usaha pengawetan kayu secara konvensional masih bertumpu pada penggunaan bahan-bahan kimia beracun yang diimpregnasikan ke dalam kayu. Bahan kimia yang digunakan relatif murah dan mudah untuk diaplikasikan. Namun, selain beracun terhadap organisme perusak kayu, bahan-bahan kimia tersebut juga sangat berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Penelitian ini mencoba mengaplikasikan salah satu metode non toksik dengan memodifikasi kayu secara kimia melalui pembuatan komposit kayu plastik. Metode ini tidak hanya menghasilkan kayu yang lebih awet, tetapi sekaligus juga dapat meningkatkan 1) Staf pengajar dan peneliti di Lab. Patologi Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Kampus IPB Darmaga P.O. Box. 168 Bogor 2) Staf pengajar, Fakultas Kehutanan IPB, Kampus IPB Darmaga, P.O. Box. 168. Bogor 3) Alumnus Fakultas Kehutanan IPB Trop. For. Manage. J. VIII (1) : 31-38 (22)

32 sifat fisis mekanis kayu aslinya. Kayu plastik dapat dibuat dengan cara mengimpregnasikan monomer atau prepolimer ke dalam kayu dilanjutkan dengan proses polimerisasi in situ monomer atau prepolimer tersebut (Schneider, 1994). Disamping sebagai tempat pengikatan molekul air, gugus hidroksil (OH - ) di sepanjang polimer dinding sel juga merupakan tempat reaksi-reaksi enzimatik terjadi. Jamur pelapuk memiliki sistem enzim yang sangat spesifik yang dapat mendegradasi polimer-polimer penyusun kayu menjadi unit-unit kecil yang lebih sederhana. Pengubahan secara kimia substrat bagi sistem enzim ini diharapkan dapat mencegah terjadinya reaksireaksi enzimatik tersebut (Takahashi, 1996). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan komposit kayu plastik polistirena terhadap serangan jamur pelapuk coklat Tyromyces palustris (Berk. et Curt.) Murr. Produk kayu plastik ini dihasilkan melalui polimerisasi campuran monomer stirena dan vinil asetat pada empat taraf konsentrasi yang berbeda. Pengujian yang sama juga dilakukan terhadap kayu yang diawetkan dengan Impralit CKB 3% sebagai pembanding. Obyek penelitian adalah tiga jenis kayu dari hutan tanaman, yaitu Tusam (Pinus merkusii Jungh. et de Vriese), Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dan Sengon (Paraserianthes falcataria (L) Nielsen). Pembuatan contoh uji kayu plastik METODE Contoh uji (5 mm x 25 mm x 15 mm) dibuat sesuai standar Eropa EN 113 (British Standard Institution, 198). Impregnasi campuran monomer stirena dan vinil asetat, serta bahan pengawet Impralit CKB dilakukan dengan metode sel penuh. Untuk contoh uji kayu plastik, impregnasi dilakukan pada empat taraf konsentrasi stirena yang berbeda, yaitu 6%, 7%, 8% dan 9% (v/v) ditambah katalis tertbutyl hidroperoxide sebanyak,25% dari volume total campuran. Untuk bahan pengawet Impralit CKB, digunakan konsentrasi sebesar 3% (b/b). Setelah proses impregnasi, contoh uji kemudian ditimbang beratnya (M 1 ) dan dibungkus satu persatu dengan alumunium foil. Proses polimerisasi campuran monomer stirena dan vinil asetat dilakukan secara termal dalam oven pada 6 o C selama 48 jam. Pengumpanan contoh uji Sebelum diumpankan, semua contoh uji ditimbang berat awalnya (M 2 ). Ke dalam tiap kotak kaca pengujian (3cm x 1cm x 5cm) yang berisi biakan murni jamur T. palustris dimasukkan empat buah contoh uji dari satu perlakuan yang sama ditambah dengan satu buah contoh uji kontrol. Setelah 3 bulan pengumpanan (British Standard Institution, 198), contoh uji kemudian ditimbang berat basahnya (M 3 ) dan dikeringovenkan pada (13 + 2) o C selama 24 jam untuk kemudian ditimbang berat keringnya (M 4 ).

