WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DI SMP NEGERI 7 MEDAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V SD NEGERI NO

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DI KELAS IX-7 SMP NEGERI 3 BERASTAGI

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 032 SINONOAN

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 4 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

BUDIMAN SIHOMBING Guru SMP Negeri 15 Medan

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BRAINSTROMING

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 3 BAHOROK

BAB I PENDAHULUAN. kelas, penggunaan metode mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap

Siti Fatimah Guru SMP Negeri 2 Panyabungan Surel :

Lamhot Munthe. menawarkan persoalan-persoalan yang sulit, ditambah dengan kurangnya kerjasama antar siswa

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

PERBAIKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DI KELAS

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA DI KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 PANYABUNGAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SEJARAH MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK PADA SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 1 PENYABUNGAN

BAB III METODE PENELITIAN. (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian

Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Wibisono Kecamatan Jati Kabupaten Kudus. tahap prasurvei hingga dilaksanakan tindakan.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN DI KELAS V-B SD NEGERI NO

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI PUJI DADI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR ARITMATIKA SOSIAL DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 SURABAYA

Martinus Gutu SD Negeri No Suka Makmur Kec. Delitua

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

RAHYANTI YUDIATI, S.Pd.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penulis

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL STAD PADA SISWA SD

Isak Ritonga Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 4 Medan Surel :

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pargugunan Guru SMP Negeri 1 Tambangan Surel :

Setyagung Budi Cahyono 4

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

JEMBER TAHUN PELAJARAN

48 Media Bina Ilmiah ISSN No

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN 5 Cipadang Kecamatan

Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi Volume 1 No. 1 April 2017

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. No. Rentang Nilai Jumlah Siswa Persentase ( % )

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Transkripsi:

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATERI POKOK NORMA DALAM PEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DEBAT DI KELAS VII-B SMP NEGERI 3 SATU ATAP BILAH BARAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Sejahtera Tarigan SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat Jalan Besar Padang Laut Km.12 Desa Batu Bujur Bilah Barat, Labuhan Batu ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang norma dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn setelah menerapkan model pembelajaran debat selama kegiatan belajar mengajar di kelas VII-B SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan Mei 2015. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 25 orang. Hasil penelitian menunjukkan; 1) pemahaman siswa tentang norma dalam pembelajaran PKn meningkat dengan menerapkan model pembelajaran debat pada Formatif I menunjukkan rata-rata 75 dengan ketuntasan kalsikal 68% dan pada Formatif II menunjukkan rata-rata 89 dengan ketuntasan klasikal 88% atau terjadi peningkatan 20%, data tersebut menunjukkan tuntas sesuai dengan KKM Pendidikan Kewarganegaraan; 2) aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn meningkat dengan menerapkan model pembelajaran debat pada Siklus I aktivitas membaca dan menulis 38%, mengerjakan LKS 31%, bertanya sesama teman 21%, bertanya kepada guru 5%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 5%. Sedangkan pada Siklus II aktivitas membaca dan menulis 31%, mengerjakan LKS 36%, bertanya sesama teman 21%, bertanya kepada guru 9%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 3%. Kata Kunci : Model Pembelajaran Debat, Pemahaman Norma PENDAHULUAN Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secaraa seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahanperubahan dalam mengorganisasikan kelas, penggunaan model mengajar, strategi belajar mengajar, maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai pengelola proses belajarmengajar, bertindak sebagai fasilitor yang berusaha mencipatakan kondisi belajar mengajar yang efektif, sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan baik, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai. Untuk memenuhi hal tersebut di atas, guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa, sehingga ia mau belajar karena siswalah subjek utama dalam belajar. Mengajar adalah membimbing belajar siswa sehingga ia mampu belajar. Dengan demikian aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar-mengajar sehingga siswalah yang seharusnya banyak aktif, sebab siswa sebagai subyek didik adalah yang merencanakan, dan ia sendiri yang melaksanakan belajar. Pada kenyataan, di sekolah-sekolah seringkali