Retensi monomer (kg/m3) Retensi Impralit (kg/m3) 33 Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas volume awal contoh uji (V ), berat awal contoh uji (M ), berat setelah impregnasi (M 1 ), berat setelah polimerisasi (= berat sebelum pengumpanan (M 2 )), berat basah setelah pengumpanan (M 3 ) dan berat kering setelah pengumpanan (M 4 ). Data ini digunakan untuk mengetahui nilai-nilai: Retensi Monomer (R m ), Retensi Polimer (R p ), Efisiensi Konversi (EK), Polimer Loading (PL) dan Kehilangan Berat (WL), dengan pengertian: R m =(M 1 - M )/V (kg/m 3 ); R p = (M 2 - M )/V (kg/m 3 ); EK= (R p / R m )1 (%); PL=(M 2 - M )1/M (%); WL= (M 4 - M 2 )1/M 2 (%) Rancangan percobaan yang digunakan adalah faktorial RAL 3 x 6. Dua faktor yang diujikan terdiri atas jenis kayu dan jenis impregnan. Faktor jenis kayu terdiri atas 3 taraf, yaitu kayu tusam, karet dan sengon, sedang faktor impregnan terdiri atas 6 taraf, yaitu kontrol, larutan monomer 6% stirena, 7% stirena, 8% stirena dan 9% stirena, serta Impralit CKB 3%. Retensi HASIL DAN PEMBAHASAN Rata-rata retensi monomer dan bahan pengawet Impralit CKB yang dicapai pada tiap jenis kayu adalah seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Jenis kayu mampu memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai retensi monomer dan terhadap bahan pengawet. 7 6 5 4 3 2 1 Tusam Sengon Karet Jenis Kayu 25 2 15 1 5 Retensi Monomer Retensi Impralit Gambar 1. Rata-rata retensi monomer dan bahan pengawet Impralit CKB pada setiap jenis kayu

34 Berdasarkan hasil uji Duncan (Tabel 1), kayu tusam menunjukkan rata-rata retensi monomer tertinggi dan berbeda nyata dengan kedua jenis kayu lainnya, sedang karet dan sengon keduanya tidak berbeda nyata. Tabel 1. Uji Duncan nilai retensi monomer dan bahan pengawet Impralit CKB terhadap jenis kayu Jenis Kayu Retensi Monomer (kg/m 3 ) Retensi Impralit CKB (kg/m 3 ) Tusam Sengon Karet 588,16 a 446,54 b 49,68 b 19,13 b 22,93 a 18,36 b Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada =5%. Untuk bahan pengawet Impralit CKB, nilai rata-rata tertinggi dicapai pada kayu sengon yang berbeda nyata dengan nilai pada kedua jenis kayu lainnya, sedang tusam dan karet keduanya tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Berdasarkan SNI 3-51.1., retensi bahan pengawet yang dicapai pada ketiga jenis kayu di atas telah memenuhi standar retensi minimum sebesar 11,3 kg/m 3 untuk pemakaian kayu di udara terbuka tanpa berhubungan dengan tanah (Badan Standarisasi Nasional, 1999). Perbedaan nilai retensi yang dicapai pada ketiga jenis kayu disebabkan oleh perbedaan struktur anatomi dan kerapatan kayunya. Tusam termasuk dalam kelompok kayu daun jarum (softwood) dengan struktur anatomi yang lebih homogen, jenis dan sebagian besar massa kayunya tersusun oleh sel-sel trakeida. Karet dan sengon, keduanya termasuk dalam kelompok kayu daun lebar dengan struktur anatomi yang lebih kompleks. Perbedaan nilai retensi pada kedua jenis kayu ini disebabkan oleh perbedaan kerapatan kayunya. Efisiensi Konversi dan Polimer Loading Pada tiap jenis kayu, penambahan konsentrasi stirena cenderung meningkatkan nilai respon efisiensi konversi dan polimer loading yang dihasilkan (Gambar 2). Faktor konsentrasi stirena mampu memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap nilai respons efisiensi konversi dan polimer loading yang dihasilkan. Pengaruh nyata ditunjukkan oleh faktor jenis kayu, sedang interaksi antara keduanya tidak berpengaruh nyata.