633 guru yang aktif, sehingga siswa tidak diberi kesempatan untuk aktif. Kegiatan belajar bersama dapat membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang dapat menstimulasi belajar aktif. Namun kemampuan untuk mengajar melalui kegiatan kerjasana kelompok kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Menurut Slameto (2010:2) belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan Hamalik (2007: 21) menyatakan bahwa kegiatan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam caracara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Pembelajaran PKn tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas dengan bekerja dalam kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain. (Hartoyo, 2000:24). Untuk memberikan pengetahuan bermakna, siswa harus dilibatkan dalam suatu pertentangan dalam benakanya. Artinya dalam mempelajari suatu yang baru maka hal baru itu harus dihadapkan pada pengetahuan lama yang ada di benak siswa. Merujuk pada kondisi belajar seperti ini maka sebuah model yang menawarkan adanya sebuah pertentangan sangat dianjurkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ini adalah model pembelajaran debat. Model pembelajaran dalam bentuk debat dilakukan dengan memberikan suatu isu yang sedapat mungkin kontroversial sehingga akan terjadi pendapatpendapat yang berbeda dari siswa/ mahasiswa. Dalam mengemukakan pendapat mahasiswa dituntut untuk menggunakan argumentasi yang kuat yang bersumber pada materi-materi kelas. Pengajar harus dapat mengarahkan debat ini pada inti materi pelajaran yang ingin dicapai pemahamannya. Model pembelajaran debat merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat penting untuk meningkatkan kemampuan akademik siswa. Model debat merupakan sebuah model pembelajaran yang dimana siswa terbagi dalam dua kelompok besar ataupun kecil yang terdiri dari pihak yang pro dan kontra untuk beradu menyampaikan pendapat/ tanggapan mereka didalam menghadapi suatu topik masalah yang telah ditentukan. Anggota kelompok juga dapat bertanya kepada peserta debat/ pembicara. Menurut Anam (2012). Penggunaan Model Debat meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar PKn. Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas, maka yang menjadi rumusan-rumusan dalam penelitian ini adalah; 1) apakah pemahaman siswa tentang norma dalam pembelajaran PKn meningkat setelah menerapkan model pembelajaran debat selama kegiatan belajar mengajar di kelas VII-B SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015?; 2) apakah aktivitas belajar PKn siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran debat selama kegiatan belajar mengajar di kelas VII-B SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015?. Setelah menetapkan rumusan masalah di atas maka, dapat ditentukan tujuan penelitian ini, antara lain; 1) untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa tentang norma dalam pembelajaran PKn setelah menerapkan model pembelajaran debat selama kegiatan belajar mengajar di kelas VII-B SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015; 2) untuk mengetahui peningkatan aktivitas belajar PKn siswa dengan menerapkan model pembelajaran debat selama kegiatan belajar mengajar di kelas VII-B SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015. Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai; 1) menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru

634 PKn dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn; 2) sumbangan pemikiran bagi guru PKn dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar PKn; 3) ditemukannya strategi pembelajaran yang tepat, tidak konvesional tetapi variatif; dan 4) keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok meningkat. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat yang terletak di Jalan Besar Padang Laut Km.12 Desa Batu Bujur Bilah Barat, Labuhan Batu. Pelaksanaannya selama empat bulan dari bulan Feruari sampai dengan Mei tahun 2015. Pengambilan data dilaksanakan bulan Maret 2015 sebanyak dua siklus dengan dua kali pertemuan setiap siklusnya. B. Subjek Penelitian Karena keterbatasan peneliti maka penelitian hanya dikenakan pada seluruh siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat tahun pelajaran 2014/2015 yang seluruhnya berjumlah 25 siswa. C. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah lembar observasi aktivitas dan tes formatif berbentuk pilihan berganda. Lembar observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan tes formatif digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa pada tingkat kognitif. D. Tes hasil belajar Tes hasil belajar digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model pembelajaran debat. Tes formatif disusun dalam bentuk pilihan ganda yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas VII-B SMP mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Tes hasil belajar siswa yang digunakan sebanyak 15 item dengan empat option. Tes hasil belajar dengan jumlah 15 item digunakan awal kegiatan belajar mengajar atau disebut dengan pretes. Pada akhir Siklus I digunakan sebagian tes hasil belajar dengan jumlah item delapan (formatif I), ini juga dilakukan pada akhir Siklus II dengan sisa item soal yang lain (formatif II). E. Lembar Aktivitas Belajar Siswa Lembar aktivitas belajar siswa digunakan oleh pengamat Pengamat adalah guru-guru yang terlibat di dalam pelatihan pembuatan penelitian tindakan kelas (PTK). Waktu bekerja dalam kelompok peneliti/guru yang sedang melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) memberi isyarat pada ke dua pengamat, kelompok mana yang diamati oleh ke dua pengamt. Ke dua pengamat tidak boleh duduk berdekatan agar data yang direkam tidak bias. Satu kali kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh peneliti, maka ada dua kelompok yang diamati oleh pengamat. Instrumen aktivitas belajar siswa terdiri dari lima aktivitas antara lain; membaca, bekerja, bertanya sesama siswa, bertanya sama guru, dan yang tidak relevan denga KBM. Waktu siswa belajar sesuai dengan di RPP berkelompok selama 20 menit ditentukan oleh peneliti/guru maka ada 10 ceklis yang dilakukan oleh pengamat dalam lembar aktivitas belajar siswa. F. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkanoleh psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu Siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). G. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui keefektifan suatu Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut:

635 Hasil penilaian aktivitas dibandingkan setiap siklusnya untuk memperoleh gambaran apakah terjadi perbaikan aktivitas belajar siswa. 2. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh ratarata tes formatif dapat dirumuskan: X X N Dengan : X = Nilai rata-rata Σ X = Jumlah semua nilai siswa Σ N = Jumlah siswa H. Indikator Keberhasilan Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Untuk ketuntasan perorangan maka digunakan KKM sekolah untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas VII-B yakni 75. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat paling tidak 85% siswa yang telah mencapai daya serap KKM. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P Siswa. yang. tuntas. belajar x100% Siswa HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebelum melaksanakan KBM pada Siklus peneliti memberikan uji kemampuan awal melalaui Pretes. Dari tes awal diperoleh nilai terendah untuk pretes adalah 13, dan tertinggi adalah 40. Dengan KKM yang ditetapkan sebesar 70 maka tidak seorang pun mendapat nilai diatas ketuntasan atau ketuntasan secara klasikal adalah 0%. Nilai rata-rata kelas adalah 23. Ini berarti siswa tidak mempersiapkan diri belajar dirumah untuk tiap materi baru sebelum datang ke sekolah. Siklus I A. Tahap Perencanan Sebelum melakukan penelitian, peneliti mempersiapkan perangkatperangkat pembelajaran yang diperoleh melalui diskusi antara peneliti bersama guru sejawat, pembimbing dan pendamping penelitian. Perangkat-perngkat yang tersusun diantarannya : 1) Bahan pelajaran seperti LKS, 2) Silabus dan RPP, 3) Lember tes formatif I, 5) Lembar observasi aktivitas siswa. B. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I untuk pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 3 Maret 2015 dengan diikuti 25 siswa. Pertemuan II dilaksanakan pada Selasa, 10 Maret 2015 dengan jumlah siswa yang hadir adalah 25 siswa. Pada siklus ini pelaku tindakan atau pengajar adalah peneliti. Untuk observasi aktivitas dan dokumentasi penelitian, peneliti dibantu dua orang guru sejawat peneliti. Guru memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajak siswa bersama-sama mengulas pengertian norma dan contohcontoh norma. Guru membagi siswa dalam lima kelompok untuk mendiskusikan materi pembelajaran. Kemudian guru mempersilahkan siswa untuk berdiskusi bersama kelompoknya yang nantinya akan diulas bersama-sama dalam diskusi kelas. Guru membuka debat kelas dengan memberikan tugas diskusi tentang contoh norma dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk menjawab permasalahan tersebut siswa berdebat kembali dalam kelompok. Namun setiap siswa wajib menggungkapkan pendapatnya dalam debat aktif. C. Tahap Observasi I Tahap observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang meggambarkan dua hal dalam penelitian ini yakni keberhasilan proses dan keberhasilan hasil. Keberhasilan Proses Observasi pada proses dilakukan melalui lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat. Karena siswa