Efisiensi Konversi (%) Polimer Loading (%) 35 8 7 6 5 4 3 2 1 6% 7% 8% 9% Konsentrasi Stirena Efisiensi Konversi Polimer Loading Tusam Karet Sengon Tusam Karet Sengon 45 4 35 3 25 2 15 1 5 Gambar 2. Pengaruh penambahan konsentrasi stirena terhadap nilai respons efisiensi konversi dan polimer loading yang dihasilkan Untuk nilai respons efisiensi konversi, kayu tusam mampu memberikan nilai ratarata tertinggi dan berbeda nyata dengan kedua jenis kayu lainnya. Nilai respon polimer loading pada kayu tusam juga mampu mancapai rata-rata tertinggi, namun nilainya tidak berbeda nyata dengan pada kayu karet (Tabel 2). Tabel 2. Uji Duncan nilai efisiensi konversi dan polimer loading terhadap jenis kayu Jenis Kayu Rata-Rata Nilai Efisiensi Rata-Rata Nilai Polimer Konversi (%) Loading (%) Tusam Sengon Karet 49,46 a 4,36 b 36,74 b 28,98 a 18,3 b 26,88 a Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada =5%. Uji Duncan terhadap konsentrasi stirena (Tabel 3) menunjukkan nilai respons efisiensi konversi dan polimer loading yang cenderung meningkat dengan bertambahnya konsentrasi stirena yang digunakan. Pengaruh konsentrasi stirena terhadap nilai respon efisiensi konversi berhubungan dengan perbedaan reaktivitas monomer stirena dan vinil asetat dalam proses kopolimerisasinya. Pada 6 O C yaitu suhu yang memungkinkan untuk proses polimerisasi berlangsung, monomer stirena memiliki reaktifitas 5 kali lebih besar daripada vinil asetat (Flory, 1953), sehingga pada tahap akhir dari reaksi hanya dihasilkan homopolimer stirena (polistirena). Dengan demikian pada konsentrasi stirena yang lebih

Kehilangan Berat (%) 36 tinggi, respon efisiensi konversi yang dihasilkan akan makin tinggi karena polistirena yang terbentuk makin bertambah. Tabel 3. Uji Duncan nilai efisiensi konversi dan polimer loading terhadap jenis kayu Konsentrasi Stirena Rata-Rata Nilai Efisiensi Rata-Rata Nilai Polimer Konversi (%) Loading (%) 9% 8% 7% 6% 63,13 a 43,63 b 42,39 b 19,6 c 36,85 a 28,64ab 22,27 b 11,13 c Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada =5%. Nilai polimer loading juga cenderung meningkat dengan bertambahnya konsentrasi stirena yang digunakan. Pada taraf konsentrasi stirena yang lebih tinggi jumlah polimer yang terbentuk makin bertambah. Namun, pada tingkat efisiensi konversi yang lebih tinggi respon polimer loading bisa lebih rendah (Gambar 3). Hal ni terjadi karena nilai polimer loading dihitung relatif terhadap berat awal contoh ujinya. Kehilangan Berat Faktor jenis kayu, jenis impregnan, serta interaksi antara keduanya memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap respon kehilangan berat contoh ujinya. Respon kehilangan berat contoh uji setelah tiga bulan pengumpanan ditunjukkan pada Gambar 3. 7 6 Tusam Karet Sengon 5 4 3 2 1 Kontrol 6% Str 7% Str 8%Str 9%Str Impralit Jenis Impregnan Gambar 3. Rata-rata kehilangan berat contoh uji setelah tiga bulan pengumpanan pada jamur pelapuk coklat T. palustris