636 berkelompok dengan berpasangan maka tiap kelompok terdiri dari dua siswa sehingga pengamatan dilakukan pada dua kelompok dengan empat siswa dalam pengamatan. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada Siklus I disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1: Aktivitas Siswa Pada Siklus I No Aktivitas Proporsi 1 Membaca dan menulis 38% 2 Mengerjakan LKS 31% 3 Bertanya pada teman 21% 4 Bertanya pada guru 5% 5 Yang tidak relevan 5% Jumlah 100% Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM. Dengan pengamatan setiap dua menit, maka nilai maksimum yang mungkin teramati untuk satu kategori aktivitas selama 20 menit untuk lima siswa adalah 50 kali. Merujuk pada Tabel 1, pada Siklus I rata-rata aktivitas menulis dan membaca memperoleh proporsi 38%. Aktivitas mengerjakan dalam diskusi mencapai 31%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 21 %. Aktivitas bertanya kepada guru 5% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 5%. Keberhasilan Produk Produk diperoleh melalui tes hasil belajar kognitif siswa. Tes adalah sebagian dari Pretes yang materi atau indikatornya telah diajarkan dalam Siklus I. Sebanyak 8 item diujikan dalam Formatif I ini. Hasil Formatif I disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2: Distribusi Hasil Formatif I Nilai Frekuensi Ketuntasan Rata-rata 100 1 4% 88 8 32% 75 8 32% 63 7-75 38 1 - Jumlah 25 68% Merujuk pada Tabel 2 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 38 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 75 maka 17 dari 25 siswa mendapat nilai mencapai KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 68%. Dengan mengacu pada ketuntasan klasikal minimum sebesar 85% maka nilai ini berada di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I gagal memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 75 telah mencapai KKM. D. Tahap Refleksi I Dalam tahap ini peneliti menganalisa, mensintesa, hasil dari catatan selama kegiatan proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar pengamatan, dokumentasi dan tes. Dalam refleksi yang melibatkan sejawat yang mengamati pengambilan data. Hasil data aktivitas, dokumentasi, dan formatif siswa menunjukkan hasil yang masih gagal pada Siklus I sehingga perlu dilakukan refleksi mencari kelemahan Siklus I. Beberapa hal yang dapat dicatat dalam siklus I adalah sebagai berikut: Temuan positif a) Melalui penggunaan model pembelajaran debat ini siswa terlihat lebih bergairah dalam belajar. b) Dalam berdiskusi dan tanya jawab siswa terlihat mulai aktif, karena siswa diberi tanggung jawab untuk mengungkapkan pendapatnya. c) Motivasi siswa dalam memahami norma-norma yang terlihat dengan adanya beberapa pendapat siswa terkait masalah ini. Temuan negatif a) Kualitas tanya jawab atau pendapat siswa belum maksimal, hal ini karena siswa-siswa tertentu yang selama ini pasif dalam pembelajaran agak kesulitan mengikuti alur pembelajaran dimana seperti tidak ada pendapat yang bisa disampaikan namun terpaksa harus bicara sehingga seringkali arah pembicaraan siswa tidak fokus. b) Sebagian siswa masih merasa malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya sehingga merasa terpaksa untuk menyampaikan idenya. c) sehingga pengambilan tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa

637 dalam pembelajaran tidak dapat langsung dilakukan oleh guru hingga menunggu refleksi yang dilakukan bersama pembimbing penelitian. Siklus II A. Tahap Perencanaan Siklus I direncanakan sama dengan Siklus I hanya merujuk pada refleksi Siklus I maka dilakukan tindakan-tindakan perbaikan. Pada Siklus II disusun perangkat yang sama pada perencanaan Siklus I. Seluruh perangkat juga disusun dalam diskusi dengan guru sejawat. Adapun solusi tindakan yang direncanakan pada pelaksanaan Siklus II dari hasil refleksi di atas antara lain: a. Untuk membantu siswa yang kesulitan merumuskan dan memfokuskan pembicaraanya maka di tampilkan media infokus yang berhubungan dengan materi pembelajaran, sehingga sambil mengungkapkan pendapatnya siswa dapat melihat media yang dipasang guru. b. Membantu siswa beradaptasi dengan alur pembelajaran, dimana setiap pendapat siswa dihargai dengan pujian bagus atau meminta siswa lain bertepuk tangan. c. Guru menganalisis kemungkinankemungkainan kesulitan siswa dalam Siklus II dan segera merencanakan tindakan yang dapat dilakukan langsung dalam pembelajaran. B. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran Siklus I untuk pertemuan I dilaksanakan pada hari Selasa, 17 Maret 2015 dengan diikuti 25 siswa. Pertemuan II dilaksanakan pada Selasa, 24 Maret 2015 dengan jumlah siswa yang hadir adalah 25 siswa. Pada siklus ini pelaku tindakan atau pengajar adalah peneliti. Untuk observasi aktivitas dan dokumentasi penelitian, peneliti dibantu dua orang guru sejawat peneliti. Guru mengajak siswa dan menanyakan kepada siswa pelanggaran terhadap norma sambil mengungkapkan tujuan pembelajaran. Sesi selanjutnya guru membagi siswa dalam kelompok belajar yang berbeda dari Siklus sebelumnya. Setiap kelompok diberikan tugas berdiskusi dengan materi yang telah ditentukan. Guru memunculkan satu pokok bahasan tentang pelanggaran terhadap norma-norma dengan menampilkan materi tersebut dalam infokus didepan kelas. Siswa mulai memperdebatkan kembali dan satu-persatu siswa mengungkapkan pendapatnya. Pada sesi akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran secara bersama-sama. C. Observasi II Tahap observasi Siklus II sama dengan Siklus I dilakukan untuk mendapatkan data yang meggambarkan dua hal dalam penelitian ini yakni keberhasilan proses dan keberhasilan hasil. Keberhasilan Proses Observasi pada proses dilakukan melalui lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran. Observasi dilakukan oleh dua orang pengamat. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa pada Siklus Ii disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3: Aktivitas Siswa Pada Siklus I No Aktivitas Proporsi 1 Membaca dan menulis 31% 2 Mengerjakan LKS 36% 3 Bertanya pada teman 21% 4 Bertanya pada guru 9% 5 Yang tidak relevan 3% Jumlah 100% Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM. Dengan pengamatan setiap dua menit, maka nilai maksimum yang mungkin teramati untuk satu kategori aktivitas selama 20 menit untuk lima siswa adalah 50 kali. Merujuk pada Tabel 3, pada Siklus I rata-rata aktivitas menulis dan membaca Mengalami penurunan proporsi menjadi 31%. Aktivitas mengerjakan dalam diskusi naik mencapai 36%. Aktivitas bertanya pada teman tetap sebesar 21%. Aktivitas bertanya kepada guru naik menjadi 9% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM turun menjadi 3%. Secara keseluruhan aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan kualitas yang menuju perbaikan.

638 Keberhasilan Produk Produk diperoleh melalui tes hasil belajar kognitif siswa. Tes Formatif adalah sebagian dari Pretes yang materi atau indikatornya telah diajarkan dalam Siklus II. Sebanyak tujuh item diujikan dalam Formatif II ini. Hasil Formatif II disajikan dalam Tabel 4. Tabel 4: Distribusi Hasil Formatif II Nilai Frekuensi Ketuntasan Rata-rata 100 10 40% 86 12 48% 71 2-89 57 1 - Jumlah 25 88% Merujuk pada Tabel 4 tersebut, nilai terendah Formatif II adalah 57 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 75 maka 22 siswa mendapat nilai mencapai KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 88%. Dengan mengacu pada ketuntasan klasikal minimum sebesar 85% maka nilai ini berada pada kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 89 juga di atas KKM. D. Tahap Refleksi II Hasil observasi yang didapat dari pengamatan, bahwa peneliti dalam melaksanakan penerapan pembelajaran kooperatif model debat dalam pembelajaran sudah berhasil dan termasuk dalam kategori baik. Data menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada Siklus II lebih baik dari pada Siklus I, penurunan aktivitas individual seperti menulis dan membaca terjadi pada Siklus II. Aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada Siklus II menyusut. Sehingga secara keseluruhan terjadi peningkatan kualitas aktivitas belajar siswa. Data aktivitas belajar siswa secara tiap siklus disajikan dalam Gambar 1. 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 1 2 3 4 5 Siklus 1 38% 31% 21% 5% 5% Siklus 2 31% 36% 21% 9% 3% Keterangan: 1. Menulis dan membaca 2. Mengerjakan LKS 3. Bertanya pada teman 4. Bertanya pada guru 5. Yang tidak relevan Gambar 1: Grafik aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II Selama pengamatan terhadap kegiatan siswa Siklus II (aktivitas siswa), dan penilaian terhadap hasil belajar (ranah kognitif) setelah penerapan pembelajaran debat Siklus II, sudah tidak terlihat hal-hal yang harus diadakan perbaikan. Hasil belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan dan semua siswa dikatakan tuntas. Secara keseluruhan semua aspek dalam hasil belajar mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Data peningkatan hasil belajar siswa tiap Siklus disajikan dalam Gambar 2.