Pada taraf kontrol, ketiga jenis kayu menunjukkan tingkat keawetan alami yang berbeda nyata (Tabel 4). Tingkat keawetan alami ini sangat ditentukan oleh kandungan zat ekstraktif dan rasio antara lignin siringyl dan guaiacyl yang terkandung di dalamnya (Zabel & Morrell, 1992). Sebaliknya pada taraf Impralit, ketiga jenis kayu tidak memberikan respon kehilangan berat yang berbeda nyata. Tabel 4. Uji Duncan nilai kehilangan berat contoh uji setelah tiga bulan pengumpanan terhadap jamur pelapuk coklat T. palustris Jenis Jenis Impregnan Kayu Kontrol 6% Stirena 7% Stirena 8% Stirena 9% Stirena Impralit Tusam Sengon Karet 38,39 c 64,3 a 49,62 b 3,47 gh 28,78 cd 36,97 c 2,68 h 13,4 efgh 27,75 cd 2,83 h 11,33 fgh 22,79 de 6,52 fgh 14,99 efg 15,34 ef 9,82 fgh 1,66 fgh 11,2 fgh Keterangan : Nilai-nilai yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada =5%. Pada contoh uji kayu plastik, respon kehilangan berat menunjukkan kecenderungan menurun dengan bertambahnya konsentrasi stirena yang digunakan. Kemampuan kayu plastik dalam menahan serangan jamur terjadi melalui efek curah (bulking effect) dengan polimer plastik yang bertindak sebagai penghalang fisik (physical barrier) bagi hifa dalam melakukan penetrasi pada sistem aksial kayu. Tabel 4 menunjukkan WPC kayu tusam yang konsisten memberikan respon kehilangan berat lebih rendah dari Impralit CKB. Bahkan pada tingkat polimer loading (konsentrasi stirena) terendah sekalipun, WPC kayu tusam mampu memberikan keawetan yang lebih tinggi. Sebaliknya, semua taraf konsentrasi stirena pada WPC kayu karet dan sengon masih menunjukkan respon kehilangan berat yang lebih tinggi dari kayu awetan Impralit CKB. Meski demikian, pada WPC kayu sengon hanya taraf 6% stirena yang memberikan respon kehilangan berat lebih tinggi dan berbeda nyata dengan Impralit (Tabel 4). Pada WPC kayu karet, taraf 9% saja yang mampu memberikan respons kehilangan berat yang tidak berbeda nyata dengan Impralit (Tabel 4). Hasil uji t student menunjukkan bahwa untuk memperoleh tingkat keawetan yang sama dengan Impralit CKB, kayu tusam membutuhkan polimer loading kurang dari 13,43% (6% stirena); sedang karet dan sengon masing-masing membutuhkan polimer loading minimum sebesar 19,9% (7% stirena) dan 15,5% (7% stirena). 37 KESIMPULAN DAN SARAN Hasil di atas menunjukkan bahwa, impralit CKB terbukti mampu menghasilkan keawetan kayu yang tinggi terhadap jamur pelapuk T. palustris. Bahkan aplikasinya pada tiga jenis kayu yang berbeda keawetan alaminya mampu menghasilkan ketahanan keawetan alaminya yang relatif sama terhadap jamur pelapuk T. palustris. Namun, efek racunnya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan membuat bahan pengawet ini perlu ditinjau lagi penggunaannya.

38 Pembuatan komposit kayu plastik ternyata mampu menghasilkan tingkat ketahanan yang tinggi. Untuk menghasilkan tingkat keawetan yang sama dengan Impralit CKB, kayu tusam hanya membutuhkan polimer loading kurang dari dari 13,43%, sedang karet dan sengon masing-masing membutuhkan polimer loading minimum sebesar 19,9% dan 15,5%. Untuk memperoleh efisiensi penggunaan monomer stirena yang lebih tinggi, disarankan untuk tidak mencampurnya dengan jenis monomer yang lebih rendah reaktivitasnya. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 1999. Pengawetan Kayu Untuk Perumahan dan Gedung. SNI 3-51.1. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. British Standard Institution. 198. Wood Preservatives. Determination of The Toxic Values Against Wood Destroying Basidiomycetes Cultured on an Agar Medium. EN 113. British Standard Institution. London. Flory, P. J. 1953. Principles of Polymer Chemistry. Cornell University Press. New York. Schneider, M.H. 1994. Wood Polymer Composites. Wood and Fiber Science 26(1) : 142-151. Takahashi, M. 1996. Biological Properties of Chemically Modified Wood. In Chemical Modification of Lignocellulosic Materials (Hon, D. N. S. ed.). Marcel Dekker, Inc. New York. pp. 331-359. Zabel, R.A., & J. J. Morrell. 1992. Wood Microbiology : Decay and Its Prevention. Academic Press. San Diego. Diterima 18-2-22 Disetujui 16-5-22