639 Data Awal Siklus 1 siklus 2 40 100 100 10 38 57 23 75 89 88 0 68 Nilai Tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai tes Ketuntasan klasikal (%) Gambar 2: Grafik Hasil Belajar Kognitif B. Pembahasan Merujuk pada Gambar 1, pada Siklus I rata-rata aktivitas I yakni menulis dan membaca memperoleh proporsi 38%. Aktivitas mengerjakan LKS mencapai 31%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 21%. Aktivitas bertanya kepada guru 5% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 5%. Pada Siklus II aktivitas menulis dan membaca turun menjadi 31% yang sepertinya mengindikasikan bahwa siswa mulai tertarik bekerja secara kooperatif namun ternyata kondisi ini diimbangi dengan kenaikan aktivitas mengerjakan LKS yang meningkat menjadi 36%. Sementara aktivitas bertanya pada teman tetap 21% dan bertanya pada guru naik menjadi 9%. Merujuk pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata sebelum penerapan model pembelajaran debat yaitu berupa nilai pretes adalah 23 dengan ketuntasan belajar yang dicapai 0%, setelah penerapan model pembelajaran debat nilai siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tes pada Siklus I, nilai rata-rata hasil belajar yang dicapai siswa adalah 75 dengan ketuntasan klasikal 68%, untuk nilai rata-rata hasil belajar dan persentasi ketuntasan klasikal yang dicapai belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan namun begitu masih terdapat beberapa siswa memperoleh nilai yang di atas kriteria ketuntasan minimum. Baru pada Siklus II diperoleh hasil rata-rata 89 dengan persentae ketuntasa 88%. Kedua nilai baik rata-rata dan ketuntasan klasikal telah mencapai kriteria atau Siklus II berhasil meningkatkan hasil belajar siswa samapai pada ketuntasn klasikal. Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa pada Siklus II lebih baik dari pada Siklus I. Kesimpulan ini diperkuat dengan temuan bahwa aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada Siklus II menyusut mencapai 3%. Pada Siklus I belum tercapai ketuntasan belajar siswa dikarenakan selama pengamatan terhadap kegiatan siswa Siklus I, masih terdapat beberapa kekurangan, yaitu: 1) kualitas tanya jawab atau pendapat siswa belum maksimal, hal ini karena siswa-siswa tertentu yang selama ini pasif dalam pembelajaran agak kesulitan mengikuti alur pembelajaran dimana seperti tidak ada pendapat yang bisa disampaikan namun terpaksa harus bicara sehingga seringkali arah pembicaraan siswa tidak focus; 2) sebagian siswa masih merasa malu-malu dalam mengungkapkan pendapatnya sehingga merasa terpaksa untuk menyampaikan idenya; dan 3) sehingga pengambilan tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam pembelajaran tidak dapat langsung dilakukan oleh guru hingga menunggu refleksi yang dilakukan bersama pembimbing penelitian. Sehingga harus dilakukan tindakan perbaikan yang direncanakan pada pelaksanaan Siklus II dari hasil refleksi di atas antara lain; 1) untuk membantu siswa yang kesulitan merumuskan dan memfokuskan pembicaraanya maka di tampilkan media infokus yang berhubungan dengan materi pembelajaran, sehingga sambil mengungkapkan pendapatnya siswa dapat melihat media yang dipasang

640 guru; 2) membantu siswa beradaptasi dengan alur pembelajaran, dimana setiap pendapat siswa dihargai dengan pujian bagus atau meminta siswa lain bertepuk tangan; dan 3) guru menganalisis kemungkinan-kemungkainan kesulitan siswa dalam Siklus II dan segera merencanakan tindakan yang dapat dilakukan langsung dalam pembelajaran. Sehingga selama pengamatan terhadap kegiatan siswa Siklus II (aktivitas siswa), penilaian terhadap hasil belajar (ranah kognitif) selama pelaksanaan penerapan model pembelajaran debat Siklus II, sudah tidak terlihat hal-hal yang harus diadakan perbaikan, siswa yang membuat gaduh pada Siklus II dapat diatasi oleh guru dengan baik, hasil belajar siswa sudah menunjukkan peningkatan dan semua siswa dikatakan tuntas. Secara keseluruhan semua aspek dalam hasil belajar mengalami peningkatan dari Siklus I ke Siklus II. Karena proses pelaksanaan pada Siklus II telah dapat mencapai hasil dari pembelajaran yang diharapkan dan telah dapat menjawab rumusan masalah pada penelitian ini, maka tidak diadakan Siklus selanjutnya. Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran model pembelajaran debat memiliki kelebihan dibandingkan dengan pembelajaran konvensioanl. Pada pembelajaran model kooperatif tipe berpikir berpasangan dapat memacu dan merangsang siswa untuk aktif dalam proses belajar mengajar. Pembelajaran model pembelajaran debat dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berfikir dan juga meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui partisipasi aktif dalam mengungkapkan pendapat. Sehingga menjadikan siswa lebih termotivasi untuk belajar sebab siswa diajak terlibat langsung. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil penelitian diperoleh datadata hasil uji awal, Formatif I, Formatif II, dan aktivitas belajar siswa selama kegiatan belajar mengajar Pkn pada siswa kelas VII-B SMP Negeri 3 Satu Atap Bilah Barat dengan menerapkan model pembelajaran debat kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: 1. Pemahaman siswa tentang norma dalam pembelajaran PKn meningkat dengan menerapkan model pembelajaran debat pada Formatif I menunjukkan rata-rata 75 dengan ketuntasan kalsikal 68% dan pada Formatif II menunjukkan rata-rata 89 dengan ketuntasan klasikal 88% atau terjadi peningkatan 20%, data tersebut menunjukkan tuntas sesuai dengan KKM Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran PKn meningkat dengan menerapkan model pembelajaran debat pada Siklus I aktivitas membaca dan menulis 38%, mengerjakan LKS 31%, bertanya sesama teman 21%, bertanya kepada guru 5%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 5%. Sedangkan pada Siklus II aktivitas membaca dan menulis 31%, mengerjakan LKS 36%, bertanya sesama teman 21%, bertanya kepada guru 9%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 3%. B. Saran Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama Siklus I, dan Siklus II maka diperoleh data-data kemudian data tersebut di analisis dan juga hasil rekaman peneliti selama KBM maka perlu saran agar pengguna atau yang memanfaatkan Model pembelajaran debat. Selama kegiatan belajar di sekolah benar-benar bermanfaat sesuai dengan tujuan penelitian. 1. Perlu motivasi diberikan pada awal pertemuan agar selama bekerja dalam kelompok aktivitas siswa sangat baik. 2. Di awal kegiatan belajar mengajar seharusnya menjelaskan tujuan pembelajaran serta aplikasinya pada kehidupan masyarakat sesuai dengan konsep materi pembelajaran. 3. Model pembelajaran debat, dapat diterapkan dengan sempurna pada kelompok kecil (< 30 orang perkelas)

641 4. Selama kerja kelompok perlu aturan-aturan di informasikan kepada siswa sesuai dengan tujuan berkelompok, agar tujuan berkelompok dapat tercapai dan dapat dilihat pada tes hasil belajar secara indivdu. 5. Aktivitas siswa perlu diperhatikan dan direkap selama KBM dan direfleksikan baik hasil kelompok belajar dan aktivitas siswa selama bekerja. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Anam, C. 2012. Upaya Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar PKn Kelas VII-BI C SMP Negeri 3 Cepu Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil Penelitian tidak Dipublikasikan. Hamalik, O. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hartoyo, 2000. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional. Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.